Anda di halaman 1dari 19

ACARA II

KIMIA LIPIDA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mempelajari identifikasi senyawa dengan menggunakan greasespot test (tes
noda lemak).
b. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan
penyabunan.
c. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan asam.
d. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan peroksida.
2. Waktu Praktikum
Kamis, 23 Oktober 2014
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Lemak dan minyak merupakan makronutrien penting yang menempati urutan kedua
setelah HA sebagai bahan bakar untuk memberikan energi kepada sel-sel tubuh. Lemak
mempunyai fungsi lain yang tidak dimiliki oleh HA seperti pembentukan komponen
membran vitamin larut lemak. Berdasarkan bentuknya, lemak dibedakan dengan minyak
yaitu lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair. Lemak atau minyak yang
terdapat didalam tubuh disebut pula lipid. Lemak yang ada dalam makanan maupun
tubuh dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama yaitu trigliserida, kolesterol dan
fosfolipid. Asam lemak dapat dibedakan pula antara asam lemak jenuh dan tidak jenuh.
Keduanya dibedakan berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap antara dua atom
karbonnya dalam rumus bangunnya. Minyak nabati seperti minyak zaitun, kanola dan
kacang lebih banyak mengandung asam lemak omega-9 atau asam oleat sementara
minyak kelapa mengandung lebih banyak asam lemak jenuh atau asam palmitat. Karena
itu, dua jenis minyak yang disebutkan terakhir ini sering digolongkan kedalam jenis
minyak jenuh kendati minyak sawit sendiri dengan pemrosesan dalam industri sudah
terolah menjadi jenis minyak yang mengandung cukup banyak asam lemak tak jenuh
(Hartono, 2006 : 28).
Yang dimaksud dengan lemak disini adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol.
Gliserol adalah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. jadi tiap atom
karbon mempunyai gugus OH. Suatu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga
molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau

trigliserida. Lemak pada hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,
sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai
titik lebur tinggi mengandung asam lemak cair atau yang biasa disebut minyak
mengandung asam lemak tak jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan
asam lemak yang berbeda-beda. Untuk menentukan derajat ketidak jenuhan asam lemak
yang terkandung didalamnya diukur dengan bilangan iodium (Poedjiadi, 2012 : 59).
Asam lemak adalah asam organic berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari
4-24, asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang
panjang yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut di dalam air dan
tampak berminyak atau berlemak. Asam lemak terdapat secara bebas atau berbentuk
tunggal di dalam sel atau jaringan. Tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara
kovalen pada berbagai kelas lipida yang berbeda; asam lemak dapat dibebaskan dari
ikatan ini oleh hidrolisis kimia atau enzimatis (Lehninger, 2008 : 341).
Lipid adalah jenis senyawa organik yang bersifat nonpolar. Karena nonpolar, lipid
tidak larut dalam pelarut polar, seperti air atau alcohol, tetapi larut dalam pelarut
nonpolar, seperti eter atau kloroform. Oleh sebab itu pada penelitian ini digunakan solven
kloroform yang dapat melarutkan lipid dan keberadaan methanol sebagai solven polar
digunakan untuk mengikat air. Semakin banyak solven nonpolar yang ditambahkan maka
luas permukaan kontak antara molekul-molekul solute dan solven makin besar pula
sehingga molekul-molekul solute lebih mudah larut dalam solven. Setelah perbandingan
solven 2 : 3 kenaikan ekstrak lipid tidak terlalu signifikan dan relative stabil dan dapat
dikatakan bahwa kemampuan solven untuk melarutkan solute sudah berkurang sehingga
dengan penambahan solven lebih besar tidak efektif lagi (Wijanarko, 2012).
Asam lemak bebas adalah nilai yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang ada
di dalam lemak atau jumlah yang menunjukkan berapa banyak asam lemak bebas yang
terdapat dalam lemak setelah lemak tersebut dihidrolisa. Tujuan analisa kadar asam
lemak bebas (dalam bidang industry sabun) adalah mengukur seberapa besar banyaknya
asam lemak bebas yang terdapat dalam sabunsehingga kita dapat menentukan apakah
produk sabun yang terbentuk sesuai dengan SNI 06-2878-1992 dimana kadar asam lemak
bebas dalam produk harus <2,5% (Ningrum, 2013).
Makin kecil kadar air dalam minyak maka mutunya akan semakin baik pula karena
akan memperkecil terjadinya hidrolisis yang dapat menyebabkan kenaikan kadar asam
lemak bebas, kandungan air dalam bahan bakar dapat juga menyebabkan turunnya panas
pembakaran, berbusa dan bersifat korosif jika bereaksi dengan sulfur karena akan
membentuk asam (Syamsidar, 2013).

