Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksanan teknis dinas (UPTD) Kesehatan
Kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
Kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas adalah Pusat kesehatan masyarakat
yang berorientasi pada upaya promotif, preventif dengan tidak mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya
Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang
hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memitiki derajat. kesehatan yang setinggi tingginya (Depkes RI, 2007).
Salah satu upaya preventif yang dilakukan puskesmas adalah dengan
mengadakan program Jamban Sehat, dimana program Jamban Sehat tersebut
termasuk ke dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes RI, 2007).
Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 852/2008 tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat disebutkan bahwa jamban sehat
adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit. Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 715/2003
tentang Persyarakan Hygiene Sanitasi Jasaboga disebutkan bahwa usaha jasaboga

harus menyediakan WC Umum dengan fasilitas jamban dan peturasan sesuai


dengan jumlah karyawannya(Depkes RI, 2007).
Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru
mencapai 67,3%. Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi
syarat bakteriologis. Sedangkan penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC)
hanya 54%. Itulah sebabnya penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang
ditularkan melalui air masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan
angka kesakitan 374 per 1000 penduduk. Selain itu diare merupakan penyebab
kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua
umur (Depkes RI, 2007).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kepaniteraan IKM di Puskesmas Mojolaban bertujuan agar para
dokter muda dapat mengetahui dan memahami manajemen pelayanan
kesehatan tingkat dasar dan melakukan Problem Solving Cycle di
Puskesmas Mojolaban.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat dasar
yang bersifat komprehensif dan holistik.
b. Mengetahui struktur, tugas, dan fungsi masing-masing bagian di
Puskesmas Mojolaban.
c. Mengetahui dan memahami fungsi pelayanan kesehatan di Puskesmas
Mojolaban.
d. Mengetahui peran petugas kesehatan, bidan desa, tim desa, kader, dan
masyarakat dalam upaya meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) melalui jamban sehat di Puskesmas Mojolaban.
2

C. Manfaat
1. Membantu para dokter muda untuk lebih memahami manajemen
Puskesmas dalam menangani suatu permasalahan.
2. Memberi masukan bagi Puskesmas Mojolaban tentang masalah-masalah
yang terjadi, serta alternatif upaya pemecahannya.
3. Menambah pengetahuan mengenai program-program untuk meningkatkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui jamban sehat.
4. Menurunkan angka kejadian diare dalam hubungannya dengan jamban
sehat.
5. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
program tersebut.
6. Memberikan informasi kepada penyusun kebijakan mengenai faktor-faktor
yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program-program untuk
meningkatkan PHBS dalam upaya menurunkan angka kejadian diare.

BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat primer yang memiliki
upaya kesehatan tidak hanya kuratif dan rehabilitatif, namun juga promotif dan
preventif. Dalam upaya kesehatan yang mencakup keseluruhan itu, masih terdapat
beberapa permasalahan yang menyebabkan angka kejadian beberapa penyakit
masih tinggi. Tinggnya angka kejadian tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan
tenaga kesehatan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dengan melihat data dari Puskesmas Mojolaban, maka dapat ditetapkan
urutan masalah yang akan penulis angkat menjadi prioritas masalah.
A. Pengumpulan dan Pengolahan data
Kumpulan masalah yang didapatkan dari tiap unit/bidang di Puskesmas
Mojolaban tahun 2012 akan di analisis untuk menentukan prioritas masalah
yang akan di bahas dalam laporan. Berikut merupakan daftar masalah yang
mewakili permasalahan kesehatan di tiap unit:
Tabel 1. Urutan permasalahan di Puskesmas Mojolaban
No
1

Unit
Pelayanan

Masalah Kesehatan
- Tingginya
temuan

Keterangan
Jumlah bumil risti (sampai

Jumlah
739 orang

kesehatan

kasus ibu hamil dengan

desember 2012)
AKI (sampai Desember 2012)
AKB
(sampai Desember

4 orang

2012)
Jumlah

32 bayi

risiko

tinggi

risti)
- Tingginya

(Bumil
angka

kematian ibu dan bayi


- Tingginya kasus ISPA

kunjungan

pasien

ISPA di Puskesmas (sampai


Desember 2012)

P2PL

2924 orang

- Rendahnya temuan TB

Angka penemuan kasus TB

10 %

paru BTA positif


- Tingginya prevalensi

paru BTA positif (2012)


