Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Fosil Peraga F99
Melalui kenampakan megaskopis, Fosil peraga F99 ini merupakan
peraga berjenis bodi utuh, karena memiliki kenampakan seperti organismenya
ketika hidup, warnanya putih, dengan dimensi 18 x 7,5 x 6 cm, peraga ini
memiliki tipe pemfosilan berupa pengawetan bagian keras organisme dengan
tipe karbonatan.
Fosil dengan nomor peraga F99 tersusun oleh morfologi-morfologi yang
terdiri dari calyx, septum, dan septa. Calyx merupakan bagian koral yang
berupa tubuh (kerangka) luar. Dimana pada fosil tersebut, calyx hidup dalam
jumlah yang banyak atau secara koloni, sehingga disebut sebagai coralum.
Dimana calyx memiliki bentuk seperti cawan yang digunakan sebagi penciri
tempat tinggalnya hewan koral berupa tipe polyp. Disamping itu, coralum
berfungsi sebagai alat eksresi sekaligus respirasi yang belum bekerja secara
spesifik. Kemudian pada bagian tubuh lainnya, terdapat morfologi berupa
Septa yaitu dinding pembatas vertikal yang membagi rangka luar tubuh koral
tersebut (calyx). Dimana septa yang ada pada koral tersebut dapat menjadi
indikasi untuk menentukan sub kelas dari koral itu sendiri. Dimana apabila
tidak terdapat morfologi septa pada suatu koral, maka dapat digolongkan
kedalam sub kelas tabulata. Septum sendiri adalah batas yang ada dalam
rongga pada calyx.
Proses pembentukan fosil ini awalnya terjadi pada saat koral yang masih
hidup, mengalami proses kematian dan belum mengalami proses pembusukan.
Pada saat koral tersebut mati, maka akan meninggalkan cangkang-cangkang
yang berukuran besar, dimana sifat dari cangkang-cangkang tersebut yaitu
bersifat keras dan karbonatan, karena tersusun oleh komposisi CaCo3 yang
tinggi. Kemudian bagian keras dari organisme tersebut akan terkubur secara
keseluruhan membentuk fosil yang mirip dengan organismenya ketika hidup
akibat adanya proses sedimentasi.

Organisme ini memiliki kisaran waktu hidup yaitu muncul sejak zaman
Cambrian, dan pertama kali terfosilkan pada zaman karbon awal, organisme
ini masih dapat ditemui hingga sekarang.
Fosil ini berupa rangka yang relatif tebal, maka dapat diinterpretasikan
bahwa fosil tersebut hidup pada daerah laut yang jernih, hangat dan dangkal.
Dimana pada daerah yang dangkal akan memiliki tingkat salinitas dan
intensitas cahaya matahari yang tinggi, ditambah kaya akan oksigen pada arus
yang cukup deras. Sehingga kandungan karbonatannya akan semakin tinggi.
Dimana batas ditemukannya organisme ini yaitu berada pada batas CCD.
Berdasarkan dari pengamatan secara megaskopis yang meliputi warna,
dimensi, jenis fosil, morfologi fosil, serta taksonomi fosil. Maka, dapat
diinterpretasikan bahwa fosil ini termasuk ke dalam filum Coelenterata
dengan kelas Anthozoa. Dimana ciri-ciri dari kelas tersebut yaitu tersusun oleh
bagian keras serta hidup secara tertambat. Kelas dari organisme ini
diinterpretasikan berupa Rugosa dengan famili berupa Lonsdaleilnae yang
hidup pada lingkungan laut dangkal dan hidup pada zaman sekitar Cambrian Holosen. Diinterpretasikan bahwa organisme tersebut adalah Lithostrationella
sp.
2.2 Fosil Peraga FC 14
Melalui kenampakan megaskopis, Fosil peraga FC14 ini merupakan
peraga berjenis bodi utuh, karena memiliki kenampakan seperti organismenya
ketika hidup, warnanya putih, dengan dimensi 13 x 8 cm, peraga ini memiliki
tipe pemfosilan berupa pengawetan bagian keras organisme dengan tipe
karbonatan.
Fosil dengan nomor peraga FC14 tersusun oleh morfologi-morfologi
yang terdiri dari calyx, septum, dan septa. Calyx merupakan bagian koral yang
berupa tubuh (kerangka) luar. Dimana pada fosil tersebut, calyx hidup dalam
jumlah yang banyak atau secara koloni, sehingga disebut sebagai coralum.
Dimana calyx memiliki bentuk seperti cawan yang digunakan sebagi penciri
tempat tinggalnya hewan koral berupa tipe polyp. Disamping itu, coralum

