Anda di halaman 1dari 22

Sasaran Belajar

Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi

Aswan Bagastoro
07.04.2015

LO.1 Memahami dan


Menjelaskan Plasmodium
1.1 Definisi
Merupakan parasit penyakit malaria. Genus protozoa coccidia.
Bersifat parasite di eritrosit mamalia. Transmisi bermula dari
konsetrat sporozoit plasmodium di kelenjar liur anopheles betina
dan masuk ke dalam aliran darah mamalia lewat gigitanya.
(Dorland, 2012)

1.2 Morfologi

1.3 Klasifikasi
Plasmodium yang ditemukan pada manusia berjumlah 4 spesies,
yaitu:
1 Plasmodium vivax
Merupakan penyebab penyakit malaria vivax, atau disebut juga
malaria tertiana dengan gejala klasik trias malaria.
2 Plasmodium malariae

Penyebab penyakit malaria Quartana dengan gejala demam (masa


sporulasi) selang waktu 72 jam.

3 Plasmodium ovale
Disebut malaria ovale tertiana, akan tetapi gejala demamnya lebih
ringan daripada malaria tertiana yang disebabkan Plasmodium
vivax.
4 Plasmodium falciparum
Penyebab penyakit malaria tropika dengan gejala demam yang
tidak teratur.

1.4 Siklus Hidup

Stadiu
m
Trofozo
it
muda

P. vivax

P. falciparum

P. malariae

P. ovale

Eritrosit
membesar,
terdapat inti
sitoplasma
berbentuk
cincin, titik
Schuffner
belum begitu
jelas.

Eritrosit tidak
membesar,
terdapat inti
dengan
sitoplasma
yang
berbentuk
accole(di
pinggir),

Eritrosit
tidak
membesar,
terdapat
inti,
sitoplasma
berbentuk
cincin dan
lebih tebal,

Terdapat
inti,
sitoplasma
berbentuk
cincin (1/3
eritrosit),
terdapat
titik
Schuffner

Trofozo
it tua

Skizon
muda

Skizon
matan
g

terdapat
titik
Ziemann.

(titik James)
yang
tampak
jelas.

Besar
sitoplasma
kira-kira
setengah
eritrosit,
berbentuk
pita (khas
P.malariae),
buir-butir
pigmen
banyak,
kasar dan
gelap
warnanya.

Eritrosit
agak
membesar
dan
sebagian
eritrosit
berbentuk
lonjong
(oval) dan
pinggir
eritrosit
bergerigi di
satu ujung
dengan titik
Schuffner.

Inti membelah
Inti
menjadi 4-8,
membelah
titik schuffner
menjadi 2-6,
masih ada,
terdapat titik
terdapat
maurer,
pigmen
eritrosit tidak
kuning
membesar
tengguli.

Intinya
membelah
menjadi 2-6

Intinya
membelah
menjadi 48.

Inti
Inti membelah
membelah
menjadi 12menjadi 824, titik
24, titik
schuffner
maurer
masih ada di
masih ada,
pinggir
eritrosit tidak
membesar.

Intinya
membelah
menjadi >8,
merozoit
hampir
mengisi
seluruh
eritrosit dan
punya
susunan
teratur
berbentuk
rosette.

Berbentuk
bulat, inti
membelah
menjadi 810 letaknya
teratur
ditepi
granula
pigmen.

Eritrosit
membesar,
terdapat inti
parasit,
sitoplasma
membentuk
seperti
amoeba, titik
Schuffner
sudah keliat
jelas.

berbentuk
cincin, atau
terdapat 2
inti dengan
masingmasing
sitoplasmany
a yang
disebut
infeksi
multiple.
Terdapat titik
maurer.

LO.2 Memahami dan Menjelaskan


Malaria Vivax

2.1 Definisi
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi
eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal.
Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring
dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid.Terdiri
dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.Gametosit
berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin
eksentris, pigmen kuning.Gejala malaria jenis ini secara periodik 48
jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam
berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.

