Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi
Aswan Bagastoro
27.09.2015
Mikroskopik Femur
1.
Femur
Diafisi (batang)
Tersusun dari tulang kompak silinder tebal yang
membungkus medula atau rongga sumsum sentral
yang besar.
a. Rongga sumsum berisi sumsum tulang kuning
atau sumsum merah tergantung usia.
b. Endosteum melapisi rongga sumsum.
c. Periosteum membungkus diafisis.
a) periosteum adalah lembaran jaringan
ikat yang terdiri dari dua lapisan;
lapisan luar adalah jaringan ikat fibrosa
rapat; lapisan dalam bersifat osteogenik
dan terdiri dari satu lapisan osteoblast.
b) Serat sharpey (serat jaringan ikat)
mengikat periosteum ke tulang.
c) Periosteum membungkus semua tulang
kecuali sesamoid.
d) Fungsi periosteum antara lain:
1) Pertumbuhan tulang dalam ukuran
lebarnya.
2) Nutrisi tulang karena periosteum
sangat tervaskularisasi dan
merupakan jalur masuk pembuluh
darah untuk menembus tulang.
3) Regenerasi tulang setelah terjadi
fraktur.
4) Sarana perlekatan untuk tendon
dan ligamen.
1.2 Coxae
Makroskopik Coxae
Os coxae, terdiri dari ilium,iskium,pubis. Coxae terletak di
sebelah depan dan samping dari Pelvis wanita. Os Coxae terdiri dari
3 buah tulang penyusun, yaitu os Ilium, os Ischium, dan os Pubis.
A) Os Ilium merupakan tulang terbesar dari panggul dan
membentuk bagian atas dan belakang panggul. .Memiliki
permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaca.
Bagian atasnya disebut Krista iliaca. Ujung-ujung disebut Spina
Iliaca anterior superior dan spina Iliaca posterior superior.Terdapat
tonjolan memanjang di bagian dalam os ilium yang membagi pelvis
mayor dan pelvis minor disebut lineainnominata (linea terminalis).
B) Os Ischium Terdapat disebelah bawah os ilium.Merupakan tulang
yang tebal dengan tiga tepi di belakang foramen obturator.Os
Ichium merupakan bagian terendah dari Os Coxae. Memiliki tonjolan
MIkroskopik Coxae
Articulatio coxae merupakan sendi diartrosis. Pada jenis sendi
ini permukaan sendi dari tulang ditutupi tulang rawan hialin yang
dibungkus dalam simpai sendi. Simpai sendi ini terdiri atas lapis
fibrosa luar dari jaringan ikat padat yang menyatu dengan
periosteum tulang. Lapis dalamnya adalah lapisan sinovial. Jaringan
ikat pada sinovial langsung berhubungan dengan cairan sinovial
dalam rongga sendi.
Pada permukaan atau di dekatnya ditemukan
sel mirip fibroblas yang menghasilkan kolagen,
proteoglikan, dan komponen lain dari interstitium; sel
makrofag yang membersihkan debris akibat aus dari
sendi. Bisa terdapat limfosit pada lapisan yang lebih
dalam.
Pendarahan sampai ujung os femur pada
Art.Coxae dibentuk oleh tiga kelompok besar:
1.3 Kinesiologi
Articulatio membri inferior terdiri dari :
1. Articulatio cinguli pelvici (gelang panggul)
1.1 Articulatio sacroiliaca
a) Tulang antara fascies auricularis sacri dan fascies auricularis
ilei.
b) Jenis sendinya adalah amphiarthrosis.
c) Penguat sendi terdiri dari ligamentum sacroiliaca anterior,
interoaaea, sacroiliaca posterior, ligamentum sacrotubular,
dan ligamentum sacrospinale.
1.2 Symphysis pubica
a) Tulang antara tulang pubis kedua sisi.
b) Jenis sendi adalah synchondrosis.
c) Penguat sendi terdiri dari ligamentum pubicum superius,
ligamentum arcuatum pubis dan discus interpubica
2. Articulatio inferioris liberi
2.1
Articulatio coxae
Antara caput femoris dan acetabulum.Jenis sendinya
adalah spheroidea (ball and socket).Sendi di perkuat oleh tulang
rawan yang terdapat pada fascies lunata.Articulatio ini di perkuat
juga oleh tulang rawan. Ligamen yang memperkujatnya adalah
ilio femorale yang berfungsi menghambat rotasi femur,
mencegah badan berputar kebelakang pada saat berdiri, dan
mempertahankan ekstensi, ischio femorale mencegah endorotasi/
2.2 Etiologi
Fraktur pada regio femur umumnya disebabkan oleh
beberapa faktor :
a. Osteoporosis
b. Kecelakaan lalu lintas
c. Jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi ( seperti
terpeleset di kamar mandi)
d. Trauma memuntir
e. Trauma yang hebat
f. Jatuh dari tempat yang tinggi
g. Trauma langsung
h. Trauma angulasi
i. Tekanan varus/valgus
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun
cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
2.3 Klasifikasi
Fraktur secara umum diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis:
a. Berdasarkan hubungan dengan udara bebas
a) Fraktur tertutup, bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar atau
bagian eksternal tubuh
Luka
Fraktur
Sederhana, dislokasi
ringan minimal
Dislokasi fragmen
jelas
Kominutif, segmental,
fragmen tulang ada
yang hilang
c. Sudut patah
a) Fraktur transversal : garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur
semacam ini, segmen-segmen tulang yang
patah direposisi/ direduksi kembali ke
tempatnya semula.
d) Fraktur longitudinal
2.4 Patofisiologi
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
2.6 Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya
patah tulang terdiri atas empat langkah: tanyakan
(anamnesis, adakah cedera khas), lihat (inspeksi,
bandingkan kiri dan kanan), raba (analisis nyeri), dan
gerakan (akif dan/atau pasif).
