RESUME HEMATOLOGI
Disusun Oleh :
INTAN ROSITA MAHARANI (P27834113004)
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah
persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada
kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Metode pengukuran hematokrit secara manual
dikenal ada 2, yaitu :
1. Metode makrohematokrit
Prinsip : Pada metode makro, sampel darah beranti koagulan dimasukkan dalam
tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan
berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan
2500rpm - 3.000rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan
dalam %.
2. Metode mikrohematokrit
Prisnip : Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah
heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang
mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang
digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah
kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell
Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah sel darah merah, hemoglobin pada darah
kapiler sedikit lebih rendah dari pada darah vena (Purwanto, 1996). Total leukosit dan
jumlah netrofil lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%,
sebaliknya jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler. Perbedaan
sekitar 9% atau 32 % pada keadaan tertentu. Terjadinya ini mungkin berkaitan dengan
adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit (Dacie and Lewis, 2002).
PEMERIKSAAN MIKROHEMATOKRIT
Alat Dan Bahan :
Pipa kapiler
Sentrifuge untuk mikrohematokrit
Antikoagulan : NaEDTA
Alat sampling
Adonan wax
Prosedur Kerja :
1) Darah dibiarkan masuk ke dalam pipa kapiler dengan cara menempelkan salah satu
lubang pada darah, pada posisi hampir mendatar. Usahakan agar darah menempati
sekitar 2/3 panjang kapiler.
2) Salah satu ujung kapiler ditutup menggunakan adonan wax. Pastikan benar-benar
tertutup sempura.
3) Tempatkan masing-masing 2 buah kapiler untuk setiap penderita dengan posisi
berlawanan, ke dalam lubang jari-jari pada mikrohematokrit centrifuge.
4) Setelah penutup jari-jari centrifuge dipasang, centrifuge dituutp kemudian dijalankan
selama 5 menit dengan memutar pengatur waktu. Bila waktu ini sudah habis maka
centrifuge akan berhenti secara otomatis.
5) Setelah centrifuge berhenti, ambil pipa kapiler dan segera dibaca pada skla
pembacaan. Hasil pembacaan dua buah tes untuk satu penderita tidak bleh berbeda
lebih dari 2%. Bila hal ini terjadi maka pemeriksaan harus diulang
*Catatan :
a. Penutupan lubang kapiler yang kurang smepurna dapat menyebabkan hasil
hematokrit rendah palsu karena sebagian darah menembus keluar.
b. Penempatan pipa-pipa kapiler pada lubang jari-jari kurang mapan dan penutup
yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil pmebacaan tinggi palsu. Hal ini
disebabkan kurang fixnya pipa kapiler sehingga bergerak saat dilakukan
sentrifuse. Demikian pula bila kita membiarkan pipa tersebut terlalu lama setelah
sentrifugasi.
c. Kecepatan putar sentrifuse dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit
menjadi mampat secara maksimal.
d. Penggunaan antikoagulan secara berlebihan dapat menyebabkan hasil pembacaan
rendah palsu.
PEMERIKSAAN MAKROHEMATORIT
Alat Dan Bahan :
Tabung wintrobe dengan garis-garis skala 0-100 dan 100-0 dari dasr tabung.
Sentrifuge
Antikoagulan : NaEDTA
Alat sampling
Pipet pasteur
Prosedur Kerja :
1) Antikoagulan yang sudah tercampur rata, dipipet dengan pipet pasteur kemudian
dimasukkan ke dalam tabung wintrobe dimulai dari dasar tabung sampai miniskus
tepat pada skala puncak. Usahakan tidak terdapat gelembung udara.
2) Tabung disentrifugasikan selama 30 menit dengan kecepatan putar 2500 rpm - 3000
rpm.
3) Mampatan eritrosit dibaca pada skala, volumenya dinyatakan dalam persen terhadap
volume darah.
