Memahami dan menjelaskan tentang perilaku yang berisiko terhadap kesehatan pada
anak remaja
Remaja dan perilaku beresiko
Pada masa remaja, perubahan biologis, psikologis, dan sosial terjadi dengan pesat. Hal ini
menuntut perubahan perilaku remaja untuk menyesuaikan diri dengan kondisi mereka saat
ini. Pada beberapa remaja, proses penyesuaian ini bisa berlangsung tanpa masalah berarti
karena mereka berhasil mengenali identitas diri dan mendapat dukungan sosial yang cukup.
Kedua hal tersebut penting berperan dalam penyesuaian diri remaja. Namun sebagian remaja
yang lain dapat mengalami persoalan penyesuaian diri. Kesulitan penyesuaian diri remaja
biasanya diawali dengan munculnya perilaku-perilaku yang beresiko menimbulkan persoalan
psikososial remaja baik pada level personal maupun sosial.
Di Indonesia diketahui sebagian remaja terlibat dalam perilaku-perilaku beresiko terhadap
kesehatan
mentalnya,
seperti:
mengebut
dan
berakibat
kecelakaan;
kekerasan/tawuran/bullying; kekerasan dalam pacaran; kehamilan yang tidak direncanakan;
perilaku seks beresiko; terkena penyakit menular seksual seperti hepatitis dan HIV-AIDS;
merokok dan penyalahgunaan alkohol pada usia dini; penggunaan ganja dan zat-zat adiktif
lainnya (untuk lebih detail lihat tabel 1). Perilaku beresiko remaja membuat mereka sering
dicap sebagai anak-remaja bermasalah dan akhirnya mereka diperlakukan secara negatif dari
lingkungan sosialnya. Perilaku beresiko remaja adalah bentuk perilaku yang dapat
membahayakan kesehatan dan kesejahteraan (well-being) remaja, bahkan beberapa bentuk
perilaku beresiko dapat merugikan orang lain.
Tabel 1. 10 Masalah yang banyak dihadapi remaja Indonesia
Masalah-masalah remaja
1. Perokok aktif: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%
2. Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%; lelaki: 15,5 %
3. Lelaki pengguna zat adiksi dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %; ditelan 1,3%
4. Pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%; lelaki: 3,7%
5. Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada usia: <15 tahun: 1,0%; usia 16
tahun : 0,8%; usia 17 tahun: 1,2%; usia 18 tahun: 0,5%; usia 19 tahun: 0,1%
6. Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah pada remaja berusia 15-24
tahun ialah: Untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi begitu saja (38,4%);
dipaksa oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki, alasan tertinggi ialah karena ingin
tahu (51,3%); karena terjadi begitu saja (25,8%)
7. Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami kehamilan yang tidak
direncanakan, 60% di antaranya mengalami atau melakukan aborsi
8. Persentase kasus AIDS pada pengguna napza suntik di Indonesia berdasarkan jenis kelamin,
yaitu: lelaki: 91,8%; perempuan: 7,5%; tidak diketahui: 0,7%
menjadi dasar cara kita menghadapi perilaku beresiko remaja di masyarakat Indonesia.
Apakah anda setuju?
Bagaimana mencegah perilaku beresiko remaja?
Program kesehatan remaja yang telah banyak dilakukan adalah usaha pencegahan perilaku
beresiko remaja, terutama tentang perilaku seks beresiko dan penyalahgunaan zat adiktif.
Namun program-program ini lebih banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa
penyuluhan dan diskusi tentang masalah kesehatan remaja. Penyuluh biasanya berperan
sebagai fasilitator dan narasumber informasi. Sering juga terjadi adalah bentuk dan cara
penyampaian informasi kesehatan remaja direduksi dan diseleksi sedemikian rupa oleh pihak
sekolah atau orang tua agar pemahaman remaja dianggap tidak melanggar norma sosialreligius di masyarakat. Lebih lanjut, isi informasi juga kadang kurang mempertimbangkan
tahapan perkembangan psikologis remaja, akibatnya informasi yang diberikan belum tentu
menyentuh kebutuhan dan tantangan kesehatan reproduksi remaja yang sesungguhnya saat
ini.
