Anda di halaman 1dari 4

Essay

Terorisme: Ancaman terhadap Personal Security Masyarakat Internasional


(Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Regionalisme dan Keamanan)

oleh:
Ni Nyoman Ayu Nikki Avalokitesvari
1121105031

HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2013

Terorisme: Ancaman terhadap Personal Security Masyarakat Internasional


Teorisme merupakan suatu fenomena yang mengancam stabilitas keamananan
internasional. Terorisme yang digolongkan kedalam trans-national crime sesungguhnya
bukanlah sesuatu hal yang baru. Menurut Asep Adisaputra dalam tesisnya yang berjudul
Korban Kejahatan Terorisme ; Ketika Negara Kurang Berperan, secara historis, terorisme
yang merupakan bentuk dari suatu tindakan teror, sudah hadir sejak adanya masyarakat
manusia. Perasaan diteror atau rasa takut yang mencekam merupakan salah satu kelemahan
manusia, dan terorisme adalah sebuah cara atau sarana untuk mencapai tujuan dengan
mengeksploitasi kelemahan itu.
Bentuk teror yang disebarkan dalam koridor terorisme dapat berupa intimidasi dan
ancaman, pembunuhan, penganiayaan, pemboman, peledakan, pembakaran, penculikan,
penyanderaan, pembajakan dan lain sebagainya. Dampak dari bentuk-bentuk teror tersebut
sangat beragam, antara lain timbulnya kepanikan, perasaan takut/terintimidasi, kekhawatiran,
kehilangan harta benda, ketidakpastiaan, bahkan kematian.
Dalam lingkup yang lebih luas, terorisme sebagai salah satu jenis dari Activities of
Transnational/Criminal Organizations, merupakan kejahatan yang sangat ditakuti karena
ancaman dan akibat yang ditimbulkan cukup luas. Ancaman tersebut meliputi ancaman
terhadap kedaulatan negara, masyarakat, individu, stabilitas nasional, nilai-nilai demokratis
dan lembaga-lembaga publik, ekonomi nasional, lembaga keuangan, demokratisasi,
privatisasi, dan juga pembangunan. Begitu besarnya dampak yang ditimbulkan, sehingga
terorisme bukan lagi dianggap sebagai bentuk kejahatan kekerasan destruktif biasa,
melainkan sudah merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat manusia
(crimes against peace and security of mankind).
Walaupun demikian definisi dari terorisme itu sendiri sebenarnya belum menemui
kata sepakat di kalangan akademisi. Amerika Serikat sendiri yang pertama kali
mendeklarasikan perang melawan teroris belum memberikan defenisi yang jelas sehingga
semua orang bisa memahami makna sesungguhnya tanpa dilanda keraguan, tidak merasa
didiskriminasikan serta dimarjinalkan. Kejelasan defenisi ini diperlukan agar tidak terjadi
salah tangkap dan berakibat merugikan kepentingan banyak pihak, disamping demi
kepentingan atau target meresponsi hak asasi manusia (HAM) yang seharusnya wajib
dihormati oleh semua orang beradab.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terorisme adalah penggunaan kekerasan atau
ancaman untuk menurunkan semangat, menakut-nakuti dan menakutkan terutama untuk
tujuan politik. Sementara itu, menurut Konvensi PBB, terorisme adalah segala bentuk tindak
kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror
tehadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas. Sedangkan dalam
UU No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, bahwa terorisme
adalah perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan maksud untuk menghancurkan
kedaulatan bangsa dan negara dengan membahayakan badan, nyawa, moral, harta benda dan
kemerdekaan orang atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana teror atau rasa takut
terhadap orang secara meluas, sehingga terjadi kehancuran terhadap objek-objek vital yang
strategis, kebutuhan pokok rakyat, lingkungan hidup, moral, peradaban.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa perasaan diteror atau rasa takut yang
mencekam merupakan salah satu kelemahan manusia, dan terorisme adalah sebuah cara atau

sarana untuk mencapai tujuan dengan mengeksploitasi kelemahan itu. Maka dari itu otomatis
akan memberikan dampak negatif bagi masing-masing individu dalam kelompok masyarakat.
Perasaan masyarakat terhadap isu terorisme tersebut berlanjut pada rasa keamanan personal
masing-masing individu dalam menyikapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi.
Elemen terorisme tidak seperti perang yang sudah terencanakan, melainkan suatu hal yang
sama sekali tidak diduga dan muncul secara tiba-tiba. Hal tersebut jelas sudah membuat
masing-masing individu merasa human security atau keamanan personal mereka sebagai
warga masyarakat terganggu.
Human security menganut cara pandang keamanan personal sebagai elemen penting
bagi stabilitas lokal, nasional maupun global. Bagi kebanyakan orang sumber utama
keresahan ialah kejahatan, terutama kejahatan yang tidak dapat diprediksi. Isu terorisme
merupakan salah satu tindak kejahatan yang berupa terror dan tidak dapat diprediksi. Dengan
tujuan utama human security yaitu menjaga keamanan setiap individu kelompok masyarakat,
maka terror dapat mengganggu stabilitas keamanan personal tersebut. Bagi warga masyarakat
yang dalam proses mengamankan hak keamanannya masing-masing,jaminan human security
dapat dijadikan sebagai suatu pegangan setelah munculnya isu-isu terorisme.
Dalam penjelasan dari UNDP keamanan personal mencakup perlindungan terhadap
individu dalam segi keselamatan individu itu dari ancaman fisik yang diakibatkan oleh
perang, kekerasan domestik, kriminalitas, penggunaan obat-obatan terlarang dan bahkan
kecelakaan lalu lintas. Dengan kata lain, keamanan personal ini bertujuan untuk melindungi
individu dari kekerasan fisik, baik dari dalam atau dari luar negaranya sendiri, melindungi
individu dari kekerasan antar individu maupun actor sub-state, dari kekerasan dalam rumah
tangga, ataupun dari kekerasan dari kelompok-kelompok radikal. Keamanan personal disini
juga menekankan tentang Freedom of Fear. Kebebasan dari rasa takut. Keamanan personal
menginginkan masing-masing individu merasakan dirinya aman, tidak terancam, tidak
mengalami ketakutan-ketakutan akibat meningkatnya tren kekerasan dan kejahatan yang
terjadi akibat globalisasi.
Dampak Terorisme terhadap personal security masyarakat internasional dapat dilihat
dalam berbagai kasus terror yang ternah terjadi pada pergaulan internasional. Seperti halnya
tragedy 9/11 yang merupakan turning point bagi isu terorisme. Tragedy 9/11 memberikan
efek psikologis tidak hanya bagi warga Amerika Serikat kala itu, namun juga memberikan
dampak pada masyarakat internasional. Perubahan struktur masyarakat di Amerika Serikat,
saat itu mulai muncul sentimen dan pandangand diskriminatif utamanya terhadap para
pendatang dari timur-tengah, ataupun penduduk bergama muslim di Amerika Serikat.
Pasca tragedi World Trade Center 9/11, masyarakat dunia kembali dikejutkan dengan
ledakan bom mobil yang terjadi di Sari Club dan Paddy's Club, Kuta-Bali pada 12 Oktober
2002. Belum pulih benar dari kejadian tragis itu, tiga tahun berselang untuk kedua kalinya
teror bom kembali mengguncang Bali pada 1 Oktober 2005. Peristiwa tersebut kemudian
membuka mata dunia bahwa aksi semacam terorisme tersebut dapat mengancam siapa saja,
kapan saja, dimana saja dan tidak hanya berdampak pada negara yang disasar oleh kelompokkelompok teroris ini, akan tetapi turut mengganggu stabilitas keamanan secara internasional,
sekaligus juga keamanan secara personal tiap-tiap individu sebagai bagian dari masyarakat
dalam arena internasional.
Serangan bom yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Bom Bali I, 12 Oktober 2002
dan Bom Bali II, 1 Oktober 2005 tersebut selain menimbulkan keterkejutan juga
meninggalkan dampak tersendiri tidak hanya bagi lingkungan di sekitar lokasi kejadian dan

Pulau Bali pada khususnya, tetapi juga bagi dunia internasional. Bali yang selama ini menjadi
salah satu destinasi pariwisata dunia dan dikenal karena keamanannya yang kondusif
mendadak seolah mengalami kelumpuhan di berbagai aspek pasca ledakan bom yang
memporak-porandakan sebagian wilayah di jalan Legian tersebut. Gempuran bom yang
disinyalir sebagai salah satu aksi terorisme itu menewaskan kurang lebih dua ratus orang
yang sebagian besar adalah wisatawan mancanegara dan beberapa lainnya adalah wisatawan
domestik. Serangan bom ini tak pelak menimbulkan keresahan sekaligus memunculkan tanda
tanya besar yang berujung pada permasalahan isu keamanan.
Pasca kejadian bom tersebut Bali seolah mengalami kelumpuhan. Sektor pariwisata
mengalami penurunan yang berimbas pada sektor pertumbuhan ekonomi yang juga
mengalami masalah. Pada sektor pariwisata penurunan kunjungan wisatawan terjadi
dikarenakan cukup banyak negara-negara di dunia yang memberikan travel warning bagi
Bali. Negara-Negara memberikan travel warning bahkan travel ban mengindikasikan
ketidak-percayaan pemerintah negara home country terhadap keamanan host country yang
akan didatangi oleh warga negaranya.

Daftar Pustaka
Adisaputra, Asep. 2008. Tesis : Korban Kejahatan Terorisme : Ketika Negara Kurang
Berperan: Jakarta (diunduh tanggal 11 Juni 2014, 18.32 wita)
Prasetyono, Eddie.2003, Human Security. (diunduh dari:
http://www.propatria.or.id/download/paper%20diskusi/human-security.ep.pdf/ pada 11 Juni
2014 pukul 14.12 wita)

Anda mungkin juga menyukai