KONSEP SEHAT-sakit

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

KONSEP SEHAT-SAKIT

A.

Definisi Sehat Sakit Menurut Dasar Keperawatan

Definisi Sehat (WHO) 1947


Sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial,
sehingga tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Mengandung 3 karakteristik :
1.Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2.Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3.Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian. Bukan
merupakan suatu keadaan, tapi merupakan proses. Proses di sini adalah adaptasi
individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka, akan tetapi terhadap
lingkungan sosialnya.
B.

Definisi Sehat Sakit Dalam Keperawatan

Definisi Sehat Pender (1982)


Sehat merupakan perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan
tujuan perawatan diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
Definisi Sehat Paune (1983)
Sehat merupakan fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care
Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care Aktions)
secara adekual.
Self care Resoureces mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Self care Aktions perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan menigkatkan fungsi psicososial da piritual.
C.

Definisi Sehat Menurut Perseorangan

Pengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat


sangat bervariasi.
Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sakit :
1. Status Pekembangan.
Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan merespon
terhadap perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia. Contoh : Bayi
dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasi.
Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan
untuk melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengatisipasi
perilaku-perilku selanjutnya.
2. Pengaruh sosial dan kultural
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat dan diturunhan dari orang
tua ke anak. Contoh : - Cina sehat adalah keseimbangan antara Yin dan Yang.
- Sosok (ekonomi rendah) flu suatu yang biasa, merasa sehat.
3. Pengalaman masa lalu
Seseorang dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri / sakit disfungsi (tidak
berfungsi) yang membantu menentukan definisi seseorang tentang sehat.
4. Harapan seseorang tentang dirinya
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi, baik fisik
maupun psikososialnya jika mereka sehat.
Faktor lain yang berhubungan dengan diri sendiri
1.Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik / secara utuh.
2.Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan
kemampuan.
D.

Definisi Sakit

yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat.


Pemons (1972)

Sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas,


termasuk

keadaan

organisme

sebagai

sistem

biologis

dan

penyesuaian

sosialnya.
Bauman (1965)
Seseoang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.Adanya gejala : Naiknya temperatur, nyeri. 3
2.Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
3.Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi
tubuh yang menyebabkan berkurangnya kapasitas.
Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan
sehat dan sakit.
1.Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
2.sebagai manifetasi keberhasilan / kegagalan dalam beradaptasi dengan
lingkungan.
3.Gangguan Kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat
1.Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat / kesehatan
seseorang.
2.Kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.
3.Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan
kemauan pada titik yang lain.
E. Model Sehat-Sakit
1.Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman)
Menurut Neuman (1990): sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat
kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan
kondisi sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai
kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total
Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara
terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan

pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan


fisik, emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau
lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan
dengan kondisi individu sebelumnya.
2.Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn) 4
Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara
memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.
Pada pendekatan model ini perawat melakukan intervnsi keperawatan yang
dapat membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko
tinggi terhadap kesehatan.
Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam
keperawatan keluarga maupun komunitas.
3.Model Agen-Pejamu-Lingkungan (Leavell at all)
Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok
ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan.
Agen : Berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat
menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis,
kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Jadi Agen ini bisa berupa yang merugikan
kesehatan (bakteri, stress) atau yang meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).
Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit
tertentu. Faktor pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial
yang menyebabkan seseorang yang beresiko menjadi sakit. Misalnya: Riwayat
keluarga, usia, gaya hidup dll.
Lingkungan: seluruh faktor yang ada diluar pejamu.
Lingkungan fisik: tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal, penerangan,
kebisingan
Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, misalnys:
stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup.
Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang
dinamis dari ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon dapat
meningkatkan kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari
interaksi antara seseorang atau sekelompok orang dengan lingkungannya.