Remaja terjerumus dalam perilaku beresiko seringkali terjadi bukan karena persoalan
kurangnya informasi, namun karena remaja melakukan perilaku yang tidak konsisten dengan
sikapnya, contohnya: mengetahui bahwa ia belum siap melakukan perilaku seksual namun
ketika diminta oleh pacarnya akhirnya melakukan perilaku seksual. Hal ini terjadi bukan
karena keterbatasan informasi atau kelemahan kognitif sehingga mereka tidak mampu
berpikir tentang alternatif lain, namun lebih dikarenakan keterbatasan pengalaman sehingga
mereka dapat mengambil keputusan yang kurang tepat. Ketersediaan akses dan informasi
yang lengkap dapat mempengaruhi keterampilan remaja dalam mengambil keputusan untuk
berperilaku sehat. Remaja perlu memahami bahwa setiap keputusan yang diambilnya akan
menghasilkan konsekuensi yang harus ditanggung seumur hidupnya baik secara fisik, psikis
dan sosial.
Di era globalisasi ini, akses informasi cukup luas, termasuk informasi tentang berbagai faktor
yang mempengaruhi perilaku beresiko remaja. Oleh karena itu, yang lebih diperlukan oleh
remaja bukan sekedar informasi namun lebih penting bagaimana mengembangkan cara-cara
pengelolaan diri remaja. Secara personal, program kesehatan remaja dibutuhkan untuk
mengembangkan kemampuan pengendalian diri dan perilaku produktif untuk dapat
menghadapi perubahan identitas perannya sebagai remaja. Kegagalan mencapai identitas
peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja
sebaiknya mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui
masa remajanya dengan baik, atau juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.
Selain itu, penting juga mengkondisikan faktor-faktor di luar diri remaja agar dapat
mendukung kemampuan pengelolaan diri remaja, seperti, seperti: hubungan dengan orang tua
dan teman sebaya. Sebaiknya orangtua juga mau berupaya untuk membenahi kondisi
keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
Pola asuh dan komunikasi orang-tua dan anak diupayakan menjadi lebih berorientasi pada
kebutuhan perkembangan remaja, orang-tua akan berperan sebagai support system bagi si
remaja sehingga remaja yang merasa aman dan diterima orang-tuanya akan lebih mampu
menghadapi tantangan perubahan masa remaja. Dalam hubungan dengan teman sebaya,
remaja perlu mengembangkan ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika sikap dan
perilaku teman sebaya atau komunitas tidak produktif atau bahkan dapat merugikan diri dan
masa depan remaja.
3
Pada umumya, waktu remaja lebih banyak dihabiskan di sekolah, sehingga lingkungan
sekolah juga dapat dipandang sebagai tantangan dunia remaja. Maka sistim pendidikan di
sekolah perlu menyeimbangkan perkembangan aspek kognitif dan juga aspek kepribadian
agar si remaja lebih mampu mengembangkan keterampilan hidup di sekolah. Lebih lanjut,
aspek demografis juga perlu diperhatikan karena kebutuhan kesehatan reproduksi remaja di
berbagai wilayah di Indonesia juga dapat berbeda karena dipengaruhi oleh aspek sosial,
budaya, serta historis-geografis (perkotaan-pedesaan). Maka perlu juga dipertimbangkan
pembuatan kebijakan-kebijakan sosial masyarakat yang fokus pada perbaikan keadaan sosial
ekonomi secara mikro dan makro. Secara umum, seluruh uraian ini menekankan bahwa
pengembangan program kesehatan remaja harus selalu berpijak pada berbagai faktor
kontekstual dan aktual remaja yang menjadi target program kesehatan.
Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah.
1.
2.
3.
4.
5.
Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam
perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak
dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat
5
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam
menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak
memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah
terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam
bermain bersama dengan temannya.
Peranan Lembaga Pendidikan Untuk tidak segera mengadili dan menuduh remaja
sebagai sumber segala masalah dalam kehidupan di masyarakat, barangkali baik kalau
setiap lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) mencoba
merefleksikan peranan masing-masing.