Salah satu metode senyawa organik adalah refluks, metode ini digunakkan apabila
dalam sintesis tersebut digunakkan pelarut yang volatil. Pada kondisi ini jika dilakukan
pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada
suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah
reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung (Khopkar, 2008: 241).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-Alat Praktikum
a. Buret 25 mL
b. Erlenmeyer 250 mL
c. Corong kaca 60 mm
d. Gelas ukur 50 ml
e. Gelas ukur 100 ml
f. Gelas kimia 250 ml
g. Gelas kimia 600 ml
h. Pipet volume 25 ml
i. Pipet volume 2 ml
j. Gelas arloji
k. Neraca analitik
l. Pipet tetes
m. Kondensor liebig
n. Selang keluar
o. Selang masuk
p. Magnetic stirrer
q. Sumbat
r. Thermometer 1000C
s. Spatula
t. Tiang statif
u. Hot plate
v. Kertas saring
w. Rubber bulb

2. Bahan bahan Praktikum


a. Aquadest
b. Etanol 95%
c. Eter
d. Larutan asam asetat glacial-kloroform (3:2)
e. Larutan HCl 0,5 N
f. Larutan indicator amilum
g. Larutan indicator fenolftalein
h. Larutan KI jenuh
i. Larutan KOH 0,5 N
j. Larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
k. Minyak goreng baru
l. Minyak goreng bekas pakai
m. Es batu
D. SKEMA KERJA
1. Tes noda lemak (Grease spot test)
Minyak goreng baru dan bekas pakai

+ sedikit eter
Dikocok
Dituang ke dalam gelas arloji
Diuapkan eternya
Diusapkan gelas arloji dengan kertas saring

Hasil
2. Penentuan Bilangan Penyabunan
4 gram minyak goreng baru dan bekas pakai

Dimasukka ke dalam Erlenmeyer


+ 50 ml KOH
Erlenmeyer dihubungkan dengan pendigin
tegak.
Minyak didihkan dengan penangas sampai
semua minyak tersabunkan.

Larutan sabun yang bebas dari butiran lemak

Didinginkan
+ indicator PP
Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5 M

Hasil
3. Penentuan Bilangan Peroksida
0,5 gr minyak goreng
(baru dan bekas pakai)

Dimasukkan kedalam erlenmeyer


+ 30 mL asama setat glasial : kloroform
(3:2)
Digoyangkan sampai bahan terlarut
sempurna

Bahan terlarut sempurna

+0,5 mL larutan KI jenuh


Didiamkan selama 20 menit, sesekali
digoyangkan.
+ 30 mL aquades

Hasil

+0,5 mL indicator amilum


Dititrasi dengan Na2S2O30,1 N sampai
jenuh

Hasil
4. Penentuan Bilangan Asam
20 gr minyak goreng
(baru dan bekas pakai)

Dimasukkan kedalam erlenmeyer


+ 50 mL etanol 95%
Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak
hingga mendidih dan digojog kuat untuk
melarutkan asam lemak bebasnya

Hasil

Didinginkan
+ indikator PP
Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,5 N

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Grease Spot Test (Tes Noda Lemak)
Hasil Pengamatan

Langkah Kerja

Minyak Baru

Minyak goreng + eter,

Minyak Bekas Pakai

Ketika ditambah dietil eter,

Ketika ditambah dietil eter,

dituang dalam gelas

minyak larut (bercampur),

minyak larut, dan lemak

arloji dan diuapkan

dan

yang terbentuk lebih banyak

eternya.

dipermukaannya.
Warnanya keruh kekuningan

ada

lemak

daripada minyak baru.


