Anda di halaman 1dari 72

Pemicu 5

Siklus Hidup
Novia
405110019

LO 1 gangguan mental pada


lansia

GangguanDepresi
Demensia(pikun)
Delirium(kebingunganakut)

Depresi
Definisi
Gangguan mood, Kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh
proses mental (berpikir, berperasaan, & berperilaku) seseorang
Gejala-gejala depresi terdiri dari:
Gejala utama:
Perasaan depresif
Hilangnya minat dan semangat
Mudah lelah dan tenaga hilang
Gejala lain:
Konsentrasi menurun
Perasaan bersalah
Pesimis terhadap masa depan
Gagasan membahayakan diri (self harm) atau bunuh diri
Gangguan tidur
Gangguan nafsu makan

Penggolongan depresi
Tingkat
depresi

Gejala
utama

Gejala lain

Fungsi

Keterangan

Ringan

Baik

Sedang

3-4

Terganggu

Nampak
distress

Berat

Sangat terganggu

Sangat
distress

Ciri khas depresi pada usia lanjut:


Terdapat fluktuasi yang jelas dari gejala
Gejala depresi mungkin tertutup keluhan
somatik
Adanya depresi yang berbarengan dengan
demensia mengganggu pengenalan dan
pelaporan depresi
Terdapat hubungan yang erat antara
penyakit fisis dan depresi

Pasien depresi bisa mengalami


imobilisasi lebih lama dan secara
bermakna mengalami perburukan status
fungsional lebih besar dibanding
penderita penyakit kronis saja

STATUS FUNGSIONAL
Kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri
Gambaran umum derajat kesehatan
Patokan keberhasilan pengobatan
dan evaluasi
Jika sakit berat tidak mandiri
Jika makin membaik
ketergantungan akan berkurang

STATUS FUNGSIONAL
Resistensi
Peningkatan
Lemak dan
Penurunan otot

Insulin meningkat
Gangguan
Metabolisme Glukosa
Kekuatan otot
menurun

Kondisi Akut

Mobilitas
Berkurang

GANGGUAN KOGNITIF
Faktor Predisposisi Depresi :
Riwayat Keluarga
Riwayat depresi pada waktu muda
Penyakit kronik
Kehilangan kemampuan/fungsi organ tubuh
Obat-obatan
Konflik hidup yang tidak terselesaikan
Kehilangan daya ingat
Terisolasi

TINGKAT STATUS
FUNGSIONAL
Basic Activities of Daily Living (BADLs)
Kemampuan dasar untuk merawat dirinya
sendiri.
Instrumental/Intermediate Activities of
Daily Living (IADLs) kemampuan
mandiri didalam masyarakat
Advanced Activities of Daily Living (AADLs)
kemampuan yang penuh dan lengkap
dalam bersosialisasi dengan masyarakat.

GANGGUAN FUNGSI
KOGNITIF

Delirium (ACS)
Demensia
Depresi
Trauma
Infeksi SSP

Tabel perbedaan klinis delirium dan demensia

Gambaran

Delirium

Demensia

Riwayat

Penyakit akut

Penyakit kronik

Awal

Cepat

Lambat laun

Sebab

Terdapat penyakit lain


(infeksi,
dehidrasi, guna/putus
obat

Biasanya penyakit otak


kronik (spt Alzheimer,
demensia vaskular)

Lamanya

Ber-hari/-minggu

Ber-bulan/-tahun

Perjalanan sakit

Naik turun

Kronik progresif

Taraf kesadaran

Naik turun

Normal

Orientasi

Terganggu, periodik

Intak pada awalnya

Afek

Cemas dan iritabel

Labil tapi tak cemas

Gambaran

Delirium

Demensia

Alam pikiran

Sering terganggu

Turun jumlahnya

Bahasa

Lamban, inkoheren,
inadekuat

Sulit menemukan
istilah tepat

Daya ingat

Jangka pendek
terganggu nyata

Jangka pendek &


panjang terganggu

Persepsi

Halusinasi (visual)