Selain dalam keperawatan komunitas model ini juga dikembangkan dalam teori
umum tentang berbagai penyebab penyakit.
4.Model Keyakinan-Kesehatan
Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman
(1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang
ditampilkan. Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku
sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi
kesehatan yang diberikan.
Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain:
a.Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit.
Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat
keluarganya, apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien
mungkin merasakan resiko mengalami penyakit jantung.
b.Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.
Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam
oleh penyakit, anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran
keluarga atau dokter dll)
c.Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.
Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya
hidup,

meningkatkan

kepatuhan

terhadap

terapi

medis,

atau

mencari

pengobatan medis.
5. Model Peningkatan-Kesehatan (Pender)
Model

ini

membantu

perawat

memahami

berbagai

faktor

yang

dapat

mempengaruhi persepsi, keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat


membuat rencana perawatan yang paling efektif untuk membantu klien,
memelihara dan Model Peningkatan-Kesehatan (Pender)
Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah
model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan. Fokus dari
model ini adalah menjelaskan alasan

keterlibatan klien dalam aktivitas

kesehatan (kognitif-persepsi dan faktor pengubah).


F. variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku sehat sakit!
Variabel yang mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan:
1. Variabel internal meliputi:

a. Tahap perkembangan
Pola pikir dan pola perilaku seseorang mengalami perubahan sepanjang
hidupnya.

Perawat

harus

mempertimbangkan

tingkat

pertumbuhan

dan

perkembangan klien pada saat perawat menggunakan keyakinan terhadap


kesehatan dan cara klien melaksanakannya sebagai dasar dalam membuat
rencana perawatan.
b. Latar belakang intelektual
Keyakinan seseorang terhadap kesehatan sebagian terbentuk oleh variabel
intelektual, yang terdiri dari pengetahuan (informasi yang salah) tentang
berbagai fungsi tubuh dan penyakit, latar belakang pendidikan, dan pengalaman
di masa lalu.
c. Persepsi tentang fungsi
Cara seseorang merasakan fungsi fisik akan berakibat pada keyakinan terhadap
kesehatan

dan

cara

melaksanakannya.

Ketika

perawat

mengkaji

tingkat

kesehatan klien, mereka mengumpulkan data subjektif tentang cara klien


merasakan fungsi fisik, seperti tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri. Mereka
juga mengumpulkan data objektif tentang fungsi actual, seperti tekanan darah,
tinggi badan, dan bunyi paru.
d. Faktor emosional
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara
melaksanakannya.

Banyak

orang

yang

memiliki

reaksi

emosional

yang

berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai


mereka berpikir tentang resiko menderita kanker dan akan menyangkal adanya
gejala dan menolak untuk mencari pengobatan.
e. Faktor spiritual
Terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan
keyakinan

yang

dilaksanakan,

hubungan

dengan

kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.


2. Variabel eksternal
a. Praktek di keluarga

keluarga/teman,

dan

Cara bagaimana keluarga klien menggunakan pelayanan kesehatan biasanya


akan

mempengaruhi

kemungkinan

besar

cara
akan

klien

dalam

melakukan

melaksanakan

tindakan-tindakan

kesehatan.
pencegahan

Klien
bila

keluarganya melakukan hal yang sama.


b. Faktor sosio-ekonomik
Faktor sosial dan psiko-sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit
dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap
penyakit. Variabel psiko-sosial mencakup stabilitas perkawinan/hubungan intim
seseorang, kebiasaan gaya hidup, dan lingkungan kerja. Variabel sosial berperan
dalam menentukan bagaimana system pelayanan kesehatan menyediakan
pelayanan medis.
c. Latar belakang budaya
Mempengaruhi

keyakinan,

nilai,

dan

kebiasaan

individu.

Budaya

juga

mempengaruhi tempat masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan dan


mempengaruhi cara melaksanakan kesehatan pribadi.
Variabel yang mempengaruhi perilaku sakit
1. Variabel internal
Variabel internal yang penting dan dapat mempengaruhi perilaku pada saat
klien sakit antara lain persepsi mereka terhadap gejala dan sifat sakit yang
dialami. Jika klien merasa yakin bahwa gejala sakit tersebut dapat mengganggu
kehidupan