Angka penemuan kasus TB

19.10 %

penderita TB paru

- kasus diare berkaitan


dengan

paru

BTA positif

sampai

dengan Desember 2012


Prevalensi TB paru (2012)
Jumlah kasus Diare (2012)

89/

83.071

penduduk

ketersediaan

jamban
3

Promkes

3612 orang

Masih

terdapat

balita

dengan

gizi

kurang

Jumlah balita gizi kurang

balita

sampai Desember 2012

maupun gizi buruk

Jumlah

balita

gizi

282 (6,16 %

buruk

sampai Desember 2012

ditimbang)
21

balita

(0.46 % balita
ditimbang)

(Data sekunder Puskesmas Mojolaban tahun 2012)


Keterangan:
-

Jumlah penduduk Kecamatan Mojolaban sebanyak 83.071 jiwa

Jumlah penderita diare di Kecamatan Mojolaban 3612 orang

Distribusi penyebaran angka kejadian diare di kecamatan Mojolaban, bedasarkan:


1. Usia
Berdasarkan data dari Puskesmas Mojolaban didapatkan angka kejadian
diare paling banyak dijumpai pada usia 1-4 tahun dan 20 44 tahun.
2. Jenis Kelamin
angka kejadian diare berdasarkan data dari Puskesmas mojolaban paling
banyak dijumpai pada jenis kelamin perempuan dibandngkan laki-laki.
3. Tingkat Pendidikan
Dari data Puskesmas Mojolaban ditemukan perbedaan yang signifikan
antara penduduk dengan tingkat pendidikan rendah (SD dan SMP) dan
penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA, SMK, Perguruan tinggi).
Angka kejadian diare ditemukan di penduduk denga tingkat pendidikan
rendah.
a. Pemilihan prioritas masalah
Dari berbagai masalah kesehatan tersebut, penulis menyusun tabel
matrikulasi prioritas masalah untuk menentukan urutan prioritas masalah yang
harus diselesaikan terlebih dahulu.
Tabel 2. Matrikulasi Masalah
I

Daftar Masalah
1.

AKI dan AKB yang

P
5

2.
3.
4.
5.

tinggi
ISPA
TB paru
Diare
Gizi kurang/buruk

4
3
5
3

Jumlah

S
5

RI
4

DU
3

SB
3

PB
5

PC
1

IxTxR
112.500 5

2
4
2
3

3
2
3
2

3
3
3
4

3
5
4
3

2
4
3
4

1
1
1
1

2
3
3
4

2
4
4
4

1.728
17.280
12.960
13.824

KETERANGAN
I
P
S
RI
DU
SB
PB
PC
T
R

Skala:
1.
2.
3.

4.
5.

: importance (Kepentingan)
: prevalence (Jumlah kasus lama dengan kasus baru)
: severity (Derajat keparahan penyakit)
: rate of increase (Derajat peningkatan penyakit)
: degree of unmet need (Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi)
: social benefit (Keuntungan sosial karena terselesaikannya masalah
: public concern (Fokus masyarakat terhadap penyakit)
: political climate (Kebijakan terhadap penyakit)
: technology (Sumber daya teknologi yang tersedia)
: resources availability (Sumber daya manusia dan pengobatan yang tersedia)

Sangat Rendah
Rendah
Sedang

Tinggi
Sangat Tinggi
(Sumber: Azwar. A, 2006, dalam buku Pengantar Kesehatan edisi 4)
Berdasarkan kriteria matriks diatas maka urutan prioritas masalah

adalah sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.

AKI dan AKB yang tinggi


TB paru
Gizi Buruk
Diare
ISPA
Dari berbagai masalah yang ada, masalah kesehatan yang menjadi

prioritas perhatian utama di Puskesmas Mojolaban adalah tingginya AKI dan


AKB. Akan tetapi masalah tersebut sudah pernah dibahas dan diberikan
alternatif pemecahan masalah. Masalah kedua, yaitu TB paru sudah sering
dibahas dalam laporan sebelumnya begitu pula masalah di bidang PROMIZI
yaitu mengenai gizi kurang dam gizi buruk juga sudah pernah dibahas
sebelumnya. Maka penulis mencoba membuat prioritas masalah di bidang
kesehatan lingkungan yaitu mengenai diare berkaitan dengan ketersediaan
jamban di Puskesmas Mojolaban. Penulis mengangkat masalah tersebut
karena masih banyak kasus diare sampai bulan Desember 2012 (3.612 orang).
6

b. Kriteria Jamban Sehat


Buang air besar (BAB) sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak
BAB sembarangan sangat buruk bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok,
berbagai jenis penyakit ditularkan.Sebagai gantinya, BAB harus pada
tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus diperhatikan pembangunan
jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi
lingkungan.Kementerian Kesehatan

telah

menetapkan syarat dalam

membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut
syarat-syarat tersebut (Notoatmodjo, 2005):
1.