2.2 Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain
menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang, seperti golongan
burung, reptil dan mamalia.Termasuk genus plasmodium dari famili
plasmodidae.Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel
darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati
dan di eritrosit.Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk
anopheles betina. Sebagian besar nyamuk anopheles akan
menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis
nyamuk, puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar.
Plasmodium akan mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni)
terjadi pada tubuh manusia, sedangkan siklus seksual (sporogoni)
terjadi pada nyamuk.
Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala
sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya
tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium eksoeritrositer
dengan masuk ke sel hati. Di hati, sporozoit matang menjadi skizon
yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan
memasuki aliran darah dan menginfeksi eritrosit untuk memulai
stadium eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan mengalami
perubahan morfologi, yaitu : merozoit bentuk cincin trofozoit merozoit. Proses perubahan ini memakan waktu 2-3 hari.
Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya.P.
falciparum memerlukan waktu 7-14 hari, P. vivax dan P.ovale 8-14
hari, sedangkan P. malariae memerlukan waktu7-30 hari.Masa
inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor, seperti
pengobatan dan pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak
adekuat.

2.3 Epidemiologi
Penyakit malaria ini banyak ditemukan di daerah endemik dan
juga malaria ini masih menjadi persoalan kesehatan yang besar di
daerah tropis dan subtropis seperti di brazil, asia-tenggara, dan
seluruh sub-sahara afrika.
Kalau di Indonesia, malaria ditemukan hampir di seluruh
wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali
dengan jumlah penderita sebanyak 2 juta orang. Dan dari data
tersebut, sebagian besar disebabkan oleh Plasmodium falciparum
dan Plasmodium vivax. Kalau untuk Plasmodium malariae banyak
ditemukan di Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di
Papua dan NTT.
Permasalah resistensi terhadap obat malaria semakin lama
semakin bertambah. Plasmodium falciparum dilaporkan resisten
terhadap klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin di wilayah Amazon
dan Asia Tenggara. P.vivax yang resisten klorokuin ditemukan di
Papua Nugini, provinsi Papua, Papua Barat, dan Sumatera.
Resistensi terhadap obat ini akan menyebabkan semakin
kompleksnya pengobatan dan penanggulangan malaria. (Widoyono,
2011)

2.4 Patofisiologi & Patogenesis

Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen


(sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual
(skizogoni) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.
a Fase aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit.
Pada fase jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati
dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung
ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase
ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon pecah dan
merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sebagian sporozoit
membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan
relaps jangka panjang dan rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang
eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoitskizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian
merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan
infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa
prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala
klinis demam.
b Fase seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk
ini mengalami pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan
terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet
kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi
ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan
mencapai kelenjar liur nyamuk.

2.5 Manifestasi Klinis


Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat
bepergian ke daerah endemik malaria. Gejala dan tanda yang
ditemukan adalah :
1 Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporulasi). Pada malaria tertiana (P.vivax dan P.ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap
hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (P. malariae) pematangannya
tiap 72 jam dan periodisitas demamnya 4 hari. Tiap serangan

ditandai dengan beberapa serangan demam periodik.Demam khas


malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit 1 jam),
puncak demam (2-6 jam), dan berkeringat (2-4 jam). Demam akan
mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap
parasit dalam tubuh dan respons imun.
2 Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik.Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena
timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3 Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang
paling berat adalah anemia karena P.falciparum. Anemia disebabkan
oleh :
a Penghancuran eritrosit yang berlebihan
b Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time)
c Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang (diseritropoesis)
4 Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.
Malaria laten adalah masa pasien di luar serangan demam.
Periode ini terjadi bila parasite tidak dapat ditemukan dalam darah
tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan
hati.
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan
pertama. Relaps dapat bersifat :
1 Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8
minggu setelah serangan pertama hilang karena parasit
dalam eritrosit yang berkembang biak
2 Relaps jangka pendek (rekurens), dapat muncul 24 minggu
atau lebih setelah serangan pertama hilang karena parasite
eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak.
Manifestasi malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37
hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum
dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain
itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau
secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung
stadium aseksual)

2. Keluhan-keluhan prodromal Keluhan-keluhan prodromal


dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu,
sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang
merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada
P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae
keluhan prodromal tidak jelas
3. Gejala-gejala umum Gejala-gejala klasik umum yaitu
terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara berurutan:
Stadium dingin
mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya
dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi
cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebirubiruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan
pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung
antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya
temperature.
Stadium demam
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi
cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40C atau
lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat,
nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat
terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase
dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat
Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampaisampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat
dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal.
Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun
dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium
ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.gejala klinis yang berat
biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh
plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya
kecenderungan parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk
berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak,
hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya
pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut. Gejala
mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak

berfungsinya ginjal. Black water fever yang merupakan gejala


berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang
menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam.
Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntahmuntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black
water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita
infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang
cukup berat.

