Anda di halaman 1dari 16

ACARA II

PENETAPAN KADAR KOLESTEROL

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar kolesterol total.4
2. Hari, Tanggal Praktikum
Senin, 6 April 2015
3. Tempat Praktikum
Lantai II dan III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam,, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Steroid adalah lipid terpenoid yang dicirikan dengan empat ring karbon yang menyatu
satu sama lain (four fusedbrng) yang setiap ringnya tersusun dengan pola 6-6-6-5. Pola
ring tersebut sering disimpulkan dengan huruf A,B,C,D. seroid kaya akan gugus fungsi
yang terikat pada ring-ring tersebut. Ratusan steroid yang mempunyai peranan penting
yang diketemukan pada tumbuhan, hewan, manusia, dan jamur. Semua steroid dibuat di
dalam sel dari sterol lanosterol (pada hewan, manusia dan jamur) atau sterol sikloarteol
(tumbuhan) kedua steroid tersebut diturunkan dari triterpenoid dan skualen (Sudarma,
2014 : 69-70).
Kolesterol adalah lemak yang terutama diproduksi dalam hati yang didapat dari
makanan, penting untuk menjaga fungsi tubuh supaya tetap baik seperti fungsi hormon
dan berperanan penting pada produksi asam empedu. Produksi akan meningkat jika
terdapat kandungan lemak yang banyak. Jumlah kolesterol dalam tubuh haruslah
seimbang dengan kebutuhan. Jika jumlah kolesterol melebihi kebutuhan, kolesterol LDL
(Low-Density Lipoprotein) maka akan timbul penyakit,contoh penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah. Kolesterol membentuk bekuan dan plak yang menyumbat arteri
dan akhirnya memutusksn aliran darah ke jantung (menyebabkan serangan jantung) dan
ke otak (menyebabkan stroke) (Poedjadi, 2007 : 74).
Menurut hipotesis lipid : kadar kolesterol abnormal (hiperkolesterolemia) yaitu,
konsentrasi yang lebih tinggi dari LDL dan konsentrasi yang lebih rendah HDL fungsional
yang berkaitan erat dengan penyakit jantung karena mempromosikan pembangunan
ateroma pada arteri (aterosklerosis). Proses penyakit menyebabkan infark miokard
(serangan jantung), stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Karena darah yang lebih
tinggi LDL, terutama LDL konsentrasi yang lebih tinggi dan lebih kecil ukuran partikel

LDL partikel, menyumbang proses ini lebih dari kadar kolesterol LDL partikel, partikel
LDL sering disebut "kolesterol jahat" karena mereka telah dikaitkan dengan pembentukan
ateroma . Di sisi lain, konsentrasi tinggi HDL fungsional, yang dapat menghilangkan
kolesterol dari sel dan ateroma (Wilbraham, 1992 : 112).
Pada tubuh manusia kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal
bagian luar dan jaringan syaraf. Mula-mula kolesterol diisolasi dari batu empedu karena
kolesterol ini merupakan komponen utama batu empedu tersebut. Kolesterol dapat larut
dalam pelarut lemak misalnya eter, kloroform, benzena dan alcohol panas. Apabila
terdapat dalam konsentrasi tinggi kolesterol mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak
berwarna, tidak terasa, tidak berbau dan mempunyai titik lebur 150o-151oC. Endapan
kolesterol apabila terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah karena dinding pembuluh darah menjadi lebih tebal. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya kelenturan pembuluh darah sehingga aliran darah terganggu
dan untuk mengatasi gangguan ini jantung harus mempompa darah lebih keras
(Muharrami, 2011).
Uji Pitosterol dilakukan dengan metode Liebermann Burchard-itu, yaitu ekstrak (2
mg) dilarutkan dalam 2 ml anhidrida asetat, dipanaskan sampai mendidih, didinginkan dan
kemudian ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat di sepanjang dinding tabung reaksi. Sebuah
formasi cincin cokelat di tengah dan lapisan atas berwarna hijau tua menyatakan tes psotif
adanya pitosterol (Nair, 2013).
Uji fitokimia dilakukan sebagai berikut. Identifikasi awal adanya senyawa forbol
ester dalam ekstrak bungkil jarak pagar dilakukan dengan cara uji adanya senyawa
terpenoid

dengan menggunakan

pereaksi Liebermann-Burchard.

