Disusun oleh :
HENDRA RIAU
NIM. 201211031
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
: Hendra Riau
NIM
: 201211031
Program Studi
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Mengetahui
Pembantu Direktur I
Bidang Akademik
NRP : 11036006
NRP : 110306010
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama
: Hendra Riau
Nim
: 201211031
Program Studi
Judul Laporan
Menyetujui
Pembimbing Lapangan
ii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, Sumatera Utara.
Pelaksanaan PKL dan penulisan laporan merupakan syarat untuk
memenuhi dan melengkapi mata kuliah di Program Studi Teknik Pengolahan
Sawit, Politeknik Kampar, Kampar. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dari tanggal 1 desember 2014 sampai 28
Februari 2015 sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan oleh Program Studi
Teknik Pengolahan Sawit, Politeknik Kampar. Laporan disusun berdasarkan
pengambilan data, wawancara, dan pengamatan langsung di lapangan serta
disusun oleh penulis langsung.
Dalam penyelesaian dan penulisan laporan PKL ini, penulis membutuhkan
banyak bimbingan, arahan, dorongan dan bantuan dari banyak pihak. Sehingga
pada kesempatan ini, penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada :
1.
2.
Pengolahan Sawit.
3.
4.
5.
Bapak Dr. ir. Donald Siahaan selaku Kepala Kelti . PAHAM di Pusat
Penelitian kelapa Sawit Medan.
6.
7.
iii
8.
9.
Ibu Ijah, ibu Sri, ibu Alida dan ibu Lia yang telah banyak memberi arahan
serta pengetahuan selam PKL.
10.
11.
Orang tua penulis yang telah memberikan segala dukungan penuh baik
dalam bentuk moril maupun materil.
12.
13.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ..............................................................................
ii
iii
vii
viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................
10
10
11
11
12
12
12
12
13
13
13
2.1.3.4 Deodorisasi.....................................................
13
14
14
14
15
15
2.1.4.5 warna..............................................................
15
16
16
16
17
18
19
22
2.2.3.4 Deodorisasi.....................................................
23
24
24
28
30
32
33
36
3.2 Saran....................................................................................
36
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
38
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Struktur organisasi Pusat Kegiatan Kelapa Sawit ...............
18
20
26
26
28
28
Gambar 2.7 Grafik Hasil Analisis Kadar Kotoran Proses Fisika ..............
30
Gambar 2.8 Grafik Hasil Analisis Kadar Kotoran Proses Kimia ...............
31
Gambar 2.9 Grafik Hasil Analisis Kadar Air Proses Fisika ......................
32
33
34
35
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Tabel Analisis Kadar ALB Proses Fisika dan Kimia ..................
39
Lampiran 2 : Tabel Analisis Perokside Value Proses Fisika dan Kimia .........
40
Lampiran 3 : Tabel Analisis Kadar Kotoran Proses Fisika dan Kimia ............
41
Lampiran 4 : Tabel Analisis Kadar Air Proses Fisika dan Kimia ....................
42
43
44
45
46
47
48
50
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari mata
kuliah yang harus ditempuh sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa
dan mahasiswi Program Studi Teknik Pengolahan Sawit, Politeknik Kampar.
tujuan kegiatan praktek kerja lapangan ini adalah sebagai salah satu bentuk
pengamplikasian ilmu secara teoritis yang telah diperoleh selama perkuliahan
yang mengemplementasikanya dilakukan dalam kegiatan ini. Kegiatan ini pula
dapat memupuk disiplin kerja dan profesionalisme dalam bekerja agar dapat
mengenal dunia atau lingkungan kerja yang akan bermanfaat bagi mahasiswa
setelah menyelesaikan perkuliahan. Selain itu, praktek kerja lapangan ini juga
penting untuk diikuti oleh mahasiswa mengingat kebutuhan saat ini bukan hanya
sekedar ilmu yang sifatnya teoritis, melainkan juga diperlukan suatu kegiatan
yang dapat menambah ilmu yang telah dipelajari sebelumnya pada saat kegiatan
perkulihaan, dan juga ilmu yang diperoleh ketika melaksanakan kegiatan praktek
kerja lapangan ini.