LI 2. Memahami dan menjelaskan tentang kehamilan pada remaja dan kehamilan yang tidak
diinginkan
Kehamilan pada remaja
Menurut BKKBN usia yang ideal 20-30 tahun, lebih atau kurang dari usia itu adalah berisiko.
Kesiapan untuk hamil dan melahirkan ditentukan oleh:
1. Kesiapan fisik
2. Kesiapan mental/emosi/psikologis
3. Kesiapan sosial ekonomi
Usia 20 tahun secara fisik dianggap sudah siap,
Mengapa banyak remaja (usia < 20 tahun) hamil saat ini?
1. Faktor sosiodemografik (kemiskinan, kebiasaan, peran wanita di masyarakat,
seksualitas aktif dan penggunaan kontrasepsi, media massa)
2. Karakteristik keluarga (hubungan antar keluarga)
3. Status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan, ingin mencoba-coba,
kebutuhan terhadap perhatian)
4. Penggunaan dan penyalahgunaan obat obatan
Mengapa Remaja Melakukan Hubungan Seks?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tekanan pasangan
Merasa sudah siap melakukan hubungan seks
Keinginan dicintai
Keingintahuan tentang seks
Keinginan menjadi popular
Tidak ingin diejek masih perawan
Film, tayangan TV, & media massa (termasuk internet) menampakkan bahwa normal
bagi remaja untuk melakukan hubungan seks
8. Tekanan dari seseorang untuk melakukan hubungan seks
Apa yang terjadi jika remaja menikah/hamil di usia muda?
Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol
kehamilan
1. Risiko kehamilan (ibu & janin)
Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami risiko
6
2.
Risiko Fisik
Pendarahan dan komplikasi lain (infeksi, emboli, KE, robekan ddg rahim, kerusakan
leher rahim) kematian. Aborsi yang berulang: komplikasi dan juga mengakibatkan
kemandulan.
Risiko Psikis
Pelaku aborsi: perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat proses
aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah dan dosa akibat aborsi bisa
berlangsung lama.
Depresi:
1. Perasaan sedih karena kehilangan bayi
2. Kehilangan kepercayaan diri
Risiko Sosial
1. Ketergantungan pada pasangan menjadi > besar karena perempuan merasa
sudah tidak perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi.
2. Remaja perempuan > sukar menolak ajakan seksual pasangannya.
3. Pendidikan terputus dan masa depan terganggu.
Risiko Ekonomi.
3.
4.
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya menjadi semakin tinggi.
Kerugian dan bahaya KTD pd remaja
1. Remaja jadi putus sekolah
2. Kehilangan kesempatan meniti karir
3. Menjadi orangtua tunggal dan pernikahan dini yng tidak terencana
4. Kesulitan dalam beradaptasi secara psikologis (sulit mengharapkan adanya
perasaan kasih sayang)
5. Kesulitan beradaptasi menjadi orangtua (tidak bisa mengurus kehamilannya dan
bayinya)
6. Perilaku yang tidak efektif (stress, konflik)
7. Kesulitan beradaptasi dengan pasangan
8. Mengakhiri kehamilannya, aborsi illegal, kematian dan kesakitan ibu
8
Kegunaan
Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program
peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan
yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan
komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran,
yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi.
Penyebab Kematian Ibu Melahirkan
9
Sejumlah kondisi mayor terkait dengan angka mortalitas maternal. Penyebab mayor dari
kematian ibu ternyata berkontribusi besar terhadap kematian bayi.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka
kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah
ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan,
keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada
faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu
baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik,
kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala
permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab.
Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender,
nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan
melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa
alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat.
Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta,
maupun masyarakat terutama suami.
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah
tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya
tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen
kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio
plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga
proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat
waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 24 persen kematian
ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur
sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat
mencegah kematian ibu karena eklampsia.
