Anda di halaman 1dari 4

THE EFFECT OF JUSTIFICATION

AGREEMENT WITH A DECISION


JUDGMENT PERFORMANCE

TYPE ON
AID AND

Donald R. Jones, Darrel Brown and Patrick Wheeler


ABSTRAK
Auditor dan peneliti audit mempertimbangkan bahwa decision aids
penting untuk membantu mengatasi bias dan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi audit (sse Messier, 1995 untuk review).
Penelitian ini menyelidiki tiga tingkat persyaratan justification (no
justification, unconditional justification, and justification of disagreement) untuk
menentukan efek pada pengambil keputusan dengan decision aid dan kinerja
dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini menemukan bahwa
persyaratan unconditional justification mengarah ke kinerja yang lebih baik ketika
tidak ada decision aid, tetapi kinerja juga tidak lebih baik dengan adanya decision
aid.
Justification of disagreement dengan decision aid, bagaimanapun
menyebabkan peningkatan agreement dengan bantuan saran dalam segala kondisi.
Juga ditemukan dukungan parsial bahwa justification of disagreement mengarah
ke kinerja yang lebih baik daripada unconditional justification. Bagi mereka yang
ingin melihat decision aid memiliki lebih banyak pengaruh, justification of
disagreement dengan decision aid bisa menjadi desain kebijakan atau komponen
perangkat lunak manajemen yang mudah dan ekonomis untuk diimplementasikan.
PENDAHULUAN
Decision aid seperti aturan keputusan, model statistic, dan expert system
digunakan oleh auditor (Ashton & Willingham, 1989: Dilla & Stone, 1997:
Messier, 1995), praktisi pajak, analis saham, dan manajer keuangan (Wall Streer
Journal, 1994: Whitecotton, 1996a). Decision aid bisa menguntungkan bagi
praktisi akuntan dan pembuat keputusan dengan informasi akuntansi yang terpusat
dan membuat keputusan perusahaan yang konsisten, dan meningkatkan penilaian
auditor (Eining, Jones & Loebbecke, 1997)
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Terdapat tiga level justification yang diamati dalam literature ini :

1. No requirement to justify a decision. No justification, terjadi ketika pembuat


keputusan menggunakan decision aid dan membuat tidak ada pembenaran
yang jelas untuk keputusanny terlepas dari keputusan.
2. Unconditional justification, terjadi ketika pembuat keputusan harus secara
eksplisit membenarkan keputusannya terlepas dari keputusan.
3. Justification of disagreement, terjadi ketika pembuat keputusan harus secara
eksplisit membenarkan keputusannya hanya ketika keputusan itu berbeda dari
rekomendasi yang diberikan oleh decision aid.

Unaided Decisions
Hanya 2 level justification yang mungkin dalam situasi unaided: no justification
dan unconditional justification. Justification of disagreement tidak terjadi karena
tidak ada decision aid yang tidak setuju. Ashton (1990, 1992) menemukan
kelemahan pendukung untuk kinerja unconditional justification pada unaided
situation. Mengikuti Ashton, oleh karea itu, kami mengharapkan untuk
menemukan bahwa, dalam kondisi unaided, persyaratan untuk membenarkan hasil
keputusan dalam keputusan kinerja menjadi lebih baik.
H1 : untuk unaided decisions, kinerja pembuat keputusan akan menjadi lebih baik
dalam unconditional justification daripada no justification.

Aided Decisions
Dalam situasi aided, 3 level justification mungkin terjadi. Ashton (1990) dan
Kaplan dan Reneau (1995) mempelajari unconditional justification pada aided
situation, berlawanan dengan no justification pada aided justification. Ashton
memiliki hasil yang beragam, dengan tidak konsisten, kelemahan bukti bahwa
unconditional justification mengurangi kesepakatan antara rekomendasi decision
aid dan penilaian pengambil keputusan. Kaplan dan Reneau tidak menemukan
efek pada kesepakatan dengan bantuan. Berdasarkan hasil, kami berharap untuk
melihat ada perbedaan antara perjanjian dengan no justification aided decisions
dan unconditionally justified aided decisions.
Untuk berbagai alasan, kami berharap bahwa justification of disagreement
menyebabkan kesepakatan lebih dengan saran decision aids, untuk
membandingkan no justification atau unconditional justification.
1. Teori manfaat biaya kognitif memprediksi bahwa ketika akurasi keputusan
yang dianggap diterima, pengambil keputusan akan memilih strategi
keputusan yang kurang effortful.
2. Ketika pembuat keputusan awalnya membuat keputusan, analisis tambahan
dapat menyebabkan dia untuk mengubah keputusannya.