1. Riwayat pasien
Sering kali pasien datang sudah dengan keluhan
bahwa tulangnya patah karena jelasnya keadaan patah
tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin,
fraktur tidak disadari oleh penderita dan mereka datang
dengan keluhan keseleo, terutama patah yang disertai
dislokasi fragmen yang minimal. Dalam persepsi
penderita trauma tersebut bisa dirasa berat meskipun
sebenarnya ringan, sebaliknya bisa dirasakan ringan
meskipun sebenarnya berat.
Diagnosis fraktur juga dimulai dengan anamnesis
adanya trauma tertentu, seperti jatuh, terputar,
tertumbuk, dan berapa kuatnya trauma tersebut.
Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme
cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang
berhubungan dengan cedera tersebut. Selain riwayat
trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun fraktur
yang fragmen patahannya stabil, kadang tidak
menimbulkan keluhan nyeri. Banyak fraktur mempunyai
cedera yang khas.
Perlu ditanyakan mengenai keluhan penderita dan
lokasi keluhannya. Keluhan klasik fraktur komplet adalah
sakit, bengkak, deformitas, dan penurunan fungsi. Sakit
akan bertambah apabila bagian yang patah digerakkan.
Deformitas fraktur harus dijelaskan dengan lengkap. Kita
harus mengetahui bagaimana terjadinya kecelakaan,
tempat yang terkena dan kemungkinan adanya faktor
presipitasi fraktur (misal, tumor tulang, dll). Untuk itu,
perlu ditanyakan riwayat pasien sebelumnya, apakah
pasien mengalami osteoporosis, hipertensi,
mengkonsumsi kortikosteroid, dll. Perlu pula diketahui
riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial
ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dikonsumsi,
merokok, riwayat alergi, dan riwayat osteoporosis serta
penyakit lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi / look
Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan
inspeksi dan terlihat adanya asimetris pada kontur
atau postur, pembengkakan, dan perubahan
warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba
Bone
scanning
Bone scan dapat membantu ketika patah stres,
tumor, atau infeksi. Bone scan adalah indikator yang
paling sensitif dari stres tulang, tetapi mereka
memiliki kekhususan. Shin et al melaporkan bahwa
scan tulang memiliki prediksi positif 68%.Bone scan
dibatasi oleh resolusi spasial relatif kurang pada
anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scan dianggap
tidak dapat dipercaya sebelum 48-72 jam setelah
patah tulang, namun, sebuah studi oleh Pemegang
et al menemukan sensitivitas 93%, tanpa
memandang waktu dari cedera. (7)
C. MRI
Telah terbukti akurat dalam penilaian okultisme
patah tulang dan dapat diandalkan apabila dilakukan
dalam waktu 24 jam dari cedera, namun mahal.
Dengan MRI, fraktur stress biasanya muncul sebagai
garis patahan pada korteks dikelilingi oleh zona
intens edema di rongga medula. Dalam sebuah studi
oleh Quinn dan McCarthy, T1-tertimbang MRI temuan
2.8 Komplikasi
Adapun komplikasi dari fraktur (Smeltzer & Bare, 2001)
yaitu :
a. Komplikasi segera (immediate)
Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara
lain syok neurogenik, syok hipovolemik (karena
perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan
yang rusak), kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri
atau perlukaan kulit, trombo emboli vena
(Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi
otot/bedrest). osteomelitis, emboli, nekrosis, dan
syndrome compartemen
b. Komplikasi lambat
Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara
lain stiffnes (kaku sendi), degenerasi sendi,
penyembuhan tulang terganggu (malunion)
a) Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari
yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses
ini berhubungan dengan proses infeksi.
Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang
b) Non union
Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi
pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fobrous union
atau pseudoarthrosis
c) Mal union
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Awal
Sebelum dilakukan pengobatan, maka diperlukan :
1. Pertolongan pertama
Membebaskan jalan nafas, menutup luka dengan
perban bersih, steril dan imobilisasi fraktur pada
anggota gerak yang terkena agar penderita merasa
nyaman dan mengurangi nyeri sebelum ambulans
datang.
2. Penilaian klinis
Misalnya apakah luka terkena tulang, atau ada trauma
pembuluh darah atau saraf
3. Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan cidera fraktur multipel
datang dengan keadaan syok, sehingga diperlukan
resusitasi berupa cairan infus atau transfusi darah
serta obat-obat anti nyeri
A. Terapi konservatif
a. Proteksi saja
b. Immobilisasi saja tanpa reposisi
Pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit
dan fraktur dengan kedudukan baik
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Reposisi dapat dengan anestesi umum atau
anestesi local dengan menyuntikkan obat anestesi
dalam hematoa fraktur
d. Traksi (penarikan)
Traksi dapat digunakan untuk reposisi secara
perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dapat
juga dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Traksi
kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban <5kg
a.
b.
c.
B. Terapi operatif
Reposisi tertutup fiksasi eksterna
Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti fiksasi
interna
Reposisi terbuka dengan fiksasi interna
Riwayat kecelakaan
Krepitus
langsung.Selama
pertumbuhan
memanjang tulang,
maka daerah
metafisis
mengalamiremodelin
g (pembentukan) dan
pada saat yang
bersamaan epifisis
menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling
tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan
resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses
remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup,
dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan
terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan
pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang
negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan
suatu fraktur.(Rasjad. C, 1998)
2.10 Prognosis