10
pada ibu hamil mempuyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan,
meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah, serta
sering menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir. Faktor lain yang berkontribusi adalah
kekurangan energi kronik (KEK). Pada 2002, 17,6 persen wanita usia subur (WUS) men
derita KEK. Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap
sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian
dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasi sebagai 3 T (terlambat). Yang pertama adalah
terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta dalam
mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal. Kedua,
terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya transportasi.
Ketiga, terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan.
4T (Terlambat)
1. Terlambat deteksi dini adanya resiko tinggi pada ibu hamil di tingkat keluarga
2. Terlambat untuk memutuskan mencari pertolongan pada tenaga kesehatan
3. Terlabat untuk datang di fasilitas pelayanan kesehatan
4. Terlambat untuk mendapatkan pertolongan pelayanan kesehatan yang cepat dan
berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan
4T (Terlalu), yang mempunyai resiko tinggi:
1. Terlalu muda
2. Terlalu tua
3. Terlalu sering
4. Terlalu banyak
LI 4. Memahami dan menjelaskan audit maternal dan perinatal tentang kematian ibu dan bayi
Pengertian
Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah kepada patient
safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu penerapan patient safety sangat
penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka globalisasi. Dalam World Health
Assembly pada tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board yang terdiri dari 32 wakil
dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi untuk membentuk program patient
safety. Isi dari program patient safety adalah :
Pertama, penetapan norma, standard dan pedoman global mengenai pengertian, pengaturan
dan pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan untuk
menurunkan
resiko.
Kedua,
merencanakan
kebijakan
upaya
peningkatanpelayananpasienberbasisbukti dengan standard global, yang menitik
beratkanterutamadalamaspekprodukyang aman dan praktek klinis yang aman sesuai dengan
pedoman, medical product dan medical devices yang aman digunakan serta mengkreasikan
budaya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan.
Ketiga, mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui karakteristik
provider pelayanan kesehatan bahwa telah melewati benchmark untuk unggulan dalam
keselamatan dan keamanan pasien secara internasional. Dan yang terakhir adalah mendorong
penelitian terkait dengan patient safety.
12
Sesuai dengan isi program patient safety yang pertama, maka perlu dilaksanakan
AuditMaternal-Perinatal(AMP)sebagaisalah satu upaya pencegahan sekaligus penerapan
aturan untuk menurunkan resiko kematian ibu dan bayinya.
Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu
dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi dan
pengalaman dari suatu kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi
yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu
wilayah.
Dengan demjikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan
dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang lingkup
wilayah dibatasi pada kabupaten/kota, sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan
pelayan obstetrik-perinatal dan didukung oleh pelayanan KIA sampai ketingkat masyarakat.
Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan
kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang
akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara
faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain,
istilah audit maternal perinatal merupakan kegiatan death and case follow up.
Lebih lanjut kegiatan ini akan membantu tenaga kesehatan untuk menentukan pengaruh
keadaan dan kejadian yang mendahului kesakitan/kematian. Dari kegiatan ini dapat
ditentukan:
a. Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal
b. Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah kematian
c. Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan
Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan sistem rujukan.
Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :
a. Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat pelayanan
kesehatan
b. Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi
verbal, yaitu wawancara kepada keluatga atau orang lain yang mengetahui riwayat
penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita meninggal
sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian.
Tujuan
Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh
wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
perinatal
Tujuan khusus
Tujuan khusus audit maternal adalah :
a.
(RB), bidan praktek swasta atau BPS di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas
kabupaten/kota provinsi
Menetukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang di perlukan
untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus
Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota,
rumah sakit pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang
disepakati.
b.
c.
2.
3.
4.
Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus melalui program
jaga mutu puskesmas, di samping upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya
peningkatan dan pengendalian mutu antara lain melalui kegiatan audit perinatal.
Meningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu
memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan pelayanan
KIA diseluruh wilayahnya
Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan dasar(puskesmas
dan jajarannya )dan tingkat rujukan primer RS kabupaten/kota
Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para pengelola
dan pelaksanaan program KIA melalui kegiatan analisis manajemen dan pelatihan
klinis
2.
3.
4.
5.
C. Tingkat propinsi
1.
Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh kabupaten/kota
2.
Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kegiatan pengembangan
kendali mutu pelayanan KIA melalui AMP bersama kabupaten/kota yang akan
difasilitasi secara intensif.
3.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dikabupaten/kota
4.
Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada kabupaten/kota sesuai
kebutuhan
5.
Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan tindak lanjut
temuan dari kegiatan audit yang berkaitan dengan sektor diluar kesehatan
6.
Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
D. Tingkat pusat
Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP ,sebagai salah satu bentuk upaya peningkatan mutu
pelayanan KIA diwilayah kabupaten/kota serta peningkatan kesinambungan pelayanan KIA
ditingkat dasar dan tingkat rujukan primer.
METODA
Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut
1. Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota bersama dengan RS kabupaten/kota ,berlangsung sekitar 2 jam.
2. Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau puskesmas .Semua kasus
ibu/perinatal yang meninggal dirumah sakit kabupaten/kota /puskesmas hendak nya di
audit,demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya
3. Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari :
a. Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga kesehatan dirumah
b. Proses rujukan yang terjadi
c. Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan
d. Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari pengkajian tersebut
diperoleh indikasi dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan kasus. Hal
ini memberi gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa yang
perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematianibu/perinatal yang tidak perlu
terjadi.
e. Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidk bertujuan
menyalahkan ,atau memberi sanksi,salah satu pihak
f. Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir ,notulen hasil pertemuan dan rencana tindak
lanjut ,yang akan disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP yang akan
datang
g. RS kabupaten /kota/puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu dan perinatal
kedinas kesehatan kabupaten/kota ,dengan memakai format yang disepakati
PENCATATAN DAN PELAPORAN
16
Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan yang
akurat, baik ditingkat puskesmas,maupun ditingkat RS kabupaten/kota .pencatatan yang
diperlukan adalah sebagai berikut
A. Tingkat puskesmas
Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas ,ditambahkan pula :
1.
2.
B. RS kabupaten/kota
Formulir yang dipakai adalah
1. Form MP (formulir maternal dan perinatal )
Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk
kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat
2. Form MA (formulir medical audit )
Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal.
Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian kebidanan dan
kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal)
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang ,yaitu :
1. Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab
kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta
bagian anak.
2. Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota
Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah kasus yang
dirujuk ke RS kabupaten/kota
3. Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi
Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani oleh
Rs kabupaten /kota ,puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya ,serta tingkat
kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan . laporan merupakan rekapitulasi
dari form MP dan form R,yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi
pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS. Pada tahap awal ,jenis kasus yang
dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu maternal dan
perinatal.
LI 5. Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan risiko tinggi kehamilan
17
Pengertian
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum
stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan
saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung
bayinya.
Dampak
a. Keguguran.
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena
terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum
siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi
gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan
gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil.
Selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran
sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan
loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya
pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai
zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin
tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi
infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang
ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan
seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia.
Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan
kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi.
Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan
dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).
18
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
A. Resiko bagi ibunya :
1. Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel
(bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah
yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2. Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan
obat-obatan maupun memakai alat.
3. Persalinan yang lama dan sulit
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari
persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.
4. Kematian ibu.
Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
B. Dari bayinya :
1. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan
hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20
tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
3. Cacat bawaan.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom,
infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
4. Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau
kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.
(Manuaba,1998).
Faktor-Faktor Resiko pada Kehamilan
Menurut Azrul Azwar (2008) faktor-faktor resiko pada ibu hamil meliputi:
1. Umur
a. Terlalu muda yaitu < 20 tahun
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik sehingga
perludiwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit.
b. Terlalu tua yaitu > 35 tahun
Pada umur ini kesehatan dan rahim ibu sudah tidak baik seperti pada umur 20-35
tahun sebelumnya sehingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan
lama, perdarahan dan resiko cacat bawaan.
2. Paritas
Paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai kemungkinan persalinan lama, karena semakin
banyak anak keadaan rahim ibu semakin lemah.
3. Interval
19
4.
5.
6.
7.