Warnanya lebih kuning dari
minyak baru

.
Diusap

kaca

arloji

dengan kertas saring

Terlihat

noda

berwarna

kuning keruh.

Terlihat

noda

berwarna

kuning tua.

2. Penentuan Bilangan Penyabunan


Langkah kerja

4 gr minyak + 50 ml KOH
0,5 N dalam etanol
dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.

Hasil Pengamatan
Minyak Baru

Minyak Bekas Pakai

Tidak larut,

Tidak larut,

terbentuk 2 fase

terbentuk 2 fase

Erlenmeyer dihubungkan dengan


pendingin tegak dan dididihkan.

Didinginkan, + indikator PP

Minyak goreng

Minyak goreng

larut, berwarna

larut, berwarna

putih susu (keruh).

putih kekuningan.

Warna larutan:

Warna larutan:

merah muda

merah muda

bening
Volume titran =

Dititrasi dengan HCl 0,5 N

14,5 mL

bening
Volume titran=
10 mL

(Untuk blanko, volume titran = 24,8 mL).


3. Penentuan Bilangan Peroksida
Hasil Pengamatan

Langkah Kerja
minyak goreng + campuran
CH3COOH

glasial

Minyak Baru

Minyak Bekas Pakai

Larut, bening .

Agak kekuningan

dan

CHCl3 (3:2 V/V), dikocok

+ 0,5 ml KI jenuh, didiamkan

20

menit,

sesekali

Larutan

berwarna

kuning.

berwarna

kuning, namun lebih

digoyangkan.
.
+ 30 ml aquades.

Larutan
muda

Aquades

jadi

kekuningan

keruh
seperti

Aquades
kekuningan

jadi
lebih

berminyak dan tidak

keruh, tidak menyatu

bercampur

dan berminyak.

+ indikator amilum.

gelap

Larutan gelap bening

Dititrasi terpisah fase

Dititrasi terpisah fase

Larutan

lebih

(bening)

Dititrasi

dengan

Na2S2O3 0,1 N

atas

(bening),

fase

bawah (bening)
Volume titran = 0,5 ml

atas

(bening),

fase

bawah (keruh)
Volume titran = 0,6

ml

4. Penentuan bilangan asam


Hasil Pengamatan

Langkah Kerja
20

gr

minyak

Minyak Baru
goreng,

dimasukkan
erlenmeyer,

dalam
+

50

Berwarna

Minyak Bekas Pakai


putih,

seperti larut dan

mL

Warna

larutan:

putih kekuningan.

terdapat

etanol 95%, dikocok.

gelembunggelembung kecil

Erlenmeyer

ditutup

terbentuk 2 fase.

pendingin

Fase

tegak,

direfluks,

bening, fase atas:

bening, fase atas:

agak kuning

agak keruh.

Didinginkan, + indikator PP.

Didinginkan

putih susu
+
PP

terbentuk 2 fase.

dengan

dikocok denan keras.

bawah

Fase

bawah

didinginkan : agak
kecoklatan

tidak

(keruh).

berubah
Dititrasi dengan KOH 0,5 N

Merah

keputihan.
.V titran = 0,5 mL

muda

Merah

keputihan
V titran = 0,5 mL

muda

F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
KOH(aq)

HCl(aq) KCl(aq) + H2O(l)

Asam lemak + etanol larut


a. Grease Spot Test
CH 2OH
CHOH

CH 2OH

b. Bilangan Penyabunan

c. Bilangan Asam

Pada saat titrasi:

d. Bilangan Peroksida

eter

Larut

Minyak + kloroform + asam asetat galsial larut

2I- + ROOH + H2O I2 + ROH + 2OH


3

I + amilum kompleks I amilum (ungu)


2
3

I2 + 2S2O

2
6

2I + 3S4O

2. Perhitungan
a. Bilangan penyabunan
1) Penentuan bilangan penyabunan

Minyak baru
Dik:

Dit:

V titrasi blanko

= 24,8 mL

V titrasi sampel

= 14,5 mL

Berat minyak

= 4 gr

Bilangan penyabunan = ...?

