Anda di halaman 1dari 1

Laporan Baru Human Rights Watch Soroti Pelanggaran HAM di Indonesia

Jumat, 30 Januari 2015 | 10:31 WIB


BEIRUT, KOMPAS.com - Laporan tahunan Human Rights Watch yang berbasis di AS mengatakan,
tahun terakhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diwarnai lebih banyak kegagalan
daripada kemajuan dalam reformasi HAM. Kajian kelompok HAM Human Rights Watch (HRW)
terbaru itu merinci sejumlah kasus pelanggaran HAM di Indonesia sekaligus menggarisbawahi
komitmen presiden baru, Joko Widodo.
Dalam laporan berjudul World Report 2015 setebal 656 halaman itu, direktur eksekutif Human Rights
Watch, Kenneth Roth, mengatakan banyak pemerintah mengabaikan perlindungan HAM dalam
menghadapi ancaman keamanan."Pelanggaran HAM berperan besar dalam memicu atau
memperparah krisis-krisis saat ini," kata Roth membuka laporan tahunan yang dirilis hari Kamis
(29/1/2015) di Beirut itu.Laporan tersebut menyebut bangkitnya gerakan militan ISIS sebagai salah
satu tantangan global yang telah membuat perlindungan HAM diabaikan. ISIS telah mengobarkan
kekerasan sektarian di Irak dan Suriah dalam upaya mereka menciptakan kekhalifahan Islam.
Di Indonesia, menurut HRW, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengecam gerakan
militan itu tetapi, di dalam negeri, tidak mengindahkan berbagai aksi pelecehan, intimidasi dan
kekerasan oleh ekstremis Islam terhadap kaum minoritas.HRW mengutip kajian Institut Setara, yang
memantau kebebasan beragama di Indonesia, bahwa ada 230 serangan terhadap umat agama minoritas
tahun 2013 dan 107 serangan hingga November tahun lalu. Hampir semua tersangka pelakunya, kata
laporan itu, adalah militan Islam Sunni yang menarget umat Kristen, Ahmadiyah, Muslim Syiah, Sufi
dan berbagai keyakinan lain.Laporan HRW itu juga kembali menyoroti kondisi HAM di Papua, yang
menurut mereka masih tegang tahun lalu akibat bentorkan antara pasukan keamanan dan para aktivis
OPM (Organisasi Papua Merdeka).
HRW mengatakan rencana Presiden Joko Widodo untuk memecah lagi Papua dari dua menjadi empat
propinsi serta mendorong arus migrasi kesana dapat memperburuk ketegangan di pulau itu. Hingga
Oktober 2014, kata laporan itu yang mengutip situsPapuans Behind Bars, ada 69 orang Papua yang
dipenjara atau menunggu sidang karena menuntut kemerdekaan bagi propinsi tersebut.
Tahun 2014 juga menandai 10 tahun pembunuhan aktivis Munir Said Thalib. Meski ada bukti kuat
konspirasi pembunuhan itu melibatkan sejumlah pejabat tinggi badan intelijen, kata HRW,
pemerintahan lalu gagal memenuhi janjinya untuk menghukum semua pelaku kejahatan ituHRW juga
menyebutkan pemerintahan lalu, yang berkuasa selama 10 tahun, tidak melakukan apapun untuk
menghukum para pelanggar HAM semasa kekuasaan Presiden Soeharto termasuk pembunuhan
massal tahun 1965-1966. Tahun lalu, HRW mengatakan Indonesia juga gagal mengamandemen UU
pengadilan militer tahun 1997. Amandemen yang diajukan Februari lalu, jika disahkan, menetapkan
tentara akan disidang di pengadilan sipil dalam kasus pelanggaran HAM. Laporan tersebut, yang
mengkaji kinerja HAM di lebih dari 90 negara, kembali mengecam praktik tes keperawanan dan
berbagai peraturan lain yang dianggap mengekang kaum perempuan Indonesia. Ada paling tidak 279
peraturan lokal terkait perempuan, kata HRW, dan 90 diantaranya hanya untuk mewajibkan
pemakaian jilbab.
Menutup laporannya tentang Indonesia, HRW memuji UU baru tentang kesehatan jiwa yang
diharapkan mampu memperbaiki kondisi para penderita. Namun organisasi yang berbasis di New
York itu juga mengingatkan UU itu masih membolehkan pengobatan paksa jika pasien dianggap
"tidak kompeten."
Editor : Egidius Patnistik
Sumber : VOAINDONESIA
http://internasional.kompas.com/read/2015/01/30/10313031/Laporan.Baru.Human.Rights.Watch.Soro
ti.Pelanggaran.HAM.di.Indonesia

Anda mungkin juga menyukai