Tidak mencemari air


Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar
dasar lubang kotoran tidak

mencapai permukaan air tanah

maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran


harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10
meter
Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur
agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari
sumur.
Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam
selokan,empang, danau, sungai, dan laut
2. Tidak mencemari tanah permukaan
Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun,
pekarangan, dekatsungai, dekat mata air, atau pinggir jalan..
Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras
kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang
galian.
3.

Bebas dari serangga


7

Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya


dikuras setiapminggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya
nyamuk demam berdarah
Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap
dapat menjadi sarang nyamuk.
Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah
yang bisamenjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
Lubang

jamban,

khususnya

jamban

cemplung,

harus

tertutup.
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus
ditutup setiap selesai digunakan
Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher
angsa harustertutup rapat oleh air
Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodic

5. Aman digunakan oleh pemakainya


Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubangkotoran dengan pasangan batau atau selongsong
anyaman bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah
setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya
Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang
kotoran
8

Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain


ke salurankotoran karena dapat menyumbat saluran
Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang
kotoran karena jamban akan cepat penuh
Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati.
Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan
kemiringan minimal.
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
Jamban h a r u s b e r d i n d i n g d a n b e r p i n t u
Dianjurkan

agar

bangunan

jamban

beratap

sehingga

pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan..


c. Analisis SWOT Puskesmas Mojolaban
Dalam merumuskan perencanaan strategis dan untuk pengembangan mutu
pelayanan, maka dilakukan analisis keadaan Puskesmas Mojolaban melalui
analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat).
Tabel 3. Analisis SWOT Puskesmas Mojolaban
Kekuatan (S)

Jumlah tenaga kesehatan banyak dan


merata di setiap unit
Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)
petugas kesehatan sesuai dengan
kompetensinya
Sarana prasarana kesehatan dasar
mencukupi
Terdapat petugas yang menguasai
teknologi informasi

Kelemahan (W)

Gedung rawat inap dan rawat


jalan tidak terpadu, terpisah jarak
yang cukup jauh.
Rasio jumlah bidan desa terhadap
luas wilayah kerjanya belum
proporsional
Puskesmas induk belum
mempunyai ruang pertemuan yang
memadai

Dana untuk upaya pelayanan

Terdapat gedung yang belum

kesehatan perorangan dan

termanfaatkan dengan baik

masyarakat mencukupi

Pemeriksaan penunjang untuk


9

Permenkes RI Nomor

pelayanan rawat jalan tidak dapat

903/MENKES/PER/V/2011 tentang

dilakukan dengan cepat karena

Pedoman Pelaksanaan Program

lokasinya terpisah.

Jaminan Kesehatan Masyarakat


Perda Kab. Sukoharjo Nomor 12

Kurangnya komitmen kerja dari


beberapa petugas di Puskesmas

Tahun 2009 tentang Retribusi


Pelayanan Kesehatan Pusat
Kesehatan Masyarakat; biaya
pelayanan kesehatan dijamin oleh
Pemerintah Kabupaten membuat
semakin tingginya keinginan
masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan, dimana
Jamkesda mengcover masyarakat
kurang mampu yang belum tercover
jamkesmas
Adanya bantuan operasional bidang
kesehatan dan bantuan sosial bidang
kesehatan, yang bersumber dari dana
APBD dan Bantuan Operasional
Kesehatan
menjamin masyarakat miskin
mendapat pelayanan kesehatan.
Peluang (O)

Adanya dukungan kader kesehatan,

Hambatan (T)

Kondisi masyarakat yang beragam

Tim Desa, Pokja Desa Siaga dan

dalam hal tingkat pendidikan,

lintas sektor.

