Anda di halaman 1dari 7

PELAPORAN KORPORAT

Perbandingan Pelaporan Keuangan Lembaga Keuangan


Konvensional dan Syariah

Disusun oleh:
Adi Nurhidaya
Bety Nofitasari
Stepani Permatasari

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

2014
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah sebagai bagian dari Sistem Ekonomi Syariah, dalam
menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari saringan Syariah. Oleh karena itu,
Lembaga Keuangan Syariah tidak akan mungkin membiayai usaha-usaha yang di dalamnya
terkandung hal-hal yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat
luas, berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila, perjudian, peredaran narkoba, senjata illegal,
serta proyek-proyek yang dapat merugikan syiar Islam. Untuk itu dalam struktur organisasi
Lembaga Keuangan Syariah harus terdapat Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi
produk dan operasional lembaga tersebut.
Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam koridor-koridor prinsipprinsip:
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko
masing-masing pihak.
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana,
serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi
untuk memperoleh keuntungan.
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya.
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Lembaga Keuangan Syariah, dalam setiap transaksi tidak mengenal bunga, baik dalam
menghimpun tabungan investasi masyarakat ataupun dalam pembiayaan bagi dunia usaha yang
membutuhkannya. Keuntungan total pada modal akan dibagi di antara kedua pihak menurut
keadilan. Pihak penyedia dana tidak akan dijamin dengan laju keuntungan di depan meskipun
bisnis itu ternyata tidak menguntungkan.
Sistem bunga akan merugikan penghimpunan modal, baik suku bunga tersebut tinggi
maupun rendah. Suku bunga yang tinggi akan menghukum pengusaha sehingga akan
menghambat investasi dan formasi modal yang pada akhirnya akan menimbulkan penurunan
dalam produktivitas dan kesempatan kerja serta laju pertumbuhan yang rendah. Suku bunga yang

rendah akan menghukum para penabung dan menimbulkan ketidakmerataan pendapatan dan
kekayaan, karena suku bunga yang rendah akan mengurangi rasio tabungan kotor, merangsang
pengeluaran konsumtif sehingga akan menimbulkan tekanan inflasioner, serta mendorong
investasi yang tidak produktif dan spekulatif yang pada akhirnya akan menciptakan kelangkaan
modal dan menurunnya kualitas investasi.
Ciri-ciri sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus sesuai dengan
fatwa Dewan Pengawas Syariah.
2. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga Keuangan
Syariah sebagai intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan
debitur-kreditur.
3. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit-oriented, tetapi juga
falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
4. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip kemitraan
bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-meminjam
(qardh/ kredit) guna transaksi sosial.
5. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan tidak
menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam
Bank Syariah
Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah SWT sehingga
cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam
1. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah
(simpanan) sesuai ajaran Islam.
2. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelola ank pada
posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar
hubungan antara nasabah dan bank.
3. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip
kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan
Nasabah atas jalannya usaha bank syariah.

Prinsip bagi hasil:

Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada

kemungkinan untung dan rugi.


Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.
Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak
mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah
pihak.

Bank syariah itu mengeluarkan produk seperti:


a) Bank syariah asli : bank yang tidak tercampur dengan bank konvensional lainnya.
b) Bank syariah dengan bank konvensional: artinya merupakan bank yang menganut sistim
syariah dan berdiri sendiri. tapi bukan dari bank konvensional. Produknya terdiri dari :
Bank syariah mandiri, bank muamalat dan lain-lain.
c) Bank syariah dengan bank konvensional : artinya ada bank ini masih menganut sistem
bank syariah tetapi masih milik suatu bank konvensional sebagai induknya.
Bank Konvensional
1. Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah memperoleh imbalan
berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham adalah
diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan suku
bunga pinjaman (mengoptimalkan interest difference). Dilain pihak kepentingan pemakai
dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah). Dengan
demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi antagonisme yang
sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional berfungsi sebagai lembaga
perantara saja
2. Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan
Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang
3. Sistem bunga:
a) Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu
untung untuk pihak Bank
b) Besarnya prosentase berdasarkan

pada

jumlah

uang

(modal)

yang

dipinjamkanPenentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus
selalu untung untuk pihak Bank
c) Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat

ganda saat keadaan ekonomi sedang baik


d) Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama
Islam
e) Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama
Islam
f) Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
Secara singkat perbedaan-perbedaan antara bunga dengan bagi hasil dapat terlihat pada tabel di
berikut :
N

Bunga

Bagi Hasil

Penentuan bunga dibuat sewaktu perjanjian

Penentuan

bagi

tanpa berdasarkan kepada untung/rugi.

perjanjian

dengan

o
1.

hasil

dibuat

berdasarkan

sewaktu
kepada

untung/rugi.
2.
3.