Larutan

coklat

kekuningan hasil ekstraksi bungkil biji jarak pagar direaksikan dengan beberapa tetes
anhidrida asam asetat dan satu tetes asam sulfat pekat. Hasil uji fitokimia ini menunjukkan
bahwa dalam ekstrak bungkil jarak pagar terdapat senyawa terpenoid yang diduga forbol
ester, ditandai terbentuknya warna merah-ungu bila direaksikan dengan reagen
Liebermann-Burchard. Ekstrak bungkil biji jarak pagar positif mengandung senyawa
terpenoid yang ditandai dengan terbentuknya warna merah keunguan. Reaksi senyawa
terpenoid dengan pereaksi Liebermann-Burchard menghasilkan warna merah-ungu.
Prinsip reaksi dalam mekanisme reaksi uji terpenoid adalah kondensasi atau pelepasan
H2O dan penggabungan dengan karbokation. Reaksi ini diawali dengan proses asetilasi
gugus hidroksil menggunakan asam asetat anhidrida. Gugus asetil yang merupakan gugus
pergi yang baik akan lepas, sehingga terbentuk ikatan rangkap. Selanjutnya terjadi
pelepasan gugus hidrogen beserta elektronnya, mengakibatkan ikatan rangkap berpindah.

Senyawa ini mengalami resonansi yang bertindak sebagai elektroil atau karbokation.
Serangan karbokation menyebabkan adisi elektroilik, diikuti pelepasan hidrogen.
Kemudian gugus hidrogen beserta elektronnya dilepas, akibatnya senyawa mengalami
perpanjangan konjugasi yang memperlihatkan munculnya warna merah-ungu (Siadi,
2012).
Kadar kolesterol ditetapkan dengan menggunakan reagen Liebermann Burchard.
Larutan standar kolesterol yang digunakan adalah 2 mg/ml larutan. Reagen Liebermann
Burcard yang disiapkan adalah 7 ml asam sulfat pekat dan 5 ml asam asetat glacial yang
ditutupi dengan kertas hitam dan disimpan di ember es di tempat gelap. Preparasi larutan
sampel dan larutan standar kolesterol yaitu enam labu volumetric ditandai sebagai s1, s2,
s3, s4, s5 dan s6. Larutan standar kolesterol ditambahkan sebanyak 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan
1,2 ml ke dalam 5 labu volumetric, labu ke-6 dibiarkan kosong. 2 ml reagen Liebermann
Burchard ditambahkan ke semua labu dan diencerkan sampai volume 10 ml dengan
kloroform. Labu ditutupi dengan kertas karbon hitam dan disimpan di tempat gelap
selama 15 menit. Kemudian, diatur hingga nol pada spektrofotometer dengan larutan
blangko (s6) pada panjang gelombang 640 nm. Absorbansi untuk semua standar (6 labu)
ditentukan oleh spektrofotmeter SP66 UV/Vis. 3 ml larutan sampel diambil dan
absorbansinya ditentukan dengan spektrofotometer SP65 UV/Vis setelah ditambahkan 1
ml sampel minyak, 2 ml reagent Liebermann Burchard dan 7 ml kloroform. Konsentrasi
kolesterol pada larutan sampel ditentukan menggunakan kurva standar antara absorbansi
dan konsentrasi kolesterol (Atinafu, 2011).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Centrifuge
b. Kuvet
c. Penangas air
d. Pipet tetes
e. Spektrofotometer UV-Vis
f. Tabung reaksi
g. Rak tabung reaksi
h. Rubber bulb
i. Pipet volume 2 ml
j. Pipet volume 1 ml
k. Penjepit kayu
l. Gelas kimia 100 ml
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Alkohol absolut
b. Aquades (H2O(l))
c. CH3COOH glasial

d.
e.
f.
g.
h.

