Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA II


REAKTOR

Disusun oleh:

ANNUR FAUZI SYAPUTRA

()

SHINTIA OKTAVIANI

()

TONI ARISSAPUTRA

()

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAK U LTAS TE K N I K
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015

Abstrak
Reaktor merupakan salah satu unit operasi yang paling banyak digunakan pada industri
kimia. Reaktor memiliki fungsi sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Kinetika laju
reaksi diperlukan dalam merancang dan mengoperasikan reaktor. Tujuan percobaan ini
adalah menghitung konstanta laju reaksi saponifikasi etil asetat dengan natrium
hidroksida. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat alat CSTR, gelas ukur,
erlenmeyer, labu ukur dan buret. Sedangkan bahan yang digunakan adalah etil asetat,
natrium hidroksida, HCl dan aquadest. Prosedur percobaan yang dilakukan pertama kali
adalah kalibrasi pompa feed untuk mengetahui setting pompa feed dan membuat larutan
umpan yaitu NaOH dan etil asetat masing- masing 0.01 M. Setelah itu, reaktan atau
umpan dimasukkan ke dalam tangki umpan dan setting kecepatan pompa, pengatur suhu,
serta pengadukan. Kemudian catat konduktivitas setiap 5 menit hingga mencapai steady
state. Setelah mencapai steady state, ambil sampel masing- masing 10 ml dan titrasi
dengan menggunakan pentiter HCl 0.01 M. Hasil yang diperoleh yaitu Range nilai k pada
set pengadukan 5 sampai 7 pada suhu 30 0C dan laju alir 50 ml/menit adalah 12.63 4.79
mmol/menit. Untuk laju alir 70 ml/menit, Range nilai k pada set pengadukan 5 sampai 7
pada suhu 300C adalah 5.39 3.66 mmol/menit. . Sedangkan untuk laju alir 85 ml/menit,
Range nilai k pada set pengadukan 5 sampai 7 pada suhu 30 0C adalah 2.11 - 2.1194
mmol/menit.
Keyword : Reaktor, saponifikasi, etil asetat, NaOH, konstanta laju reaksi

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Kalibrasi Pompa Feed


Sebelum praktikum dilakukan, terlebih dahulu praktikan harus melakukan
kalibrasi pompa 1 dan pompa 2. Tujuan dari kalibrasi pompa ini adalah agar laju
alir antara umpan NaOH dan Etil Asetat yang masuk ke dalam reaktor adalah
sama. Kalibrasi pompa dilakukan dengan cara menghitung laju alir mulai dari
skala 4 sampai skala 9 sehingga kurva kalibrasi dapat terbentuk. Dengan slope
kurva kalibrasi dapat diketahui skala yang harus di setting untuk laju alir 30, 35,
40 dan 45 ml/menit.
3.1.1 Pompa 1
Gambar 1. Kurva kalibrasi pompa I
speed setting terhadap laju alir
90
80

f(x) = 11.5x - 21.07

70
60
Laju alir, m l/m enit

50
40
30
20
3

10

Spe ed s etting

Gambar 3.1 Kurva Kalibrasi Untuk Pompa Feed 1


Dari slope kurva kalibrasi untuk pompa feed 1 diatas, maka diperoleh
skala yang harus di setting untuk mendapatkan laju alir 30, 35, 40 dan 45
ml/menit adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skala Untuk Pompa Feed 1 Untuk Laju Alir 20, 30, dan 40 ml/menit
Laju Alir (ml/menit)
30
35
40
45
3.1.2

Pompa 2

Skala
4.4
4.9
5.3
5.7

Gambar 2. Kurva kalibrasi pompa IIa


speed setting terhadap laju alir
90
80

f(x) = 11.11x - 17.81

70
60
Laju alir, m l/m enit

50
40
30
20
3

10

Spe ed s etting

Gambar 3.2 Kurva Kalibrasi Untuk Pompa Feed 2


Dari slope kurva kalibrasi untuk pompa feed 2 diatas, maka diperoleh
skala yang harus di setting untuk mendapatkan laju alir 30, 35, 40 dan 45
ml/menit adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Skala Untuk Pompa Feed 2 Untuk Laju Alir 20, 30, dan 40 ml/menit
Laju Alir (ml/menit)
30
35
40
45
3.2

Skala
4.3
4.8
5.2
5.7

Pengaruh Kecepatan Pengadukan dan flow rate Terhadap Konstanta


Laju Reaksi.
Pada praktikum ini dilakukan dengan variasi kecepatan pengaduk yaitu

skala 5, 6 dan 7 pada laju alir 50, 70 dan 85 ml/menit dengan suhu 30oC.

K vs Kecepatan Pengadukan
6
5
4
K (ml/mol.mnt) 3
2
1
0
4.5

5.5

6.5

7.5

Skala Pengadukan

Gambar 3.3 Hubungan Konstanta Laju Reaksi Rata-Rata Terhadap Variasi


Kecepatan Pengadukan
Dari Gambar 3.3 dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan
pengadukan maka konstanta laju reaksi semakin kecil. Hal ini tidak sesuai dengan
teori. Karena semakin besar pengadukan maka konstanta laju reaksi juga semakin
besar karena semakin banyak tumbukan antar partikel reactant yang terjadi.
3.3

Pengaruh Laju Alir Terhadap Konstanta Laju Spesifik


Pada praktikum ini dilakukan variasi laju alir yaitu 50, 75 dan 80 ml/menit

pada skala pengadukan 5 dengan suhu 30oC. Nilai kostanta laju spesifik yang
diperoleh dari perhitungan adalah 12,63; 5,4; 2,1 mL/mol.menit. Nilai konstanta
laju spesifik tersebut dapat dilihat pada gambar dibwah ini.

K Rata-Rata vs Flow Rate


14
12
10
8
K (ml/mol mnt)

6
4
2
0
45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

Flow Rate (ml/mnt)

Gambar 3.6 Hubungan Konstanta Laju Spesifik Terhadap Variasi


Laju Alir
Dari gambar diatas dapat dilihat terjadi penurunan konstanta laju spesifik
dengan peningkatan laju alir. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin besar laju
alir maka konstanta laju spesifik yang diperoleh akan semakin kecil.
Namun konstanta laju spesifik juga berbanding terbalik dengan
konsentrasi NaOH pada keadaan Steady State. Akibat dari semakin besarnya laju
alir maka waktu tinggal dalam reactor juga akan berkurang, sehingga jumlah
NaOH yang terkonversi juga berkurang. Sehingga nilai konduktivitas akan
meningkat dan konsentasi NaOH pada keadaan Steady State (ai).

F a 0 a1
V
a12
k=
Berdasarkan pesamaan dibawah ini konduktivitas berbanding lurus dengan
konsentasi NaOH pada keadaan Steady State.

0 i
a0
0

a a 0
ai =

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan konstanta laju reaksi pada


percobaan ini lebih dipengaruhi oleh laju alir dibanding kecepatan pengadukan.

BAB IV
KESIMPULAN
1.

Konstanta laju spesifik pada variasi kecepatan pengadukan secara berurut.

2.

Sedangkan untuk variasi laju alir yaitu 12,63; 5,4; 2,1 mL/mol.menit
Semakin besar kecepatan pengadukan maka semakin kecil nilai konstanta

3.

laju spesifik.
Semakin besar laju alir maka konstanta laju spesifik akan semakin kecil

4.

karena waktu tinggal dalam reactor juga akan semakin kecil.


Konstanta laju reaksi pada reaksi ini lebih dipengaruhi oleh laju alir
reactor daripada kecepatan pengadukan.

Anda mungkin juga menyukai