Busur Halmahera
Busur Halmahera
Daerah busur Halmahera terdiri dari hasil intrusi andesitik yang berusia Neogen,termasuk
dengan batuan vulkanik. Pada daerah barat busur ini juga dipotong oleh sesarSorong selama
daerah timur terjadi subduksi di Laut Molluca. Busur Halmahera belum dieksplorasi dan
dimungkinkan hipotesis terbentuk mineralisasi berupa porfiri tembaga-emas
Geologi Daerah Yaba
Andesit Tua berumur Oligosen merupakan satuan batuan yang diperkirakan paling tua secara dominan
batuan di wilayah ini telah mengalami ubahan sedang hingga kuat, terdiri dari batuan vulkanik basaltoandesit, berwarna abu-abu kehijauan, ubahan tersebut dicirikan adanya kloritisasi-piritisasi sebagian telah
mengalami argilitisasi biasanya terbentuk pada beberapa lokasi yang dilalui oleh patahan lokal. Tufa
andesitik terlihat menutupi beberapa lokasi dengan topografi lebih tinggi dan sedikit meruncing, seperti
halnya di Bukit Kailaka dan sekitarnya, memperlihatkan warna abu-abu muda, tekstur afanitik hingga
gelas vulkanik, memperlihatkan struktur laminasi, sebagian kecil berwarna kehijauan, mudah lapuk dan
dapat diremas, batuan segar memperlihatkan andesitik dengan masa dasar gelas vulkanik. Pada lereng
hasil bukaan yang dilakukan oleh perusahaan kayu dalam pembuatan jalan logging, ketebalannya hampir
mencapai rata-rata 8 m, terlihat disepanjang jalan menuju Bukit Kailaka sekitar 5 km perjalanan dari desa
Yaba.
Intrusi granodiorit muncul menerobos andesit tua (Formasi Bacan) terlihat berupa plug atau bentuk stok
berukuran kecil, hasil pengamatan lapangan hanya berdiameter kurang dari 1 km dimana pada bagian
tengah/pusat intrusi tersebut telah terkloritisasi-piritisasi lemah, ke arah Bukit Kailaka sebagian telah
terpatahkan dan memperlihatkan adanya ubahan argilitisasi yang berkaitan erat dengan propilitisasi
dengan hadirnya mineral serisit-albit. Pada bagian kontak dengan batuan samping telah terjadi
mineralisasi yang tidak begitu berkembang secara luas, sehingga hanya terbentuk secara setempat didekat
intrusi/aureole mineralized.
Ubahan dan Mineralisasi Daerah Teluk Bilik
Ubahan propilitik hampir mendominasi seluruh batuan volkanik, terdiri dari ubahan klorit-epidot-pirit
dengan secara setempat ditemukan adanya urat-urat halus kalsit. Hasil pengamatan di lapangan terlihat
adanya indikasi tipe mineralisasi emas epitermal yang berasosiasi dengan zonasi kuarsa-serisit-klorit-pirit,
tidak begitu tebal dan di kontrol oleh patahan, selain itu terdapat juga
secara setempat kuarsa kristalin dan urat-urat halus karbonat berasosiasi dengan kalkopirit. Mineralisasi
terbentuk secara tidak beraturan dan bersifat setempat tidak menerus yang terbentuk di dalam batuan
volkanik basal-andesit.
Beberapa endapan
Daerah Yaba
Hasil analisis pada conto (YB.01) di dalam fracture pada batuan tufa terubah memperlihatkan
kandungan emas dengan kadar Au sebesar 5,940 gr/ton, kadar Cu 0.02 % dan kadar Hg 1,790
gr/t, sedangkan untuk batuan intrusi yang telah mengalami ubahan (YB.05/R) kandungan emas
relatif kecil 0,056 gr/ton, Cu 0,04 % dan Hg 0,504 gr/ton
Lokasi lubang PETI Pantongan berupa urat kuara, berwarna kuning-kehijauan,
lapuk, tebal 40 cm 60 cm, kedalaman 30 m, sebanyak empat conto dengan kandungan emas
rata-rata 36,835 gr/ton, sedangkan untuk Cu rata-rata 5,145 %. Proses tromol/gelundung oleh
para penambang, kandungan emas dalam batuan biasanya menghasilkan antara 1,0 hingga
2,0 gram emas sekali tromol/gelundung ( + 30 kg material batuan). Berarti para penambang
mendapatkan 67 gram emas dalam 1 ton material batuan, sedangkan dari analisis kimia
batuan yang dilakukan di Bandung kandungan emas rata-rata 36,835 gram / ton. Ini bisa
terjadi conto batuan yang dianalisis di Bandung tidak pada kadar yang mereka biasa dapati.
Dalam proses pengolahan emas primer yang dilakukan para penambang di daerah Yaba,
dimulai dengan; proses pengambilan batuan mineralisasi / bijih, proses penumbukan dan
proses penghalusan, kemudian proses amalgamasi sampai dengan proses mendapatkan emas
(bullion).
Tailing : Hasil analisis kimia lebih besar dari analisis pada batuan aslinya mengandung emas
13,706 gram/ ton, dan nilai konsentrasi Hg berkisar 10,0 gram/ton, ini menunjukkan banyak
konsentrasi emas yang terbuang dalam proses amalgamasi dan dalam melakukan proses
pengolahan belum maksimal, karena tidak semua emas dalam batuan bisa tertangkap, begitu
pula untuk kenaikan konsentrasi merkuri cukup tinggi berhubungan erat dengan pemakaian
merkuri dalam proses penggilingan bijih dengan menggunakan alat tromol/gelundung.
Daerah Teluk Bilik
Ubahan propilitik hampir mendominasi seluruh batuan volkanik, untuk daerah ini tidak ada
kegiatan penambangan, conto diambil dari singkapan batuan, lubang tambang yang ditinggalkan
dan float. Hasil analisis kimia dari sejumlah conto (float) menunjukkan kandungan emas relatif
kecil < 0,520 gram/ton, dengan kadar Hg < 0,609 gram/ton, begitu juga untuk logam dasar.
Untuk batuan andesit volkanik (wall rock), mineralisasi emas di daerah ini tidak berkembang.
Hasil analisis yang menunjukkan kadar emas yang menyolok terdapat pada batuan aplit dengan
lebar 20 meter, memotong batuan volkanik, diorit dan mikrodiorit dengan kandungan Au
33,484 gram/ton, Cu 1,32 %, Pb 0,01 % dan Zn 0,01 %.
Secara administratif daerah Gosowong termasuk dalam Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Secara
geografis terletak di antara 127 30 bujur timur dan 00 45 lintang utara.
Untuk menuju lokasi daerah kegiatan dapat ditempuh dengan pesawat udara melalui rute Bandung- Jakarta Ujung
Pandang / Menado Ternate, dari Ternate (ibukota Provinsi) ke lokasi daerah Gosowong bisa menggunakan pesawat
perintis atau dengan speed boat (gambar lampiran 1).
1
Dapus
http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202005/konservasi/7-Gosowong.pdf
http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202008/KONSERVASI/PENELITIAN
%20POTENSI%20BAHAN%20GALIAN%20PERTAMBANGAN%20SEKALA
%20KECIL%20DI%20DAERAH%20BACAN%20KABUPATEN%20HALMAHERA
%20SELATAN.pdf
https://www.scribd.com/doc/242680876/Magmatik-Arc-Dan-Mineralisasi-Base-andPrecious-Metal-Di-Indonesia