3. Pembuat keputusan mungkin enggan untuk "mengandalkan decision aid"


sebagai pembenaran untuk penilaian bahwa setuju dengan decision aid.
Kesimpulannya, ketika mempertimbangkan tiga level dalam justification, kita
berharap bahwa tidak akan ada perbedaan dalam tingkat kesepakatan antara
rekomendasi decision aid dan penilaian pembuat keputusan dalam no justification
dan kondisi unconditional justification, dan kami berharap peningkatan
kesepakatan dengan justification pada kondisi ketidaksepakatan.
H2: untuk aided decision, persetujuan pengambil keputusan dengan bantuan
decision aid akan lebih besar untuk justification of disagreement daripada no
justification atau unconditional justification, yang akan sama.

Dalam kombinasi isyarat tugas, di mana pembuat keputusan dan decision aid
proses merupakan isyarat informasi yang sama, lebih besar terjadiya kesepakatan
dengan decision aid yang umumnya mengarah ke kinerja yang lebih baik.
H3: untuk aided decisions, kinerja pengambil keputusan akan lebih besar untuk
justification of disagreement daripada no justification atau unconditional
justification, yang akan sama.

METODOLOGI
Experimental Design
Setiap peserta secara acak ditugaskan untuk salah satu dari lima kondisi
eksperimental. Empat kondisi pertama terdiri dari dua level decision aid (ada atau
tidak ada) disilangkan dengan dua tingkat justification requirement (unconditional
justification or no justification). Kelima kondisi tersebut termasuk adanya
decision aid dan justification of disaagrement requirement.
Experimental Task and Decision Aid
Experimental task untuk memperkirakan gaji awal rata-rata lulusan program MBA
pada universitas di US dari tiga item pada program MBA, yaitu score rata-rata
GMAT siswa pada program, umur rata-rata ketika masuk, dan rata-rata jumlah
jam mahasiswa belajar di luar kelas. Data yang diperoleh dari Gilbert (1996) yaitu
71 terbaik pada program MBA di US yang dibagi menjadi model building dan
holdout sample
Beberapa peserta menerima saran decision aid dan beberapa tidak. Persamaan
regresi dibuat menggunakan sample model building sebanyak 35 MBA program.
Semua materi yang diuji coba pada peserta sebanding dengan mereka yang
mengambil bagian dalam percobaan yang sebenarnya. Setelah beberapa
perubahan kecil, tidak ada masalah penelitian yang material.

Participant and Procedure


Peserta berasal dari 220 jurusan sarjana bisnis dari dua universitas perkotaan.
Peserta menerima kredit partisipasi kelas. Setiap sesi percobaan berlangsung
sekitar tiga puluh menit dan tidak ada tekanan waktu untuk menyelesaikan. Semua
sesi dijadwalkan dengan cara yang dimaksudkan untuk memaksimalkan perhatian
dan keseriusan peserta.
Dependent Measures
Dua macam pengukuran agreement yaitu mean dari perbedaan mutlak antara
penilaian dan saran decision aid untuk enam belas uji coba ( MAD FROM AID),
dan jumlah absolut judgment bahwa perjanjian dengan saran decision aid
(AGREE WITH AID). Ukuran perjanjian dengan decision aid sebanding dengan
banyak langkah-langkah ketergantungan dari studi yang lalu, membandingkan
keputusan peserta untuk saran decision aid

HASIL
Pengujian semua data telah dilakukan. Tiga pengukuran dependent, MAD FROM
AID, AGREE WITH AID, dan MAD FROM ACTUAL, diubah menggunakan
natural log untuk menstabilkan varians, setelah pemeriksaan data mentah
menunjukkan distribusi yang tepat dengan varians yang tidak sama. Pengujian
hipotesis dengan menggunakan analisis varians (ANOVA), dengan perbandingan
perencanan dari hipotesis 2 dan 3.
Hipotesis 1 : diprediksi bahwa kinerja pengambil keputusan akan meningkat
dengan adanya unconditional justification requirement. Hipotesis 1 sebagian
terdukung
Hipotesis 2 : meramalkan bahwa justification of disagreement akan meningkatkan
kesepakatan keputusan gaji dengan rekomendasi dari decision aid, atas
unconditional dan no justification condition, yang pada dasarnya sama. Hipotesis
2 terdukung.
Hipotesis 3: meramalkan bahwa justification of disagreement akan meningkatkan
kinerja dari para pengambil keputusan yang menggunakan decision aid atas
unconditional dan no justification condition, yang pada dasarnya sama. Hipotesis
3 terdukung.

Anda mungkin juga menyukai