*Catatan :
a. Di atas ednapan eritrosit yang mampat terdapat buffy coat (lapisan berwarna
putih) tidak ikut dibaca sebagai batas miniskus, bagian inia adalah lapisan leukosit
dan yang paling di atas adalah trombosit.
b. Centrifuge yang dipakai lebih baik dipilih putaran datar sehingga pembacaan lebih
mudah.
c. Ukuran normal penderita pada cara makro ini tidak berbeda dengan cara mikro
Menghitung endapan =
panjang padatan
x 100
panjang bahan semula
Ukuran normal
Arti Klinis
: 80 - 97 3
: < 80 3 (eritosit berukuran kecil atau mikrositik).
80 - 97 3 ( eritosit normal tau normositik).
>97
: 32%- 36%
: MCHC normal (warna eritrosit normal = normokrom).
MCHC <32% (warna eritrosit pucat = hipokrom).
MCHC >36% (warna eritrosit gelap = hiperkrom).
MCH
: 22 piko gram
(kurang dai normal)
MCHC
: 33%
(normal)
Maka didapatkan gambaran mikrositik, normokrom, anemia
b. Contoh
MCV
: 67 3
(kurang dai normal)
MCH
: 20 piko gram
(kurang dai normal)
MCHC
: 30%
(kurang dai normal)
Maka, gambarannya adalah mikrositik, hipokrom, anemia
*Catatan :
Pemeriksaan nilai rata-rata eritrosit adalah kesimpulan yang diambil
dari pemeriksaan-pemriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit, dan hematokrit.
PEMERIKSAAN RETIKULOSIT
Retikulosit adalah eritrosit muda yang kehilangan inti selnya, dan mengandung sisasisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis hemoglobin.
(Child, J.A, 2010 ; Erslev AJ, 2001). Retikulosit di dalam perkembangannya melalui 6 tahap:
pronormoblast, basofilik normoblas, polikromatofilik normoblas, ortokromik normoblas,
retikulosit, dan eritrosit. Dalam keadaan normal keempat tahap pertama terdapat pada
sumsum tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum tulang maupun darah tepi. Di dalam
sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2 3 hari untuk menjadi matang, sesudah
itu lepas ke dalam darah. (Rodak dan Bell, 2002: 202) .
Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosome terbanyak,
sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa titik ribosome. Banyaknya
retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan
jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum
tulang. Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan
keadaan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik. Pemeriksaan retikulosit dapat
menggunakan dua cara yaitu dengan sediaan metode basah dan sediaan metode kering, untuk
sediaan dengan metode basah tepat dipakai dalam laboratorium rutin karena memiliki
keuntungan, yaitu tidak memerlukan waktu yang terlalu lama, di inkubasi, mudah dalam
pembuatan sediaan, selain menggunakan BCB 1% dalam methanol, dapat juga menggunakan
BCB 1% dalam NaCl. Sedang kerugiannya, yaitu pada saat pembacaan dan penghitungan
jumlah retikulosit, komponen dan jenis sel-sel darah masih dapat bergerak, sehingga
menyebabkan sel-sel tersebut saling bertumpukan. Sediaan metode kering memiliki
keuntungan, yaitu pada proses pembacaan dan penghitungan yang mudah, eritrosit menyebar
dan kerugian pada pemeriksaan retikulosit dengan metode kering terletak pada waktu yang
memerlukan inkubasi 15-30 menit, sehingga menyebabkan proses pemeriksaan lebih lama
(Subowo, 2002).
Pemeriksaan ini bertujuan memantau keadaan sumsum tulang sebgai produsen
eritrosit dan hilangnya sejumlah eritrosit dari sirkulasi darah sebagai akibat bermacammacam jenis anemia atau perdarahan.
