Anda di halaman 1dari 11

Musca

Keberadaan lalat sebagai vektor penyebaran berbagai penyakit berbasis


lingkungan, saat ini sudah sedemikian dikenal di dunia kesehatan masyarakat.
Berikut beberapa informasi yang penting diketahui terkait lalat dan peran dalam
penyebaran penyakit.
Berbagai macam genus lalat yang penting antara lain adalah Musca (berbagai
jenis lalat rumah), Chrysomya (berbagai jenis lalat hijau) dan Sarcophaga
(berbagai jenis lalat daging) Lalat rumah atau Musca domestica banyak
dijumpai di Indonesia, terutama di tempat-tempat jorok dan daerah yang
berdekatan
dengan
tempat
pembuangan
sampah
.
Lalat tergolong ke philum Artropoda, sub phylum Mandibulata, kelas Insekta,
ordo Diphtera, subordo Cyclorrhapha, yang anggotanya lebih dari 116.000
spesies di seluruh dunia. Berbagai jenis genus yang penting antara lain adalah
Musca (jenis lalat rumah), Chrysomya (jenis lalat hijau) dan Sarcophaga (jenis
lalat daging)

Lalat Rumah (Musca domestica)


Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabuabuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina
mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan (lihat Gambar 1).
Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan
memiliki bulu pada bagian atas dan bawah
Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk
menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian
ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi
dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap.

Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah


kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan
ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada
ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang
bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut
memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus
kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya.
Lalat rumah berkembang biak dalam kotoran dari semua jenis dan seringkali
sangat banyak. Pada daerah tropis, lalat rumah membutuhkan waktu 8- 10 hari
pada suhu 300 C dalam satu siklus hidupnya, dari telur, larva, pupa dan dewasa
(Sigit dan Hadi, 2006). Lalat ini dapat menularkan berbagai macam penyakit
menular baik secara langsung maupun melalui perantara lainya. Adapun
penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat diantaranya penyakit: Kolera, cacar,
tyfus, poliomyelitis, dan disentri.
Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena
fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai
jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia,
maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari
sudut kesehatan manusia.
Penyebaran
Lalat ini menempati kediaman manusia di seluruh dunia, bersifat cosmopolit.
Morfologi
Berukuran sedang, panjang 6-8 mm, tubuh lalat jantan lebih kecil dari tubuh lalat betina.
Lalat ini berwarna hitam keabu-abuan dengan bagian memanjang pada bagian dorsal
toraks. Pada thorax terdapat 4 garis hitam dan 1 garis hitam medial pada abdomen
punggung. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain. Antena
mempunyai 3 segmen.
Kebiasaan

Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab
dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan yang
disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang disukai ialah
kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang terdapat dikakus atau
tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga mengandung organisme
patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge
dari air kotor yang digesti sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah.
Disamping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat
organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa
terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar
tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa
sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih
lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada
suhu 450C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan
berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan
gudang-gudang.
Siklus Hidup
Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai
bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang 1 mm. Setiap kali
bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari
medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu
panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul
masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 47 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larvalarva akan mati pada suhu yang
terlalu panas. Suhu yang disukai 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa
mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering.
Pupa berbentuk lonjong 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya
pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau di dalam tanah. Stadium pupa
berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada
suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah,
kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras.

Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang.
Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 420 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap
8 hari pada kondisi yang menguntungkan.
Patogenitas
Larva kadangkadang menyebabkan myiasis usus, saluran kencing dan saluran kelamin.
Vektor Penyakit
Musca domestica merupakan vektor penyakit secara mekanik yaitu Cholera, Amoebik
dysentri, Baccilari dysentri, Ascariasis, Typhoid fever, Yaws dan Poliomilitis.