Color reagent
H2SO4pekat
Petroleum benzena
Serum kolesterol sampel
Kolesterol standar 0,05 mg/ml

D. SKEMA KERJA
1. Uji sampel
1 buah tabung reaksi bertutup
Dimasukkan 2,5 mL alkohol
+ 0.1 mL serum kolesterol
+ 5 mL dietil eter (tabung ditutup rapat)
Dicampur dalam sentrifuge selama 30 detik
Hasil

+ 3 mL aquadest (dikocok 10-15 menit dengan sentrifius)


Didiamkan

Terbentuk 2 lapisan
Lapisan atas

lapisan bawah

Dimasukkan dalam tabung reaksi lain


Diuapkan dalam penangas air (80C) sampai cairan tinggal sedikit (5 menit)
Didinginkan (dibiarkan mengering)
Hasil

+4 ml colour reagent
dalam penangas air 5 menit

Didinginkan pada suhu kamar

Sampel

Tabung reaksi blanko


+ 4 ml asam asetat glasial

Blangko

2 lapisan

Disentrifuge 1-2 menit


Didiamkan dalam ruang gelap (30 menit)
Diencerkan 10 kali (1 ml menjadi 10 ml
untuk sampel saja)
Diukur A pada = 560 nm

Hasil
2.

Kurva kalibrasi
Tabung 1

Tabung 2

Tabung 3

Masing-masing tabung di + 0.5 ; 1.0 ; 2.0 (mL)

kolesterol standar 0.05 mg/mL petroleum benzen


Diuapkan sampai kering (tersisa sedikit) dalam

penangas air (80C)


Sisanya yang tertinggal diuapkan pada suhu kamar

Hasil

+4 ml colour reagent
dalam penangas air 10-15 menit

Didinginkan pada suhu kamar


+ 3 ml asam sulfat pekat

2 lapisan

Disentrifuge 1-2 menit


Didiamkan dalam ruang gelap (30 menit)
Diencerkan 10 kali (1 ml menjadi 10 ml)
Diukur A pada = 560 nm

Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Sampel

Perlakuan
0,1 ml serum + 2,5 ml

Hasil Pengamatan
Larutan agak keruh dan terbentuk endapan

alkohol absolut,
kocok

putih
Setelah

endapan putih
Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas petroleum

ml

pertoleum

dikocok

filtrate

jernih,

terdapat

benzen, ditutup tabung

benzene dan lapisan bawah campuran alcohol

rapat-rapat.
Dicampur

+ serum kolesterol
Tetap / tidak ada perubahan

(30 menit)
+ 3 ml aquades

sentrifuge

Terbentuk 3 lapisan
Lapisan atas : bening, tabung terasa agak
panas
Lapisan tengah : endapan putih
Lapisan bawah : putih keruh, tabung terasa

kocok lagi selama 10-15

dingin.
Tetap 3 lapisan
Lapisan atas : bening
Lapisan tengah : endapan putih

detik
kemudian

Lapisan bawah : bening, endapan putih


didiamkan

diambil lapisan atas.


Lapisan bening (lapisan

Volume berkurang

Larutan berwarna kuning bening

atas) diuapkan dalam


penangas

air

(80oC).

biarkan mengering
+ 4,0 ml Colour
reagent,

Dipanaskan,

lalu didinginkan pada

suhu kamar
+ 3 ml H2SO4 pekat

Blanko:

asam asetat

Terbentuk 3 lapisan
Lapisan atas : kuning
Lapisan tengah : putih
Lapisan bawah : bening
Larutan berwarna bening

glacial + 3 ml H2SO4

pekat,
Diamkan tabung sampel

Tidak terjadi perubahan

Larutan lebih encer (bening)

dan blanko dalam ruang

gelap selama 30 menit.


Larutan
sampel

diencerkan 10 kali
Diukur A pada larutan Sampel : 0,25
Blanko : 0,07
sampel
dan larutan
blanko

dengan

spektrofotometer

UV-

Vis pada = 560 nm


2. Kurva Kalibrasi

Langkah kerja
Hasil Pengamatan
1. Tabung I: 0,5 ml kolesterol Warna awal bening
standar
-

+ 4 ml colour Diuapkan

reagent

diuapkan : bening, larutan tinggal sedikit


larutan berwarna kuning bening
tetap kuning bening
terbentuk 3 lapisan :
lapisan atas : berwarna kuning bening

Panaskan 10-15
menit

lapisan tengah : larutan kuning keruh


lapisan bawah : berwarna bening.
- Terasa panas

+ 3 ml asam

sulfat, dikocok
Tabung II: 1 ml
-

Warna awal bening

dipanaskan : bening
larutan berwarna kuning bening
kuning bening
terbentuk 3 lapisan :
lapisan atas : berwarna kuning bening
Panaskan
lapisan tengah : coklat muda
+ 3 ml asam
lapisan bawah : berwarna bening
- Terasa panas
sulfat, dikocok
Tabung III: 2 ml
Warna awal bening
-