Halusinasi jarang
kecuali sundowning

Psikomotor

Retardasi, agitasi,
campuran

Normal

Tidur

Terganggu siklusnya

Sedikit terganggu
siklus tidurnya

Atensi & kesadaran

Amat terganggu

Sedikit terganggu

Reversibilitas

Sering reversibel

Umumnya tak
reversibel

Penanganan

Segera

Perlu tapi tak segera

DEMENSIA
Definisi :
Gangguan fungsi intelektual dan
memori didapat yang disebabkan
oleh penyakit otak, yang tidak
berhubungan dengan gangguan
kesadaran (IPD).

D = drugs ( obat obatan )


E = emotional (gangguan emosi)
M = metabolik / endokrin
E = eye and tear (disfungsi mata dan telinga)
N = nutrisional
T = tumor dan trauma
I = infeksi
A = arteriosclerosis (komplikasi peny aterosklerosis
mis : gagal jantung) dan alkohol

KRITERIA DIAGNOSIS DEMENSIA


(DSM IV)
1. Munculnya defisit kognitif multipel yang
bermanifestasi pada kedua keadaan berikut :
Gangguan memori
Satu/lebih gangguan kognitif berikut :
Afasia ganggguan berbahasa
Apraksia ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas motorik
Agnosia kegagalan mengenali atau
mengidentifikasi benda
Gangguan fungsi eksekutif
2. Defisit kognitif yang terdapat diatas menyebabkan
gangguan bermakna pada fungsi sosial dan okupasi
serta menunjukkan penurunan yang bermakna dari
fungsi sebelumnya.

JENIS DEMENSIA
Demensia
Alzheimer
Demensia Vaskular
Demensia Fronto
Temporal
Demensia Lewy
Body

DEMENSIA ALZHEIMER
Gradual dan progesif
Onset usia 60-70 tahun
Early Onset (<65th;Kemungkinan
dipengaruhi faktor genetik)
Late Onset (>65th)

Faktor Resiko : genetik, alkohol, DM,


trauma
Diagnosis Klinis Diagnosis pasti
dengan biopsi Histopatolog

DEMENSIA VASKULAR
Gangguan pembuluh darah (sumbatan)
Harus didahului dengan kejadian cerebro
vaskular
Akut
Faktor Resiko : hipertensi, dislipidemia,
gangguan jantung, gangguan faktor
pembekuan, dan DM.
Gejala : defisit mengingat memori,
hilangnya kemampuan mengingat kembali
kata-kata, sesekali ada defek visuospasial,
berkurangnya fungsi eksekutif, dan
adanya perubahan kepribadian

Demensia
Frontotemporal
Terjadinya atrofi yang jelas pada lobus
temporal dan / atau frontal, yang dapat
dilihat pada pemeriksaan MRI, PET scan,
dan CT scan.
Terdapat perubahan kepribadian yang
nyata dan berkembang sindrom
diseksekutif, yaitu penderita tidak memiliki
kemampuan untuk memulai kegiatan atau
juga bisa sebaliknya dimana mereka
mengalami disinhibisi nyata

Demensia Lewy Body


Gambaran neuropato loginya adalah
adanya Lewy Body diseluruh korteks,
amigdala, cingulated korteks, dan
substansia nigra

Delirium
Definisi :
Kumpulan gejala mental organik yg
ditandai dengan gangguan kognitif
global, gangguan kesadaran,
perubahan aktivitas psikomotor, dan
gangguan siklus tidur yg terjadi
secara akut dan berfluktuatif