tingkat ekonomi, dan tingkat

Terjalinnya koordinasi dengan


pelayanan kesehatan swasta,
meliputi: Dokter praktek, bidan

pemahaman terhadap kesehatan


Perilaku dan budaya masyarakat
belum mendukung program PHBS
10

praktek swasta, Rumah bersalin,


maupun Apotek.
Otonomi daerah / desentralisasi
dengan diterapkannya SOTK yang

Terbukanya isolasi dan mobilitas


Masih banyaknya keluarga miskin
penduduk memudahkan
penyebaran penyakit menular

baru termasuk bidang kesehatan


Tingginya animo masyarakat untuk
berobat ke Puskesmas, ditunjukkan
dengan jumlah kunjungan rawat
jalan tahun 2011 mencapai 127%
Simpulan dari analisis SWOT
Untuk meningkatkan program pada tahun mendatang, Puskesmas dapat
melakukan:
1. Puskesmas mengoptimalkan tenaga kesehatan dan fasilitas yang ada untuk
menghasilkan pelayanan yang prima kepada masyarakat
2. Puskesmas meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pelayanan
kesehatan swasta di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban. Dalam hal
PHBS dan angka kejadian diare, perlu peningkatan koordinasi dan
kerjasama terutama dengan Bidan Praktek Swasta (BPS) dan Pelayanan
Kesehatan Desa (PKD).
3. Meningkatkan promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan dengan
sarana yang menarik (leaflet, poster, maupun pemanfaatan internet) di
sekolah maupun di masyarakat umum mengenai permasalahan kesehatan
dan solusinya.
4. Mengikutsertakan tokoh masyarakat (Tim Desa) ataupun organisasi
masyarakat serta meningkatkan peran Desa Siaga dalam mendukung
program Puskesmas dan peningkatan temuan-temuan kasus.

11

12

BAB III
PENETAPAN PRIORITAS JALAN KELUAR
A.

Alternatif jalan keluar


Prioritas masalah yang telah penulis tentukan perlu disusun alternatif
pemecahannya dengan terlebih dahulu menggali penyebab dari masalah
tersebut. Penyebab terjadinya diare , antara lain dikarenakan (Ramaiah,
2007) :
1.
2.

Kurangnya ketersediaan jamban <78%


Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit yang bisa

3.

terjadi akibat rendahnya perilaku hidup bersih sehat.


Masih terbenturnya program kesehatan l ingkungan (pengadaan
jamban) dengan pola perilaku masyarakat yang sudah terbentuk sejak

4.

lama.
Keterbatasan dana dalam pengadaan sarana prasarana jamban

Tabel 4. Alternatif Pemecahan Masalah


Masalah
Kurangnya ketersediaan jamban

Alternatif Pemecahan Masalah


Mendorong
kesadaran
masyarakat pentingnya jamban
Pengadaan kamar mandi umum
Pembuatan
mencakup

septictank
beberapa

yang
rumah

sekaligus.
Pemberian reward bagi desa
yang

dapat,

meningkatkan

ketersediaan jamban sesuai target


Kurangnya pengetahuan

masyarakat

terhadap penyakit yang bisa terjadi


akibat rendahnya perilaku hidup
bersih sehat.

program kesehatan lingkungan


Pemberian penyuluhan tentang
pola perilaku hidup bersih dan
sehat.
Memberikan

edukasi

kepada
13

penderita diare untuk melakukan


pola hidup bersih sehat
.Masih

program

Melakukan pendekatan personal

lingkungan (pengadaan

kepada warga yang masih sulit

terbenturnya

kesehatan
jamban)

dengan

pola

perilaku

masyarakat yang sudah terbentuk


sejak lama.

menggunakan jamban
Pelarangan

penggunan

sarana

umum (sungai) untuk BAB

Keterbatasan dana dalam pengadaan

Pemberian bantuan inisiasi

sarana prasarana jamban

pengadaan jamban
Pengadaan arisan jamban
Kerja bakti pembangunan WC
umum.

B.

Pemilihan prioritas jalan keluar


Alternatif pemecahan masalah diatas apabila dilaksanakan diharapkan
dapat menurunkan kejadian diare. Untuk itu perlu dipilih prioritas
pemecahan masalah yang paling sesuai untuk Puskesmas Mojolaban.
Pemilihan tersebut dengan menggunakan empat kriteria matriks yaitu
magnitude, importance, vunerability, dan cost seperti yang terlihat pada
Tabel 6 (Azwar, 2006).

Tabel 5. Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah.


No.

Daftar Pemecahan Masalah

Efektifitas

Efisiensi
14

Jumlah

1.

