Anda di halaman 1dari 3

Kebijakan dan Kelembagaan

Searah dengan semangat desentralisasi, kebijakan nasional telah


memberikan ruang gerak desentralisasi melalui kebijakan "otonomi daerah".
Sebagai implementasi otonomi daerah, menyatakan bahwa kewenangan di bidang
penyuluhan pertanian sejak tahun 2001 dilimpahkan kepada pemerintah daerah
agar daerah mampu meningkatkan kinerja penyuluhan pertanian. Terkait dengan
hal tersebut, berpendapat bahwa dengan adanya otonomi daerah, telah diberikan
kebebasan kepada regional agricultural services untuk mengambil inisiatif dalam
mendesain kebijakan spesifik lokal, sementara itu pemerintah pusat melalui
Menteri Pertanian bertanggung jawab hanya pada penyusunan dan manajemen
strategi, kebijakan nasional dan standar-standar (Saragih 2005).
Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang
otonomi daerah, penyelenggaraan penyuluhan petanian dirasakan semakin
menurun dan beragam pada setiap kebupaten/kota. Pada beberapa kabupeten/kota,
penyuluhan dikelola oleh suatu lernbaga khusus, di daerah ini penyelenggaraan
penyuluhan relatif lebih baik. Pada kabupaten/kota lainnya tidak ada lembaga
khusus yang menangani penyuluhan, pada daerah seperti ini dapat dikatakan
penyuluhan petanian tidak berjalan karena penyuluhnya tidak terurus, melakukan
pekerjaan di luar tugas pokoknya, tidak didukung oleh dana yang memadai
(Safii 2008).
Menurut Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
revitalisasi penyuluhan pertanian adalah suatu upaya mendudukkan, memerankan
dan memfungsikan serta menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud
kesatuan pengertian, kesatuan korp dan kesatuan arah kebijakan. Keberhasilan
pelaksanaan revitalisasi ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat pelaku usaha pertanian.
Program revitalisasi difokuskan pada beberapa sub program, yaitu penataan
kelembagaan penyuluhan pertanian, peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh
pertanian, peningkatan kelembagaan dan kepemimpinan petani, peningkatan
sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian, dan pengembangan kerjasama
antara sistem penyuluhan

pertanian dan agribisnis. Program ini berupaya

memperbaiki sistem dan kinerja penyuluhan pertanian yang semenjak akhir 1990an sangat menurun kondisinya (Redono 2006).
Peran penyuluh tidak hanya terbatas menyampaikan inovasi dan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh sasaran penyuluhan, akan
tetapi seorang penyuluh harus mampu menjadi jembatan penghubung antara
pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat
sasaran, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang
harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, mau pun untuk
menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau
lembaga penyuluhan yang bersangkutan (Narso et al. 2012).
Khalayak Sasaran
Sebelum menentukan metode yang akan dipilih, penyuluh mengetahui
dahulu sasaran yang akan disuluh dengan melihat tingkat pengetahuan,
keterampilan, sosial dan budaya daerah agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan
denagn lancar sehingga terjadinya perubahan perilaku dan adopsi inovasi pada
khalayak sasaran. Sasaran di sini adalah petani sawah di Kecamatan Bangkinang
Barat. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memperkecil kendala-kendala dalam
berkomunikasi pada masyarakat tani (Rasyid 2012).
Metode pendekatan massal ini memakan waktu lebih banyak, biaya lebih
besar, namun metode ini langsung dapat dirasakan oleh oleh khalayak sasaran.
Ditinjau dari efisiensinya penyampaian pesan atau informasi melalui media
penyiaran radio ini memang sangat tepat karena dapat menjangkau seluruh
wilayah binaan masing-masing BI yang ada di Kabupaten Kampar. Akan tetapi
cara seperti ini sering kali mengalami distorsi karena informasi yang disampaikan
bersifat penerangan dan tidak mengena kepada aspek kognitif dan psikomotorik
dari khalayak sasarannya (Mulyana 2005).
Strategi kornunikasi pembangunan akan berdampak positif apabila tujuan
program pembangunan dapat tercapai dan perubahan perilaku khalayak sasaran
sebagai tujuan akhir dapat diamati dan diukur. Pencapaian tujuan tersebut, harus
dicirikan dengan : (1) timbulnya kesadaran masyarakat untuk memperwujudan
tindakan kongkret masyarakat dalam bentuk mengadopsi inovasi tersebut, dan

(3} timbulnya sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai akibat adopsi inovasi
(Padmaningrum 2008).
DAFTAR PUSTAKA
A Rasyid 2012. Metode Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Sawah. Jurnal Ilmu
Komunikasi 1 (1) : 1-55.
D Padmaningrum 2008. Strategi Komunikasi Dalam Mengantisipasi dan
Memecahkan Kegagalan Penerapan Teknologi oleh Petani. Agritexts : 48-57.
Mulyana Deddy 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Narso Amiruddin Saleh Pang S Asngari Pudji Muljono 2012. Strategi
Pengembangan Peran Penyuluh Pertanian Lapang di Provinsi Banten. Jurnal
Penyuluhan 8 (2) : 1-8.
Redono Cucuk. 2006. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Progresivitas
Kelompok Tani Lahan Pantai di Kabupaten Kulon Progo. JURNAL ILMUILMU PERTANIAN. 2 : No. 1. 6-17.
Safi'I HM 2008. Paradigma Baru Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Cetakan L Malang : Averroes Press.
Saragih Bungaran 2005. Agricultural Development Aims to Beat Poverty. Jakarta :
Jakarta Post.

Anda mungkin juga menyukai