Jawab:
Bilangan penyabunan

( V titrasi blankoV titrasi sampel ) 28,5


berat minyak
=

( 24,814,5 ) 28,5
4

= 73,3875 ml/gram

Minyak bekas pakai


Dik:

Dit:
Jawab:

V titrasi blanko

= 24,8 mL

V titrasi sampel

= 10 mL

Berat minyak

= 4 gr

Bilangan penyabunan = ...?

Bilangan penyabunan

( V titrasi blankoV titrasi sampel ) 28,5


beratminyak
( 24,810 ) 28,5
4

= 105,45 ml/gram
2) Penentuan bilangan asam

Minyak baru
Dik:

Dit:

VKOH

= 0,5 mL

NKOH

= 0,5 N

Berat minyak

= 20 gr

Bilangan asam

= ...?

Bilangan asam

mL KOH N KOH 56,1


berat minyak

0,5 0,5 56,1


20

Jawab:

= 0,70125 ml/gram

Minyak bekas pakai


Dik:

Dit:

VKOH

= 0,5 mL

NKOH

= 0,5 N

Berat minyak

= 20 gr

Bilangan asam

= ...?

Bilangan asam

mL KOH N KOH 56,1


berat minyak

0,5 0,5 56,1


20

Jawab:

= 0,70125 ml/gram
3) Penentuan Bilangan Peroksida

Minyak baru
Dik:

Dit:

Vtitrasi Na2S2O3

= 0,5 mL

N Na2S2O3

= 0,1 N

Berat minyak

= 0,5 gr

Bilangan peroksida

= ...?

Jawab:
Bilangan peroksida =

V titrasi N Na 2 S 2 O3 1000
berat minyak
0,5 mL 0,1 N 1000
0,5 gram

= 100

Minyak bekas pakai


Dik:

Dit:

Vtitrasi Na2S2O3

= 0,6 mL

N Na2S2O3

= 0,1 N

Berat minyak

= 0,5 gr

Bilangan peroksida

= ...?

Jawab:
Bilangan peroksida =

V titrasi N Na 2 S 2 O3 1000
berat minyak
0,6 mL 0,1 N 1000
0,5 gram

= 120
4) Bilangan ester
Minyak baru
Dik:

Bilangan penyabunan = 73,3875

Dit:

Bilangan asam

= 0,70125

Bilangan ester

= ?

Jawab:
Bilangan ester = bilangan penyabunan bilangan asam
= 73,3875 0,70125
= 72,68625 ml/gram

Minyak bekas pakai

Dik:
Dit:

Bilangan penyabunan = 105,45


Bilangan asam

= 0,70125

Bilangan ester

= ?

