Anda di halaman 1dari 10

Source : http://gprtm007.blogspot.com/2012/11/aktivitas-belajar-dan-faktor-faktor.

html

Aktivitas Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar
sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau dari media elektronika, belajar di sekolah,
di rumah, di lingkungan kerja, atau di masyarakat.
Menurut Witherington (1952 h. 165) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Menurut Crow and Crow (1958 h. 225) belajar adalah
diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru, sedangkan menurut Hilgard (1962
h.252) belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya
respons terhadap sesuatu situasi.
Menurut Vesta and Thompson (1970 h. 112) menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku
yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.Menurut Gage and Berliner (1970 h. 256)
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman.
Menurut Cronbach (1954 h. 49-50) mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses
belajar, meliputi tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi, respons, konsekuensi, dan reaksi terhadap
kegagalan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian yang akan dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan pengertian aktivitas belajar ?
2. Mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
BAB II
PEMBAHASAN
a.
1.

Pengertian Belajar
Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan
fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan
kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi.Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan
ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan
data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah
data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional,
merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah
mengapa

aktivitas

merupakan

prinsip

yang

sangat

penting

dalam

interaksi

belajar

mengajar(Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada
pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern.Menurut pandangan ilmu jiwa
lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas
didominasi oleh siswa.
Kegiatan belajar / aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan
belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta
didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik (Sudjana,2005:105)
Banyak macam- macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak- anak di
kelas,

tidak

hanya

mendengarkan

atau

mencatat.

Paul

B.

Diedrich

(dalam

Nasution,2004:9), Membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan (aktifitas siswa), antara
lain:
a.

Visual activities (13) seperti membaca, memperhatikan:gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan

b.

orang lain dan sebagainya.


Oral activities (43) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan

c.

pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya.


Listening activities (11) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan

d.

sebagainya.
Writing activities (22) seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan

e.
f.

sebagainya.
Drawing activities (8) seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya.
Motor activities (47) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi,

g.

bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.


Mental activities (23) seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat

h.

hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.


Emotional activities (23) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup,
dan sebagainya.

2.

Unsur-unsur belajar

Cronbach (1954 h.49-50), mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar,
yaitu
1. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.Tujuan itu muncul untuk
memenuhi sesuatu kebutuhan.
2. Kebiasaan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu
memiliki kesiapan,baik kesiapan fisik dan psikis,kesiapan yang berupa kematangan untuk
melakukan

sesuatu,maupun

penguasaan

pengetahuan

dan

kecakapan-kecakapan

yang

mendasarinya.
3. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat
tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam
kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar.Kelancaran dan hasil dari belajar banyak
dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari
situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain yang lebih
berpengaruh.
4. Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan
diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan
menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
5. Respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba (trial anderror), atau usaha yang
penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan
tersebut.
6. Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuesi entah itu keberhasilan
ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa.
7. Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam
belajar adalah kegagalan.Perasaan ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa.Reaksi siswa
terhadap kegagalan dalam belajar bermacam-macam.Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan
memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan
3.

semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.
Belajar, refleks, dan insting
Proses belajar ditandai oleh adanya perubahan padaperilaku individu, tetapi tidak semua
perubahan pada perilaku individu terjadi karena belajar. Perilaku atau kemampuan tertentu dikuasai
oleh individu karena refleks.Untuk menghindarkan diri dari bahaya atau gangguan-gangguan
tertentu, individu melakukan gerakan-gerakan refleks, seperti mengedipkan mata, menarik tangan
dari sengatan api, meloncat apabila akan terjatuh dll. Gerakan-gerakan ini merupakan kecakapan

4.

yang dimiliki individu tanpa dipelajari, suatu kemampuan pertahanan diri yang sifatnya otomatis.
Belajar, coba-coba, kebiasaan, dan pemecahan masalah
Perbuatan belajar bervariasi mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat
kompleks, dari yang tanpa pemikiran sampai dengan pemikiran yang mendalam.Salah satu bentuk
usaha belajar yang sederhana dan tanpa pemikiran adalah belajar melalui coba-coba atau trial and

error.Banyak perbuatan yang dilakukan oleh individu hanya melalui coba-coba.Bila pesawat radio
kita tiba-tiba tidak berbunyi, mungkin kita coba buka tutupnya lalu dipegang dan digoyanggoyangkan bagian tertentu dengan harapan tiba-tiba berbunyi kembali. Mungkin saja dengan usaha
seperti itu berhasil, karena secara kebetulan memang ada bagian yang letaknya berubah sedikit,
tetapimungkin juga gagal karena penyebabnya tidak sesederhana itu. Pada waktu ulangan atau ujian
para siswa tidak jarang pula memecahkan soal hanya melalui coba-coba atau tebak-tebakan.Bentuk
perubahan belajar yang cukup kompleks dan menuntut penggunaan kemampuan berpikir yang
cukup tinggi adalah pemecahan masalah.Dalam kehidupannya individu manusia selalu dihadapkan
pada masalah-masalah yang harus dipecahkannya.Sebenarnya melalui usaha pemecahan masalah
inilah manusia mampu berkembang lebih cepat dan lebih tinggi dari makhluk lainnya. Manusia
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya karena ia memiliki kemampuan berpikir,
yaitu kemampuan untuk menggunakan rasio atau intelek. Dengan kemampuan berpikir ini individu
manusia mampu menganalisis situasi, melihat hubungan antara unsusr-unsur dalam situasi tersebut,
menarik kesimpulan unsure mana yang menjadi kunci pemecahan masalah tersebut.Belajar melalui
kegiatan pemecahan masalah tidak hanya berlangsung disekolah tetapi juga dirumah, ditempat
bermain, dalam situasi kerja dsb, pemecahan masalah yang sederhana ataupun yang sangat
5.