2.6 Komplikasi

1 Anemia berat
Derajat anemia tergantung dari derajat dan lama parasitemia
terjadi.Pada beberapa pasien, serangan malaria berulang yang tidak
diobati secara adekuat akan menyebabkan anemia normokrom
sebagai akibat perubahan eritropoetik di dalam sumsum tulang.
Anemia dapat terjadi pula terjadi akibat penghancuran eritrosit yang
mengandung parasite.Anak dengan anemia berat dapat menderita
takikardia.
Anemia juga turut berperan dalam gejala serebral seperti
bingung, gelisah, koma, pendarahan retina dan juga gejala
kardiopulmonal seperti irama derap, gagal jantung, hepatomegaly
dan edema paru.
2 Dehidrasi,gangguan asam basa dan gangguan elektrolit
Gejala klinis dehidrasi sedang sampai berat adalah penurunan
perfusi perifer,rasa haus,penurunan berat badan 3-4%,nafas cepat
dan dalam (asidosis),penurunan turgor kulit,peningkatan kadar
ureum darah (6,5 mmol/L atau 40 mg/dl),asidosis metabolik pada
pemeriksaan urin,kadar natrium urin rendah dan sedimen
normal,merupakan tanda terjadinya dehidrasi dan bukan gagal
ginjal.
3 Hipoglukemia berat
Hipoglikemia berhubungan dengan hiperinsulinemia yang
diinduksi oleh malaria dan kina.Gejala hipoglikemia ini serupa
dengan malaria serebral.Hipoglikemia pada anak adalah keadaan di
mana kadar glukosa darah turun menjadi 40 mg/dL atau lebih
rendah.Adapun gejalanya yakni rasa cemas,berkeringat,dilatasi
pupil,sesak nafas,pernafasan sulit dan berbunyi,oliguria,rasa
kedinginan,takikardia dan pening.Gambaran klinis ini dapat
berkembang menjadi penurunan kesadaran,kejang umum,sikap
tubuh ekstensi,syok dan koma

4 Gagal ginjal
Kadar ureum sedikit meningkat kira-kira 10% pada anak lebih
dari 5 tahun,seringkali gagal ginjal disebabkan oleh dehidrasi yang
tidak diobati adekuat.Pada orang dewasa dapat pula disertai
nekrosis tubular akut
5 Edema paru akut
Gejala edema paru seringkali timbul beberapa hari setelah
pemberian obat antimalaria,pada umumnya terjadi bersamaan
dengan hiperparasitemia,gagal ginjal,hipoglikemia dan asidosis
6 Kegagalan sirkulasi (agrid malaria)
Malaria agrid adalah malaria falciparum yang disertai syok oleh
karena adanya septicemia kuman gram negative.
7 Kecenderungan terjadi pendarahan
Pendarahan yang sering dijumpai adalah pendarahan
gusi,epitaksis,petekia dan perdarahan subkonjungtiva.Apabila
terjadi koagulasi intravascular diseminata (KID) akan timbul
perdarahan yang lebih hebat yaitu melena dan hematemesis.
8 Hiperpireksia
Hiperpireksia lebih banyak dijumpai pada anak daripada dewasa
dan seringkali berhubungan dengan kejang,delirium dan koma,maka
pada malaria monitor suhu berkala sangat dianjurkan.
9 Hemoglobinuria/Black water fever
Hampir seluruh kasus hemoglubinuria berkaitan dengan
defisiensi G6PD pada pasien dengan infeksi malaria.Pada kasus
ini,hemolysis akan berhenti setelah pecahnya eritrosit tua
10 Ikterus
Manifestasi klinis icterus muncul jika kadar bilirubin dalam darah
>3mg%

11 Hiperparasitemia
Umumnya penderita yang non-imun,densitas parasite >5% dan
adanya skizotaemia sering berhubungan dengan malaria
berat.Penderita dengan parasitemia berat akan meningkatkan resiko
terjadinya komplikasi berat

2.7 Diagnosis & Diagnosis Banding


Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit
lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan
pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic
cepat.

