Anda di halaman 1dari 5

Motivasi Belajar

Source : http://kerjakandanpemahaman.blogspot.com/2011/12/motivasibelajar.html
Motivasi Belajar
Motivasi menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu
yang khusus atau umum (Esti, 2002). Menurut Woolfolk (dalam Mertasari ,2003) mendefinisikan
motivasi sebagai keadaan internal yang muncul, mengarahkan dan mempertahankan perilaku.
Motivasi menjadikan individu melakukan aktivitas, seperti makan, belajar, bekerja, berbelanja, atau
mengejar jabatan. Sedangkan motif merupakan segala daya dan upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2008) menyatakan, motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif ini maka motivasi dapat dikatakan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Lebih lanjut dalam dalam kegiatan belajar, menurut Nasution
(1995:76) menyatakan bahwa, untuk belajar diperlukan motivasi motivation is an essential
condition of learning . Hasil belajar banyak ditentukan oleh motivasi. Motivasi menentukan
intensitas usaha anak untuk belajar. Dengan demikian aktivitas bekerja bisa terwujud akibat
adanya motivasi yang melatarbelakangi pencapaian tujuan setelah pekerjaan tersebut selesai, seperti
mendapatkan upah, atau mendapatkan kepuasan diri. Demikian pula individu belajar karena adanya
motivasi yang mengacu pada tujuan setelah individu tersebut selesai belajar, seperti mendapat
pekerjaan, memperoleh jabatan, atau mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi atau tenaga pada seseorang yang
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik. Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu
tujuan. Motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu:
1.

Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak, di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang ditetapkan subyek belajar siswa
dapat tercapai. Hal ini dipertegas oleh Esti (2002:329) yaitu: Motivasi adalah salah satu prasyarat
yang amat penting dalam belajar. Disebutkan pula bahwa, motivasi merupakan serangkaian usaha
yang menyediakan kondisi tertentu, sehingga seseorang ingin dan mau melakukan sesuatu, dan
apabila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka
tersebut.
Beberapa definisi motivasi yang telah diuraikan mengacu pada faktor-faktor personal, seperti
kebutuhan, minat dan kesenangan. Sementara itu beberapa definisi yang lain menunjuk kepada
faktor-faktor eksternal, seperti hadiah, pujian, tekanan sosial, atau hukuman. Esti (2002)
menyatakan, motivasi yang muncul dari faktor-faktor sepeti minat, atau kesenangan dinamakan
motivasi intrinsik, sedangkan motivasi yang timbul dari keinginan untuk mendapatkan pujian atau
hadiah dan menghindari hukuman dinamakan motivasi ekstrinsik.
Bila individu secara intrinsik termotivasi maka individu tersebut tidak membutuhkan
insentif/perangsang atau hukuman untuk membuatnya beraktivitas karena aktivitas itu sendiri sudah
merupakan hadiah. Sebaliknya individu yang melakukan aktivitas karena motivasi ekstrinsik maka
individu tersebut beraktivitas hanya untuk mendapatkan hadiah, menghindari hukuman,
menyenangkan guru, atau demi beberapa alasan lain yang memiliki kaitan sedikit sekali dengan
aktivitas yang dilakukan. Sesungguhnya tidak ada rasa tertarik yang muncul dari dalam diri individu
tersebut untuk melakukan aktivitas yang sedang dikerjakan. Motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik perlu dibangkitkan selama proses pembelajaran.

Pengetahuan tentang motivasi seperti yang tersebut di atas penting diketahui oleh seorang guru
maupun calon guru untuk dapat menggerakkan motif-motif yang ada dalam diri siswa untuk belajar
sehingga pembelajaran tidak bersifat paksaan dari guru atau orang lain. Oleh sebab itu guru harus
mampu membangkitkan motivasi belajar siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
Guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa giat belajar. Adapun teknik
/cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut:
1. Memberi angka
Angka yang dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar siswa. Djamarah
(2002) menyatakan, angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada
siswa untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasi belajar mereka. Menurut Nasution (1995),
banyak murid yang berusaha dengan segenap tenaga untuk mendapatkan angka yang baik. Angka
itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat. Apabila angka yang diperoleh siswa lebih tinggi
dari siswa lainnya, maka siswa tersebut cenderung mempertahankannya.
Guru harus berhati-hati dalam memberikan angka. Angka itu harus benar-benar
menggambarkan hasil belajar siswa. Berbagai pertimbangan harus diperhatikan oleh guru, apakah
betul angka yang diperoleh oleh siswa tersebut dari hasil usahanya sendiri.
2. Memberi hadiah
Pemberian hadiah dapat diterapkan di sekolah. Guru dapat memberikan hadiah kepada siswa
yang berprestasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar guru dapat memberikan hadiah berupa apa saja
kepada siswa yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas atau dapat meningkatkan disiplin dalam
belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa tidak harus mahal, yang murah juga bisa selama
bertujuan memotivasi belajar siswa. Hadiah benda dapat berupa buku tulis, bolpoin, pensil,
penggaris dan buku bacaan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar siswa.
Keampuhan hadiah sebagai alat mendapatkan umpan balik dari siswa akan terasa jika
penggunaannya tepat. Nasution (1995) menyatakan, jika terlalu sering memberikan hadiah, maka
siswa akan giat belajar hanya untuk mendapatkan hadiah dari guru saja dan menyimpangkan pikiran
siswa dari tujuan belajar yang sebenarnya.
3. Memberi pujian