sehari-hari,

maka

mereka

lebih

cenderung

mencari

bantuan

kesehatan dibandingkan bila klien tidak memandang gejala tersebut dapat


menjadi suatu gangguan baginya.
2. Variabel eksternal
Yang mempengaruhi perilaku sakit klien terdiri dari gejala yang dapat dilihat,
kelompok sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi, kemudahan akses ke
dalam system pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial.
G. dampak sakit bagi keluarga dan klien
Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan
keluarganya harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi
sakit dan pengobatan yang dilaksanakan. Setiap klien akan berespons secara

unik terhadap kondisi sakit yang dialaminya, oleh karena itu intervensi
keperawatan yang diberikan harus bersifat individual. Klien dan keluarga
umumnya

akan

mengalami

perubahan

perilaku

dan

emosional,

seperti

perubahan peran, gambaran diri, konsep diri, dan dinamika dalam keluarga.
H. level pencegahan penyakit!
4 TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT:
Pencegahan primordial
Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya perkembangan
pengetahuan dalam epidemiologi penyakit kardiovaskular dalam hubungannya
dengan diet dll. Pencegahan ini sering terlambat dilakukan terutama di negaranegara berkembang karena sering harus ada keputusan secara nasional.
Pencegahan primer
Bertujuan mengurangi insiden dengan mengontrol penyebab dan faktor-faktor
risiko.

Misal

penggunaan

kondom

dan

jarum

suntik

disposable

pada

pencegahan infeksi HIV, imunisasi dll. Biasanya merupakan Population Strategy


sehingga secara individual gunanya sangat sedikit : penggunaan Seat-belt,
program berhenti merokok dll.
Pencegahan sekunder
Tujuannya untuk menyembuhkan dan mengurangi akibat yang lebih serius lewat
diagnosis & pengobatan yang dini. Tertuju pada periode diantara timbulnya
penyakit dan waktu didiagnosis & usaha prevalensi. Dilaksanakan pada penyakit
dengan periode awal mudah diindentifikasi dan diobati sehingga perkembangan
kearah buruk dapat di stop, Perlu 8
metode yang aman & tepat untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium
preklinik. Misal : Screening pada kanker cervik, pengukuran tekanan darah
secara rutin dll
Pencegahan tersier
Untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan & rehabilitasi, membuat
penderita cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Misal pada
rehabilitasi pasien Poliomyelitis, Stroke, kecelakaan dll
I. 5 TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT
a. Health Promotion

Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan atau


memelihara kesehatan :
Penyuluhan/pendidikan kesehatan
Rekreasi sehat
Olahraga teratur
Perhatian terhadp perkembangan kepribadian
b. Specific Protection
Mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya tahan tubuh :
Imunisasi
Pelindung khusus : Helm, tutup telinga
Perbaikan lingkungan
Mengurangi penggunaan bahan yang membahayakan kesehatan : pengawet,
pewarna dll.
c. Early Diagnosis And Prompt Treatment
Dilakukan bila pejamu sakit, setidak tidaknya diduga sakit (penyakitnya masih
ringan) mencegah orang lain tertular. Misal : Case finding, skrining survei
penyakit asymtomatis, deteksi dini pencemaran dll
d. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan / Kelemahan )
Dilakukan waktu pejamu sakit / sakit berat de ngan tujuan mencegah cacat lebih
lanjut, fisik, sosial maupun mental. Misal : Amputasi pada ganggren karena DM,
pada penyakit-penyakit menahun diatasi gang guan mental maupun sosialnya
e Rehabilitation
Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat maupun bagi diri nya
sendiri, mencegah cacat total setelah terjadi perubahan anatomi/fisiologi. Misal :
Fisioterapi pada kelumpuhan supaya ti dak timbul kontraktur/atropi, psikoterapi
pada gangguan mental, latihan ketrampilan tertentu pada penderita cacat,
prothesa post amputasi, penyediaan fasilitas khusus pada penderita.
J. PARADIGMA KEPERAWATAN
1.Apa yang dimaksud dengan paradigma keperawatan?
Paradigma

keperawatan

merupakan

suatu

cara

pandang

dari

profesi

keperawatan untuk melihat suatu kondisi dan fenomena (manusia, lingkungan,

kesehatan, intervensi keperawatan) yang terkait secara langsung dengan


aktifitas yang terjadi dalam profesi tersebut.
2.Jelaskan komponen paradigma keperawatan!
1. Konsep manusia
Komponen ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari
pelayanan