Prinsip : presentase retikulosit terhadap seluruh eritrosit yang beredar dalam sirkulasi
darah dihitung, dengan melhat tanda-tanda khusus berupa benang-benang filamen sisa RNA
ang dapat terlihat melalui pewarnaan supravital
PROSEDUR PEMERIKSAAN
Alat dan Bahan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Objek glass
Cover glass
Tabung reaksi kecil
Pipet pasteur
Spatula
Mikroskop
Darah EDTA
Reagen
Reagen pewarna BCB 1% dengan formula sebagai berikut :
1.Larutan Brilliant Crecyl Blue 1 g
2.NaCl 0,85 g
3.Citrat natricus 0,40 g
4.Aquadest 100 ml
Reagen pewarna New Methylene Blue Normal
1. Sodium chlorida 0,8 g
2. Potassium oksalat 1,4 g
3. New Methylene Blue Normal Kristal 0,5 g
4. Aquadest 100 ml
Langkah Kerja :
1. Dengan pipet pasteur tempatkan 3 tetes larutan BCB 1% ke dalam tabung kecil.
PEMERIKSAAN EOSINOFIL
Eosinofil adalah sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem
kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberapa infeksi pada makhluk
vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme
alergi.Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang
sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah.
Jumlah eosinofil meningkat selama alergi dan infeksi parasit. Bersamaan dengan
peningkatan steroid, baik yang diproduksi oleh kelenjar adrenal selama stress maupun yang
diberikan per oral atau injeksi, jumlah eosinofil mengalami penurunan. Individu normal
mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel darah putih dengan ukuran
sekitar 12 - 17 mikrometer. Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan
sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium,
uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam
lainnya, pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda
adanya suatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan
bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi.
Prinsip : Eosinofil dihitung tersendiri dengan larutan pengencer yang dapat mewarnai
eosinofil tetapi sel-sel leukosit yang lain serta eritrosit lisis. Perhitungan
didasarkan atas penipisan dan volume cairan dalam kamar hitung.
Spesimen : Darah vena atau kapiler denngan anktikoagulan EDTA, heparin, atau
double oxalat.
Alat dan reagen :
1. Larutan pewarna dan pengncer dapat dipilih salah satu dari pyloxine encer, larutan
pilot, dan larutan pewarna Randolph.
R/ Dungern :
-1 bagian eosin 1%-2%
-1 bagian aceton
-8 bagian aquades
2.
3. Kamar hitung
4. Ruang lembab terdiri dari petridish dengan kertas saring basah.
5. Mikroskop
Langkah Kerja
1. Dengan menggunakan pipet pengencer leukosit, hisap darah sampai tanda 1. Bagian
luar pipet diusap dengan tissue.
2. Kemudian lanjutkan hisap larutan Dungern sampai tanda 11.
3. Gunakan pipet lain sebagai duplo, hisap darah dan lakukan Dungern memakai cara
sama dengan pipet pertama.
4. Kedua pipet dikocok selama 2 menit agar tercampur rata.
5. Siapakan kamar hitung dan ruang lembab, pasang gelas penutupnya.
6. Pipet dikocok kembali, buang 2-3 tetes pertama dari pipet pertama, masukkan di satu
sisi kamar hitung. Sisi lainnya diisi cairan dari pipet kedua.
7. Masukkan ke dalam petridish lembab dalam posisi mendatar, tunggu selama 15 menit.
Selama periode ini, berlangsung pewarnaan eosinodil dan lisisnya eritrosit dan jenis
leukosit yang lain.
8. Segera perikasa di bawah mikroskop pembesaran lensa objektif 10x. Hitung eosinofil
dalam 9 kotak kamar hitung.
9. Perhitungan
VKH = 1 mmx 1 mm x 0,1 mm x 9 = 0,9 mm3
Penipisan darah dan pewarna 10x
0,9 mm3 cairan = N sel
1 mm3 cairan = 10/9 N
Jadi, 1 mm3 darah = 10/9 x 10 N
=100/9N
Jumlah eosinofil, 1 mm3 darah = jumlah penghitungan eosinofil dalam 9 petak,
dikalikan 100/9.
10. Dari dua sisi ruang hitung diambil rata-ratanya kemudian dilaporkan sebagai hasil
hitung eosinofil.
Nilai normal : 150 - 300/ 1 mm3 darah
PEMERIKSAAN TROMBOSIT
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma
megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari.
Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faali tubuh untuk
melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama
trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat traumatrauma kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding
pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan trombosit
pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan agregasi (perlekatan antar sel
trombosit). Jenis pemeriksaan trombosit ada 3 macam, yaitu metode langsung Rees dan
Ecker, metode tidak langsung hapusan.
Metode langsung Rees dan Ecker
Prnsip : Darah diencerkan dengan larutan yang mengandung Brilliant Crecyl
Blue sehingga trombosit berwarna biru cerah. Perhitungan
didasarkan pada pengenceran dan volume cairan dalam kamar
hitung.
Spesimen : Darah vena atau kapiler dengan antikoagula EDTA.
Alat-alat dan reagensia :
1. Larutan pengencer Rees dan Ecker
2.
3.
4.
5.
6.
Langkah Kerja :
1. Darah dihomogenkan kemudian hisap darah menggunakan pipet
pengencer eritrosit hingga tanda 0,5, bagian luar pipet diusap dengan
2.
3.
4.
5.
tissue.
Memipet larutan pengencer Rees dan Ecker sampai tanda 101.
Pipet dikocok selama 3-5 menit.
Kamar hitung disiapkan dan dipasang cover glass diatasnya.
Menyediakan ruang lembab, mengggunakan petridish dengan dasar kertas
saring basah.
6. Pipet kembali dikocok, buang 2-3 tetesan pertama. Selanjutnya tetesan
berikutnya dimasukkan ke dalam kamar hitung.
7. Tempatkan pada ruang lembab selama 15 menit.
8. Setelah itu menghitung trombosit di bawah mikroskop menggunakan
pembesaran lensa objektif 40x dan hitung pada kotak leukosit.
9. Penghitungan : jumlah trombosit per 1 mm 3 darah = jumlah trombosit
dalam 4 kotak leukosit dikalikan 500.
Metode tidak langsung hapusan
Prinsip : Hapusan darah diwarnai dengan pewarna Wright, Giemsa atau May
Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan dimana
eritrosit tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih dan
sel eritosit dihitung hingga mecapai 1000 sel. Metode hitung
trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah trombosit
dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit
itulah yang sebenarnya dihitung.
Spesimen : Darah vena atau kapiler dengan antikoagulan EDTA.
Objek glass
Batang pengaduk
Oil imersi
Mikroskop
Tissue
Giemsa siap pakai ( 1 ml buffer pro giemsa dan 3 tetes giemsa induk).
Langkah Kerja :
1. Membuat hapusan darah yang baik dan benar.
2. Dikering udarakan kemudian dilakukan pewarnaan menggunakan pewarna
Giemsa.
3. Sebelumnya hapusan difiksasi dengan alkohol 96% selama 5 menit.
4. Bilas hapusan dengan air mengalir.
5. Keringkan, lalu amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x lensa
objektif.
6. Amati pada area hitung kemudian hitung trombosit dan eritrosit yang ada.
Eritrosit dihitung hingga mencapai 1000 sel.
7. Sebelum dilakukan pengamatan hapusan terlebih dahulu melakukan
penghitungan eritrosit.
8. Penghitungan jumlah trombosit dibagi dengan jumlah eritrosit dalam juta
dikalikan jumlah eritrosit dalam hapusan.
Ukuran normal : 150.000 - 350.000 / mm3 darah
Prinsip : Darah segar ditempatkan pada suhu 37 , retraksi bekuan diamati pada
waktu 1 jam. 2 jam, 4 jam, 24 jam setelah darah membeku.
Spesimen : Darah segar sebanyak 3 ml atau menggunakan satu diantara 3 tabung
darah beku dari waktu bekuan Lee and White.
Alat dan reagen :
1. Disposable syringe 5 ml
2. Torniquet
3. Tabung rekasi
Langkah kerja :
1. Melakukan sampling dengan baik dan benar.
2. Memasukkan darah ke dalam 3 tabung maisng-masing 1 ml darah.
3. Begitu darah membeku, amati bekuan dalam waktu 1 jam, 2 jam, 4 jam, 24 jam
terhadap terjadinya retraksi bekuan, yaitu keluarnya serum.
4. Hasil pemeriksaan yang dilaporkan ialah waktu yang diperlukan saat darah
membeku sampai retraksi sempurna
Ukuran normal :
a. Retraksi normal : bila terjadi retraksi pada 2 jam sampai 4 jam setelah
bekuan.
b. Retraksi lemah : bila retraksi terjadi anatar 4 jam sampai 24 jam.
c. Retraksi nol : bila tidak terjadi bekuan setelah 24 jam.
CLOT LYSIS
Sebagai kelanjutan dari clot retraksi adalah clot lysis, yaitu proses terurainya jala-jala
fibrin sehingga menjadi tidak berbentuk atau hanya berupa sedimen di dasar tabung. Pada
saat ini, warna merah sebagai akibat lisisnya eritrosit mulai menjalar dari permukaan bekuan
sampai akhirnya rata dalam serum.
Cara : Tabung clot retraksi tetap berada pada suhu 37 pada akhir 8 jam, 24 jam,
48
PROSES HEMOSTASIS
Hemostasis
adalah
upaya
tubuh untuk
mencegah terjadinya
perdarahan
dan
mempertahankan keenceran darah di dalam sirkulasi supaya tetap bisa mengalir dengan baik.
Proses hemostasis ada empat mekanisme utama, yaitu:
1. Konstriksi pembuluh darah
cedera akibat trauma. Selain itu konstriksi juga terjadi karena trombosit yang pecah
melepaskan vasokonstriktor bernama tromboksan A2 pada sekitar area trauma tsb,
sehingga pembluh darahnya berkonstriksi.
2. Pembentukan sumbatan platelet/trombosit
Setelah pembuluh darah mulai berkonstriksi, secara bersamaan sebenarnya trombosit
di sekitar area yang cedera tersebut akan segera melekat menutupi lubang pada
pembuluh darah yang robek tsb. Hal ini bisa terjadi karena di membran trombosit itu
terdapat senyawa glikoprotein yang hanya akan melekat pada pembuluh yang
mengalami cedera, sedangkan senyawa tersebut yang akan mencegah trombosit untuk
melekat di pembuluh darah yang normal. Ketika trombosit ini bersinggungan dengan
epitel pembuluh darah yang cedera tadi, trombosit kemudian menjadi lengket pada
protein yang disebut faktor von Willebrand yang bocor dari plasma menuju jaringan
yang cedera tadi. Seketika itu morfologinya berubah drastis. Trombosit yang tadinya
berbentuk cakram, tiba-tiba menjadi ireguler dan bengkak. Tonjolan-tonjolan akan
mencuat keluar permukaannya dan akhirnya protein kontraktil di membrannya akan
berkontraksi dengan kuat sehingga lepaslah granula-granula yang mengandung faktor
pembekuan aktif, diantaranya ADP dan tromboksan A2 tadi. Secara umum, proses ini
disebut dengan adhesi trombosit.
Ketika trombosit melepas ADP dan tromboksan A2, zat-zat ini akan mengaktifkan
trombosit lain yang berdekatan. Ia seolah-olah menarik perhatian trombosit lainnya
untuk mendekat. Karena itu, kerumunan trombosit akan seketika memenuhi area
tersebut dan melengket satu sama lain. Semakin lama semakin banyak hingga
terbentuklah sumbat trombosit hingga seluruh lobang luka tertutup olehnya. Peristiwa
ini disebut agregasi trombosit. Proses aktivasi trombosit ini terus terjadi sampai
terbentuk sumbat trombosit, disebut juga hemostasis primer.