Penulis memilih Pusat Penelitian Kelapa Sawit sebagai tempat praktek
kerja lapangan dikarenakan penulis ingin mengetahui cara pembuatan produk produk terbaru beserta analisisnya yang terkait dengan sawit. Salah satu
contohnya seperti minyak sawit dan minyak inti sawit dapat digunakan sebagai
bahan baku dari bahan makanan mentega, minyak goreng, dan berbagai jenis
asam lemak nabati. Selain sebagai bahan baku, minyak sawit juga digunakan
sebagai bahan tambahan (aditif) dalam pembuatan cokelat, es krim, pakan
ternak, vanaspati, berbagai asam lemak dan makanan ringan lainya.
Ketersediaan dan produksi minyak sawit dan minyak inti sawit ini
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan, sehingga Refined Bleached
Deodorised Palm Kernel Oil (RBDPKO) yang telah diproses dari Crude Palm
Kernel Oil (CPKO) akan semakin banyak digunakan oleh industri industri
pangan maupun farmasi. Dengan banyaknya turunan dari minyak sawit dan
minyak inti sawit ini, diharapkan tanaman sawit dapat menjadi sebuah komponen
alternatif penting dan selalu di lestarikan.
Minyak sawit dan minyak inti sawit kasar masih banyak mengandung
kotoran kotoran baik yang larut maupun yang tidak larut. Sehingga sebelum
dikonsumsi atau digunakan, minyak sawit perlu dirafinasi terlebih dahulu untuk
mengurangi rasa, bau tidak enak, warna dan memperpanjang masa simpan.
Rafinasi yang dilakukan berskala 50 kg/batch dan dilakukan dengan dua tahap
proses fisika dan kimia.
1.2.
Tujuan
Praktek Kerja Lapangan merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh
Metode Pelaksanaan
Penyusunan program dan jadwal kegiatan lapangan dilakukan secara
PAHAM
(Pengolahan
Hasil
dan
Mutu).
Jadwal
kegiatan
Kegiatan hasil panen : CPO, PKO, RBDPO, metilo ester, coklat dan
lain lainya.
1.5.1
Lokasi Perusahaan
Kantor Pusat Penelitian Kelapa Sawit terletak di Medan, Sumatra Utara.
1.5.2
Sejarah Perusahaan
Cikal bakal PPKS didirikan pada 26 September 1916 oleh Algemeene
RI yang
Medan
(BPPM)
dengan
Pembinaan
dan
Penelitian dan
Pembiyayaannya
November
1987
Asosiasi
Kegiatan
dan
Pengembangan
kepada
Asosiasi
Penelitian
Perkebunan
Indonesia,
yang
dalam
Visi
Menjadi lembaga kegiatan bertaraf internasional yang mampu menjadi
acuan ( center of excellence ) bagi dunia perkelapasawitan, yang dalam
kegiatannya mampu mandiri secara finansial dan memiliki insane yang
berkualitas dan sejahtera
Misi
1. Mengembangkan teknologi unggul perkelapasawitan melalui penelitian
yang efektif dan efisien dan melakukan peneliian pelayanan tepat
sasaran.
2. Menujang pengembangan perkelapasawitan nasional melalui penyediaan
produk dan jasa pelayanan, dan konsep/pemikiran penanganan masalah
kelapa saawit.
3. Mendorong pengembangan SDM, lapangan kerja dan pelestarian sumber
daya alam/ lingkungan.
4. Menggali potensi usaha sendiri dalam kerangka institute nirlaba yang
berbadan hukum, yang tidak mengutamakan keuntunagn untuk dapat
mandiri dan sejahtrah secara berkesinambungan.
1.5.4
Aktivitas Perusahaan
Menjadi lembaga penelitian yang memegang peranan penting dalam
Beberapa prioritas yang digunakan dalam penentuan penelitian penelitian, antara lain : berorientasi peningkatan nilai tambah dan daya saing,
berorientasi pemecahan masalah dan berorientasi ramah lingkungan.
1.5.5
penelitian, kepala biro umum SDM, kepala bidang usaha, dan kepala satuan
usaha strategis (SUS). Kabid. kegiatan membawahi enam kelompok penelitian
yang masing masing diketahui oleh seorang kelompok peneliti, kepala urusan
penelitian, kepala urusan kerjasama dukungan penelitian. Kepala biro umum
/SDM membawahi empat urusan yaitu urusan SDM dan hukum, urusan akutansi
dan keuangan , urusan rumah tangga, dan urusan pengadaan dan inventaris.
Kabid. Usaha membawahi unit usaha marihat, unit usaha medan, urusan
pengembangan usaha dan promosi, urusan pelayanan dan konsultasi, serta
urusan laboratorium dan pelayanan. Sedangkan kepala SUS membawahi semua
bagian
yang
memproduksi,
memproses,
memasarkan,
dan
mengawasi
kecambah kelapa sawit. Disamping itu, Direktur dibantu oleh Kepala Urusan
Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang dalam tugasnya bertanggung jawab
langsung kepada Direktur. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Direktur
Kepala bidang
Kegiatan
Pemuliaan
&
bioteknolog
i Tanaman
Ilmu tanah
dan &
agronomi
Proteksi
tanaman
Pengolahan
hasil dan
mutu
Rekayasa
teknologi &
pengolahan
lingkungan
Sosio tekno
- ekonomi
Kepala Biro
Umum /SDM
SDM &
Hukum
Keuangan
dan
akutansi
Rumah
Tangga
Pengadaa
n dan
inventasi
Kepala bidang
usaha
General
Manager SUS
Bahan tanaman
Unit usaha
medan
Unit usaha
marihat
Pengemba
ngan
usaha &
promosi
Pelayanan
jasa &
konsuktas
i
Laboratori
um
pelayanan
Pengemba
ngan
pemuliaan
Pohon
induk
Produksi
QC / QA
Pemasara
n dan
logistik
Satuan pengawasan
intern
Urusan
kerjasama
&
dukungan
kegiatan
(UKDP)
Administr
asi
kegiatan
1.5.6
Ka Bidang Kegiatan
Ka Kelti
Teknisi/ Pembantu
Teknisi
10
11
BAB II
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
2.1
Pelaksanaan
Jenis kegiatan ini merupakan bersifat eksperimen berskala Pilot Plant 50
Degumming
12
suhu yang dikehendaki ditambahkan asam fosfat food grade 85% sebanyak
0,05% dari total umpan bahan baku yang diolah. Pemanasan dan pengadukan
tetap dipertahankan setelah penambahan asam fosfat selama 15 menit.
Pengambilan sampel sebanyak 200 gram dilakukan setelah proses degumming
selesai dengan analisis FFA, kadar air, kadar kotoran, PV, dan warna.
2.1.3.2
Bleaching
Netralisasi
Deodorisasi
Campuran
ditransfer
kedalam
reaktor
deodorizer
dan
dilakukan
pemanasan pada proses fisika dengan suhu 200 oC dengan pengadukan dalam
kondisi vacum atau bertekanan 20 mbar. Proses dilakukan selama 4 jam, dan
13
analisis dilakukan per setengah jam selam proses. analisis yang dilakukan
berupa ALB, kadar kotoran, kadar air, warna dan PV. Dan deodorisasi dilakukan
pada proses kimia dengan suhu 200 oC.
2.1.4 Prosedur analisis
2.1.4.1
hingga
homogen.
Kemudian
ditambahkan
dengan
indikator
Phenolphtelein (PP) 1%. Setelah itu dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N
hingga warna merah muda tetap. Asam lemak bebas dinyatakan sebagai persen
asam lemak, dihitung sampai dua desimal dengan menggunakan rumus :
Asam lemak bebas sebagai Laurat
20.0
ALB (%) =
2.1.4.2
1000
= .
Keterangan :
S = titrasi contoh (ml)
B = titrasi blanko (ml)
N = normalitas larutan natrium thiosulfat
W = berat contoh (gr)
14
2.1.4.3
Impurities
100
15
merah dinyatakan R, dalam angka skala kuning dinyatakan sebagai Y, dan bila
ada angka biru maka dinyatakan B.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Minyak Inti Sawit
Minyak inti sawit merupakan bagian dari inti sawit, akan tetapi mempunyai
kadar asam lemak yang rendah dan berwarna lebih kuning terang serta mudah
dipucatkan. Komposisi asam lemak minyak inti sawit mirip dengan minyak
kelapa, dimana kedua jenis minyak ini disamping laurat ( C12 ) juga mengandung
kaplirat ( C8 ), kaprat ( C10 ), miristat ( C14 ), palmitat ( C16 ) dan oleat ( C18 : 1)
( Winarno, 1992 ).
Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit
bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat
padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak,
protein, serat dan air. Pada pemakaianya lemak yang terkandung didalamnya
disebut minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein sebagai
bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 53 %
(Brahmana, 1999).
Penggunaan minyak sawit dan inti sawit melalui industri kimia, sebagian
besar sebagai bahan pembuatan sabun, detergen dan surfaktan serta lain lain.
2.2.2 Refinery
Pemurnian minyak bertujuan untuk menghilangkan rasa serta bau yang
tidak enak, warna yang tidak menarik serta memperpanjang masa simpan
minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan baku dalam industri.
Kotoran kotoran yang ada dalam minyak dapat berupa komponen yang tidak
larut dalam minyak. Komponen yang tidak larut dalam minyak adalah lendir,
getah, abu atau mineral. Komponen yang berupa suspensi koloid adalah
fosfolipid, karbohidrat dan senyawa yang mengandung nitrogen, sedangkan
komponen yang larut dalam minyak berupa asam lemak bebas, sterol,
hidrokarbon, mono dan digliserida serta zat warna yang terdiri dari karotenoid
dan klorofil (ketaren, 2005).
16
17
2.2.3.1
Degumming
C yang berada dalam bejana reaktor, hal ini bertujuan untuk mencairkan umpan
18
sehingga pada saat penambahan H3PO4 bisa terjadi homogen. Sedangkan peran
H3PO4 yaitu untuk mengikat dan mengendapkan zat zat terlarut yang ada pada
minyak mentah. Hal ini ditandai dengan perubahan warna kuning keruh ketika
terjadi reaksi antara minyak dengan asam fosfat.
Proses degumming perlu dilakukan sebelum proses netralisasi, sebab
sabun yang terbentuk dari hasil reaksi antara asam lemak bebas dengan alkali
pada proses netralisasi akan menyerap gum ( getah atau lendir ) sehingga
menghambat proses pemisahan sabun dari minyak, disamping itu netralisasi
minyak yang masih mengandung gum akan menambah partikel emulsi dalam
minyak dan mengurangi rendemen trigliserida ( Ketaren 2005 ).
2.2.3.2
Netralisasi
dari
minyak
dengan
cara
sentrifugasi.
Netralisasi
dengan
19
C dengan pengadukan ringan. Pada proses pencucian ini harus berhati hati
untuk menjaga kualitas minyak. Dan pencucian dilakukan hingga air buang
jernih.
Efesiensi netralisasi dinyatakan dalam refining factor, yaitu perbandingan
antara kehilangan karena netralisasi dan jumlah asam lemak bebas dalam lemak
kasar. Sebagai contoh adalah netralisasi kasar yang mengandung 3 % asam
lemak bebas, menghasilkan minyak netral dengan rendemen sebesar 94 %,
maka akan mengalami kehilangan total ( total loss ) sebesar ( 100 94 ) % =
6%.
20
Refining factor =
( % )
( % )
Makin kecil nilai refining factor, maka efesiensi netralisasi makin tinggi.
Pemakaian larutan kaustik soda dengan konsentrasi yang terlalu tinggi akan
bereaksi sebagian dengan trigliserida sehingga mengurangi rendemen minyak
dan menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu, harus dipilih
konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam lemak
bebas
dalam
minyak.
Dengan
demikian
penyabunan
trigliserida
dan
21
Bleaching
22
earth ), lempung aktif ( activated clay ) dan arang aktif, atau dapat juga
menggunakan bahan kimia. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh
permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid serta hasil degradasi
minyak seperti peroksida ( Ketaren, 2005 ).
Menurut Helena ( 2003 ) adsorben yang digunakan untuk memucatkan
minyak terdiri dari tanah pemucat ( bleaching earth ) dan arang ( bleaching
carbon ). Tanah pemucat banyak digunakan karena efektif menyerap zat warna.
Tanah pemucat terdiri dari beberapa komponen yaitu Al2O3, FeO2, TiO2, CaO,
MgO, K2O dan Na2O.
Pada kegiatan pemucatan minyak inti sawit kasar digunakan adsorben
berupa tanah pemucat ( bleaching earth ) dengan jumlah 0,5 % dari jumlah
umpan. Sehingga untuk umpan 50 kg membutuhkan bleaching earth sebanyak
250 gram. Proses bleaching dilakukan pada suhu 90oC dengan menggunakan
pengadukan didalam reaktor selama 30 menit setelah penambahan bleaching
earth. larutan minyak didinginkan dengan pengadukan terbuka tanpa suhu,
setelah suhu turun hingga 45 oC larutan minyak disaring pada filter press untuk
memisahkan adsorben dengan minyaknya. Adsorben yang tertinggal pada filter
berwarna hitam gelap, dan hal itu membuktikan bahwa prinsip penyerapan warna
telah terjadi sehingga warna kuning pada minyak berkurang.seperti yang terlihat
pada Lampiran 5.
2.2.3.4
Deodorisasi
Deteksi awal kerusakan minyak dapat dicirikan dengan bau dan rasa yang
ada, hal ini berhubungan erat dengan kandungan asam lemak tak jenuh dalam
produk yang nantinya akan memicu terjadinya oksidasi dan berujung pada
rancidity minyak, kualitas minyak akan menurun ( Susanto, 2013 ).
Proses oksidasi dapat berlangsung jika terjadi kontak langsung antara
minyak dengan oksigen. Pada proses ini molekul molekul oksigen akan terikat
pada ikatan rangkap dari asam asam lemak bebas tidak jenuh (Thieme, 1968).
Ikatan rangkap dari asam asam lemak tidak jenuh yang telah mengalami
proses oksidasi akan pecah membentuk ikatan asam lemak berantai pendek
seperti aldehid dan keton ( Lehninger, 1993 ).
Proses ketengikan ( rancidity ) merupakan problem utama yang dijumpai
pada minyak, lemak dan bahan pangan mengandung lemak. Ketengikan dapat
23
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabuing dengan lemak netral. Hasil reaksi
hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat
dengan adanya faktor faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim).
24
Semakin lama reaksi ini berlangsung , maka semakin banyak kadar ALB yang
terbentuk (Anonim, 2001).
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya
dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika
dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas.
Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa
tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak
dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (Ketaren, 1986).
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak
sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen
minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya
asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan asam lemak bebas ditentukan
mulai
dari
tandan
sampai
pengolahnya.
Beberapa
faktor
yang
dapat
menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit
antara lain sebagai berikut :
1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu.
2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah.
3. Penumpukan buah yang terlalu lama.
4. Proses hidrolisa selama di pabrik.
25
Hasil dari pengujian asam lemak bebas pada CPKO disajikan pada
tabel dan grafik berikut :
4
3.67
3.5
3
3.38
3.01
2.9
% ALB
2.5
2
fisika
1.5
parameter
1
0.5
0
0.1
CPKO awal
0.1
Degumming
0.1
0.1
Bleaching
Deodorisasi
Proses
3
2.5
2.62
% ALB
2
1.5
1.39
kimia
1.28
parameter
0.7
0.5
0
0.1
0.1
0.1
0.1
CPKO awal
Netralisasi
Bleaching
Deodorisasi
Proses
26
lebih baik dari segi kadar ALB nya, penyebab terjadinya penurunan ALB yang
relatif rendah pada proses kimia disebabkan karena adanya proses netralisasi
sehingga ALB dapat bereaksi dengan alkali dan membentuk sabun. Hal ini
dibuktikan dari penurunan grafik pada sampel awal ke netralisasi penurunanya
sangat panjang. Basiron ( 2005 ) menyebutkan bahwa proses penetralan minyak
inti sawit dapat menurunkan kadar asam lemak bebas sampai 0,15%, sedangkan
Mayamol et al. (2008) melaporkan bahwa proses netralisasi asam lemak bebas
sampai hingga 0,30%. Selain dari proses netralisasi penurunan ALB disebabkan
karena deodorisasi yang mendegradasikan. Sedangkan pada proses fisika
penurunan ALB hanya terjadi pada proses deodorisasi.
Tingginya kadar asam lemak bebas dari bahan baku yang digunakan dapat
dipengaruhi oleh lamanya waktu penyimpanan. Penyimpanan yang lama
memungkinkan terjadinya proses hidrolisis trigliserida menjadi asam asam
lemak. Kadar air bahan baku dapat mengakomodasi reaksi hidrolisis. Proses
hidrolisis ini dapat dikatalisasi oleh enzim lipase, yang biasanya berasal dari
bahan pangan lain, dan bahan bahan yang bersifat alkali, yang mungkin
berasal dari bahan pangan atau bahkan dari sejumlah kecil dari bahan yang
tersisa dari pengolahan atau proses sebelumnya.
Tidak sesuainya kadar ALB dengan parameter tidak sebanding dengan
kadar air yang mengalami penurunan secara signifikan. Hal ini disebabkan
karena kemampuan suhu deodorisasi hanya dapat mendegradasi senyawa senyawa yang bersifat volatil dengan berat molekul rendah. Sedangkan berat
molekul asam lemak bebas sebagai asam laurat lebih tinggi jika dibandingkan
dengan berat molekul air. Untuk mendegrasikan senyawa asam pada trigliserida
dibutuhkan suhu operasi 240 sampai 270oC, dengan tekanan 5 sampai 20
mmHg. (Ketaren 2005).
Berdasarkan parameter AOCS Official Methode Ca 5a 40 ( 1991),
RBDPKO yang dihasilkan tidak sesuai dengan parameternya, baik proses fisika
maupun yang kimia. Ketidak sesuaian ini perlu diidentifikasi agar mengetahui
faktor faktor penyebabnya. Sehingga pada proses selanjutnya akan lebih baik
lagi atau bahkan sesuai dengan parameternya.
27
2.2.4.2
30
27.16
25
meq/kg
20
15
15.77
fisika
11.85
10
parameter
5
0
4.36
1
10
meq/kg
8.35
7.88
7.19
6
kimia
parameter
2
1
0
CPKO awal Netralisasi Bleaching Deodorisasi
Proses
28
29
Kotoran ( Impurities )
0.927
0.987
0.813
0.8
0.6
fisika
0.4
0.25
0.2
0.1
0.1
0.1
0.1
Bleaching
Deodorisasi
parameter
0
CPKO awal
Degumming
Proses
30
3
2.5
2.602
2
1.5
1.472
Kimia
1.276
1
parameter
0.722
0.5
0
0.1
0.1
0.1
0.1
CPKO awal
Netralisasi
Bleaching
Deodorisasi
Proses
31
2.2.4.4
0.1
0.1
0.1
0.1
0.08
0.06
0.062
Fisika
0.043
0.04
0.02
parameter
0.014
0.011
0
CPKO awal
Degumming
Bleaching
Deodorisasi
Proses
0.1
0.1
0.1
0.051
0.05
0.1
0.08
0.06
0.06
kimia
0.04
parameter
0.02
0.012
0
CPKO awal
Netralisasi
Bleaching
Deodorisasi
Proses
32
sebagian besar lemak mengandung kadar air yang cukup dapat mengakibatkan
hidrolisis yang signifikan , misalnya kadar air , 0,01% dapat membentuk 0,11%
asam lemak bebas (Rossel 1994).
Berdasarakan parameter AOCS Official Methode Ca 2c 25 (1989) kadar
air ditetapkan dengan nilai maksimal sebesar 0,1 %. Dan dari hasil RBDPKO
diperoleh kadar air dibawah nilai maksimal parameter, sehingga dapat
dinyatakan bahwa dari segi kadar air RBDPKO yang dihasilkan sesuai dengan
parameter yang ditetapkan.
2.2.4.5
Warna ( Lovibond Colour )
Warna minyak sawit ditentukan oleh adanya pigmen karoten yang larut
dalam minyak, sebab asam asam lemak dan gliserida tidak berwarna.
(Ketaren, 2005). Warna pada PKO berbeda dengan warna CPO, dimana CPO
33
1.6
Intensitas warna
1.4
1.5
1.5
1.5
1.5
1.2
1
1.1
0.8
0.8
0.6
0.6
0.4
0.5
fisika
0.7
0.5
0.2
kimia
0.4
parameter
0.2
0
CPKO awal
Degumming/
Netralisasi
Bleaching
Deodorisasi
Proses
Grafik 2.11. Hasil Analisis Pengujian Warna Proses Fisika dan Kimia
34
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan mengenai rafinasi CPKO pada skala
50 kg/batch dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Turunan inti sawit di Pusat Kegiatan Kelapa Sawit digunakan sebagai
cocoa Butter Substitute (CBS), bahan baku dalam pembuatan coklat.
Sedangkan dalam bidang oleokimia digunakan untuk kosmetik, sabun,
lilin, emulsifier.
2. Proses rafinasi CPKO menjadi RBDPKO pada skala pilot plant
dilakukan melalui 2 tahap yang berbeda. Tahap fisika yang terdiri dari
Degumming, Bleaching, dan Deodorisasi. Sedangkan tahap kimia
terdiri dari Degumming, Netralisasi, Bleaching, dan Deodorisasi.
3. Berdasarkan analisis kualitas RBDPKO yang dihasilkan tiga analisis
tidak sesuai dengan standar, yaitu kadar ALB, perokside value, dan
kadar kotoran. Sedangkan kadar air dan warna sesuai dengan
ketetapan standar.
4. Berdasarkan data hasil analisis proses kimia lebih baik dilakukan,
karena
range
nilai
analisis
parameter
tidak
terlalu
jauh
jika
3.2 Saran
pada saat pemasangan kain filter press yang digunakan pada proses
bleaching sebaiknya tidak ada kebocoran , untuk menghindari losses
minyak.
36
2.
Ketika
proses
kimia
tahap
netralisasi
sebainya
suhu
selalu
4.
5.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN 1
NO
KODE SAMPEL
% ALB
CPKO awal
3,01
CPKO netralisasi
3,67
CPKO bleaching
3,38
Deodorisasi
2,9
PARAMETER
O,1 %
NO
KODE SAMPEL
% ALB
CPKO awal
2,62
CPKO netralisasi
1,39
CPKO bleaching
1,28
Deodorisasi
0,73
PARAMETER
O,1 %
39
LAMPIRAN 2
NO
KODE SAMPEL
PV (meq/kg)
CPKO awal
15,77
CPKO netralisasi
11,85
CPKO bleaching
27,16
Deodorisasi
5,43
PARAMETER
1,0 meq/kg
NO
KODE SAMPEL
PV (meq/kg)
CPKO awal
7,88
CPKO netralisasi
10,73
CPKO bleaching
8,35
Deodorisasi
7,19
PARAMETER
1,0 meq/kg
40
LAMPIRAN 3
NO
KODE SAMPEL
% kotoran
CPKO awal
0,927
CPKO netralisasi
0,987
CPKO bleaching
0,813
Deodorisasi
0,25
PARAMETER
0,1 %
NO
KODE SAMPEL
% kotoran
CPKO awal
2,602
CPKO netralisasi
1,472
CPKO bleaching
1,276
Deodorisasi
0,722
PARAMETER
0,1 %
41
LAMPIRAN 4
NO
KODE SAMPEL
% air
CPKO awal
0,062
CPKO netralisasi
0,011
CPKO bleaching
0,014
Deodorisasi
0,043
PARAMETER
0,1 %
NO
KODE SAMPEL
% air
CPKO awal
0,06
CPKO netralisasi
0,051
CPKO bleaching
0,05
Deodorisasi
0,012
PARAMETER
0,1 %
42
LAMPIRAN 5
NO
KODE SAMPEL
WARNA (RED)
CPKO Awal
0,5
CPKO degumming
0,8
CPKO bleaching
0,7
Deodorisasi
0,4
PARAMETER
1,5
NO
KODE SAMPEL
WARNA
(RED)
CPKO Awal
1,1
CPKO netralisasi
0,6
CPKO bleaching
0,5
Deodorisasi
0,2
PARAMETER
1,5
43
LAMPIRAN 6
Dit
: Berat sampel
= 1,02 gram
Volume KOH
= 1,6 ml
N KOH
= 0,0951 N
BM laurat
= 20
25,6
( )
20
= 1,6 0,0951
= 2,98 %
1,02
Sampel B.
Dik
Dit
: Berat minyak
= 1,01 gram
Volume KOH
= 1,5 ml
N KOH
= 0,0951 N
BM Laurat
= 20
25,6
( )
20
= 1,5 0,0951
= 2,82 %
1,01
2,98 % + 2,82%
2
Rerata =
= 2,90 %
44
LAMPIRAN 7
Berat sampel
: 5,04 gram
Ml Thiosulfat
: 0,32 ml
Blanko
: 0,07 ml
N Thiosulfat
: 0,1162
1000
= .
= 5,76 meg/kg
Sampel B.
Diketahui :
Berat sampel
: 5,02 gram
Ml Thiosulfat
: 0,29 ml
Blanko
: 0,07 ml
N Thiosulfat
: 0,1162
5,76
Rerata = =
5,09
2
1000
= .
= 5,09 meg/kg
= 5,43 meg/kg
Jadi nilai perokside value pada sampel RBDPKO sebesar 5,43 meq/kg.
45
LAMPIRAN 8
Berat sampel
: 20,0256
: 1,0922 gram
100%
1,0922 0,9476
20,0256
100% = 0,722 %.
46
LAMPIRAN 9
Kadar air
Sampel RBDPKO proses kimia .
Diketahui
: 10,0614 gram
: 10,0601 gram
10,0614 10,0601
10,0614
100%
100% = 0,012 %
Jadi kadar air pada sampel RBDPKO proses kimia sebesar 0,012 %.
47
LAMPIRAN 10
Rekap Jurnal
Nama
: Hendra Riau
NIM
: 201211031
Periode PKL
Lokasi PKL
Nama Instansi
Alamat Instansi
NO
TANGGAL
URAIAN KEGIATAN
13 Desember
15-19 Desember
22 Desember
23 24 Desember
5 9 januari
Pengujian RBDPO
13 15 januari
16 januari
19 -20 januari
21-23 januari
Pengujian RBDPKO
10
26 januari
48
11
27-30 januari
12
2 februari
13
3 februari
14
4 februari
15
5 6 februari
16
9 10 februari
17
11 13 februari
18
16 17 februari
19
18 -20 februari
20
23 februari
21
24 februari
22
25 februari
23
26 februari
Pengujian karoten
24
27 februari
RBDPKO
49
LAMPIRAN 11
Filter Press
Proses Bleaching
Bejana Deodorizer
50
Lovibond Colour
Analisis ALB
Kain Filter
51