Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

LAPORAN PRATIKUM PRODUKSI 1

PERCOBAAN : 5 PEMBUATAN SABUN BUBUK BANYAK BUSA DAN DETERGEN

Nama pratikan Hendra Riau

NIM 201211031

Tanggal Kumpul 20 Maret 2014

Tanda tangan Pratikan instruktur

Nama penilai

Tanggal koreksi

Nilai

Tanda tangan

Hanifah khairiah, S.ST

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT POLITEKNIK KAMPAR 2012


1

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

I.

TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui proses sabun bubuk banyak busa 2. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan deterjen bubuk

II.

TEORI Deterjen sangat akrab dengan kehidupan kita terutama bagi ibu rumah tangga untuk mencuci pakaian. Deterjen tidaklah sama dengan sabun, meskipun sabun juga termasuk deterjen. Kata deterjen berasal dari bahasa Latin deterjene yang berarti menghapus. Deterjen merupakan campuran berbagai bahan yang digunakan untuk

membersihkan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat dengan menyingkirkan benda yang tidak diinginkan dari permukaannya. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pemisahan mekanik sederhana (misalnya mengucek dan mencelupkan ke dalam air),pemisahan dengan pelarut (misalnya penambahan pelarut organik, dan pemisahan dengan menambahkan air dan bahan kimiasepertisurfaktan. Sistem pencucian dengan deterjen melibatkan interaksi antara pengotor dan liquid bath (air yang mengandung surfaktan). Hasil pencucian sangat bergantung pada interaksi tersebut. Selain itu kondisi pencucian, seperti temperatur, waktu, energi mekanik yang diberikan dan kesadahan air juga menentukan.

Setelah lebih dari dua ribu tahun menggunakan sabun, orang akhirnya membuat deterjen sintesis yang dapat membersihkan lebih baik dari sabun dan tidak dipengaruhi oleh kesadahan air. Semua deterjen termasuk sabun merupakan surfaktan, senyawa kimia yang dengan keistimewaannya dapat mempertemukan lemak dan air. Kebanyakan kotoran yang melekat pada kulit, pakaian dan perabotan rumah tangga tidak terlepas dari andil lemak yang melekat pada bahan. Menurut kandungan gugus aktifnya deterjen diklasifikasikan sebagai

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014
:

berikut

1.

Deterjen jenis keras Deterjen jenis keras sukar diuraikan oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang. Akibatnya zat tersebut masih aktif dan jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air. Contohnya adalah Alkil Benzena Sulfonat (ABS). Senyawa ABS dapat dibuat dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, Asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka persamaan reaksinya adalah C6H4C12H25SO3HC6H5C12H25 + SO3 (Dodekil Benzena Sulfonat) Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat

2.

Deterjen jenis lunak Deterjen jenis lunak mudah diuraikan oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai. Contohnya adalah Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat (LAS). Senyawa LAS dapat dibuat dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi: C12H25OH C12H25OSO3H + H2O+ H2SO4 Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat. Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti: 1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll. 2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di masyarakat. 3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll. Deterjen dapat dibuat dengan mereaksikan asam alkil sulfonat atau asam alkil benzensulfonat dengan suatu basa. Berikut ini reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan deterjen:

Rantai karbon (gugus alkil, R) pada struktur di atas dapat berupa rantai lurus maupun rantai bercabang. Rantai alkil yang digunakan sebaiknya tidak bercabang karena rantai alkil yang bercabang sulit untuk diuraikan oleh mikrooganisme. Akibatnya dapat menimbulkan polusi berupa buih di sungai dan danau. Oleh karena itu, sejak tahun 1965 digunakan alkil benzensulfonat yang tidak bercabang.

Salah satu bahan pembuatan deterjen adalah asam sulfonat yang memiliki molekul berantai panjang dengan jumlah atom karbon 12 -18

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

atom tiap molekulnya. Deterjen pertama kali disintesis pada tahun 1940-an berupa garam natrium dari alkil hidrogen sulfat. Senyawa ini didapat dari reaksi antara alkohol berantai panjang dengan asam sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa. Alkohol berantai panjang dapat dibuat dengan reaksi hidrogenasi lemak dan minyak. Salah satu contoh deterjen yang memiliki kualitas yang baik adalah natrium lauril sulfat. Deterjen yang umum digunakan saat ini adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Proses pembuatannya meliputi tiga tahapan. Tahap pertama adalah reaksi antara alkena rantai lurus dengan jumlah atom karbon 14 dengan benzena dan katalis AlCl3 atau HF sehingga membentuk alkil benzena. Reaksi ini sangat umum dan biasa dikenal dengan reaksi Friedel Craft. Tahap selanjutnya melibatkan reaksi sulfonasi yaitu alkil benzena yang dihasilkan dari tahap pertama direaksikan dengan asam sulfat sehingga dihasilkan asam alkil benzenasulfonat. Tahap terakhir adalah penetralan asam alkil benzenasulfonat dengan suatu basa misalnya NaOH sehingga dihasilkan garam natrium alkil benzenasulfonat atau deterjen. Berikut ini adalah reaksi pada tiap tahapan proses pembuatan deterjen:

Zat lain yang terkandung dalam deterjen antara lain builder, filler dan aditif. Builder memiliki fungsi untuk membantu efisiensi surfaktan dalam proses pembersihan kotoran. Salah satu kemampuan builder yang penting adalah menyingkirkan ion yang menyebabkan kesadahan air dan mencegah ion tersebut berinteraksi dengan surfaktan. Hal ini diperlukan untuk menjaga efektivitas proses pencucian. Secara umum builder meningkatkan alkalinitas cairan sehingga dapat pula berfungsi

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

sebagai alkali. Beberapa contoh builder yang banyak digunakan adalah sebagaiberikut: 1. Zeolit Zeolit (Na2Ox.Al2O3y.SiO2z.pH2O) berfungsi sebagai builder penukar ion. Zeolit yang banyak digunakan adalah zeolit dengan tipe A. Ion natrium yang terkandung di dalam zeolit akan dilepaskan oleh kristal zeolit dan digantikan dengan ion kalsium dari air sadah. Hal ini akan menyebabkan penurunan kesadahan dari air pencuci. 2. Clay Clay seperti juga kaolin, montmorilonit, dan bentonit dapat digunakan sebagai builder. Namun, clay memiliki efektivitas pelunakkan air yang lebih rendah dibandingkan zeolit tipe A. Tetapi penggunaan clay sebagai builder memiliki nilai tambah lain. Misalnya clay montmorilonit yang dapat juga berfungsi sebagai komponen pelembut. Komponen ini akan diserap dan difilter ke dalam pakaian selama proses pencucian dan pembilasan. 3. Nitrilotriacetic acid

Senyawa Nitrilotriacetic acid N(CH2COOH)3 atau biasa disebut NTA ini merupakan salah satu builder yang kuat. Senyawa ini merupakan tipe builder organik. Namun, penggunaaannya memiliki efek samping pada kesehatan dan lingkungan.

4. Garam Netral

Natrium sulfat dan natrium klorida merupakan garam-garam netral yang dapat digunakan sebagai builder. Natrium sulfat juga dapat menurunkan Critical Micelle Concentration (CMC) dari surfaktan organik sehingga konsentrasi pencucian efektif dapat tercapai. Bahan lain yang terkandung dalam deterjen adalah filler. Bahan ini merupakan bahan tambahan yang tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan daya cuci, tetapi dapat meningkatkan kuantitas deterjen,

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

contohnya adalah natrium sulfat. Aditif organik dalam deterjen juga dapat ditambahkan untuk meningkatkan daya cuci. Peningkatan yang dimaksud meliputi hal-hal di bawah ini: a. Menurunkan pengendapan kembali kotoran. b. Meningkatkan efek whiteness dan brightness. c. Meningkatkan kemudahan terlepasnya kotoran. d. Menurunkan atau menigkatkan pembusaan seperti yang diinginkan. e. Menaikkan tingkat kelarutan deterjen. Jika deterjen semakin larut, maka fungsi pencucian juga meningkat. f. Menaikkan daya dorong terhadap logam-logam. g. Menurunkan injury (misalnya iritasi pada kulit manusia, barang atau kain, dan mesin). Beberapa aditif organik yang dapat digunakan dalam deterjen adalah: 1. Na-CMC Natrium Carboxyl Methyl Cellulose berfungsi sebagai agen antiredeposisi yang paling umum digunakan pada kain katun. Namun, senyawa ini tidak berfungsi baik pada serat sintetis. 2. Blueing Agent Blueing agent memiliki fungsi untuk memberi kesan biru pada kain putih sehingga kain akan terlihat semakin putih. Selain itu, blueing agent juga dapat memberi kesan warna yang lembut. 3. Fluorescent Fluorescent merupakan agen pemutih yang pertama kali digunakan pada deterjen pada tahun 1940. Bahan ini dapat menyerap radiasi ultraviolet dan mengemisi sebagian energi radiasi tersebut sebagai sinar-sinar biru yang tampak. Konsentrasi aditif harus diperhatikan dalam penggunaannya karena jika konsentrasi aditif yang digunakan salah, fluorescent tidak akan memberikan efek absorbsi sinar ultraviolet. 4. Proteolytic enzyme Proteolytic enzyme banyak digunakan pada formula deterjen. Tujuan

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

penggunaannya adalah untuk mendegradasi bercak-bercak pada substrat yang dapat didegradasi oleh enzim. Penggunaan aditif ini membutuhkan waktu lebih lama daripada aditif lainnya karena merupakan produk bioteknologi. Enzim-enzim yang dapat digunakan sebagai aditif antara lain enzim amilase, trigliserida, dan lipase. 5. Bleaching agent Bleaching agent anorganik yang banyak digunakan dalam deterjen adalah natrium perborat. Pada temperatur pencucian yang tinggi yaitu sekitar 7080oC. Senyawa ini akan memucatkan (efek bleaching) bercak-bercak seperti bercak wine dan buah-buahan secara efektif. Namun sebelum dibuang air sisa cucian harus didinginkan hingga temperatur di bawah 50oC agar bisa lebih ramah lingkungan. Bleaching agent organik yang biasa digunakan adalah TAED (Tetra Acetyl Ethylene Diamine). Senyawa ini efektif digunakan pada temperatur pencucian 50-60oC. 6. Foam Regulator Foam regulator seperti amin oksida, alkanolamida, dan betain digunakan untuk menghasilkan busa sehingga aditif ini umumnya digunakan pada cairan pencuci tangan dan sampo. Busa dapat meratakan deterjen dengan lebih baik saat digunakan, misalnya saat mencuci rambut atau menggosok gigi.

7. Organic sequestering Aditif ini berfungsi untuk memisahkan ion logam dari bath liquid. Beberapa aditif yang berfungsi sebagai organic sequestering adalah EDTA dan nitrilotriacetic acid. Secara umum fungsi dari zat-zat yang terkandung dalam deterjen adalah: a. Asam dan alkali Kandungan asam dapat memudahkan pelepasan endapan mineral, contohnya asam asetat dan asam sitrat. Alkali dapat melawan kotoran

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

berlemak dan berminyak, contohnya amonia. b. Agen antimikroba Keberadaan agen antimikroba ini dapat membantu dalam membasmi mikroorganisme, contoh agen antimikroba adalah minyak pinus, trikloban, triklosan. c. Agen antideposisi Agen anti deposisi berperan untuk mencegah pembentukan kembali kotoran yang telah terangkat, contoh agen antideposisi adalah karboksimetil selulosa, plietilena glikol, natrium silikat. d. Pengelantang Pengelantang dapat menghilangkan noda dengan cara memutihkan dan mencerahkan pakaian, contoh pengelantang adalah natrium hipoklorit (chlorine bleach), natrium perbonat (colie safe bleach). e. Anti sadah Anti sadah berguna untuk mengatasi kesadahan air. Yang dimaksud air sadah (air keras) adalah jenis air yang mengandung ion-ion tertentu yang dapat menurunkan kinerja surfaktan. ion-ion yang biasa terkandung dalam air sadah biasanya ion Ca2+, Mg2+, SO42- dan HCO3-. Contoh zat anti sadah adalah natrium karbonat, natriumtripolifosfat.

f. Penghambat korosi Kandungan bahan ini dapat melindungi komponen-komponen logam seperti pada perabotan masak dari perkaratan, contoh penghambat korosi adalah natrium silikat. g. Enzim Enzim merupakan biokatalisator yang dapat mempercepat laju suatu reaksi yang terjadi pada organisme. Dalam hal ini enzim dapat mempercepat proses penghancuran noda-noda tertentu, misalnya getah. Contoh enzim yang biasa digunakan adalah protease dan selulose. h. Agen pelembut kain

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

Zat ini dapat melembutkan kain dan mengendalikan listrik statis. Contohnya adalah senyawa golongan amonuim kuartener. i. Pengharum Pengharum dapat menyembunyikan bau-bau dan menjadikan bahan lebih segar dan tentunya wangi. j. Pencerah optik Zat ini dapat membuat bahan tampak lebih cemerlang dengan mengubah cahaya kuning atau cahaya ultra ungu yang tidak kelihatan menjadi warna kebiruan dan keputihan. Contoh pencerah optik adalah stilbena disulfanat. k. Pengawet Pengawet dapat melindungi produk dari oksidasi dan hilangnya warna serta serangan bakteri. Contohnya adalah hidroksitoluena butilat, EDTA. l. Pelarut Pelarut digunakan agar semua bahan terlarut dalam cairan, contohnya etil alkohol, propilena glikol. m. Agen pengendali dadih Zat ini berfungsi untuk mengendalikan jumlah dadih dan mencegah terbentuknya kerak, contohnya adalah alkanolamida.

III.

ALAT DAN BAHAN A. Pembuatan sabun banyak busa

Alat : 1. Baskom 2. Beaker glass 250 ml 3. Beaker glass 100 ml 4. Batang pengaduk besar 5. Hand sealer 6. Kemasan plastic

10

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

Bahan yang digunakan : 1. Natrium karbonat 2. STTP 3. TSP 4. Texafon bubuk 5. Texafon gel 50 g 15 g 5g 15 g 15 g

6. Sodium metabisulfit 5 g 7. Calcium carbonat 8. Parfum 50 g secukupnya.

B. Pembuatan deterjen bubuk ALAT DAN BAHAN Alat : 1. Beaker glass 500 ml 2. Beaker glass 100 ml 3. Batang pengaduk besar 4. Baskom 5. Hand sealer 6. Kemasan plastic Bahan : 1. Texafon powder 2. Emal_10 3. Sodium karbonat 4. STTP 5. Sodium sulfat 6. Parfum 25 g 25 g 15 g 7g 100 g secukupnya

IV. PROSEDUR A. Pembuatan sabun banyak busa

11

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

1. Natrium karbonat,STTP,sodium metabosulfit dan texafon bubuk campur hingga rata 2. Di campur texafon gel aduk rata lalu setelah rata tambahkan calcium carbonat, panaskan didalam oven selama 60 menit dengan suhu 650c 3. Setelah tercampur rata tambahkan parfum secukupnya dan saring B. Pembuatan deterjen bubuk 1. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan formula diatas 2. Lalu campurkan emal_10 dan STTP dimasukan kedalam baskom aduk dengan pengaduk kayu dengan rata 3. Dicampurkan parfum pada wadah sodium karbonat,diaduk rata lalu campurkan pada baskom 4. Dicampurkan bagian sodium sulfat pada baskom lalu aduk rata 5. Lalu sisa sodium sulfat lainnya dicampurkan dan diaduk rata lalu tuangkan dalam baskom dan diaduk hingga merata 6. Kemudian deterjen dipanaskan selama 60 menit, kemudian di saring dan ditambahkan pewarna, lalu diaduk selama 10 menit 7. Deterjen bubuk siap dimasukakan kedaalam kemasan.

V.

DATA PENGAMATAN

Dari hasil pengamatan yang praktikan dapatkan yaitu: A. (sabun banyak busa) No Uraian 1. Natrium karbonat 2. STTP 3. TSP 4. Texafon bubuk 5. Texafon gel 6. Sodium metabisulfit 7. Calsium carbonat 8. parfum Hasil 50,1 g 15,2 g 5,1 g 15,2 g 15,1 g 5,1 g 50,1 g secukupnya

12

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

9. Semua parfum

bahan

dicampurkan,selain Lembab dan kasar

10.Diofen selama kurang lebih 60 menit

Kering,halus,lembut,dan bewarna putih

B. (deterjen bubuk) no uraian 1. Texafon powder 2. Emal_10 3. Sodium karbonat 4. STTP 5. Sodium sulfat 6. parfum 7. Bahan dicampurkan 8. Di oven selama 60 menit dan disaring 9. 5 gr deterjen 10.Warna biru 11.Warna kuning hasil 25,3 g 25,1 g 15,1 g 7,2 g 100 g secukupnya Lembab dan kasar Kering,halus, dan lembut Bewarna merah 5 gr deterjen 5 gr deterjen

12.Kemudian putih,biru,kuning,merah di Putih bercak-bercak warna campur

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada percobaan ini pratikan melakukan pratikum pembuatan sabun banyak busa dan juga detergent. Sabun dalam kegiatan sehari hari merupakan bahan penunjang yang selalu di perlukan, karena begitu pentingnya manfaat dalam kehidupan untuk selalu terjaga kesehatan dari hal hal kotor yang dapat menimbulkan penyakit. Adapun tujuan dari pembuatan sabun dan detergen ini untuk menambah pengetahuan

13

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

bagi mahasiswa dalam peoses pembuatan sabun dan juga detergen. Detergen . Pratikum ini memerlukan waktu yang relative lama, karena adanya proses pengeringan pada setiap produk. Dalam proses pembuatan sabun dan detergen, hal yang terpenting di lakukan ialah mencuci semua peralatan agar terhindar dari kotoran atau zat lain yang dapat mengakibatkan kontaminasi dan perubahan reaksi. Setelah pencucian , peralatan juga harus kering. Karena air dapat mengakibatkan bahan tidak dapat bereaksi dengan zat zat penunjang lain ya, sehingga bahan akan larut karena adanya air tersebut. Setelah bersih bahan yang berupa natrium karbonat, STTP, TSP, texafon bubuk, , di campurkan dan di aduk hingga tercampur merata. Jika ada bahan yang menggumpal maka harus di haluskan agar hasil dapat menjadi lembut. Setelah tercampur merata di tambahkan texafon gel , yang berguna untuk menghasilkan busa pada sabun dan mengangkat kotoran . Dan berlahan lahan di masukan calcium carbonat sebagai bahan filler, atau bahan yang di gunakan untuk memperbanyak volume. Untuk mengurangi kelembapan pada sabun tersebut, di lakukan pemanasan di dalam oven dengan waktu 1 jam. Setelah kering, produk sabun di beri pewangi. zat ini harus di lakukan di akhir proses agar tidak terjadi penguapan ketika pemanasan di oven. Penambahan zat ini harus sedikit, yaitu 2 hingga 3 tetes pipet. Jika terlalu banyak sabun yang di hasilkan akan menjadi lembab. Untuk memisahkan partikel yang halus dan kasar, di lakukan penyaringan kembali. Ketika partikel berukuran besar di dapat maka di haluskan dan di saring kembali, hal tersebut di lakukan secara berulang - ulang. Pada proses pembuatan detergen, di lakukan sama dengan pembuatan sabun. Tetapi bahan yang di gunakan ada yang sediit berbeda. Yaitu pada dettergen menggunakan bahan emal-10 yang berguna sebagai bahan aktif untuk meningkatkan daya bersih pada pengangkatan kotoran. Hal ini berperan sama dengan texafon gel yang di gunakan pada sabun. Tujuan pada sabun menggunakan texaon

14

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

sedangkan gel, sedangkan pada detergen menggunakan emal 10 . karena texafon gel dapat menghasilkan busa yang cukup banyak, sehingga daya bersihnya lebih rendah dari emal 10 yang mempunyai busa sedang. Dan untuk fillernya di gunakan sodium sulfat. Bahan yang berperan sebagai daya bersih jika di gunakan secara berlebihan akan mengakibakan efek, tangan akan panas bahakan dapat mengakibatkan iritasi. Pada percobaan ini pratikan mendapatkan dua produk sabun dan detergen yang belum sampai pada proses pengemasan, pengemasan yang di lakukan hanya dalam sementara. Dan hasil produk yang di dapatkan telah di uji kelarutanya, serta kualitas daya bersih dan busa.

VII.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil percobaan di dapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Semua deterjen termasuk sabun merupakan surfaktan, 2. Surfaktan dapat mengangkat kotoran dari berbagai media, baik pakaian 3. Setiap pembuatan sabun dan detergen di tambahkan bahan filler yang berguna untuk menaikan volume produk. 4. Bahan filler yang di gunakan merupakan bahan yang tidak dapat breaksi dengan bahan bahan lainya dan dapat larut di dalam air. 5. STTP yang di tambahakan pada sabun dan detergen berguna untuk mengurangi dampak negative dari limbah sabun , dengan adanya STTP limbah sabun mengurangi dampak terhadap tanaman. Karena STTP merupakan bahan yang dapa

menyuburkan tanaman. B. Saran Adapun saran yang dapat menunjang kesempurnaan sebagai berikut :

15

TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR )

2014

1. Sebaiknya peralatan sebelum di gunakan harus dalam keadaan bersih dari kotoran dan air. 2. Pada penggunaan zat penunjang dan adiktif di gunakan secukupnya, karena jika terlalu berlebih dapat mengakibatkan efek pada kulit. 3. Pada pencampuran bahan filler , masukan secara berlahan lahan , agar proses pencampuran dapat lebih mudah dan hasil yang di dapat lebih halus.

VIII. DAFTAR PUSTAKA 1. http://webkimia.blogspot.com/2010/10/apakah-yang-dimaksud-dengandeterjen.html 2. http://rinrinmiatri.blogspot.com/2012/02/makalah-detergent.html 3. Hanifah, khairiah. 2014. Penuntun pratikum praktek produksi 1.politeknik kampar

16

Anda mungkin juga menyukai