Di panaskan

+ 4 ml colour
reagen
-

Di panaskan

+ 4 ml colour
reagen
-

dipanaskan : bening
larutan berwarna kuning bening
kuning bening
terbentuk 3 lapisan :
lapisan atas : berwarna kuning bening
Panaskan
lapisan tengah : coklat
+ 3 ml asam
bawah : berwarna bening.
- Terasa panas
sulfat, dikocok

Ketiga tabung didiamkan Setelah didiamkan selama 30 menit diruang


dalam ruang gelap selama gelap:
30 menit.

Tabung I : kuning keruh


Tabung II : kuning keruh
Tabung III : putih keruh
Lebih encer

- Diencerkan 10 kali
Diukur
A
dengan Setelah diukur dengan UV-Vis:
spektrofotometer UV-Vis pada
= 560 nm

F. ANALISIS DATA

Tabung I: 0,12
Tabung II: 0,24
Tabung III: 0,32

1. Persamaan Reaksi

2.

Perhitungan
Diketahui :
- Konsentrasi standar = 0,05 mg/ml
- Konsentrasi kolesterol dalam standar
V1 = 0,5 ml
V2 = 1 ml
V3 = 2 ml
Ditanya : Kadar masing-masing kolesterol
Jawab:
a. Kadar 1 = V x kadar kolesterol standar
= 0,5 ml x 0,05 mg/ml
= 0,025 mg

b. Kadar 2 = V x kadar kolesterol standar


= 1,0 ml x 0,05 mg/ml
= 0,05 mg

c. Kadar 3 = V x kadar kolesterol standar


= 2,0 ml x 0,05 mg/ml
= 0,1 mg
Pengenceran
a. M1 x V1

= M2 x V2
M2 =

M 1x V 1
V2
0,025 x 1
10

= 0,0025 mg
b. M1 x V1

= M2 x V2
M2 =

M 1x V 1
V2
0,05 x 1
10

= 0,005 mg
c. M1 x V1

= M2 x V2
M2 =

M 1x V 1
V2
0,1 x 1
10

= 0,01 mg
Tabel analog hubungan antara massa kolesterol dengan absorbansinya:
Konsentrasi
0,0025
0,005
0,01

Absorbansi
0,12
0,24
0,32

Kurva Kalibrasi
hubungan konsentrasi dan absorbansi
0.35

f(x) = 35.81x
R = 0.97

0.3
0.25
0.2
absorbansi 0.15
0.1
0.05
0
0

0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01


konsentrasi

Dari kurva, diperoleh persamaan y = 35.81x + 0


Penentuan kadar kolesterol dalam serum
y
= 35,81x + 0
0,25 = 35,81x
x
= 0,0069 mg/ml , setelah pengenceran 10 ml
Jadi kadar kolesterol dalam serum adalah
M1 x V1 = M2 x V2
M1 x 1 ml = 0,0069 mg/ml x 10 ml
M1 = 0,069 mg dalam 0,1 ml sampel yang digunakan

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar kolesterol total dalam serum
rendah dan serum tinggi. Cholesterol adalah lipid yang terdapat pada membarane sel pada
jaringan hewan, dan ditransformasikan ke plasma darah pada hewan tersebut. Sebagian
besar cholesterol di dalam tubuh kita disintesa oleh tubuh dan juga diambil dari sumber
makanan. Cholesterol memainkan peranan penting dalam proses biokimia misalnya
sebagai komponen membrane sel dan sintesa berbagai hormone steroid. Karena
cholesterol tidak larut dalam darah, maka ditransformasikan dalm sistem sirkulasi
lipoprotein (Sudarma, 2014: 73).
Kolesterol dalam jumlah yang sedikit pada tubuh diperlukan untuk proses-proses
tertentu bagi kelangsungan hidup. Akan tetapi, kalau jumlahnya berlebihan maka
kolesterol akan membuat darah menjadi lebih kental, lebih berlemak sehingga mengancam
bagi kelancaran peredaran darah apalagi jika sudah menempel di dinding pembuluh darah