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang < 2 tahun, bila jarak terlalu
dekat maka rahim dan kesehatan ibu bulum pulih, keadaan ini perl diwaspadai persalinan
lama, kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik atau perdarahan.
Tinggi badan
Tinggi badan < 145 cm, pada keadaan ini paerlu diwaspadai ibu yang mempunyai
panggul sempit sehingga sulit untuk melahirkan
Lingkar Lengan Atas
Lila < 23,5 cm, ini berarti ibu beresiko memderita KEK (Kekurangan Energi Kronik)
atau kekurangan gizi yang lama. Pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan ibu
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak
janin terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak dikemudian hari.
Riwayat Keluarga menderita penyakit kencing manis (DM), Hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul. Menurut
Wordpress (2008), faktor resiko atau resiko sedang dalam kehamilan yaitu: tinggi badan
kurang dari 145 cm, jarak antara kelahiran/ kehamilan kurang dari 2 tahun, paritas lebih
dari 3 orang, usia >35 tahun dan <20 tahun, serta lingkar lengan atas <23,5 cm.
Perdarahan pervaginam
Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak menghilang
Perubahan visual yang hebat
Nyeri abdomen yang hebat
Bayi kurang bergerak seperti biasa
Pembengkakan pada wajah dan tangan
Penatalaksanaan
Kehamilan dengan faktor resiko dapat dicegah bila gejalanya dapat ditemukan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikannya. Pencegahannya dapat dilakukan
dengan:
1. Ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya sedini mungkin dan teratur ke petugas
kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan.
2. Ibu hamil mendapatkan imunisasi TT 1 dan TT 2
20
3. Bila ditemukan dengan kelainan resiko tinggi, pemeriksaan harus lebih sering dan
lebih intensif
4. Mengkonsumsi makanan dengan pola makan teratur dan gizi seimbang.
Kehamilan dengan faktor resiko dapat dihindari dengan mengenali tanda-tanda kehamilan
beresiko serta segera datang ke petugas kesehatan bila ditemukan tanda-tanda bahaya
kehamilan
LI 6. Memahami dan menjelaskan hubungan suami istri diluar nikah dalam islam
Haram hukumnya seorang laki-laki menikahi seorang wanita yang sedang mengandung anak
dari orang lain. Karena hal itu akan mengakibatkan rancunya nasab anak tersebut.
Dalilnya adalah beberapa nash berikut ini:
Nabi SAW bersabda, "Janganlah disetubuhi (dikawini) seorang wanita hamil (karena zina)"
Nabi SAW bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari
akhir untuk menyiramkan airnya pada tanaman orang lain." (HR Abu Daud dan Tirmizy)
Adapun bila wanita yang hamil itu dinikahi oleh laki-laki yang menghamilinya di luar nikah,
maka umumnya para ulama membolehkannya, dengan beberapa varisasi detail pendapat :
Pendapat Imam Abu Hanifah. Imam Abu Hanifah menyebutkan bahwa bila yang menikahi
wanita hamil itu adalah laki-laki yang menghamilinya, hukumnya boleh. Sedangkan kalau
yang menikahinya itu bukan laki-laki yang menghamilinya, maka laki-laki itu tidak boleh
menggaulinya hingga melahirkan.
Pendapat Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Malik dan Imam Ahmad bin
Hanbal mengatakan laki-laki yang tidak menghamili tidak boleh mengawini wanita yang
hamil. Kecuali setelah wanita hamil itu melahirkan dan telah habis masa 'iddahnya. Imam
Ahmad menambahkan satu syarat lagi, yaitu wanita tersebut harus sudah tobat dari dosa
zinanya. Jika belum bertobat dari dosa zina, maka dia masih boleh menikah dengan siapa
pun. Demikian disebutkan di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhazzab karya Al-Imam
An- Nawawi, jus XVI halaman 253.
Pendapat Imam Asy-Syafi'i Adapun Al-Imam Asy-syafi'i, pendapat beliau adalah bahwa baik
laki-laki yang menghamili atau pun yang tidak menghamili, dibolehkan menikahinya.
Sebagaimana tercantum di dalam kitab Al-Muhazzab karya Abu Ishaq Asy- Syairazi juz II
halaman 43.
Semua pendapat yang menghalalkan wanita hamil di luar nikah dikawinkan dengan laki-laki
yang menghamilinya, berangkat dari beberapa nash berikut ini :
Dari Aisyah ra berkata,`Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang berzina
dengan seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau bersabda,`Awalnya
perbuatan kotor dan akhirnya nikah. Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang
halal`. (HR Tabarany dan Daruquthuny).
Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW,`Isteriku ini seorang yang suka berzina`. Beliau
menjawab,`Ceraikan dia`. `Tapi aku takut memberatkan diriku`. `Kalau begitu mut`ahilah
dia`. (HR Abu Daud dan An- Nasa`i)
21
Apakah hukumnya jika wanita yang hamil diluar nikah itu ditikahkan? Kemudian apa status
anak tersebut secara humum Islam ?
Untuk masalah tersebut, tidak ada ayat Quran atau Hadits yang menegaskan untuk masalah
ini. Sehingga melahirkan 2 pendapat.
Pendapat Yang Membolehkan
Dari Imam As-SyafiI, syaratnya kedua keluarga dan pasangan tersebut tidak mengekspos
kepada yang lain, cukup mereka dan pihak Kantor Urusan Agama. Tujuannya, supaya yang
lain tidak melakukan perbuatan yang sama.
Ulama yang membolehkan juga menggambarkan, misal wanita yang dihamili oleh si A, boleh
dinikahi oleh si A walaupun belum lepas masa iddah karena masa iddah dipandang untuk
memperjelas siapa ayah biologis si anak karena selama masa iddah, si wanita tidak disentuh
oleh siapapun. Jadi, laki laki yang berzina dengan seorang wanita, kemudian wanita tersebut
hamil, maka laki-laki itu boleh menikahi wanita itu, karena sudah jelas bahwa anak yang
dikandung tersebut adalah anak laki-laki tersebut.
Riwayat Sebuah Hadits
" Sesungguhnya Ummar pernah pukul seorang laki-laki dan wanita yang berzina, kemudian
Ummar menyuruhnya untuk menikahi, akan tetapi laki-laki tersebut menolaknya (AlMughni) "
Pendapat Yang Melarang atau Mengharamkan
Sebagian ulama lagi mengatakan tidak halal untuk ditikahkan, walaupun laki-laki tersebut
yang menghamilinya, kecuali jika wanita tersebut telah melahirkan.
Surat At-Thalaq ayat 4,
" . . . . wanita yang mengandung, iddahnya adalah setelah dia melahirkan anaknya "
Begitu juga melalui riwayat sebuah hadits, dari Imam Ibnu Qudamah Al Maqdasi di dalam
Asy-Syarhul Kabier 7 : 502
" . . . tidak boleh dicampuri seorang wanita yang hamil, kecuali setelah dia melahirkan "
Ada juga dari sebuah hadits
" Seorang laki-laki yang berhubungan badan dengan seorang wanita lalu wanita tersebut
mengandung, kemudian dia bertanya kepada Rasul SAW, lalu nabi berkata, pisahkan
mereka."Imam Ibnu Taimiyah, sebelum bayi tersebut lahir atau istibro lalu bersih dari nifas.
Dari Ibnu Abbas R.A.
"Seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya istriku tidak
menolak dengan tangan penyentuh, Nabi bersabda ceraikanlah dia, lalu si laki-laki berkata
nafsuku kepadanya. Nabi bersabda, kalau begitu bersenang-senanglah dengannya
Hanya saja, untuk kesimpulan permasalahan diatas, jika ingin selamat maka tunggulah
sampai wanita hamil tersebut melahirkan anaknya, atau sampai haid sekali, bahkan lebih baik
lagi jika melewati dulu 3 kali masa haid.
Adapun Status anak tersebut di dalam Islam
22
Anak tersebut tidak mendapatkan hak wali, juga tidak mendapatkan hak waris dari garis
Ayahnya, kalau dari garis Ibu, kakek dan neneknya dia mendapatkannya
23