Jawab:
Bilanganester = bilangan penyabunan bilangan asam
= 105,45 0,70125
= 104,74875 ml/gram
G. PEMBAHASAN
Lipid merupakan salah satu senyawa organik yang terkandung dalam tumbuhan,
hewan, dan manusia yang sangat berguna bagi kehidupan. Lipid memiliki sifat kimia dan
fungsi biologi yang berbeda-beda. Lipid dikenal oleh masyarakat awam sebagai minyak
(organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan lilin. Istilah "lipid"
mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofob yang
esensial dalam menyusun struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena nonpolar,
lipida tidak larut dalam pelarut polar, seperti air atau alkohol, tetapi larut dalam pelarut
nonpolar, seperti eter atau kloroform. Bardasarkan molekulnya, lipid dibagi tiga, yaitu
lipid sederhana, lipid gabungan, dan steroid. Lipid sederhana adalah ester asam lemak
dengan gliserol yang disebut trigliserida. Sifat fisika trigliserida tergantung pada jenis
asam lemaknya. Bila asam lemaknya jenuh, maka trigliserida berwujud padat dan disebut
lemak. Tetapi bila asam lemaknya tak jenuh, maka trigliseridanya berwujud cair yang
disebut minyak. Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan karbohidrat dan protein. Lemak dan minyak juga berfungsi sebagai sumber
dan pelarut bagi virtamin-vitamin A,D,E dan K.
Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari identifikasi senyawa dengan
menggunakan grease spot test (tes noda lemak), mempelajari identifikasi kualitas minyak
melalui penentuan bilangan penyabunan, dan mempelajari identifikasi kualitas minyak
melalui penentuan bilangan asam, serta mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui
penentuan bilangan peroksida.
Dalam percobaan ini, dilakukan analisis lipida baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Analisis kualitatif lipida terdiri dari pengujian tes noda lemak (Grease spot
test). Sedangkan analisis kuantitatif lipida meliputi penentuan bilangan penyabunan,
bilangan asam, dan bilangan peroksida.Dimana media yang digunakan adalah minyak

yang terdiri dari dua jenis yaitu minyak curah dan minyak jelantah. Minyak curah adalah
minyak goreng baru dan minyak jelantah adalah minyak goreng bekas. Penggunaan
minyak goreng secara kontinu dan berulang- ulang pada suhu tinggi (160-180 0C) disertai
adanya kontak dengan udara dan air pada proses penggorengan akan mengakibatkan
terjadinya reaksi degradasi yang kompleks dalam minyak dan menghasilkan berbagai
senyawa hasil reaksi. Minyak goreng juga mengalami perubahan warna dari kuning
menjadi warna gelap. Oleh karena itu, minyak jelantah yang digunakan berwarna
kecoklatan. Adanya perubahan warna ini menurunkan kadar kualitas minyak. Untuk
mengidentifikasi kualitas minyak dapat dilakukan dengan menguji sifat fisik dan
kimianya antara lain indeks bias, viskositas, berat jenis, bilangan penyabunan, bilangan
asam, bilangan iod, dan bilangan peroksida.
Percobaan pertama yaitu menganalisis senyawa lipida dengan metode grease spot
test (tes noda lemak). Pada grases spot test (tes noda lemak ) disini menggunakan minyak
yaitu dalam proses hidrogenasi yaitu bertujuan untuk menjernihkan ikatan rantai karbon
atau lemak pada minyak. Untuk menjernihkannya atau agar larut dalam larutan minyak
ditambahkan eter, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut eter karena lemak dan
minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut, sehingga dihasilkan
minyak baru dan minyak bekas mengandung lemak. Hal ini menunjukkan bahwa minyak
bersifat non polar, sesuai dengan pernyataan like dissolve like bahwa suatu larutan yang
bersifat polar akan larut dalam larutan yang polar begitu pula larutan yang non polar akan
larut dalam larutan non polar. Penggunaan eter dalam uji ini adalah untuk melarutkan zatzat selain lemak yang terkandung dalam zat yang akan diselidiki pada praktikum. Zat-zat
selain lemak tersebut akan menguap secara cepat bersama eter. Zat-zat tersebut perlu
dihilangkan agar tidak mengganggu jalannya reaksi. Maka dari itu, dilakukan penguapan
eter dengan cara meletakkan minyak tersebut di gelas arloji untuk memperbesar area
penguapan, sehingga eter dapat menguap dengan lebih cepat.
Langkah selanjutnya yaitu diusapkan kertas saring pada sedikit minyak yang
eternya sudah teruapkan. Kertas saring terbuat dari serat selulosa yang mampu membentuk
pori-pori yang sangat kecil sehingga cukup sukar ditembus cahaya. Tetapi bila selulosa
berikatan dengan partikel lemak, pori-pori tersebut akan meregang sehingga kertas menjadi
lebih mudah ditembus cahaya dan tampak transparan. Hasilnya diperoleh pada minyak
baru tampak noda berwarna kuning keruh sedangkan pada minyak bekas nodanya
berwarna kuning tua, dan keduanya menghasilkan kertas saring yang tampak transparan.

Hal ini menandakan bahwa minyak tersebut mengandung gliserol yang merupakan hasil
hidrolisa dari minyak. Pada minyak bekas terdapatnya gliserol dikarenakan minyak bekas
telah dilakukan pemanasan sehingga trigeliseridanya berkurang dengan kadar gliserol dan
asam lemaknya bertambah. Pada minyak baru, adanya gliserol disebabkan oleh adanya air
dalam minyak, walaupun dalam jumlah yang sedikit dan dapat menghidrolisa minyak
menjadi gliserol dan asam lemak. Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan
minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa air dapat menurunkan kualitas minyak, karena air pada
minyak dapat dijadikan media bagi mikroorganisme untuk tumbuh.
Percobaan selanjutnya mengenai analisis kuantitatif lipida. Analisis pertama
adalah identifikasi kualitas minyak dengan penentuan bilangan penyabunan. Bilangan
penyabunan merupakan jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1
gram lemak/minyak. Bilangan ini menyatakan indeks berat molekul suatu minyak. Jika
asam lemak yang terdapat dalam minyak mempunyai berat molekul yang rendah (rantai
pendek) maka jumlah gliseraldehida (bilangan penyabunan) semakin banyak. Hal ini
menyebabkan bilangan penyabunan meningkat. Adanya sedikit kandungan asam lemak dan
moisture dalam minyak menyebabkan terbentuknya sabun, menurunnya yield ester dan
mempersulit pemisahan ester dan gliserol. Kehadiran asam lemak dalam minyak juga
mengkonsumsi katalis basa. Bilangan penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan
minyak secara kasar. Dalam percobaan ini digunakan KOH dalam alkohol, maka KOH
akan bereaksi dengan trigliserida yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul
minyak, yang penentuannya dilakukan dengan cara merefluks dengan larutan KOH alkohol
sampai mendidih/sampai larutan tersebut tersabunkan (gliserolnya teroksidasi dan
terkonjugasi). KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa dan
mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun, dimana KOH akan
memutuskan ikatan lemak menjadi suatu gliserol dan garam dari asam-asam lemaknya.
Terbentuknya endapan menandakan bahwa proses refluks yang dilakukan berhasil.
Perlakuan dalam menentukan bilangan penyabunan pada minyak baru dan minyak
bekas ini sama. Pada minyak baru setelah ditambahkan KOH terlihat larut dan berwarna
seperti putih susu (keruh) sementara minyak bekas berwarna putih kekuningan.
Selanjutnya dilakukan proses pemanasan karena reaksi ini tergolong sangat lambat, maka
perlu dipercepat dengan proses pemanasan. Dalam proses pemanasan ini, erlenmeyer
dihubungkan dengan alat refluks agar pelarutnya (KOH) tidak menguap karena

pemanasan, sehingga uap dari pelarutnya akan terkondensasi dan kembali ke dalam
erlenmeyer. Dengan demikian reaksi ini dapat terjadi tanpa pengurangan pelarutnya.
Setelah larutan direfluks (terbebas dari lemak), selanjutnya larutan didinginkan dan
ditambahkan

beberapa tetes larutan indikator PP (fenolftalein). Warna kedua minyak

setelah penambahan indikator PP yaitu berwarna merah muda keputhan untuk kedua jenis
minyak. Kedua larutan kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5 N. Pada minyak
baru, diperlukan volume HCl untuk titrasi sebesar 14,5 mL sedangkan volume titrasi untuk
minyak bekas sebesar 10 ml. Sementara itu volume titrasi untuk blanko diperoleh sebesar
24,8 mL. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil bilangan penyabunan untuk
minyak baru dan minyak bekas masing-masing yaitu 73,3875 dan 105,45. Terlihat dari
hasil tersebut bahwa bilangan penyabunan pada minyak bekas lebih tinggi daripada
bilangan penyabunan pada minyak baru. Hasil ini sesuai dengan teori yang menjelaskan
bahwa bilangan penyabunan pada minyak bekas lebih tinggi daripada minyak baru.
Analisis

selanjutnya

adalah

penentuan

bilangan

asam.

Bilangan

asam

menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak yang dinyatakan dengan mg
basa (KOH) per 1 gram minyak. Bilangan asam merupakan parameter penting untuk
penentuan kualitas minyak, dan bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas
yang ada dalam minyak akibat adanya reaksi hidrolisis dari reaksi kimia dan pemanasan.
Untuk menentukan bilangan asam, dilakukan penambahan etanol 95% yang kemudian
dititrasi menggunakan KOH yang ditambahkan dengan indikator pp. Penggunaan etanol ini
bertujuan agar minyak dapat bereaksi dengan titrannya nanti yang bersifat basa, dalam hal
ini KOH. Larutan yang bercampur dengan etanol harus dikocok kuat-kuat dan dipanaskan
agar semua lemak dapat terdistribusi ke dalam pelarut etanol. Pemanasan dilakukan dengan
menggunakan pemanas listrik dan alat refluks seperti pada percobaan penentuan bilangan
penyabunan. Dari hasil praktikum ini diperoleh bilangan asam untuk minyak baru 0,70125
dan untuk minyak bekas 0,70125. Semakin tinggi bilangan asamnya maka akan semakin
banyak minyak yang sudah terhidrolisis. Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah
menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak
tersebut. Sehingga diperkirakan karena bilangan asam diantara kedua jenis minyak tersebut
kecil, diperkirakan tidak terjadinya hidrolisis diantara kedua jenis minyak tersebut,
sehingga dengan bilangan asam yang relatif kecil dapat dikatakan bahwa minyak tersebut
masih bagus karena belum terhidrolisis.

Analisis terakhir adalah penentuan bilangan peroksida. Bilangan peroksida


merupakan jumlah peroksida dalam setiap 1000 gr (1Kg) minyak dimana bilangan
peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan lemak atau minyak. Bilangan peroksida
merupakan indikasi adanya kegiatan oksidasi pada minyak. Proses oksidasi pada minyak
terjadi pada asam-asam lemak tidak jenuh sehingga terbentuk senyawa peroksida yang
merupakan bahan pengoksidasi. Persenyawaan peroksida tersebut menyebabkan oksidasi
tetap berlanjut dan meningkatnya bilangan peroksida. Asam lemak bebas dihasilkan dari
perubahan senyawa peroksida yang barasal dari proses oksidasi (akibat interaksi minyak
dengan oksigen) dan proses hidrolisis (akibat keberadaan air dalam minyak). Semakin
besar nialai asam lemak bebas, maka minyak tersebut kurang baik untuk dikonsumsi
karena berpotensi menjadi karsinogenik. Untuk menentukan bilangan peroksida pada
praktikum ini digunakan kloroform asam asetat glasial (2:3 v) yang ditambahkan pada
minyak, pada saat dilarutkan kedalam larutan kloroform asam asetat glasial minyak
berbau tengik atau amis ini menandakan terbentuknya trimetil-amin dari lecithin.
Pada masing-masing minyak (minyak baru dan mnyak bekas) ditambahkan
pelarut kloroform dan asam asetat glasial dengan perbandingan volume 2:3 dan dikocok
dan ditambah KI. Setelah diamati diperoleh pada minyak baru menghasilkan larutan
bening kuning sedangkan pada minyak bekas terbentuk larutan bening kekuningan. Setelah
itu, kedua minyak tersebut ditambahkan aquades, dimana pada minyak baru berwarna
kuning keruh sedangkan pada minyak bekas berwarna kuning lebih keruh. Proses
selanjutnya, kedua larutan minyak tersebut ditambahkan indicator amilum (kedua minyak
berwarna bening gelap) dan dititrasi dengan Na2S2O3. Larutan amilum digunakan sebagai
indicator dalam proses titrasi dengan menggunakan natrium tiosulfat sebagai titrannya.
Iodine-amilum bertindak sebagai suatu tes yang sensitive untuk iodine dan iodine akan
mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat.
Berdasarkan hasil pengukuran, volume titrasi untuk minyak baru 0,5 mL dan
volume titrasi untuk minyak bekas 0,6 mL. Dari hasil volume titrasi ini, maka dapat
diperoleh bilangan peroksida untuk minyak baru dan minyak bekas masing-masing sebesar
100 dan 120. Hasil ini menunjukkan bahwa bilangan peroksida untuk minyak bekas cukup
tinggi yang berarti kerusakannya tinggi. Sebab minyak bekas telah mengalami pemanasan
yang menyebabkan oksidasi asam lemak tak jenuh menjadi gugus peroksida monosiklik.
Jadi, nilai bilangan peroksida yang cukup tinggi pada minyak bekas menunjukkan bahwa
minyak bekas tak layak digunakan lagi.