Menambah jumlah petugas

MxIxV
C
6

2.

Memberikan pelatihan terlebih dahulu


kepada petugas sebelum memegang
jabatannya, dan memberikan jabatan sesuai
dengan latar belakang pendidikannya
Adanya penilaian kinerja petugas
puskesmas, adanya sistem reward
Membuat usaha untuk mendapatkan
tambahan dana, misalnya dengan
memanfaatkan fasilitas rawat inap di
Puskesmas
Penyuluhan tentang bahaya dari BAB di
sembarang
tempat
dan
pentingnya
mempunyai jamban.
Memotivasi masyarakat untuk membangun
jamban
Kerja sama lintas program untuk
menanggulangi kejadian diare akibat BAB
di sembarang tempat karena tidak
mempunyai jamban

20

3.
4.

5.
6.
7.

(C)

Berdasarkan Tabel 6, prioritas penetepan jalan keluar untuk Puskesmas


Mojolaban adalah:
1. Penyuluhan tentang bahaya dari BAB di sembarang tempat dan
pentingnya mempunyai jamban.
2. Memotivasi masyarakat untuk membangun jamban
3. Kerja sama lintas program untuk menanggulangi kejadian diare akibat
BAB di sembarang tempat karena tidak mempunyai jamban

BAB IV
PLAN OF ACTION
15

Berdasarkan analisis data dan permasalahan di Puskesmas Mojolaban,


dapat dirumuskan rencana pemecahan masalah menekan diare melalui berbagai
kegiatan yang terdapat dalam tabel berikut:
Rencana Pemecahan Masalah untuk Menurunkan Kasus Diare Akibat
Ketersediaan Jamban
No.

Kegiatan

Jenis
Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Waktu

Penanggung
Jawab

Warga
masyarakat

Penyuluhan

Mendorong

kepada

kesadaran

masyarakat

masyarakat

tentang

pentingnya

pentingnya

jamban

mempunyai

yang

belum

Meningkatkan

mempunyai

angka

jamban

kepemilikan
jamban

sekali, saat

Seluruh
masyarakat di
wilayah kerja

jamban

Sebulan
kegiatan
Posyandu

Unit
Kesehatan
Lingkungan

Puskesmas
Mojolaban

Pembuatan
jamban umum

di lingkungan

Mencegah

Lingkungan

Unit

Pengadaan

yang belum

masyarakat

masyarakat

Kesehatan

kamar mandi

mempunyai

agar tidak

yang

umum

jamban

BAB

mempunyai

pribadi dan

sembarangan

WC/Jamban

Perangkat

pribadi

Desa Terkait

memiliki

belum

Pada saat

Lingkungan

dibutuhkan

dan

keterbatasan
3

Pembuatan

dana
Pembangunan

Lingkungan

Unit

septictank

satu septictank

masyarakat

Kesehatan

yang

untuk

Meningkatkan

yang belum

Pada

Lingkungan

mencakup

beberapa

kesadaran

mempunyai

saat

dan

beberapa

jamban untuk

untuk

jamban akubat

dibutuhk

Perangkat

rumah

menghemat

membuat

keterbatasan

an

Desa Terkait

16

Keterangan

sekaligus.

tempat dan

jamban

Pemberian

biaya
Dilakukan

Meningkatkan

reward bagi

evaluasi

tiap

motivasi

desa

tahun

dan

kepada

yang

dapat,

pemberian

masyarakat

meningkatkan

reward kepada

agar

ketersediaan

desa

membangun

jamban sesuai

dan desa yang

target

dapat

program

meningkatkan

kesehatan

ketersediaan

lingkungan

jamban
Penyuluhan

Meningkatkan

Pemberian

kepada

pengetahuan

penyuluhan

masyarakat

masyarakat

tentang

tentang

tentang pola

perilaku hidup

pentingnya

perilaku hidup

bersih

pola perilaku

bersih dan

hidup bersih

sehat.

pola
dan

sehat.

bersih

jamban

tempat

Masyarakat
Mojolaban

Setiap

Unit

tahun

Kesehatan
Lingkungan

Seluruh
masyarakat di

Sebulan

wilayah kerja

sekali, saat

Puskesmas

kegiatan

Mojolaban

Posyandu

Unit
Kesehatan

Lingkungan

dan sehat.
Memberikan

Meningkatkan

edukasi

Memberikan

pengetahuan

kepada

penjelasan dan

masyarakat

penderita

edukasi

tentang pola

diare

kepada pasien

perilaku hidup

melakukan

diare pada saat

bersih dan

pola

melakukan

sehat.