keperawatan.manusia

bertindak

sebagai

klien

dalam

konteks

paradigma keperawatan ini bersifat individu,kelompok dan masyarakat daam


suatu sistem.sistem tersebut dapat meliputi:
a. sistem terbuka,manusia dapat mempengaruhi dan di paengaruhi oleh
lingkungan

baik

fisik,psikologis,sosial

maupun

spiritual

sehingga

proses

perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan


kebutuhan dasar.
b. sistem adaptif,manusia akan merespon terhadap perubahan yang ada di
lingkungannya yang akan selalu menunjukkan perilaku adaptif dan maladaftif.
c. sistem personal,interpersonal dan social,manusia memiliki persepsi,pola
kepribadian dan tumbuh kembang yang berbeda.
2. Konsep keperawatan
Konsep ini adalah suatu bentuk peleyanan kesehatan yang bersifat profesional
dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan kepada
individu,keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat sakit.dengan demikian
konsep ini memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan
pada klien dalam bentuk pemberian asuhan keperawatan adalah dalam keadaan
tidak mampu,tidak mau dan tidak tahu dalam proses pemenuhan kebutuhan
dasar.
L. Konsep sehat sakit
Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa bentuk pelayanan
yang diberikan pada manusia dalam rentang sehat sakit.
a. Konsep Sehat (Travis and Ryan, 1998)
1. Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan
2. Sehat merupakan gaya hidup, disain gaya hidup menuju pencapaian potensial
tertinggi untuk sehat
3. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah
putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, here and
now.

4. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan,
ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan
sekitar.
5. Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia lakukan,
pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan.
6. Sehat adalah penerimaan terhadap diri.
Faktor pengaruh status kesehatan, antara lain:
1. Perkembangan
Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempuyai
arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia.
2. Sosial dan Kultural
Hal ini dapat juga mempengaruhi proses perubahan bahan status kesehatan
seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga
dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
3. Pengalaman Masa Lalu
Hal ini dapat mempegaruhi perubahan status kesehatan,dapat diketahiu jika ada
pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalamam kesehatan yang
buruk sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutya. 11

4. Harapan seseorang tentang dirinya


Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan
perubahan status kesehatan kearah yang optimal.
5. Keturunan
Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang
mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor
genetik.
6. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik.
7. Pelayanan

Pelayanandapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat


mempengaruhi status kesehatan
b. Rentang Sakit
Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit,sakit,sakit kronis dan kematian.
Tahapan proses sakit
1. Tahap gejala
Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai
adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala.
2. Tahap asumsi terhadap sakit
Pada tahap inin seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di
alaminya dan akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di
rasakan pada tubuhnya.
3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan
meminta nasehat dari profesi kesehatan.
4. Tahap penyembuhan
12
Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan
untuk beradaptasi,di mana srsrorang akan melakukan proses belajar untuk
melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit.
Konsep lingkungan
Paradigma keperwatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang bahwa
lingkunan fisik,psikologis ,sosial, budaya dan spiritual dapat mempengaruhi
kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan keperawatan dengan
meminimalkan dampak atau pengaruh yang ditimbulkannya sehingga tujuan
asuhan keperawatan dapat tercapai.
18.

Bagaimana

implikasi

keperawatan!
Kepada Manusia / Individu

paradigma

keperawatan

dalam

pelayanan

Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan


dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya

kelemahan

fisik

dan

mental,

keterbatasan

pengetahuan,

kurang

kemauan menuju kemandirian pasien.


Kepada Keluarga
Peran perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya
masalah kesehatan, memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit,
koordinator pelayanan kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat
keluarga dalam masalah masalah kesehatan.
Kepada Masyarakat
Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada
masyarakat umum dan kelompok kelompok masyarakat tertentu (balita dan
lansia). Pelayanan perawatan tersebut diberikan setelah melalui proses berikut
ini :
1) Pertemuan penjajakan kepada pemuka masyarakat agar dicapai kesepakatan
tentang ide yang dikemukakan.
2) Pengumpulan data pada masyarakat melalui survey atau sensus dengan
menggunakan daftar pertanyaan atau kuosioner
3) Analisis data dan perumusan masalah
4) Pembahasan hasil analisis dalam forum lokakarya mini dengan masyarakat
untuk kemudian ditetapkan prioritas masalah beserta penyelesaiannya.
5) Perumusan rencana tindakan penyelesaian masalah bersama dengan wakil
masyarakat.
6) Pelaksanaan tindakan pemecahan masalah. Pelaksanaan ini dilakukan
bersama dengan masyarakat melalui sumber daya ayang ada di masyarakat
tersebut.
13

7) Evaluasi
8) Dilakukan untuk menilai proses dan hasil program tindakan, dalam sebuah
lokakarya.
9) Tindak lanjut atau menangani masalah yang ada

D. CARING
19. Apa yang dimaksud dengan caring dalam profesi keperawatan?
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang
berpikir, perperasaan, dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.
Caring dalam keperawatan berarti menolong klien meningkatkan perubahan
positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Caring sebagai suatu
moral imperatif (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang
yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang
mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia,
bukan malah melakukan tindakan amoral saat melakukan tugas pendampingan
perawatan. Caring juga sebagai suatu efek yang digambarkan sebagai suatu
emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian
perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa
merawat pasien.
20. Caring sebagai body of knowledge Ilmu Keperawatan. Jelaskan!
Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada,
perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Konsep Penting Caring
Faktor Carative
Jean

Watson

merupakan

penggagas

teori

yang

banyak

mempengaruhi

pendekatan keperawatan dan meletakkan dasar humanisme pada keseluruhan


aspek bidang kajian keperawatan. Konsep yang dikemukakan tentang esensi
manusia dengan keutuhan dan sifat-sifat kemanusiaannya serta esensi caring
menjadi fondasi bagaimana seharusnya perawat memperlakukan manusia lain
(termasuk pasien/klien) dan diri sendiri. Watson meyakini praktik caring
sangatlah penting untuk keperawatan ; ini adalah fokus pemersatu untuk praktik.
Dua asumsi utama yang mendasari nilai perawatan manusia dalam keperawatan
:
1. Care and love merupakan energi fisik dasar dan universal
2. Care dan love adalah syarat untuk kelangsungan hidup kita dan makanan
untuk kemanusiaan.

Intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia disebut faktor


Carative, yang mestinya menjadi pembentuk perilaku caring yaitu :
Forming a humanistic altruistic 14
Faktor ini berkaitan dengan kepuasan melalui memberi dan memperluas rasa diri
(sense of self). Meskipun nilai dipelajari pada awal kehidupan, nilai dapat
langsung dipengaruhi oleh pendidik.
Instilling faith & hope (Mengajarkan agar orang lain percaya dan mempunyai
pengharapan : fasilitas optimisme, menyesuaikan diri)
Cultivating sensitivity to ones self (Sensitif terhadap diri sendiri dan orang
lain)
Developing a helping trust relation (Membina hubungan saling percaya : jujur,
empati)
Expressing & feeling (Mengekspresikan perasaan positif dan negatif)
Using creative problem-solving caring process (Mengambil keputusan dengan
menggunakan metode pemecahan masalah yang ilmiah dan sistemik)
Promoting interpersonal teaching learning (Meningkatkan proses belajar)
Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical sociocultural &
spiritual environment. (Memberikan lingkungan fisik, mental, sosio kultural dan
spiritual yang bersifat suportif, protektif dan korektif )
Assisting with the gratification of human needs (Membantu dalam pemenuhan
kebutuhan dasar)
Allowing for existential-phenomenologic forces (Memberi kesempatan untuk
mengekspresikan aspek manusia) (Susilaningsih, 2008)
Dari kesepuluh carative faktor di atas, Caring dalam keperawatan menyangkut
upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang
berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985) ini berkenaan dengan proses yang
humanitis dalam menentukan kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar
manusia dan melakukan upaya pemenuhannya melalui berbagai bentuk
intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan teknis tetapi disertai warmth,
kindness, compassion.
Faktor carative ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam
diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan
bermutu dapat diwujudkan. Selain itu melalui penerapan faktor karatif ini
perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum memahami
orang lain. Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik

dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adlah
hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada
bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan
dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk
bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring yang dikemukakan
oleh Watson menekankan akan kebutuhan klien secara jasmani dan kebutuhan
pendekatan spiritual bagi iman klien. Dengan demikian, perawat dituntut untuk
mengenal dirinya sendiri secara spiritual dan menerapkannya dalam profesi
keperawatan dalam memberikan perawatan dengan 15
cinta dan caring. Jadi, dari teori caring menurut Watson dapat disimpulkan
bahwa adanya keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual dalam asuhan
keperawatan. (Sujana, 2008)
Lima C dari Caring, Roach (1984) :
1. Compassion (Kasih sayang)
2. Competence (Kompetensi)
3. Conscience (Kesadaran)
4. Confidence (Kepercayaan)
5. Commitment (Komitmen)
Dalam

mewujudkan

asuhan

keperawatan

bermutu

diperlukan

beberapa

komponen yang harus dilaksanakan oleh tim keperawatan yaitu :


(1) Terlihat sikap caring ketika harus memberikan asuhan keperawatan kepada
klien
(2) Adanya hubungan perawat - klien yang terapeutik
(3) Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain
(4) Kemampun dalam memenuhi kebutuhan klien
(5) Kegiatan jaminan mutu (quality assurance).
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila
perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan
asuhan, perawat menggunakan
a. Keahlian
b. Kata-kata yang lemah lembut
c. Sentuhan
d. Memberikan harapan
e. Selalu berada disamping klien

f. Bersikap caring sebagai media pemberi asuhan


Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat
diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring. Spirit
caring harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang
terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan
perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh
karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berada ketika
memberikan asuhan kepada klien.
Madeleine Leinigner (1991) menyatakan bahwa perawatan manusia adalah
intisar keperawatan dan nyata, dimensi pusat dan koheren, yang pada akhirna
menjadi fokus utama kita. Merawat, menembus dan memelihara jaringan hidup
keperawatan.
Perawat makin menjadi penulis kreatif bagi hidupnya sendiri, sebuah
kehidupan

yang

tinggal

dalam

hubungan

dan

penghubung

dan

saling

menghubungkan dengan orang lain. Caring adalah cara keperawatan. Hal ini
bagaimanapun perlu dijabarkan untuk mendapatkan kejelasan. 16
Pelajar keperawatan perlu menggal secara dalam untuk menemukan nilai yang
tersimpan,

arti

pribadi

dari

keperawatan

yang

akan

berlanjut

menjadi

pemeliharaan hubungan pendekatan yang dalam dengan orang lain, itulah


keperawatan, komitmen merawat itu harus membuat kontribusi pokok yang jelas
dari perawat untuk memberikan perawatan kesehatan pada individu, keluarga
dan komunitas pada saat ini dan masa yang akan datang.
Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang singkat.
Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang. Yang terbaik
adalah membentuk Caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam
pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam membangun caring perawat sangat
penting. Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan harus selalu
memasukkan

unsur

caring

dalam

setiap

mata

kuliah.

Penekanan

pada

humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan


berbagai unsur caring yang lain harus ada dalam pendidikan perawatan.
Andaikata pada saat rekruitmen sudah ada system yang bisa menemukan
bagaimana sikap caring calon mahasiswa keperawatan itu akan membuat
perbedaan yang mendasar antara perawat sekarang dan yang akan datang
dalam perilaku caring nya.
21. Jelaskan apa yang dimaksud dengan caring behaviour!

Caring behaviour (perilaku caring) merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat
dan menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada
seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Karena perilaku caring
merupakan perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan
derajat kesehatan dalam membantu pasien yang sakit. Perilaku caring sangat
penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau
cara hidup manusia. Perilaku caring sangat penting dalam layanan keperawatan
karena akan memberikan kepuasan pada klien dan perawatan akan lebih
memahami konsep caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan
dalam pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai