Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TERSTRUKTUR

PEMANFAATAN EKSTRAK RUMPUT LAUT SEBAGAI PAKAN UNTUK UDANG


PUTIH (LITOPENAEUS VANNAMEI) DAN ABALON (HALIOTIS SQUAMATA)

Pemanfaatan makroalga sebagai pakan alami diharapkan dapat meningkatkan


pertumbuhan dari hewan budidaya seperti udang putih (Litopenaeus vannamei) dan Abalon
(Haliotis squamata) yang merupakan kelompok moluska laut yang lebih dikenal sebagai kerang
mata tujuh atau siput lapar kenyang. Pengaruh jenis pakan rumput laut yang berbeda terhadap
pertumbuhan panjang maupun berat mutlak, laju pertumbuhan harian, kelulushidupan, rasio
konversi pakan dan kualitas air yang mendukung telah dianalisa dan diobservasi pada penelitian.
Litopenaeus vannamei merupakan hasil perikanan yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. FAO menyatakan bahwa hasil laut golongan udang-udangan memiliki potensi yang tinggi
dengan produksi mencapai lebih dari 9,5 juta ton / tahun. Hasil tersebut lebih dari setengahnya
merupakan hasil budidaya. Namun, budidaya perikanan memiliki resiko diantaranya adalah
timbulnya serangan penyakit, misalnya dari bakteri pathogen yang umum adalah Vibrio
alginolyticus, V. flufialis, V. vulfinicus, dan V. ordalii. Penyakit merupakan permasalahan utama
yang dihadapi dalam budidaya udang L. vannamei. Selama ini cara yang dilakukan dalam
mengendalikan penyakit adalah menggunaan bahan kimia seperti antibiotik. Pada kenyatannya
penggunaan bahan kimia dapat memberikan efek negatif terhadap lingkungan dan menyebabkan
resistensi patogen. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha pengendalian penyakit yang ramah
lingkungan (Sasmaya et al., 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi ekstrak G. verrucosa
pada pakan terhadap pertumbuhan udang (berat dan panjang), laju pertumbuhan spesifik,
kelulushidupan udang, rasio konversi pakan, dan populasi bakteri Vibrio. Penelitian menunjukan
bahwa rumput laut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai produk suplemen pakan
udang untuk meningkatkan produksi, yang mempunyai efek menyehatkan yaitu agar yang
merupakan substrat bagi pertumbuhan komunitas bakteri di dalam usus yang sejauh ini, baik
jenis bakteri dan pola fermentasinya di dalam usus belum diketahui sehingga rumput laut
berpotensi besar dalam memodulasi bakteri saluran pencernaan dan berpotensial untuk
1

dikembangkan sebagai suplemen pakan kesehatan (Sujaya, 2007 dalam Sasmaya et al., 2013).
Rumput Laut mengandung polisakarida sulfat yang tinggi, biopigmen dan mineral serta senyawa
bioaktif lainnya. Sakarida merupakan komponen essensial bagi semua organisme dan
mempunyai berbagai fungsi vital biologis diantaranya adalah sebagai antitumor, antiinflamasi,
antikoagulan, antikomplementer, imunologi, dan antivirus (Srivastava & Kulshresththa, 2000
dalam Sasmaya et al., 2013).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak G. verrucosa bermanfaat
sebagai suplemen pakan untuk meningkatkan pertumbuhan udang putih dan mengendalikan
populasi bakteri vibrio pada usus udang putih. Pada kondisi penelitian ini suplementasi ekstrak
rumput laut G. verrucosa pada konsentrasi 2% mampu meningkatkan pertumbuhan berat udang
sebesar 131,43% dan pertumbuhan panjang udang sebesar 32,50% dibandingkan kontrol selama
perlakuan 28 hari, serta mampu mengendalikan populasi bakteri vibrio yaitu menurunkan jumlah
total vibrio sebesar 78,18 % dibandingkan kontrol pada minggu ketiga (Sasmaya et al., 2013).
Selain kepada udang putih (Litopenaeus vannamei), penelitian pengaruh pakan rumput
laut terhadap hewan budidaya perikanan juga dilakukan pada salah satu jenis siput yang dapat
dijumpai di perairan Indonesia adalah abalon. Abalon merupakan kelompok moluska laut yang
lebih dikenal sebagai kerang mata tujuh atau siput lapar kenyang (Dharma, 1988 dalam
(Susanto, et al., 2010 dalam Nurfajie et al., 2014). Beberapa jenisnya merupakan komoditi
ekonomis. Daging abalon merupakan sumber makanan berprotein tinggi, rendah lemak, makanan
tambahan (food suplement) dan di Jepang dianggap mampu menyembuhkan penyakit ginjal.
Cangkang dari abalon juga memiliki nilai ekonomis yang tidak kalah tinggi dibandingkan
dagingnya (Suwignyo, 2005 dalam Nurfajie et al., 2014).. Hal yang juga menarik dari budidaya
abalon adalah bersifat low tropic level (larvanya memakan benthic diatom dan dewasanya
memakan rumput laut/makroalga) dengan demikian dapat dikatakan biaya produksinya relatif
murah. Konsekuensi logis dari pengembangan budidaya abalon adalah tersedianya benih dalam
jumlah dan kontinuitas yang memadai.
Penelitian tentang

pakan dari jenis rumput laut berbeda pada abalon

juga pernah

dilakukan oleh Bambang et al., (2010) dalam Nurfajie et al., (2014), dilaporkan hasil penelitian
tersebut bahwa pakan dari jenis rumput laut Gracilaria sp. adalah pakan yang terbaik untuk
abalon. Abalon termasuk hewan herbivora, sehingga dapat mengkonsumsi rumput laut sebagai
pakan. Jenis rumput laut yang dapat digunakan sebagai pakan abalon adalah Gracilaria sp.
2

maupun Ulva sp. Sedangkan berdasarkan penelitian Kuncoro (2013) dalam Nurfajie et al.,
(2014), Pemberian pakan buatan awabi dari jepang adalah yang terbaik untuk tingkat konsumsi
pakan, efisiensi pemanfaatan pakan, konversi pemberian pakan, petumbuhan biomassa, dan laju
pertumbuhan relatif pada benih abalon hybrid.
Tujuan dari peneltian ini jurnal Nurfajie et al., (2014) adalah untuk mengetahui pengaruh
jenis pakan rumput laut yang berbeda terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan FCR
abalon dan mengetahui jenis pakan rumput laut yang memberikan pertumbuhan, kelangsungan
hidup dan FCR abalon terbaik. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, yang dilakukan
perlakuan yaitu perlakuan A adalah Gracillaria verucosa sebagai pakan, Perlakuan B adalah
Eucheuma spinosum sebagai pakan, Perlakuan C adalah Ulva sp. sebagai pakan, dan Perlakuan
D adalah Gracillaria arcuata sebagai pakan selama 56 hari, menunjukkan bahwa perlakuan A
memberikan hasil terbaik dengan laju pertumbuhan harian terbaik (0.110.00 g/hari),
pertumbuhan bobot mutlak (6,360.09 g), pertumbuhan panjang mutlak (0,500,02 cm), FCR
(25,541,47) dan kelulushidupan (98,332,89%). Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa jenis pakan rumput laut yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05), terhadap
pertumbuhan, dan FCR abalon.rumput laut jenis Gracilaria verucosa adalah jenis yang terbaik
untuk nilai konversi pakan, laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan mutlak pada abalon
(H. squamata).

Anda mungkin juga menyukai