Teknik lain untuk memberikan motivasi kepada siswa adalah pujian. Pujian sebagai akibat
dari pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan motivasi yang baik (Nasution, 1995:81).
Lebih lanjut Slameto (2003) menyatakan, kata-kata pujian seperti bagus, baik, pekerjaan yang
baik, yang diucapkan segera setelah siswa melakukan tingkah laku yang diinginkan atau mendekati
tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar. Selain pemberian pujian
secara verbal juga dapat dilakukan secara non verbal seperti dengan cara menganggukkan kepala,
senyuman, dan sentuhan (menepuk bahu siswa). Guru hendaknya mencari hal-hal pada setiap anak
yang dapat dipuji seperti tulisannya, ketelitian, tingkah laku, dan sebagainya. Pujian memupuk
suasana yang menyenangkan dan mempertinggi harga diri anak.
4. Saingan/ kompetisi
Saingan sering digunakan sebagai alat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi di lapangan
industri, perdagangan, dan juga di sekolah. Persaingan/kompetisi sering mempertinggi hasil belajar,
baik persaingan interpersonal, persaingan antar kelompok, maupun persaingan dengan diri sendiri.
Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan,
kompetisi kelompok dapat memberikan sumbangan dan terlibat dalam keberhasilan kelompok
merupakan motivasi yang kuat bagi anggota kelompok, dan kompetisi dengan diri sendiri yaitu
menggunakan catatan tentang prestasi terdahulu dapat merupakan motivasi yang efektif.
5. Memberi tugas
Menurut Djamarah (2002:173) tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut
pelaksanaannya untuk diselesaikan. Tugas dapat diberikan oleh guru setelah selesai menyampaikan
bahan pelajaran. Sebelum penyampaian bahan pelajaran, guru memberitahukan kepada siswa bahwa
setelah penyampaian bahan pelajaran, semua siswa akan mendapat tugas. Siswa yang menyadari
akan mendapat tugas dari guru setelah mereka menerima bahan pelajaran, akan mempehatikan
bahan pelajaran dengan baik. Mereka berusaha meningkatkan perhatian dengan konsentrasi
terhadap penjelasan yang disampaikan guru. Jika siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, maka
mereka tidak akan bisa menyelesaikan tugas dengan baik.
Dalam memberikan tugas, agar siswa memperoleh kesempatan untuk sukses bukan berarti
mereka harus diberi pekerjaan yang mudah saja. Tugas yang sulit yang mengandung tantangan akan
merangsang siswa untuk mengeluarkan segenap tenaganya untuk menyelesaikan soal yang

diberikan. Tentu saja tugas itu selalu dalam batas kesanggupan anak. Menghadapkan anak dengan
problem-problem merupakan motivasi yang baik(Nasution, 1995:81).
6. Mengetahui hasil
Dorongan ingin mengetahui hasil belajar membuat seorang siswa berusaha agar keinginannya
menjadi kenyataan. Djamarah (2002) menyatakan, dengan mengetahui hasil dari apa yang telah
dilakukan oleh siswa, apalagi hasilnya dengan prestasi yang tinggi dapat mendorong dan
memotivasi siswa untuk mempertahankannya, serta meningkatkannya di kemudian hari dengan cara
giat belajar.
Jika di dalam diri siswa sudah ada dorongan atau motivasi untuk giat belajar, maka tidak
sukar lagi bagi guru untuk membelajarkan siswa. Hasil belajar yang rendah dapat berdampak
negatif bagi siswa. Siswa yang mengetahui hasil kerjanya dengan nilai rendah akan merasa kecewa.
Untuk itulah guru harus bisa menanamkan pengertian kepada siswa dan menyampaikan apa yang
harus dilakukan sehingga akan tertanam sikap positif pada diri siswa agar tidak kecewa dengan
prestasi belajar yang telah dicapainya.
7. Hukuman
Hukuman merupakan penguatan negatif, tetapi kalau diberikan dengan tepat dan bijak bisa
menjadi alat motivasi yang baik (Sardiman, 2008). Dalam proses belajar mengajar, siswa yang
membuat keributan dapat diberikan sanksi untuk menjelaskan kembali materi pelajaran yang baru
saja dijelaskan guru. Sanksi segera dilakukan dan tidak ditunda, karena tujuannya untuk
mendapatkan umpan balik dari siswa terhadap materi pelajaran yang baru saja dijelaskan guru.
Siswa yang merasa mendapat sanksi itu sadar atas kesalahan yang ia lakukan dan tentu saja dia
tidak akan mengulangi kenakalannya kembali karena khawatir akan mendapat sanksi yang kedua
kalinya. Dengan upaya tersebut, siswa berusaha bersikap tenang dengan memfokuskan perhatiannya
pada materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru.
Diposkan oleh Ekaa Putraa di 08.15

Anda mungkin juga menyukai