atau mengendap membuat sumbatan pada pembuluh darah kecil. Kadar kolesterol total
yang dianggap ideal adalah dibawah 200 mg/dL.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah reaksi Lieberman-Burchard.
Adapun kelebihan reaksi Lieberman-Burchard adalah reaksinya berjalan cepat, reagen
bersifat stabil, realtif mudah, sensitivitas cukup tinggi dan tidak terganggu oleh hormon
steroid. Dilakukannya penentuan kadar kolesterol ini sangatlah berguna dalam bidang
klinis yaitu untuk keperluan diagnosa gangguan metabolik lipid, seperti penyakit jantung
maupun diabetes melitus.
Secara umum, kimia sterol dalam jumlah besar barkaitan dengan pengetahuan
mengenai sifat kimia, sintesis kimia dan analisis sterol. Saat ini penelitian juga mencakup
mengenai penetapan kadar kolesterol dalam sampel minyak nabati menggunakan
spektoskopi UV-vis dengan metode Liebermann-Burchard. Uji Liebermann-Burchard
merupakan uji kolorimetri untuk mendeteksi adanya kolesterol, dimana uji ini
memberikan hasil warna hijau tua. Pembentukan warna hijau atau hijau kebiruan setelah
beberapa menit menandakan hasil yang positif. Perubahan warna ini dikarenakan adanya
gugus hidroksi (-OH) pada kolesterol yang bereaksi dengan reagent dan meningkatkan
konjugasi dari ring yang jenuh. Dalam reaksi ini, asetat anhidrida yang ada di dalam
Reagen Liebermann bereaksi dengan kolesterol yang memberikan warna hijau , dan
absrobansi dapat ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada 640 nm.
Prinsip reaksi dalam mekanisme reaksi uji kolesterol ini adalah kondensasi atau pelepasan
H2O dan penggabungan dengan karbokation. Reaksi ini diawali dengan proses asetilasi
gugus hidroksil menggunakan asam asetat anhidrida. Gugus asetil yang merupakan gugus
pergi yang baik akan lepas, sehingga terbentuk ikatan rangkap. Selanjutnya terjadi
pelepasan gugus hidrogen beserta elektronnya, mengakibatkan ikatan rangkap berpindah.
Senyawa ini mengalami resonansi yang bertindak sebagai elektrofil atau karbokation.
Serangan karbokation menyebabkan adisi elektrofilik, diikuti pelepasan hidrogen.
Kemudian gugus hidrogen beserta elektronnya dilepas, akibatnya senyawa mengalami
perpanjangan konjugasi yang memperlihatkan munculnya warna hijau tua.
Penentuan kadar kolesterol ini terdiri atas 2 percobaan yaitu, uji sampel dan
pembuatan larutan standar untuk kurva kalibrasi. Pada percobaan pertama yaitu uji
sampel. Sampel ditambahkan dengan alkohol absolut yang berfungsi sebagai pelarut polar,
dimana

berdasarkan

hasil

pengamatan

larutan

agak

keruh

dan

terbentuk

gumpalan/endapan putih. Terbentuknya gumpalan dan larutan agak keruh menunjukkan


bahwa komponen dalam serum yang bersifat polar akan larut dalam alkohol atau terpisah
dengan serum yang ditunjukkan oleh terbentuknya koagulan/endapan putih dan setelah

dikocok larutan menjadi jernih dan endapan putih tetap terbentuk. Alkohol absolute
merupakan alkohol yang mendekati alkohol murni dan bersifat anhydrous dan merupakan
pelarut yang bersifat polar. Kolesterol dan derivatnya, tidak larut dalam air tetapi larut
dalam minyak dan alkohol panas, sehingga dimasukkan dalam golongan lipid (lemak).
Pada proses selanjutnya ke dalam campuran ditambahkan dengan pertoleum benzen yang
merupakan pelarut nonpolar (campuran dari n-heksan, heptana dan propana). Penambahan
petroleum benzen ini bertujuan untuk melarutkan kolesterol yang terdapat dalam serum
karena kolesterol merupakan senyawa yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam minyak
atau alcohol. Diaman terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas merupakan petroleum
benzene dan lapisan bawah campuran alcohol + serum kolesterol. Kemudian dilakukan
homogenisasi menggunakan sentrifugas dan tidak terjadi perubahan. Kemudian kedalam
larutan ditambahkan aquades yang bertujuan untuk memisahkan lapisan kolesterol dengan
komponen lain karena kolesterol cenderung bersifat sedikit polar bila dilihat dari gugus
fungsi OH-nya. Terbentuk 3 lapisan yaitu, lapisan atas bening serta tabung terasa panas,
lapsan tengah terdapat endapan putih, dan lapisan bawah putih keruh tabung terasa dingin.
Setelah itu di kocok, adapun tujuan dilakukannya pengocokan atau vortex mixer adalah
agar fase 2 pelarut tersebut terpisah sempurna. Berdasarkan hasil pengamatan, tidak
terjadi perubahan namun pada lapisan bawah yang semula keruh menjadi bening setelah
pengocokan.. Terbentuknya larutan berwarna