3. Pembekuan darah
Setelah terbentuk sumbat trombosit, dalam waktu 15 sampai 20 menit bila
perdarahannya hebat, atau 1 sampai 2 menit bila perdarahannya kecil, zat-zat
aktivator dari pembuluh darah yang rusak dan trombosit tadi akan menyebabkan
pembekuan darah setempat. Prosesnya sangat kompleks, berupa kaskade yang saling
mengaktifkan satu sama lain hingga sampai terbentuknya benang fibrin untuk
menutup luka. Jika satu saja komponen pengaktif
XII teraktivasi (XIIa). Selain itu, trombosit yang hancur juga akan
melepaskan fosfolipid yang mengandung lipoprotein yang disebut faktor 3
trombosit. Faktor XIIa akan mengaktifkan faktor XI menjadi faktor XI
teraktivasi (XIa) dengan bantuan senyawa bernama kininogen HMW.
Faktor XIa ini dengan bantuan Ca2+ akan mengaktifkan faktor IX menjadi
faktor IX teraktivasi (IXa). Nah, kemudian faktor IXa ini akan bekerja
sama dengan faktor VIII teraktivasi* , faktor 3 trombosit tadi serta dengan
Ca2+, untuk mengubah faktor X menjadi faktor X teraktivasi (Xa). Sama
dengan jalur ekstrinsik, faktor Xa ini akan bergabung dengan fosfolipid
dan faktor V untuk membentuk aktivator protrombin.*NB: Faktor VIII
telah tersedia dalam darah, kemungkinan dihasilkan oleh endotel,
gromerular, dan tubular vaskuler serta sel sinusoid hati. Faktor ini tidak
dimiliki oleh pasien hemofilia klasik (hemofilia A). Ia diaktifkan oleh
trombin menjadi faktor VIII teraktivasi.
Perbedaan antara jalur ekstrinsik dan instrinsik adalah, jalur ekstrinsik prosesnya lebih cepat,
bisa berlangsung dalam 15 detik, sedangkan instrinsik lebih lambat, biasanya perlu waktu 1
sampai 6 menit untuk menghasilkan pembekuan.
pembuluh darah yang luka sudah tertutup. Sehingga, proses pembentukan benangbenang fibrin juga akan terhenti.
4. Pembentukan jaringan fibrosa
Setelah terbentuk benang-benang fibrin tersebut secara sempurna, dan darah juga
membentuk bekuan, bekuan itu akan diinvasi oleh fibroblas yang kemudian
membentuk jaringan ikat pada seluruh bekuan tersebut, atau dapat juga bekuan itu
dihancurkan. Proses ini didukung oleh faktor pertumbuhan yang disekresikan oleh
trombosit, dan akan berlangsung berkelanjutan hingga bekuan tersebut akan menjadi
jaringan fibrosa dalam waktu sekitar 1 sampai 2 minggu. Struktur jaringan sekitar
trauma akan bekerja sedemikian rupa untuk memperbaiki kondisinya seperti semula.
MEKANISME FIBRINOLISIS
Fibrinolisis adalah mekanisme fisiologis yang bekerja secara konstan dengan sistim
pembekuan darah untuk menjamin lancarnya aliran darah ke organ perifer atau jaringan
tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi fibrinolisis:
A. Usia
B. Merokok
C. Aktivitas fisik
Selain mekanisme pembekuan, terdapat pula sistem kontrol utama dalam mengimbangi
sistem koagulasi yaitu sistem atau mekanisme fibrinolisis yang berperan menghancurkan
fibrin secara enzimatik.
Tiga komponen sistem fibrinolisis:
Plasminogen (bentuk proenzim dari plasmin. Plasminogen disebut juga
profibrinolisin). Plasmin adalah suatu enzim proteolitik dengan spesifisitas
yang tinggi terhadap fibrin dan dapat memecah fibrin, fibrinogen, F V dan F
VIII, komplemen, hormon, serta protein lainnya. Plasmin disebut juga
fibrinolisin.
Aktivator plasminogen (yang dapat mengaktifkan plasminogen menjadi
plasmin).
Jalur intrinsik, melibatkan aktifasi dari proaktifator sirkulasi melalui faktor XIIa dan
yang rusak, sel-sel atau dinding pembuluh darah ( semua aktifator juga protease).
Jalur eksogen, dimana plasminogen diaktifasi dengan aktivator yang berasal dari luar
tubuh seperti streptokinase (bakteri) dan urokinase (urin).
Dalam keadaan fisiologik, aktifasi plasminogen terutama oleh tissue plasminogen activator
(t-PA) yang disintesis dan dilepas dari sel-sel endotelium pembuluh darah dalam respons
terhadap trombin dan pada kerusakan sel. Aktivator plasminogen jaringan (alteplase, t-PA)
merupakan protease serin yang dilepaskan kedalam sirkulasi dari endotel vaskuler dalam
keadaan luka atau stres dan mempunyai sifat katalitik inaktif kecuali bila terikat dengan
fibrin.Aktivator lain, urokinase-type plasminogen avtivator (u-PA), diproduksi diginjal dan
ditemukan terutama dalam urine.
Prourokinase merupakan prekusor zat aktivator plasminogen, yaitu urokinase, yang
tidak memperlihatkan derajat selektifitas tinggi yang sama dengan fibrin. Urokinase yang
disekresikan oleh sel epitel tertentu yang melapisi saluran ekskretorik (misalnya tobulus
ginjal) kemungkinan terlibat dalam proses penghancuran (lisis) setiap fibrin yang tertimbun
didalam saluran tersebut. Aktivator plasminogen yang berasal dari ketiga jalur intrinsik,
ekstrinsik, dan eksogen, mengaktivasi plasminogen bebas (dalam darah) atau plasminogen
terikat (dalam bekuan) menjadi plamin bebas (dalam darah) dan plasmin terikat (dalam
bekuan). Plasmin mempunyai fibrinogen dan fibrin sebagai substrat utamanya yang
terpenting untuk produksi fragmen-fragmen spesifik yang secara kolektif disebut fibrin
degradation product (FDP), yang terdiri dari fragmen X, Y, D, E. Fragmen D hasil pemecahan
fibrin berupa dimer sehingga disebut D Dimer. Plasmin juga memecah faktor V dan faktor
VIII. Ledakan fibrinolisis dihambat oleh inhibitor poten 2- antiplasmin dan oleh 2makroglobulin. Plasmin bebas yang beredar dalam darah segera di inaktifkan oleh 2antiplasmin, sehingga pada keadaan normal di dalam darah tidak akan dijumpai plasmin
bebas. Sedangkan plasmin yang terikat fibrin dalam plug hemostasis lokal terlindungi dari
2- antiplasmin dan dapat memecah fibrin menjadi FDP. Bila plasmin bebas yang terbentuk
berlebihan sehingga melampaui kapasitas antiplasmin, maka plasmin bebas tersebut dapat
menghancurkan fibrinogen, F V, F VIII, dan protein lain. Penghancuran fibrinogen
(fibrinogenolisis) juga menghasilkan fragmen X, Y, D, E (FDP), tetapi fragmen D hasil
pemecahan fibrinogen tersebut berupa monomer bukan dimer. Inhibitor dari aktivator
plasminogen juga memegang peranan penting dalam mengatur fibrinolisis dan membatasinya
pada bagian luka.
Proses fibrinolisis yang berlangsung melalui aktivasi plasminogen dan plasmin terikat fibrin
dalam bekuan adalah proses fibrinolisis fisiologis (Fibrinolisis Sekunder). Sedangkan proses
fibrinogenolisis akibat aktivasi plasmin bebas yang beredar dalam darah adalah patologis
(Fibrinolisi Primer).