( Depkes, 2006 )
Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan adalah gejala
klasik yang menjadi Trias Malaria secara berurutan :
a. Periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, seluruh
badan gemetar dan gigi sering terantuk diikuti meningkatnya
temperatur.
b. Periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan
panas badan tetap tinggi bebrapa jam diikuti dengan keadaan
berkeringat.
c. Periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan
temperatur turun, dan penderita merasa sehat.
Sering disertai sakit kepala, mual dan atau muntah
Kadang-kadang diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
pada orang dewasa
Riwayat berpergian dan bermalam 1 4 minggu yang
lalu ke daerah malaria (masa inkubasi)
Tinggal dan berdomisili di daerah endemis malaria
Pernah menderita malaria
Riwayat mendapat transfusi darah
Gejala pada daerah endemis biasanya lebih ringan dan
tidak klasik karena timbulnya antibodi, sedangkan pada
non endemis lebih klasik/khas dan cenderung menjadi
berat.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita
malaria berat, dapat ditemukan keadaan di bawah ini:
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
Keadaan umum yang lemah.
Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata dan tubuh kuning.
Perdarahan hidung, gusi, atau saluran cerna.
Nafas cepat (sesak napas).
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai
kehitaman.
Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
Telapak tangan sangat pucat.

Pemeriksaan fisik

Demam dengan suhu lebih 37,5 C


Konjungtiva palpebra bisa ditemukan anemis
Splenomegali. Pada daerah endemis splenomegali lebih sering
dan berderajat besar khususnya anak-anak
Hepatomegali
Gejala-gejala komplikasi seperti gangguan kesadaran, ikterik.
Adanya riwayat demam, anemia dan splenomegali dapat
mengarahkan pada diagnosis malaria.
( Depkes, 2006 )
Pemeriksaan Laboratorium
a Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya
parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak
mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga
kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat
dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan
melalui :
Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik
untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah
cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis.
Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di
lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu
untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan
parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100
lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat
dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang
pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak
ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada
tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200
leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya
ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah
parasit per mikro-liter darah. ( Paul, 2009)
Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk
identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah
tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan
sebagai hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan
berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per

1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul


darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit
penting untuk menentukan prognosa penderita malaria.
Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau
Leishmans, atau Fields dan juga Romanowsky.
Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa
laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah
dengan hasil yang cukup baik.
( Paul, 2009)
b. Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich
Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan
latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus.
Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan
metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase
dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic
telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan
apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 %
dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini
sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
(Depkes, 2006)
c. Tes Serologi
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini
kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru
terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi
terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor
darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20
dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect
haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test,
radio-immunoassay.
( Depkes, 2006)
d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi
amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun
spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit
sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai
sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
( Depkes, 2006)

Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol,


yang juga dijumpai pada hampir semua penyakit infeksi seperi
infeksi virus pada sistim respiratorius, influenza, bruselosis, demam
tifoid, demam dengue, dan infeksi bacterial lainnya seperti
pneumonia, infeksi saluran kencing, tuberkulosis. Pada daerah hiperendemik sering dijumpai penderita dengan imunitas yang tinggi,
sehingga penderita dengan infeksi malaria, tetapi tidak
menunjukkan gejala klinis malaria.Pada malaria berat, diagnosis
banding tergantung manifestasi malaria dan beratnya.Pada malaria
dengan ikterus, diagnosis bandingnya adalah demam tifoid dengan
hepatitis, kolesisitis, abses hari, dan leptospirosis.Hepatitis pada
saat timbul icterus biasanya tidak dijumpai demam lagi.Pada
malaria serebral harus bisa dibedakan dengan infeksi otak lainnya,
seperti meningitis, ensefalitis, tifoid enselofati,
tripanosmiasis.Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi pada
gangguan metabolik (diabetes, uremi), gangguan serebro-vaskular
(strok), eklampsia, epilepsy, dan tumor otak.

2.8 Penatalaksanaan
Prinsip dasar pengobatan malaria vivaks adalah pengobatan
radikal yang ditujukan terhadap stadium hipnozoit di sel hati dan
stadium lain yang berada di eritrosit.P.vivax yang mulai resisten
terhadap klorokuin yang diberikan selama tiga hari disertai
primakuin selama 14 hari. Dengan cara ini, maka primakuin akan
bersifat sebagai skizontisida darah selain membunuh hipnozoit di
sel hat. Obat lain yang sebagai alternative yang dapat diberikan
adalah attesunat-amodikuin, dihidroartemisinin-piperakuin, atau
non-altemisinin seperti meflokuin dan atovaquone-proguanil.
a Klorokuin dan turunannya ( klorokuin, amodiakuin, dan
hidroksiklokuin)
Farmakodinamik:
Aktivitas antimalaria: hanya efektif terhadap parasit
dalam fase eritrosit. Efektivitasnya sangat tinggi
terhadap plasmodium vivax, plasmodium malariae,
plasmodium ovale, dan terhadap strain plasmodium
falciparum yang sensitive klorokuin. Demam akan hilang
dalam 24 jam dan sediaan hapus darah, umumnya
negative dalam waktu 48-72 jam.
Mekanisme kerja obat : menghambat aktifitas
polymerase heme plasmodia.

Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada


plasmodium falciparum yang melibatkan berbagai
mekanisme genetic yang kompleks

Farmakokinetik:
Absorbsi: setelah pemberian oral terjadi lengkap dan
cepat, dan adanya makanan mempercepat absorbsi ini.
Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam.
Kira-kira 55% dari jumlah obat dalam plasma akan
terikat pada non-diffusible plasma constituent.
Metabolisme: berlangsung lambat sekali.
Ekskresi: metabolit klorokuin (monodesetilklorokuin dan
bisdesitilklorokuin) diekskresi melalui urine.
Efek samping:
Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan
penglihatan, dan gatal-gatal.
Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala
menimbulkan sakit kepala, penglihatan kabur, diplopia,
erupsi kulit, rambut putih, dan perubahan gambaran
EKG.
Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat
dapat menimbulkan toksisitas terutama pada system
kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi,
penekanan fungsi miokard, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan henti jantung.
Kontra indikasi:
Pada pasien dengan penyakit hati, atau pada pasien
dengan gangguan saluran cerna.
Tidak dianjurkan dipakai bersama fenilbutazol atau
preparat yang mengandung emas karna menyebabkan
dermatitis.
Tidak dianjurkan dipakai bersama meflokuin karna akan
meningkatkan resiko kejang.
Tidak dianjurkan dipakain bersama amiodaron atau
halofantrin karna akan meningkatkan resiko terjadinya
aritmia jantun

Klasifikasi Biologi Obat Malaria


Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria,
maka obat malaria dibagi dalam 5 golongan:

1 Skizontosida jaringan primer : proguanil, pirimerin, dapat


membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya
parasit kedalm eritrosit; dapat digunakan sebagai profilaksis
kasual.
2 Skizontosida jaringan sekunder : primakuin, dapat membasmi
parasit daur eritrosit atau stadium jaringan P.vivax dan P.ovale
digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat anti relaps.
3 Skizontosida darah: membasmi parasit stadium eritrosit, yang
berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis.
SKizontosida darah juga mengeleminasi stadium seksual di
eritrosit P.vivax, P.ovale dan P.malariae, tetapi tidak efektif
terhadap gametosit P.falciparum yang matang. Skizontosida
darah yang ampuh adalah kina, amodikuin, halofatrine,
golngan artemisisin sedangkan efeknya terbatas adalah
proguanil dan pirimetin.
4 Gametosida: mengeleminasi stadium seksual termasuk
gametosit P.falciparum, juga mempengaruhi stadium
perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles.
Beberapa obat gametosit bersifat sporontosida. Primakuin
adlaah gametosisa untuk keempat spesies; sedangkan kina,
klorokuin, amodiakuin adalag gemetosida untuk P.vivax,
P.malariae, P.ovale.
5 Sporotonsida: mencegah ata menghamabt gametosit dalam
darah umtuk memebentuk ookistra dan spororzoit dalam
nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah transmisi pwnyakit
malaria dan disebut juga obat sporogonik. Obat yang
termasuk golongan ini adalah: primakuin dan proguanil.

2.9 Pencegahan
Metode pencegahan penyakit malaria dapat dibagi menjadi
dua basis besar, yaitu berbasis pada komunitas (masyarakat) dan
berbasis pribadi. Dijelaskan sebagai berikut :
A Berbasis Masyarakat
1 Pola perilaku bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus
selalu ditingkatkan melalui penyuluhan dan kesehatan,
pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun
melalui kampanye massal untuk mengurangi tempat
sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN).
Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor,
diantaranya dengan mengalirkan air atau menimbun

atau mengeringkan barang atau wadah yang


memungkinkan sebagai tempat air tergenang.