Penyebab Deliriium pada Pasien


Usia Lanjut

Kelainan neurologis
Obat-obatan terutama dengan aktivitas antikolinergik atau
psikoaktif:
Antihistamin (a.l. difenhidramin, CTM)
Antispasmodik (a.l. hyoscyamine, bussccopan)
Antidepresi golongan trisiklik (a.l. amitriptilin)
Benzodiazepin (a.l. diazepam, lorazepam)
Analgesik (a.l. codein)
Putus obat atau alkohol
Infeksi
Gangguan metabolik
Gangguan elektrolit
Dehidrasi
Nyeri
Hipoksia
Kurang tidur
Pembedahan
Faktor lingkungan

Faktor Predisposisi & Faktor


Pencetus
Faktor Predisposisi :
1. Usia sangat lanjut
2. Gangguan faal kognitif ringan sampai

demensia

3. Gangguan ADL
4. Gangguan sensorium (penglihatan &

pendengaran

5. Usia lanjut yang rapuh


6. Usia lanjut yang menggunakan obat yang
menganggu faal neurotransmiter otak (ranitidin,
simetidin, siprofloksasin, psikotropika)
7. Polifarmasi & Komorbiditas

Faktor Pencetus :
1.Pneumonia
2.Infeksi saluran kemih
3.Hiponatremia (gangguan elektrolit
garam dalam darah)
4.Dehidrasi
5.Hipoglikemia
6.CVD (cardiovascular disease)
7.Perubahan lingkungan

LO 2 Gangguan fungsi organ


pada lansia

Osteoartritis
penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago
sendi. Vertebra, panggul, lutut dan
pergelangan kaki paling sering
terkena OA.
Faktor predisposisi umum : antara lain
umur, jenis kelamin,kegemukan,
hereditas; hipermobilitas, merokok,
densitas tulang,hormonal dam
penyakit reumatik kronik lainnya

faktor mekanik (trauma, bentuk


sendi, penggunaan sendi yang
berlebihan karena
pekerjaan/aktivitas). Gejala klinis
meliputi nyeri sendi, hambatan
gerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi (deformitas),dan
perubahan gaya berjalan.

Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas140 mmHg dan diastolik
di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik
90 mmHg. (Smeltzer,2001)Menurut WHO
( 1978 ), tekanan darah sama dengan
atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.

Gejala : Mengeluh sakit kepala,


pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis,Kesadaran menurun.

anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang
mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau
kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah,
yangmengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah.atau
menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit di bawah normal

ada 2 alasan untuk mempertimbangkan


bahwa anemiapada lansia merupakan
tanda dari adanya penyakit, yaitu:
Kebanyakan orangorang lansia mempunyai
jumlah sel darah merah normal,
demikianjuga dengan hemoglobin dan
hematokritnya,
Kebanyakan pasien pasien lansia yang
menderita anemia dengan hemoglobin < 12
gr /dL, penyakit dasarnya telah diketahui.

Gastritis
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang
bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain. Secara hispatologi dapat dibuktikan
dengan adanya infiltrasi sel-sel.
Singkatnya suatu keadaan peradangan
atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus, atau
lokal.

Penyebab gastritis :

Pola makan
Kopi
The
Rokok
AINS (vAnti Inflamasi Non-Steroid)
Stress
Alkohol
Helicobacter pylori (kuman)
Usia

LO 3 Gangguan tidur pada


lansia

Internasional Classification of Sleep


Disorders
1. Dissomnia
Gangguan tidur intrisik
Narkolepsi, gerakan anggota gerak
periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi
saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik
kepala, tidur berlebihan (hipersomnia),
idiopatik.
Gangguan tidur ekstrisik
Tidur yang tidak sehat, lingkungan,
perubahan posisi tidur, toksik,
ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau
stimulant
Gangguan tidur irama sirkadian
Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja,
sindroma fase terlambat tidur, sindroma
fase tidur belum waktunya, bangun tidur
tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam.