4.

Jumlah persen bunga berdasarkan jumlah

Jumlah nisbah bagi hasil berdasarkan

uang (modal) yang ada.

jumlah keuntungan yang telah dicapai.

Pembayaran bunga tetap seperti perjanjian

Bagi hasil tergantung pada hasil proyek.

tanpa diambil pertimbangan apakah proyek

Jika proyek tidak mendapat keuntungan

yang dilaksanakan pihak kedua untung atau

atau mengalami kerugian, maka resikonya

rugi.

ditanggung kedua belah pihak.

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat

Jumlah

walaupun jumlah keuntungan berlipat ganda.

meningkat

pemberian
sesuai

hasil

keuntungan

dengan

peningkatan

keuntungan yang didapat.


5.

Pengambilan/pembayaran
haram.

bunga

adalah

Penerimaan/pembagian keuntungan adalah


halal

Perbedaan Lembaga Keuangan Konvensional dan Lembaga Keuangan Syariah


Perbedaannya antara lain: pertama, akad dan legalitas merupakan kunci utama yang
membedakan bank yariah dengan bank konvensional lainnya. bank syariah melihat dari
innamal amalu bin niat, sesungguhnya setiap amalan begantung pada niat. dalam hal ini

bergantung pada aqad nya, seperti bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa, tidak ada unsur riba
yang diharamkan.
Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional, antara lain:

Perbedaan
Falsafah

Konvensional
Melaksanakan sistem bunga
dalam seluruh aktivitasnya

Konsep pengelolaan dana


nasabah

Kewajiban
zakat

Pada bank konvensional


menggunakan deposito yang
merupakan upaya membungakan uang.
Dana masyarakat berupa
simpanan yang harus
dibayar bunganya pada saat
jatuh tempo
Penyaluran pada sektor yang
menguntungkan, aspek halal
tidak menjadi pertimbangan
utama

mengelola

Struktur organisasi

Tidak memiliki DPS

Syariah
Bank syariah tidak
melaksanakan sistem bunga
dalam seluruh aktivitasnya.
Dimana untuk menghindari
sistem bunga maka sistem
yang dikembangkan adalah
jual beli serta kemitraan yang
dilaksanakan dalam bentuk
bagi hasil.
Dalam sistem bank syariah
dana nasabah dikelola
dalam bentuk titipan
maupun investasi.
Dana masyarakat berupa
titipan dan investasi yang
baru akan mendapatkan
hasil jika diusahakan
terlebih dahulu
Penyaluran pada sektor
usaha yang halal dan
menguntungkan
Bank syariah diwajibkan
menjadi pengelola zakat yaitu
dalam arti wajib membayar
zakat, menghimpun,
mengadministrasikannya dan
mendistribusikannya. Hal ini
merupakan fungsi dan peran
yang melekat pada bank
syariah untuk memobilisasi
dana-dana sosial (zakat, Infak,
sedekah)
Di dalam struktur organisasi
suatu bank syariah diharuskan

adanya Dewan Pengawas


Syariah (DPS). DPS bertugas
mengawasi segala aktifitas
bank agar selalu sesuai
dengan prinsip-prinsip
syariah. DPS ini dibawahi
oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN). Berdasarkan laporan
dari DPS pada masing-masing
lembaga keuangan syariah,
DSN dapat memberikan
teguran jika lembaga yang
bersangkutan menyimpang.
Sosial

Tidak tersirat secara tegas

Dinyatakan secara eksplisit


dan tegas yang tertuang dalam
Visi & Misi perusahaan

Anda mungkin juga menyukai