Dari hasil bilangan penyabunan dan bilangan asam, maka bilangan ester dapat
ditentukan. Bilangan ester dapat dihitung dari selisih antara bilangan penyabunan dengan
bilangan asam. Bilangan ester menunjukkan jumlah asam organik yang bersenyawa dengan
ester. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bilangan ester untuk minyak baru dan
minyak bekas masing-maing sebesar 72,68625 dan 104,74875.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tes noda lemak (Grease spot test) dapat digunakan untuk menetukan
tes noda suatu lemak atau minyak yang menyebabkan kertas menjadi
transparan membuktikan adanya lemak dalam miyak.
2. Bilangan Penyabunan didefinisikan sbagai jumah KOH (mg) yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak bebas dan asam lemak hasil hidrolisis dalam 1 gram zat.
Bilangan Penyabunan yang diperoleh yaitu sebesar 73,3875 minyak untuk minyak
baru, dan untuk minyak bekas 105,45. Dalam penetapan bilangan penyabunan larutan
alkali yang digunakan yaitu KOH.
3. Bilangan asam merupakan jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan
asam lemak bebas dalam 1 gram zat. Diperoleh bilangan asam minyak baru dan
mnyak bekas sebesar 0,70125. karena bilangan asam diantara kedua jenis minyak
tersebut kecil, diperkirakan tidak terjadinya hidrolisis diantara kedua jenis minyak
tersebut, sehingga dengan bilangan asam yang relatif kecil dapat dikatakan bahwa
minyak tersebut masih bagus karena belum terhidrolisis.
4. Bilangan peroksida merupakan jumlah peroksida dalam setiap 1000 gr (1Kg) minyak
dimana bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan lemak atau minyak.
Bilangan peroksida merupakan indikasi adanya kegiatan oksidasi pada minyak.
Bilangn peroksida yang diperoleh untuk minyak baru sebesar 100 dan minyak bekas
120. Nilai bilangan peroksida yang cukup tinggi pada minyak bekas menunjukkan
bahwa minyak bekas tak layak digunakan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Andry.2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Lehninger, Albert L. 2008. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Ningrum, Naliwati Prastiya. 2013. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan
Abu Kulit Buah Kapuk Randu (Soda Qie) sebagai Bahan Pembuatan
Sabun

Mandi

Organic

Berbasis

Teknologi

Ramah

Lingkungan.

Semarang : Diponegoro.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Suprayanti. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Syamsidar. 2013. Pembuatan dan Uji Kualitas Biodiesel dari Minyak Jelantah. Makassar.
UIN Alauddin Makassar.
Wijanarko, bambang. 2012. Ekstraksi Lipid dari Mikroalga (Nanochloropsis
Sp.)

dengan

Diponegoro.

Solven

Methanol

dan

Chloroform.

Semarang

Anda mungkin juga menyukai