bening dengan sedikit endapan putih,

endapan yang terbentuk tidak seperti koagulan pada penambahan alkohol, yang
menunjukkan bahwa serum yang mengandung senyawa dengan sifat nonpolar telah
terlarutkan dalam pelarut organik tersebut. Jika ditinjau dari sifat fisik larutan yang
berwarna bening, menunjukkan bahwa senyawa yang terlarut dalam pertoleum benzen ini
merupakan kolesterol. Penggunaan petroleum benzen sebagai pelarut dikarenakan
meskipun kolesterol memiliki gugus fungsi yang bersifat polar (gugus OH), karena
pengaruh dari ring yang cukup panjang (yang lebih nonpolar) dari kolesterol,
menyebabkan sifat dari senyawa ini menjadi nonpolar.
Proses selanjutnya adalah lapisan atas (larutan bening) pada campuran tersebut
dipisahkan dan kemudian dilakukan penguapan pada suhu 80C

dengan tujuan

meningkatkan konsentrasi dari kolesterol yang ada, serta untuk mengurangi atau
menguapkan senyawa selain kolesterol yang bersifat polar karena pelarut (alcohol
absolute dan dietil eter) mempunyai titik didih pada kisaran suhu tersebut sehingga pelarut
akan menguap dan yang tersisa hanya kolesterol yang akan diuji warnanya. Proses
selanjutnya adalah dilakukan penambahan colour reagen yang merupakan FeCl3.6H2O

mg/mL dalam asam asetat glacial dengan tujuan memberi warna pada larutan tersebut
sehingga dapat dengan mudah dideteksi oleh UV-Vis, karena pada dasarnya kolesterol
yang diuji tidak berwarna, sehingga tidak dapat terdeteksi oleh spektrofotometer UV-Vis
yang dasarnya mengidentifikasi/ menentukan absorbansi untuk senyawa berwarna, dimana
larutan yang awalnya bening menjadi kuning bening setalah ditambahkan colour reagen.
Untuk mengoptimalkan terbentuknya kompleks warna atau pengikatan kolesterol oleh
colour reagent, maka dilakukan penambahan H2SO4. Berdasarkan hasil pengamatan,
terbentuk 3 lapisan warna: lapisan atas berwarna kuning, lapisan tengah putih dan lapisan
bawah bening. Perubahan warna terjadi karena adanya kesetimbangan pada kompleks
warna tersebut. Kemudian larutan didiamkan ditempat gelap selama 30 menit. Hal ini
dikarenakan kolesterol dapat menyerap cahaya dan dapat mempengaruhi serapan cahaya
pada saat pengukuran sehingga akan mempengaruhi hasil pengukuran. Selanjutnya,
larutan diencerkan 10 kali untuk menurunkan konsentrasi dari kolesterol. Dari hasil
analisis data, nilai kadar kolesterol dalam serum kolesterol diperoleh sebesar 0,069 mg/ml.
Namun, jika ditinjau dari kadar total kolesterol dalam serum tersebut, maka kadar
koleterolnya tergolong rendah karena kadarnya kurang dari kadar kolesterol standar yang
ada dalam tubuh. Dimana kadar koleterol dalam darah manusia berkisar antara 150-200
mg/dL (per 100 mL) sehingga nilai kadar kolesterol pada hasil pengamatan lebih rendah
daripada kadar normal kolesterol dalam darah.
Untuk mengukur absorbansi (A)

digunakan

alat

spekrtofotometer.