2. Parasomnia
Gangguan aurosal
Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur
teror, aurosal konfusional
Gangguan antara bangun-tidur
Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki,
gangguan gerak berirama
Berhubungan dengan fase REM
Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah
laku, gangguan sinus arrest
Parasomnia lain-lainnya
Bruxism (otot rahang mengeram),
mengompol, sukar menelan, distonia
parosismal

3. Gangguan tidur berhubungan dengan


gangguan kesehatan/psikiatri
Gangguan mental
Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik
(nyeri hebat), alkohol
Berhubungan dengan kondisi kesehatan
Penyakit degeneratif (demensia, parkinson,
multiple sklerosis), epilepsi, status epilepsi,
nyeri kepala, Huntington, post traumatik
kepala, stroke, Gilles de-la tourette sindroma.
Berhubungan dengan kondisi kesehatan
Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus
peptikus, sindroma fibrositis, refluks
gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK)

GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN GANGGUAN MENTAL/PSIKIATRIK
LAIN

Pada depresi: Onset tidur relatif


normal, tapi sering terbangun lebih awal
di pagi hari dan sulit tidur kembali. Tidur
gelisah disertai mimpi yang menakutkan
dan serangan panik muncul selama
tidur.
Pada psikosis: dijumpai insomnia atau
mengantuk yang berlebihan, mengantuk
berlebihan di luar masa tidur dan sering
serangan tidur sejenak.

GANGGUAN TIDUR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI
MEDIK UMUM
tiap jenis gangguan tidur dapat disebabkan
oleh kondisi medik umum seperti
gangguan gastrointestinal, asma, bronkitis,
nyeri kepala, nyeri karena artritis, neoplasma,
infeksi, kelainan degeneratif, kelainan
endokrin (diabetes melitus, hipertiroid).
Kelainan medik umum ini sering didapat pada
usia tua.
Keluhan tidur yang dapat timbul berupa
kesulitan untuk tertidur, sering terbangun
malam hari dan keluhan lainnya.

Stadium tidur

Stadium 1 disebut onset tidur.


Tidur dimulai dengan stadium NREM (perpindahan dari bangun ke
tidur).
Jika diukur dengan polisomnografi dapat dilihat: penurunan aktivitas
gelombang alfa (gelombang alfa menurun kurang dari 50%),
amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta,
tegangan rendah, frekuensi 4-7 siklus per detik.
Aktivitas bola mata melambat, tonus otot menurun, berlangsung
sekitar 3-5 menit.
Pada stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila terbangun
merasa seperti setengah tidur.
Stadium 2
Ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi oleh
aktivitas teta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur (gelombang
ritmik pendek dengan frekuensi 12-14 siklus per detik ) dan
kompleks K (gelombang tajam, negatif, voltase tinggi, diikuti oleh
gelombang lebih lambat, frekuensi 2-3 siklus per menit, aktivitas
positif).
Tonus otot rendah, nadi dan tekanan darah cenderung menurun.
Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal.

Stadium 3 disebut juga tidur delta


ditandai
dengan
20%-50%
aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus
per detik, amplitudo tinggi.
Tonus otot meningkat tetapi tidak
ada gerakan bola mata
Stadium 4
terjadi jika gelombang delta lebih
dari 50%.
Stadium 3 dan 4 sulit dibedakan,
stadium 4 lebih lambat dari
stadium 3. Stadium 3 dan 4 disebut
juga tidur gelombang lambat atau tidur
dalam.

LO 4 Efek pemakaian banyak


obat pada lansia

lansia akan memerlukan obat yang jumlah


atau macamnya tergantung daripenyakit
yang diderita. Semakin banyak penyakit
pada lansia, semakin banyakjenis obat
yang diperlukan. Banyaknya jenis obat
akan menimbulkan masalahantara lain
kemungkinan memerlukan ketaatan atau
menimbulkan kebingungandalam
menggunakan atau cara minum obat.
Disamping itu dapat meningkatkan resiko
efek samping obat atau interaksi obat.