berfungsi sebagai alat eksresi sekaligus respirasi yang belum bekerja secara
spesifik.Organisme ini memiliki Calyx yang sangat kecil sehingga sulit tuk
diamati. Kemudian pada bagian tubuh lainnya, terdapat morfologi berupa
Septa yaitu dinding pembatas vertikal yang membagi rangka luar tubuh koral
tersebut (calyx). Dimana septa yang ada pada koral tersebut dapat menjadi
indikasi untuk menentukan sub kelas dari koral itu sendiri. Dimana apabila
tidak terdapat morfologi septa pada suatu koral, maka dapat digolongkan
kedalam sub kelas tabulata. Septum sendiri adalah batas yang ada dalam
rongga pada calyx.
Proses pembentukan fosil ini awalnya terjadi pada saat koral yang masih
hidup, mengalami proses kematian dan belum mengalami proses pembusukan.
Pada saat koral tersebut mati, maka akan meninggalkan cangkang-cangkang
yang berukuran besar, dimana sifat dari cangkang-cangkang tersebut yaitu
bersifat keras dan karbonatan, karena tersusun oleh komposisi CaCo3 yang
tinggi. Kemudian bagian keras dari organisme tersebut akan terkubur secara
keseluruhan membentuk fosil yang mirip dengan organismenya ketika hidup
akibat adanya proses sedimentasi.
Fosil ini berupa rangka yang relatif tebal, maka dapat diinterpretasikan
bahwa fosil tersebut hidup pada daerah laut yang jernih, hangat dan dangkal.
Dimana pada daerah yang dangkal akan memiliki tingkat salinitas dan
intensitas cahaya matahari yang tinggi, ditambah kaya akan oksigen pada arus
yang cukup deras. Sehingga kandungan karbonatannya akan semakin tinggi.
Organisme ini memiliki kisaran waktu hidup sejak zaman Triassic, dan
organisme ini masih dapat ditemui hingga sekarang.
Berdasarkan dari pengamatan secara makroskopis yang meliputi warna,
dimensi, jenis fosil, morfologi fosil, serta taksonomi fosil. Maka, dapat
diinterpretasikan bahwa fosil ini termasuk ke dalam filum Coelenterata
dengan kelas Anthozoa. Dimana ciri-ciri dari kelas tersebut yaitu tersusun oleh
bagian keras serta hidup secara tertambat. Kelas dari organisme ini
diinterpretasikan berupa Sclerectinia dengan famili berupa Poritidae yang

hidup pada lingkungan laut dangkal dan hidup pada zaman sekitar Triasic Sekarang. Diinterpretasikan bahwa organisme tersebut adalah Porites sp.
2.3 Fosil Peraga FC X01
Melalui kenampakan megaskopis, Fosil peraga ini merupakan peraga
berjenis bodi utuh, karena memiliki kenampakan seperti organismenya ketika
hidup, warnanya putih, dengan dimensi 5,5 x 4,5 x 3 cm, peraga ini memiliki
tipe pemfosilan berupa pengawetan bagian keras organisme dengan tipe
karbonatan.
Fosil dengan nomor peraga FC X01 tersusun oleh morfologi-morfologi
yang terdiri dari calyx, septum, dan septa. Calyx merupakan bagian koral yang
berupa tubuh (kerangka) luar. Dimana pada fosil tersebut, calyx hidup dalam
jumlah yang banyak atau secara koloni, sehingga disebut sebagai coralum.
Dimana calyx memiliki bentuk seperti cawan yang digunakan sebagi penciri
tempat tinggalnya hewan koral berupa tipe polyp. Disamping itu, coralum
berfungsi sebagai alat eksresi sekaligus respirasi yang belum bekerja secara
spesifik. Kemudian pada bagian tubuh lainnya, terdapat morfologi berupa
Septa yaitu dinding pembatas vertikal yang membagi rangka luar tubuh koral
tersebut (calyx). Dimana septa yang ada pada koral tersebut dapat menjadi
indikasi untuk menentukan sub kelas dari koral itu sendiri. Dimana apabila
tidak terdapat morfologi septa pada suatu koral, maka dapat digolongkan
kedalam sub kelas tabulata. Septum sendiri adalah batas yang ada dalam
rongga pada calyx.
Proses pembentukan fosil ini awalnya terjadi pada saat koral yang masih
hidup, mengalami proses kematian dan belum mengalami proses pembusukan.
Pada saat koral tersebut mati, maka akan meninggalkan cangkang-cangkang
yang berukuran besar, dimana sifat dari cangkang-cangkang tersebut yaitu
bersifat keras dan karbonatan, karena tersusun oleh komposisi CaCo3 yang
tinggi. Kemudian bagian keras dari organisme tersebut akan terkubur secara
keseluruhan membentuk fosil yang mirip dengan organismenya ketika hidup
akibat adanya proses sedimentasi.

Fosil ini berupa rangka yang relatif tebal, maka dapat diinterpretasikan
bahwa fosil tersebut hidup pada daerah laut yang jernih, hangat dan dangkal.
Dimana pada daerah yang dangkal akan memiliki tingkat salinitas dan
intensitas cahaya matahari yang tinggi, ditambah kaya akan oksigen pada arus
yang cukup deras. Sehingga kandungan karbonatannya akan semakin tinggi.
Organisme ini memiliki kisaran waktu hidup sejak zaman Karbon awal, dan
organisme ini masih dapat ditemui hingga sekarang.
Berdasarkan dari pengamatan secara makroskopis yang meliputi warna,
dimensi, jenis fosil, morfologi fosil, serta taksonomi fosil. Maka, dapat
diinterpretasikan bahwa fosil ini termasuk ke dalam filum Coelenterata
dengan kelas Anthozoa. Dimana ciri-ciri dari kelas tersebut yaitu tersusun oleh
bagian keras serta hidup secara tertambat. Kelas dari organisme ini
diinterpretasikan berupa Sclerectinia dengan famili berupa Merulinidae yang
hidup pada lingkungan laut dangkal dan hidup pada zaman sekitar Karbon
Awal - Sekarang. Diinterpretasikan bahwa organisme tersebut adalah Favites
sp.

Anda mungkin juga menyukai