kompleks.
Tipe-tipe belajar
Dalam buku The Conditions of Learning (1970) Gagne mengemukakan 8 tipe belajar, yang
membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu :
a.
Belajar tanda-tanda atau signal learning.
b.
Belajar perangsang-jawaban atau stimulus-respons learning.
c.
Rantai perbuatan atau chaining.
d.
Hubungan verbal atau verbal association.
e.
Belajar membedakan atau discrimination learning.
f. Belajar konsep atau concept lerning
g.
Belajar aturan-aturan atau rule learnig
h.
Belajar pemecahan masalah atau problem solving earing

b.
1.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil Wajar dibedakan atas dua kategori,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a)

FaktorInternal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi

b)

hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi
aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terha dap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat
memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk
menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
a. menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena
kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga
tidak ada gairah untuk belajar;
b. rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
c. istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar,
pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh
manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar
dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu
menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan
menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehat an fungsi mata dan
telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
c)

Faktorpsikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Bebera pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan
siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu an psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan
bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun
bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ
yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir
seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteli gensi seorang individu, semakin
besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat

inteligensi individu, semakin sulit indivi du itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu
bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman
tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka
dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihakpihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat
diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata rata,
atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang
sangat berhar ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan
diberikan kepada siswa.
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendo rong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan
arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut
sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motiva si
intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh
untuk membaca, karena memba ca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga
telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih
efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar
(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar
antara lain adalah:
a) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
b) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
c) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting,
misal kan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
d) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta huan yang berguna bagi dirinya, dan lainlain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh
terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua, dan

lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat
belajar seseorang menjadi lemah.
Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer
dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi penga ruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk
belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks
belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara
lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk
mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat
mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan
atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memeng aruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh
perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan
untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk
menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha
mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada
muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik
sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin
(1994) mendefinisi kan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.

Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang

dipelajarinya,

maka

bakat

itu

akan

mendukung

proses

belajarnya

sehingga

kemungkinan besar ia akan berhasil.


Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar
individu untuk melaku kan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu
yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubung
an dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih
mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
Faktor faktor eksogen/eksternal

d)

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor
eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
-

Lingkungan sosial masyarakat.


Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memer lukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

Lingkungan sosial keluarga.


Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau
adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Lingkungan sosial sekolah,


Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar
lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami
bakat yang dimili ki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakat
nya.

2) Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkung an nonsosial adalah:

Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan
alamiah tersebut merupa kan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa.

Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapanganolahraga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku

panduan, silabi, dan lain sebagainya.


Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembang an siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa, maka guru harus mengua sai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar

yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.


A. Prinsip-prinsip belajar
Beberapa prinsip umum belajar :
1. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
2. Belajar berlansung seumur hidup.
3. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, factor lingkungan, kematangan serta
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
B.
1.
2.

usaha dari individu sndiri.


Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling sederhana
sampai dengan yang sangat kompleks.
Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.
Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.
Beberapa Teori Belajar
Teori disiplin mental
Teori behaviorisme
BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Individu selalu berkembang, sebagian besar perkembangan tersebut diperoleh melalui
belajar.Ada

dua

hal

penting

dalam

belajar.Pertama

belajar

berlangsung

melalui

pengalaman.Pengalaman sendiri, bersama guru atau teman, menggunakan buku, internet ataupun
pengalaman langsung. Kedua, melalui proses belajar dian. Perubahan ke arah yang lebih tinggi,
lebih berkualitas, lebih baik, tetapi bisa saja ke arah yang kurang baik, baik yang nampak maupun

tidak nampak.Ada beberapa perubahan yang tidak karena pengalaman, yaitu karena refleks, instink
dan pengaruh obat-obatan.Perubahan demikian tidak termasuk belajar.
Cronbach menekankan beberapa unsur penting dalam belajar, yaitu: tujuan, kesiapan,
situasi, interpretasi, respons, konsekuensi dan reaksi atas kegagalan. Kegiatan belajar bisa melalui
proses sederhana ataupun kompleks. Belajar yang sederhana adalah :trial and error, pembiasaan
dan meniru, sedangkan belajar yang komleks adalah belajar penelitian dan pemecahan masalah.
Gagne membagi belajar atas beberapa tipe, yaitu belajar: tanda-tanda, stimulus-respons, rantai
perbuatan, hubungan verbal, belajar membedakan, konsep, aturan-aturan dan pemecahan masalah.
Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal baik yang bersifat fisik
maupun psikis, dan factor eksternal dalam lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan ataupun
masyarakat luas. Beberapa prinsip dalam belajar, menegaskan bahwa belajar: merupakan bagian
dari perkembangan, berlangsung seumur hidup, dipengaruhi faktor bawaan, lingkungan dan
kematangan, mencakup semua aspek kehidupan, berlangsung pada setiap tempat dan waktu, dengan
guru atau tanpa guru, bervariasi dari yang sederhana sampai yang kompleks. Belajar yang
berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi, dalam belajar terjadi hambatan, dan untuk
belajar tertentu atau mengatasi hambatan diperlukan bantuan dari guru atau yang lain.
B.

Saran
Dari uraian di atas penulis mengharapkan untuk para pendidik untuk lebih memahami
aktivitas belajar bagi pesertadidikagar proses belajar mengajar berlangsung dengan lancar.
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan adanya kesadaran bagi peserta didik agar
lebih memahami pelajaran dengan baik.
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan adanya kepedulian dari pemerintah
mengenai dunia pendidikan untuk para penerus bangsa dengan adanya dukungan sarana dan
prasarana yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Utomo, Lilik.2007.Psikologi Belajar.Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.


Syaodih Sukmadinata,Nana.2007.Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda
Karya
Diposkan oleh Gilang di 05.14

Anda mungkin juga menyukai