untuk
hidup

bersih sehat

Pasien diare
yang sedang
melakukan
pemeriksaan

Setiap

Unit

kunjungan

Pelayanan

pasien

Kesehatan

pemeriksaan

17

Melakukan

Edukasi dan

Meningkatkan

pendekatan

penyuluhan

kesadaran

personal

secara

akan

kepada warga

personal

pentingnya

yang

kepada warga

penggunaan

sulit

yang masih

jamban

menggunakan

sulit

jamban

menggunakan

masih

Pelarangan
penggunan
8

sarana umum
(sungai) untuk
BAB

Masyarakat
yang masih sulit
untuk
menggunakan

Pada saat
dibutuhkan

Unit
Kesehatan
Lingkungan

jamban

jamban
Advokasi

Agar

kepada Kepala

masyarakat

Desa dan

beralih

tokoh

menggunakan

Masyarakat

masyarakat

jamban

yang masih

untuk

tidak BAB di

sulit untuk

membuat

sungai lagi

menggunakan

dan

larangan yang

Pada saat
dibutuhkan

Unit
Kesehatan
Lingkungan

jamban

tertulis dalam
Peraturan
Desa
Pemberian
bantuan

Agar
Pemberian
bantuan
9

inisiasi
pengadaan
jamban

Pemberian
bantuan
kepada
masyarakat
yang ingin

masyarakat
terstimulasi

Masyarakat

bukan

yang ingin

berupa uang,

membangun

untuk
membangun

jamban tetapi
memiliki

jamban

Pada saat
dibutuhkan

Unit

melainkan

Kesehatan

bahan

Lingkungan

akan

membangun

keterbatasan

gunakan

jamban

dana

untuk

yang
di

membangun
jamban
Mengadakan
10

Pengadaan

arisan yang

arisan jamban

hadiahnya
pembangunan
jamban

Untuk
memudahkan

Masyarakat

masyarakat

yang

yang

memiliki

ingin

membangun

jamban

belum

Setiap
bulan

Unit
Kesehatan
Lingkungan

jamban

18

11

Mengadakan

Meringankan

kerja bakti

masyarakat

Kerja bakti

untuk

yang

pembangunan

membantu

membangun

WC umum.

masyarakat

jamban

yang sedang

akan

Masyarakat
yang akan
membangun
jamban

Pada saat
diperlukan

Unit
Kesehatan
Lingkungan

membangun
jamban

19

BAB V
PROBLEM SOLVING CYCLE (PSC)

Sumber Dana

20

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Masih banyaknya kasus diare di Puskesmas Mojolaban dikarenakan
kurangnya ketersediaan jamban sehat akibat dari tingkat ekonomi masyarakat
yang kurang mampu dan tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya
kesadaran masyarakat akan pola perilaku hidup bersih dan sehat.
B. Saran
Melihat kenyataan di lapangan mengenai penyebab masih banyaknya
kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban, maka sasaran solusi
adalah pendekatan kepada masyarakat untuk menerapkan pola perilaku hidup
bersih sehat . Khususnya untuk pengadaan jamban yang akan menunjang hal
tersebut. Pendekatan tersebut dapat berupa penyuluhan, konseling, dan lain
sebagainya.

21

DAFTAR PUSTAKA
Azwar A. 2006. Pengantar Administrasi Kesehatanedisi 4. Jakarta: Bina Rupa
Aksara, hal: 221-239
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pendataan Data Puskesmas.
http://www.depkes.go.id. Diakses 2 November 2012
Notoatmodjo,S. 2005. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta, hal : 125-142
Ramaiah, S. 2007. Manajemen Diare dan Keracunan. Jakarta:PT.Bhuana Ilmu
Popular.
Soegianto, B. 2007. Kebijakan Dasar Puskesmas.
http://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/program-Puskesmas.pdf.
Diakses 2 November 2012
Suparyanto, 2010. Konsep Puskesmas. http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/03/konsep-Puskesmas.html. Diakses 2
November 2012
UPTD Puskesmas Mojolaban. 2011. Profil Puskesmas Mojolaban Tahun 2011.
Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten

22

Anda mungkin juga menyukai