2 Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin


akan sangat membantu mencegah penularan.
3 Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam
tentang bionomic anopheles seperti waktu kebiasaan
mengigit, jarak terbang, dan resistensi terhadap
insektisida.
B Berbasis Pribadi
1 Pencegahan gigitan nyamuk
a Menggunakan kontruksi rumah yang anti nyamuk
dengan menggunakan kasa pada ventilasi pintu
dan jendela.
b Menggunakan kelambu yang mengandung
insektisida (insecticide-treated mosquito-net).
c Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau
menggunakan obat nyamuk bakar
2 Pengobatan bila memasuki daerah endemik meliputi :
a Pada daerah dimana plasmodiumnya masih
sensitif terhadap klorokuin, diberikan klorokuin
300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk
orang dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1
minggu sebelum masuk daerah sampai 4 minggu
setelah meninggalkan daerah tersebut.
b Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien
memerlukan pengobatan khusus, yaitu dengan
meflokuin 5 mg/kgBB/minggu atau dosisiklin 100
mg/hari atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25
mg (Suldox), 3 tablet sekali minum.
3 Pencegahan danpengobatan malaria pada wanita hamil
a Klorokuin, bukan kontraindikasi
b Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/ kgBB/ minggu
dan proguanil 3mg/kgBB/hari untuk daerah yang
masih sensitif terhadap klorokuin.
c Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan
keempat kehamilan untuk daerah dimana
plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin.

2.10 Prognosis

Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan


ketepatan & kecepatan pengobatan.
Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas
yang dilaporkan pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan
pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ
lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ.
- Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50
%
- Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ,
adalah > 75 %
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis
malaria berat yaitu:
a Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
b Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
c Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50
%

( Mansyor, 2001 )

Prognosis malaria yang disebabkan oleh P.vivax umumnya


baik, tidak menyebabkan kematian, walaupun apabila tidak
diobati infeksi rata-rata dapat berlangsung sampai 3 bulan
atau lebih lama oleh karena mempunyai sifat relapse

LO. 3 Memahami dan Menjelaskan


Gebrak Malaria

a. Pengertian
Gebrak malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen
masyarakat untuk memberantas malaria secara intensife
melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha,
lembaga wadaya masyarakat, dan badan-badan
internasional serta penyandang dana.
b. Tujuan
Tujuan gebrak malaria adalah meningkatnya kemampuan
setiap orang dan kepedulian masyarakat untuk mengatasi
malaria, terciptanya lingkungan yang terbebas dari
penularan malaria, terselengara dan terjangkaunya upaya
penanggulangan malaria yang bermutu untuk menurunkan
angka kematian dan kesakitan malaria serta meningkatkan
produktifitas kerja guna mencapai indonesia sehat 2010.

c. Sasaran
Sasaran gebrak malaria meliputi 3 kahalayak sasaran,
yaitu:
a) Sasaran Primer.
Sasaran primer adalah kelompok sasaran didaerah
bermasalah malaria, meliputi siapa yang paling beresiko
malaria, siapa yang paling banyak terkena malaria,
mana yang paling penting yang harus dijangkau.
b) Sasaran Sekunder.
Sasaran sekunder adalah kelompok sasaran yang
mempengaruhi perubahan perilaku ( melatih,
mendukung, meotivasi ) kelompok sasaran primer.
c) Sasaran Tersier.
Sasaran tersier adalah para pembuat dan pengambil
keputusan, penyandang dan yang memungkinkkan
terlaksannya kegiatan gebrak malaria
d. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan dalam malaria ini meliputi:
- Advokasi
Advokasi gebrak malaria adalah suatu upaya persuasi
dan motivasi dengan informasi yang tepat, akurat, dan
shahi untuk memperoleh dukungan dari pemerintah,
dunia usaha, LSM dan para pengambil kebijakan publik

sehingga terjadi perubahan kebijakan yang mendukung


upaya pemberantasan malaria
- Kemitraan
Kemitraan gebrak malaria adalah upaya untuk
menciptakan suasana konduktif guna menunjang
promosi gebrak malaria, menjalin kemitraan untuk
pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok
yang ada di masyarakat seperti tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, lembaga sawdaya
masyarakat, dunia usaha, swasta dan organisasi
- Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya untuk
meningktakan pengetahuna dan kemampuan
masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada.

Anda mungkin juga menyukai