Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dian Nurdiana

Nim : A1L011064
VIRUS KUNING CABAI
Klasifikasi virus kuning atau virus Gemini.
Group

: Group II (ssDNA)

Family

: Geminiviridae

Genus

: Begomovirus

(Sudiono et al. 2001)


Begomovirus

(singkatan

dari:

Bean

golden

mosaic

virus),

Famili

Geminiviridae. Gemini virus dicirikan dengan bentuk partikel kembar berpasangan


(geminate) dengan ukuran sekitar 30 x 20 nm. Gemini virus termasuk dalam
kelompok virus tanaman dengan genom berukuran 2,6-2,8 kb berupa utas tunggal
DNA yang melingkar dan terselubung dalam virion ikosahendra kembar (geminate).
Replikasi virus terjadi dalam bagian nukleus tanaman melalui pembentukan utas
ganda DNA. Kelompok virus gemini dibedakan dalam 3 subgrup, pertama memiliki
genom yang monopartit, menginfeksi tanaman monokotiledon dan ditularkan oleh
vektor wereng daun (leafhopper); subgrup kedua ditularkan vektor wereng daun dan
memiliki genom monopartit tetapi menginfeksi tanaman dikotiledon; subgrup ketiga
memiliki anggota paling banyak dan beragam dengan genom bipartit yang
menginfeksi tanaman dikotiledon dan ditularkan oleh serangga vektor kutu kebul
(Bemicia tabaci Genn.) (Gilbertson et al. 1991).
Klasifikasi serangga vektor kutu kebul (Bemisia tabaci)
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Order

: Hemiptera

Family

: Aleyrodidae

Genus

: Bemisia

Species

: Bemisia tabaci

(Suseno et al. 2003)


Bemisia tabaci (Gennadius) merupakan salah satu spesies kutukebul yang
berperan sebagai hama penting pada berbagai tanaman pertanian (Simala et al. 2009).
Selain itu, B. tabaci juga memiliki kemampuan sebagai vektor Tomato yellow leaf
curl virus (TYLCV) yang umumnya menyerang pertanaman cabai di Indonesia
(Ghanim et al. 2001; Sudiono 2003; Polston et al. 2006; Sudiono & Yasin 2006).
Kerusakan akibat TYLCV pada pertanaman cabai dapat menyebabkan kehilangan
hasil panen 20% sampai 100% (Sudiono 2003; Sudiono & Yasin 2006; Setiawati et
al. 2007). B.
Vektor virus kuning adalah whitefly atau kutu kebul (Bemisia tabaci). Telur
diletakkan di bawah daun, fase telur hanya 7 hari. Nimpa bertungkai yang berfungsi
untuk merangkak lama hidup 2-6 hari. Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna
hijau keputih-putihan sampai kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah permukaan
daun, lama hidup 6 hari. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan
mudah diamati karena dibawah permukaan daun yang bertepung, lama hidup 20-38
hari. Tanaman yang terserang penyakit virus kuning menimbulkan gejala daun
mengeriting dan ukuran lebih kecil.
Kutu kebul tersebut menghisap tanaman cabai yang sudah terkena virus
kuning kemudian hinggap pada tanaman cabai yang masih sehat dan kemudian
mengeluarkan lendir yang masih mengidap virus kuning, kemudian virus tersebut
menyebar didalam tubuh tanaman yang bersamaan dengan cairan yang ada didalam
tubuh tanaman tersebut. Jadi virus tersebut yang berbentuk Gen yang dapat merusak
jaringan pada tanaman yang berupa kromosom atau RNA/DNA. Jadi virus kuning
tersebut menghentikan kerjanya Gen kromosom / klorofil tersebut yang berupa asam
amino. Sehingga tanaman tersebut dikuasai oleh Gen virus kuning (virus gemini).
Virus kuning tersebut dapat berkembang dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar
40-60 hari setelah tanaman ditusuk atau ditulari oleh kutu kebul.

Serangga ini termasuk dalam kelompok serangga penusuk penghisap. Kutu


kebul dan hubungannya dengan virus kuning cabai ini bersifat persisten. Kutu
memperoleh virus ketika dia mengambil makanan dari tanaman yang telah terinfeksi
(akuisisi). Virus yang diambil dari tanaman sakit beredar melalui saluran pencernaan,
menembus dinding usus, bersirkulasi dalam cairan tubuh serangga (haemolymph) dan
selanjutnya kelenjar saliva. Pada saat dia menghisap makanan dari tanaman sehat,
virus ikut masuk ke dalam tubuh tanaman bersama dengan cairan dari mulut serangga
tersebut. Retensi virus ini di dalam tubuh serangga sangat lama bahkan bisa
dipindahkan secara transovarial melalui telur ke tubuh progeni (Eastop, 1977).
Aktivitas kutu kebul masih rendah di awal setelah pindah tanam. Aktivitasnya
akan mulai naik pada 59-65 hari setelah pindah tanam (5 minggu setelah pindah
tanam). Persentase tanaman terinfeksi 6 minggu setelah pindah tanam baru mencapai
5%, sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Aeni (2007). Aktivitas
kutu kebul baru meningkat setelah tanaman mulai berbunga hingga awal pengisian
buah. Meningkatnya aktivitas vector tersebut karena meningkatnya jumlah makanan
yang tersedia (Hirano et al.,1993).
Virus yang ditularkan oleh kutu kebul bereplikasi di dalam nukleus dan
bergerak dari sel ke sel melalui plasmodesmata. Pada gambar 1 terlihat bahwa tidak
hanya virion dari hasil replikasi yang bergerak dari sel ke sel dan masuk ke dalam
floem, namun juga coat protein (CP) dan movement protein (MP) berperan dalam
penyebaran virus ke dalam tubuh tanaman. Coat protein dan movement protein
bergerak melalui retikulum endoplasma menuju ke viral assembly site (VAS) sebelum
masuk ke dalam floem dan bergerak bersama aliran di dalam floem ke seluruh tubuh
tumbuhan (Samuel Ann, 1934). Translokasi virus dari satu bagian tanaman ke bagian
tanaman yang lain terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Mekanisme translokasi virus di dalam tubuh tanaman

Gambar 2. Ilutrasi proses infeksi dan penyebaran virus di dalam tubuh


tanaman
Meskipun demikian, banyak tanaman yang gagal diinfeksi oleh virus.
Menurut Dawson, W. (1999) untuk dapat menginfeksi tanaman secara sistematis,
virus harus dapat (1) masuk ke dalam jaringan yang sesuai; (2) melakukan replikasi;
(3) bergerak ke sel-sel terdekat/sel tetangga; (4) memasuki sel tersebut; (5) dapat
pindah ke dalam floem dan kemudian mengulangi langkah (2) dan (3). Dari gambar 2
di atas dapat kita lihat bahwa biasanya fase pertama adalah infeksi lokal pada daun
dewasa yang terjadi setelah inokulasi yang dilakukan oleh serangga. Namun tidak
semua daun dapat memperlihatkan gejala terinfeksi seperti daun menjadi berubah
berwarna kuning, karena munculnya gejala sangat dipengaruhi oleh strain virus dan
faktor lingkungan lain seperti suhu lingkungan. Penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa perubahan warna daun hanya akan terjadi jika suhu lingkungan
di atas 25C dan intensitasnya akan meningkat jika suhu lingkungan mencapai 40C
(Dawson, W., 1999).
Fase selanjutnya virus bergerak dari sel ke sel yang lain hingga mencapai
floem melalui vascularsystem, sehingga dapat bergerak cepat ke dalam daun-daun
muda yang masih berkembang. Di sinilahbiasanya gejala daun berubah menjadi
kuning, mengeriting dan menjadi kerdil akan tampak, sehingga penyakit kuning cabai
ini sering juga disebut sebagai jambul amerika karena yang menguning hanya daun
bagian atas atau daun muda saja (Dawson, W., 1999).
DAFTAR PUSTAKA
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/penyakit-virus-kuning.
November 2014.

Diakses

tanggal

12

Simala M, Milek TM, Koric B. 2009. Whitefly species (Hemiptera: Aleyrodidae)


recorded on imported ornamental plants in Croatia from 20052008. In: Joze
Macek (Ed.), Proceedings of the 9th International Symposium on Plant
Protection; (Nova Gorica, 2009 March 45). pp. 389396. Nova Gorica: Drustvo
za Varstvo Rastlin Slovenije.
Sudiono, S. S. Hidayat., Rusmilah, S. and Soemartono, S. (2001). Deteksi Molekuler
dan Uji Kisaran Inang Virus Gemini Asal Tanaman Tomat. Prosid. Konggres
Nasional XVI. PFI. Bogor. 22-24 Agustus.
Sudiono, Yasin N. 2006. Karakteristik kutukebul (Bemisia tabaci) sebagai vektor
virus Gemini dengan teknik PCR-RAPD. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan
Tropika 6:113119.
Sulandari, S., Rusmilah, S., S. S. Hidayat, Jumanto, H., dan Sumartono, S. (2001).
Deteksi Virus Gemini pada Cabai di Daerah Istimewa Jogjakarta. Prosid.
Konggres Nasional XVI. PFI. Bogor. 22-24 Agustus.
Suseno, R., S. S. Hidayat, J. Harjosudarmono dan S. Sosromarsono. (2003). Respon
Beberapa Kultivar Cabai terhadap Penyebab Penyakit Daun Keriting Kuning
Cabai. Prosid. Konggres Nasional XVII. PFI. Bandung . 6-8 Agustus.
Dawson, W., (1999). Tobacco Mosaic Virus Virulence and Avirulence. Phil. Trans.vol
354, p.645-651. London: The Royal Society.

Eastop, V. F. (1977). World Wide Importance of Aphids as Viruses Vectors. In Aphids


as Viruse Vectors. Kerry, F. H., Karl, M. Page 4-44. New York: Academic Press.
Funayama, S. and Terashima, I. (2006). Effect of Eupatorium Yellow Vein Virus
Infection on Photosynthetic Rate, Chlorophyll Content and Chloroplast Structure
in Leaves of Euphatorium makinoi During Leaf Development. Functional Plant
Biology. P.165-175.
Gardner, F. P. , R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. (1991). Physiology of Crop Plants.
The Lowa State University Press.
Gilbertson RL, Hidayat SH, Martinez RT, Leong SA, Faria JC, Morales F, Maxwell
DP. 1991. Differen-tiation of bean infecting gerniniviruses by nucleic acid
hibridization probes and aspects of bean goldenmosaic inBrazil. PlantDis 75336342.
Hartono, S., Sumardiyono, Y.B., Purwanto, B. H., dan Sulistyaningsih, E. (2006).
Aplikasi Model Manajemen Kesehatan Tanaman Pada Agribisnis Cabai Di Daerah
Endemis Penyakit Virus Kuning. Majalah Lontar. Inpress.
Hirano, K., E. Budiyanto, dan S. Winarni. (1993). Biologocal Characteristics and
Forecasting Outbreaks of The Whitefly, Bemisia tabaci, a vector of Virus Disease
in
Soybean
Fields.
Food
Fertilizer
and
Technology
Center.
Htpp://www.fffc.agnet.org/library/abstract/tb135.html.
Nur Aeni, A. (2007). Kajian Kestabilan Produktivitas Cabai Keriting Di Daerah
Endemis Virus Kuning dengan Optimalisasi Nutrisi Tanaman.Tesis: UGM.

Anda mungkin juga menyukai