Bermacam-macam mikroorganisme penyebab penyakit menempel di kaki lalat dan


rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh lalat
biasanya berhubungan dengan saluran pencernaan. karena perpindahan kuman dan
mikroorganisme dari lalat ke dalam tubuh manusia terjadi secara mekanis. Lalat dari tempat
kotor dan busuk kemudian hinggap di makanan sehingga makanan terkontaminasi.
Mikroorganisme akan masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan makanan itu.
Penyakit-penyakit yang biasanya ditularkan melalui lalat antara lain:
1. Estamoeba dysenteriae ( Disentri )
Entamorba hestolyca adalah Organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia,
kucing, anjing dan babi. Vektornya adalah musca domestica (lalat rumah) dan kecoa.
Penularan terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kista yang dibawa
oleh vektor. Gejala yang dapat ditmbulkan antara lain; sering buang air besar, fesesnya
sedikit-sedikit dengan lendir dan darah, dan biasanya disertai rasa sakit diperut (kram perut),
dan biasanya tidak demam.
Upaya pencegahannya dengan perbaikan sanitasi lingkungan, dan pencegahan
kontaminasi makanan, pembasmian vektor serta perbaikan cara pembuangan kotoran yang
baik serta cuci tangan setelah defakasi.
2. Diare.

Gambar 2.5 penderita diare ( sumber : http://www.google.co.id/imgres

Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi
dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus.
Gejala dari diare, yaitu :
a

bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi

tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah

warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

anusnya lecet

gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang

muntah sebelum atau sesudah diare

dehidrasi (kekurangan cairan)


Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu :

a.

Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman
yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan
perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.

b. Penyedikan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih
c.

Sanitas air yang bersih

d. kebersihan perorangan
e.

Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar.
Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga
kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga.
Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.

Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare ialah
mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien
bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian.
2. Typhoid.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus.
Proses patogenesis / masuknya penyakit ini ialah dengan proses masuknya organisme S.
typhi masuk dalam tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai
jaringan lympoid plak peyeri di ileum terminalis yang hypertrofi. Bila terjadi komplikasi
perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe
mencapai jaringan limfe mesenterial, dam masuk aliran darah melalui duktus torasikus. S.
typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S. typhi bersarang di plak
peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Endotoksin S.
typhiberperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut
berkembangbiak.S. typhi dan endotoksiknya merangsang sinstesis dan pelepasan zat pirogen
dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.
Gejala-gejala yang timbul berfariasi. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu badan. Dalam minggu
kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah tifoid (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah, dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma, sedangkan roseolae jarang ditemukan
pada orang indonesia.
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan
penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 20 hari. Setelah masa inkubasi
maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing dan tidak bersemangat.
3. Kolera ( Vibrio cholera )
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin
(racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut
dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan
tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.
Gejala dari kolera :
a.

Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.

b. Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih
keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.

c.

Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan putih.

d. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.


e.

Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan
mual sebelumnya.

f.

Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.

g. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tandatandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan
lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang
dapat mengakibatkan kematian.
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penaganan segera,
yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal.
Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang
banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan
terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti
Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu
48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
4. Tuberculosis ( TBC )
Kuman Tubercullosis penyebab penyakit paru yang merebak setelah maraknya penularan
HIV/AIDS, menurut beberapa peneliti juga dapat disebarluaskan oleh lalat rumah.
MenurutLambor yang bekerja di Nyasaland menemukan kuman tuberculosa bisa bertahan
hidup di dalam tubuh lalat sampai 1 minggu, kuman tuberculosa menempel pada kaki lalat
sewaktu hinggap pada dahak penderita TBC dan bercampur debu dan terhisap bersama udara
pernafasan dan kuman pindah ke tubuh orang sehat dengan cara memakan makanan yang
sudah terkontaminasi.
5. Cacingan
Salah satunya disebabkan oleh cacing pita ( Taenia sp ) bentuknya panjang pipih
menyerupai pita, kepalanya kecil dan mempunyai kait untuk melekatkan diri pada dinding
usus. Cacing pita mempunyai banyak jenis, tetapi ada tiga yang biasa dikenal yaitu cacing
pita daging, cacing pita ikan dan cacing pita babi. Jenis cacingan ini disebabkan
pengkonsumsian daging (terutama sapi dan babi) yang mengandung cacing pita dan
memasaknya kurang matang.
Gejala atau tanda terinfeksi cacing pita antara lain : perut terasa mulas dan mual, kadang
perih dan tajam menusuk-nusuk tetapi akan hilang sesudah makan. Selain itu muka pucat,
pusing, kurang nafsu makan, dan feses berlendir.
2.5 Pengendalian / pencegahan penyakit Lalat Rumah
1

Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan.


Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan

peternakan maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak
menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan lingkungan
a) Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat.
1) Kandang ternak
a

Kandang harus dapat dibersihkan

Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari

Terdapat saluran air limbah yang baik.

2) Kandang ayam dan burung


a

Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar, kadang
perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.

Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval (disarankan
setiap hari) dibersihkan

3) Timbunan kotoran ternak.


Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke permukaan tanah pada temperatur
tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Sebagai upaya pengendalian, kotoran
sebaiknya diletakkan pada permukaan yang keras/semen yang dikelilingi selokan agar
lalat dan pupa tidak bermigrasi ke tanah sekelilingnya. Pola penumpukan kotoran sacara
menggunung dapat dilakukan untuk mengurangi luas permukaan. Tumpukan kotoran
sebaiknya ditutupi plastik untuk mencegah lalat meletakkan telurnya dan dapat
membunuh larva karena panas yang diproduksi oleh tumpukan kotoran akibat proses
fermentasi.
4) Kotoran Manusia
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan sangat diperlukan guna mencegah
perkembangbiakan lalat pada tempat-tempat pembuangan faces. Jamban setidaknya
menggunakan model leher angsa dan berseptic tank. Selain itu, pada pipa ventilasi perlu
dipasang kawat kasa guna mencegah lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic
tank
5) Sampah basah dan sampah organic
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik
dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan
pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke
lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang dibuang ke lubang
sampah harus ditutup dengan tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat sampah
dapat menjadi pupa hanya dalam waktu 3 4 hari.
6) Tanah yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka, septic tank dan
rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan. Saluran air dapat digelontor.
Tempat berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu

dipelihara dengan baik, Air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat dikurangi.
Tindakan pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan pengasinan
ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk dibersihkan.
b) Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Mengurangi sumber yang menarik lalat dapat dilakukan dengan:
1. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Membuat saluran air limbah (SPAL)
3. Menutup tempat sampah
4. Industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang alat
pembuang bau.
c) Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai binatang,
sampah basah, lumpur organik dan orang yang sakit mata. Cara untuk mencegah kontak
antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, dapat dilakukan dengan:
1. Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak
dengan kotoran.
2. Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, dan penderita sakit
mata.
3. Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan hewan dan bangkai
binatang.
2. Dengan cara kontak langsung
a.

Metode fisik

b. Metode kimia
c.

Metode biologi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hospes adalah tempat hidup atau perkembangbiakkan suatu penyakit atau parasit. Beberapa
hospes dari penyakit yang dapat dirtimbulkan oleh lalat rumah (musca domestica).
Diantaranya adalah tipoid, paratipoid, kolera, disentri, tuberkulosis, dan kecacingan.
2. Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan
empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih
lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar,
berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah.
3. Daur hidup lalat rumah ada 4 stadium: telur, larva (belatung), pupa dan dewasa.
4. Ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh lalat rumah ini yaitu tipoid, kolera, disentri,
tuberculosis, dan cacingan
5. Pengendalian atau pencegahan dari penyakit lalat itu adalah dengan pola hidup sehat dan
memperbaiki sanitasi lingkungan.
3.2 Sarsan
Melalui makalah ini penulis sangat mengharapkan kepada pembaca ataupun masyarakat
agar selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya karena segala penyakit itu sebagian
besar penyebabnya adalah kurang terjaganya salinitas maupun sanitasi lingkungan. Tentunya
kita tidak ingin ada orang orang tersayang yang terkena penyakit yang bisa saja mematikan.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan penulisan
selanjutnya.

Dapus

Amiruddin, Muhammad, Umrah Umrah, and Muhammad Alwi.


"Keefektivan Metarhizium anisopliae Sebagai Agen Pengendali Hayati
Terhadap Larva Lalat Musca domestica L." Biocelebes 6.1 (2015).
Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Sulawesi Tengah 94117

Kardinan, Agus. "Daya Tolak Ekstrak Tanaman Rosemary (Rosmarinus


officinalis) Terhadap Lalat (Musca domestica)." Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik (2007).

RAHMAN, F. R. (2014). PERBEDAAN JUMLAH TELUR LALAT RUMAH


(Musca domestica) BERDASARKAN VARIASI MEDIA
PERKEMBANGBIAKAN (Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Anda mungkin juga menyukai