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan atau
yang di absorpsi. Spektrofotometer bekerja berdasarkan penyerapan sinar yang dihasilkan
oleh sampel yang bewarna pada panjang gelombang tertentu. Spektrofotometer dapat
mengidentifikasi logam yang ada dalam sampel bila sampel itu bewarna, namum sulit
diidentifikasi pada sampel yang tidak menghasilkan perubahan warna atau kadar logam
dalam sampel sangat kecil sekali. Dilakukan pengukuran menggunakan spektrofometer
dengan pengukuran absorban pada =560, karena pada panjang gelombang tersebut
diperoleh absorban yang stabil. Absorbansi sampel kolesterol (yang sudah diencerkan)
setelah diukur adalah 0,25; dan absorban blanko sebesar 0,07.
Percobaan kedua adalah kurva kalibrasi. Kalibrasi merupakan proses verifikasi
bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan
dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun

internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Kalibrasi, pada umumnya, merupakan


proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar
sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Pada 3 tabung
reaksi masing-masing dimasukkan 0,5 ml, 1,0 ml, dan 2,0 ml larutan konsentrasi standar.
Larutan ini berwarna bening. Penambahan bahan-bahan seperti colour reagent dan lainlain pada percobaan ke dua ini memiliki fungsi dan tujuan yang sama pada uji sampel di
atas. Pada penambahan colour reagen larutan menjadi kuning bening. Dan setelah
ditambahkan asam sulfat terbentuk 3 lapisan yaitu lapisan atas berwarna kuning bening,
lapisan tengah kuning keruh dan lapisan bawah bening, namun pada tabung 2 dan 3 pada
lapisan tengahnya berwarna coklat muda dan coklat. Setelah didiamkan pada ruang gelap
tabung 1 dan 2 menjadi kuning keruh dan tabung 3 putih keruh. Didiamkan pada ruang
gelap karena kolesterol dapat menyerap cahaya dan dapat mempengaruhi serapan cahaya
pada saat pengukuran sehingga akan mempengaruhi hasil pengukuran. Selanjutnya,
larutan diencerkan 10 kali untuk menurunkan konsentrasi dari kolesterol. Dilakukan
pengukuran menggunakan spektrofometer UV-Vis dengan pengukuran absorban pada
=560, karena pada panjang gelombang tersebut diperoleh absorban yang stabil.
Berdasarkan percobaan, absorbansi pada massa 0,0025 ; 0,005 dan 0,01 secara berurutan
yaitu 0,12 A; 0,24 A; dan 0,32 A.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai
kadar kolesterol diperoleh sebesar 0,069 mg/ml. Untuk mengukur absorbansi (A)
digunakan alat spekrtofotometer UV-Vis. Absorbansi pada massa 0,0025 mg ; 0,005 mg
dan 0,01 mg secara berurutan yaitu 0,21 A; 0,24 A; dan 0,32 A. Dan untuk sampel
diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,25 A.

DAFTAR PUSTAKA

Atinafu, Dimberu G., dan Belete Bedemo. 2011. Estimation of Total Free Fatty Acid and
Cholesterol Content in Some Commercial Edible Oils in Ethiopia Bahir Dar. Etiopia:
Bahir Dar University.
Muharrami, Laila Khamsatul. 2011. Penentuan Kadar Kolesterol dengan Metode
Kromatografi Gas. Bangkalan: Universitas Trunojoyo Madura.
Nair, Vijay Mala (Grover), dan Roopalatha U C. 2013. Phytochemical Analysis of Successive
Reextracts of the Leaves of Moringa Oleifera lam. India. Mangalore University.
Poedjadi, Anna. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Siadi, K. 2012. Ekstrak Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas) sebagai Biopestisida
yang Efektif dengan Penambahan Larutan NaCl. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Sudarma, I Made. 2014. Kimia Bahan Alam (Ekstraksi, Isolasi, dan Transformasi). Mataram:
Universitas Mataram.
Wilbraham.1992. Kimia Organik dan Hayati.Bandung : ITB.

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA 2

ACARA 2
PENETAPAN KADAR KOLESTEROL

DISUSUN OLEH
HUJANI OLTANTIA
G1C 012 013

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2015

Anda mungkin juga menyukai