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan


gejala (sindrom) yang terdiridari nyeri atau rasa
tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,
kembung, rasa penuh atau cepat kenyang, dan
sering bersendawa. Kondisi tersebut dapat
menurunkan kualitas hidup lansia. Jika tidak
diantisipasi dengan deteksi dini dan tindakan
yang tepat, maka dapat berakibat fatal bagi
lansia. Oleh karena itu,peningkatan jumlah
penduduk lansia harus diimbangi dengan
peningkatan pelayanan kesehatan. Harapannya
agar terjadi peningkatan kualitas hidup lansia
dan memperkecil resiko lansia yang menderita
penyakit, salah satunya adalah dispepsia.

Dispepsia terbagi dua, yaitu :


Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya
kelainan organik sebagai penyebabnya.Sindroma
dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka)
lambung, usus dua belas jari,radang pankreas,
radang empedu, dan lain-lain.
Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional,
atau dispesia nonulkus(DNU), bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis,laboratorium,
radiologi, dan endoskopi (teropong saluran
pencernaan)

Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan


organik, yaitu :
Gangguan penyakit dalam lumen saluran
cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis,
tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori
Obat-obatan: anti inflamasi non steroid
(OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik,
digitalis, teofilin dan sebagainya.
Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada
sistem bilier seperti hepatitis,pankreatitis,
kolesistitis kronik.
Penyakit sistemik seperti diabetes melitus,
penyakit tiroid, penyakit jantung koroner
Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar
padakasus-kasus dengan kelainan organik.

Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :


Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang
dominan adalah nyeri ulu hati.
Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala
dominan adalah kembung, mual,cepat
kenyang.
Dispepsia non-spesifikyaitu bila gejalanya
tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus
maupun dispepsia mirip dismotilitis.

Gejala :

Nyeri perut(abdominal discomfort),


Rasa perih di ulu hati,
Mual, kadang-kadang sampai muntah,
Nafsu makan berkurang,
Rasa lekas kenyang,
Perut kembung,
Rasa panas di dada dan perut,
Regurgitasi (keluar cairan dari lambung
secara tiba-tiba).

Pencegahan :
pola makan yang normal, dan teratur, pilih
makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur,
sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol
dan, pantang rokok, bila harusmakan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit
kepala, gunakan obat secara wajar dan
tidak mengganggu fungsi lambung

LO 5 penatalaksanaan

Farmakologi

Pemberian obat pada lansia harus


dilakukan secara hati-hati lansia
mengalami pe kapasitas fungsional
berbagai organ: kemampuan penyerapan
(absorpsi) obat, pendistribusian obat,
maupun ekskresi obat.
Fungsi hati (lever) juga me seiring me
usia memengaruhi metabolisme obatobatan seperti warfarin, fenitoin,
diazepam, juga rokok, alkohol dan kafein.
Lansia juga mengalami perubahan
komposisi tubuh. Berat badan cenderung
berkurang, namun lemak tubuh me.
Kondisi ini akan memengaruhi penyebaran
obat, khususnya obat yang larut dalam
lemak semisal obat penenang.

PRINSIP PENGOBATAN PADA


USILA
Riwayat pemakaian obat
Obat diberikan atas indikasi yang ketat untuk
diagnosis yang dibuat
Mulai dengan dosis kecil
Hanya resepkan obat yang sekiranya
menjamin ketaatan pasien, memberu resiko
yang terkecil, & sejauh mungkin jangan
diberikan >2 jenis obat
Jangan memberikan obat terlalu lama
Kenali obat yang digunakan
Beri dorongan supaya patuh berobat
Hati-hati menggunakan obat baru

PERUBAHAN FISIOLOGI

Reduksi sekresi asam lambung


Penurunan motilitas saluran cerna
Reduksi luas permukaan total absorpsi
Reduksi aliran darah jaringan
Reduksi ukuran hati
Reduksi aliran darah hati
Reduksi filtrasi glomerulus
Reduksi filtrasi tubuler ginjal

PERUBAHAN
FARMAKOKINETIK
Absorpsi
Penundaan pengosongan lambung,
Reduksi sekresi asam lambung,
Reduksi aliran darah
jaringan
Contoh absorpsi berkurang :
digoksin, tiamin, kalsium, besi

PERUBAHAN
FARMAKOKINETIK

Distribusi
Komposisi tubuh
Total air dlm tubuh dan masa tubuh tanpa lemak (lean body mass),
shg volume distribusi obat yang larut dlm air . Contoh digoksin dan
simetidin.
Total lemak dlm tubuh, shg distribusi obat yang larut dalam lemak
Contoh : benzodiazepin seperti diazepam
Ikatan plasma protein
Jumlah albumin plasma menurun
Obat yang bersifat asam yang biasanya berikatan dengan protein,
menjadi dalam keadaan bebas shg kadarnya meningkat
Contoh simetidin, furosemid, warfarin
Aliran darah organ
Perubahan aliran darah akan perfusi pada anggota gerak, hati,
mesenterium,otot jantung dan otak
Perfusi sampai 45 % dibanding usia 25 tahun
Pengaruh tidak siginifikan pada distribusi obat , walau ada penurunan
kecept distribusi ke jaringan

PERUBAHAN
FARMAKOKINETIK

Metabolisme hati dan ekskresi ginjal


Efek dosis tunggal akan diperpanjang

Metabolisme hati
Penurunan first metabolism, akan meningkatkan bioavailabilitas obat,
contoh propranolol, labetolol, nifedipin, nitrat dan verapamil.
Reduksi masa hati sebesar 35 % dimulai usia 30 s/d 90 tahun shg
kapasitas metabolisme intrinsik hati menurun dan bioavailabilitas
meningkat, toksisitas meningkat
Eliminasi hati
Penurunan alirah darah hati, bioavailabilitas meningkat
Contoh nifedipin, shg efek hipotensi meningkat secara bermakna dan
harus diwaspadai
Perubahan enzimatik : kecepatan metabolisme sitokrom P 450 dapat
menurun s/d 40 % jika dibanding pasien dewasa muda. Waspada pada
obat dengan indeks terapi sempit karena bermakna secara klinis

PERUBAHAN
FARMAKOKINETIK

Ekskresi ginjal
Penurunan aliran darah ginjal, ukuran organ , filtrasi glomerulus dan fungsi
tubuler.
Perubahan terjadi dengan tingkat yang berbeda untuk setiap individu
Kecepatan filtrasi glomerulus menurun 1 % / tahun setelah usia 40 tahun.
Menyebabkan peningkatan kadar obat dalam jaringan sampai 50 %

PERUBAHAN
FARMAKODINAMIK
EFEK SAMPING OBAT
Pasien lansia berisiko tinggi terhadap
toksisitas obat tertentu seperti
benzodiazepin kerja panjang,OAINS,
warfarin, heparin, aminoglikosida,
isoniazid, tiazid dosis tinggi,
antineoplastik dan antiaritmia.
Contoh eso pada lansia :
Postural hipotensi karena diuretik
Prostatisme karena antikolinergik

FAKTOR RISIKO ESO PADA


LANSIA :
Polifarmasi
Interaksi obat obat :
Penggunaan bersamaan obat dengan efek samping mirip
akan memperparah eso yang terjadi
Interaksi obat dengan penyakit :
Interaksi obat dengan penyakit
Pemberian OAINS, aminoglikosid, radiokontras pada pasien
lansia dengan gagal ginjal kronik dapatterjadi gagal ginjal
akut
Pemberian kortikosteroid pada pasien lansia dengan
osteopeniadapat terjadi fraktur
Pemberian OAINS pada pasien lansia dengan
hipertensidapat terjadi peningkatan tekanan darah

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


UNTUK MENCAPAI KEBERHASILAN
FARMAKOTERAPI LANSIA
1. Dosis, keamanan dan manfaat dari obat.
Dosis umumnya diturunkan hingga 1/5, ttp berbeda
untuk setiap individu.
Obat dengan indeks terapi sempit dimulai dengan
1/3 atau dosis lazim.Untuk obat yang eliminasi nya
dipengaruhi (menurun), berikan 50 % dari dosis awal
yg dianjurkan.
2. Jumlah obat yang diberikan
Semakin banyak jumlah obat polifarmasi dgn segala
risiko
3. Kepatuhan pasien
Hanya 60 % yang patuh sedangkan 40 % pasien
lansia meminum obat kurang dari yang diberikan
dokter

Non Farmakologi

Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan


melakukan pendekatan yaitu:
Pendekatan Psikis.
Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif
yang berperan sebagai support system, interpreter dan
sebagai sahabat akrab.

Pendekatan Sosial.
Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta
bercerita, memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton televise,
perawat harus mengadakan kontak sesama mereka,
menanamkan rasa persaudaraan.

Pendekatan Spiritual.
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan dan Agama yang dianut
lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.

LO 6 Pemeriksaan fisik pada


lansia

ADL (Activity Daily


Living)
ADL merupakan aktivitas pokok bagi
perawatan diri.
ADL meliputi :
Ke toilet
Makan
Berpakaian (berdandan)
Mandi
Berpindah tempat
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui
tingkat ketergantungan untuk menyusun
rencana perawatan jangka panjang.

ADL (Activity Daily


Living)
ADL istrumen : Aktivitas yang lebih
kompleks namun mendasar bagi situasi
kehidupan lansia dalam bersosialisasi.
Terdiri dari :

Belanja
Masak
Pekerjaan rumah tangga
Mencuci
Telepon
Menggunakan sarana transportasi
Menggunakan obat secara benar
Manajemen keuangan

Bila tidak dapat melakukan ADL


instrumen secara mandiri diperlukan
pera perawat pembantu (care-giver)

INDEKS AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI BARTHEL (AKS


BARTHEL)
No
1

Fungsi
Mengendalikan
Rangsang
Pembuangan tinja

Skor
0
1

Keterangan

Tak terkendali/takteratur (perlu pencahar


Kadang kadang tak terkendali (1 X
seminggu)
Terkendali teratur

Mengendalikan
Rangsang berkemih

0
1
2

Tak terkendali atau pakai karteter


Kadang kadang tak terkendali (1 X 24 jam)
Mandiri

Membersihkan diri
(seka muka,sisir
rambut, sikat gigi)

0
1

Butuh pertolongan orang lain


Mandiri

Pengguanaan
jamban, masuk dan
keluar (melepaskan,
memakai celana,
membersihakan,
menyiram)

0
1

Tergantung pertolongan orang lain


Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
kegiatan yang lain
Mandiri

makan

0
1
2

Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri

Nilai
skor

INDEKS AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI BARTHEL (AKS BARTHEL )

No

Fungsi

Skor

Keterangan

Berubah
sikap dari
berbaringn
ke duduk

0
1
2
3

tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
Bantuan minimal 1 orang
Mandiri

Berpindah /
berjalan

0
1
2
3

Tidak mampu
Biosa (pindah) dengan kursi roda
Berjalan dengan bantuan 1 orang
mandiri

Memakai
baju

0
1
2

Tergantung orang lain


Sebagaian dibantu (misalnya mengancing baju)
Mandiri

Naik turun
tangga

0
1
2

Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri

10

Mandi

0
1

Tergantung orang lain


Mandiri

TOTAL SKOR

Nilai
skor

Daftar Pustaka

www.idijakbar.com
www.kalbe.co.id
http://www.abramsoncenter.org/PRI/documents/IADL.pdf
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/c6f7185fbe92eca6ab
b9e6705855b616db87233f.pdf
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. (2006).
Paduan Pelayanan Medik. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta.
Boedhi-Darmojo R, Martono HH, editors. (1991). Buku Ajar Geriatri.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai