PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman obat yang tersebar di Indonesia sungguh beragam. Tanaman
yang telah ada merupakan warisan nenek moyang kita yang perlu dilestarikan.
Penelitian dan eksplorasi tentang tanaman obat telah banyak dilakukan dan
membuktikan adanya khasiat dari tanaman obat tersebut. Pemanfaatan bahan
alam sebagai
obat cenderung
mengalami
peningkatan
dengan
adanya
secara signifikan menurun pada hewan uji yang diberi perlakuan 2 g daun
lampes segar selama 30 hari (Sethi dkk., 2010).
Lampes dapat tumbuh di tepi jalan, tepi kebun atau ladang, sawah
kering, taman, hutan terbuka, dan padang rumput. Selama ini lampes diketahui
hanya tumbuh sebagai tanaman liar di pinggir jalan atau di pinggir kebun
(Steenis, 1975). Perbedaan tempat tumbuh tersebut dapat memunculkan
permasalahan terjadinya variasi kandungan zat kimia berkhasiat (Salisbury &
Ross, 1995). Hal ini ditegaskan juga oleh Colegate dan Molyneux (1993),
bahwa perbedaan letak geografis dan perubahan iklim menyebabkan
bervariasinya
kandungan
senyawa
yang
terdapat
dalam
tumbuhan.
sampai tanaman cukup besar untuk diambil hasilnya, cukup beberapa bulan
saja sampai kalus terbentuk untuk diambil metabolitnya. Teknik kultur
jaringan juga tidak memerlukan area tanah yang luas, hanya dibutuhkan
gedung semacam laboratorium (Hendaryono & Wijayani, 1994).
Berdasarkan bahan yang digunakan sebagai eksplan terdapat lima jenis
teknik kultur jaringan tanaman, yaitu : kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur
organ, kultur meristem dan morfogenesis, dan kultur protoplas. Salah satu
metode kultur jaringan tanaman yang dapat digunakan untuk budidaya adalah
kultur kalus. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sulangi (1992)
menyebutkan bahwa pertumbuhan kalus Ocimum sanctum L. memiliki
kandungan senyawa yang hampir sama dengan tumbuhan asalnya. Kultur
kalus ini dapat digunakan untuk tujuan mikropropagasi, mendapatkan
metabolit sekunder dalam waktu relatif singkat atau untuk uji aktivitas
senyawa bioaktif (Santosa & Nursandi, 2002). Melalui kultur kalus
diharapkan dapat diperoleh kandungan senyawa aktif yang lebih baik dan
optimal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk tumbuhan marga
Ocimum diketahui bahwa pertumbuhan kalus daun Ocimum basilicum forma
citratum,
Fraksi
n-heksan
kalus
daun
Ocimum
gratissimum
forma
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
antara lain :
1. Bagaimana potensi pelestarian kultur kalus Ocimum sanctum L. terhadap
tanaman asal berdasarkan profil Kromatografi Lapis Tipis?
2. Apakah terdapat aktivitas antibakteri pada ekstrak kalus daun Ocimum
sanctum L. terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
berdasarkan uji bioautografi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui potensi pelestarian kultur kalus Ocimum sanctum L.
berdasarkan analisis profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
2. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kalus daun Ocimum sanctum L.
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli berdasarkan
uji bioautografi.
3. Mengetahui golongan senyawa dalam Ocimum sanctum L. yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri.
D. Tinjauan Pustaka
1. Uraian tentang tumbuhan
a. Nama daerah
Tumbuhan Ocimum sanctum L. dikenal dengan nama yang
berbeda-beda di beberapa daerah, antara lain di Pulau Sumatera :
balakama, kemangi utan, ruku-ruku (Sumatera Barat) ; Jawa : klampes,
lampes (Sunda), kemangen, lampes (Jawa); Madura : kemangi, ko-roko
(Madura); Nusa Tenggara/Bali : uku-uku (Bali); Sulawesi : balakama
(Manado); Maluku : lufe-lufe (Ternate) (Heyne, 1950; Anonim, 1986).
b. Klasifikasi
divisi
: Spermatophyta
anak divisi
: Angiospermae
kelas
: Dicotyledoneae
bangsa
: Lamiales
suku
: Lamiaceae
marga
: Ocimum
jenis
: Ocimum sanctum L.
Mahkota berbibir 3 bibir atas dan 2 bibir bawah, panjang tabung 1,5-2
mm, cuping mahkota 3-5 mm, berwarna putih. Benang sari 4, tersisip di
dasar mahkota, 2 panjang. Putik terdiri dari kepala putik bercabang 2
dengan panjang tidak sama. Kelopak ikut menyusun buah, buah tegak dan
tertekan, ujung bentuk kait melingkar, panjang kelopak buah 6-9 mm. Biji
bertipe keras, berwarna cokelat tua, gundul, waktu dibasahi segera
mengembang, Akar tunggang, berwarna putih kotor. Waktu berbunga
Januari Desember (Steenis, 1975; Syamsuhidayat & Hutapea, 1991;
Sastroamidjojo, 2001; Sudarsono dkk., 2002).
d. Distribusi
Tanaman lampes banyak terdapat di Jawa dan Madura, mudah
tumbuh di tempat-tempat kering pada ketinggian 1-1100 meter di atas
permukaan air laut, tumbuh di tepi jalan, tepi kebun atau ladang, sawah
kering, taman, hutan terbuka, dan padang rumput. Tanaman ini dapat
tumbuh secara liar atau dibudidayakan (Steenis, 1975; Sastroamidjojo,
2001; Sudarsono dkk., 2002).
e. Kandungan kimia
Maimes (2004) menyebutkan komponen fitokimia utama dalam
daun lampes antara lain
dan
LDL-+VLDL-kolesterol
dibandingkan
dengan
10
11
12
besar
eksplan
yang
digunakan,
semakin
besar
13
14
2,4-dichlorophenoxyacetate
acid
(2,4-D)
(Santosa
&
Nursandi, 2002).
3. Sterilisasi
Teknik kultur jaringan tanaman dilakukan secara aseptis, bebas dari
cemaran mikroorganisme. Kontaminasi merupakan masalah yang sering
dihadapi. Pertumbuhan mikroorganisme dapat menghambat pertumbuhan dan
akan mengganggu sistem fisiologi dan biokimia dari kultur tanaman dengan
cara mengeluarkan metabolit tertentu (Biondi & Thorpe, 1981).
Metode sterilisasi yang dapat dilakukan dalam kultur jaringan
tanaman ada dua, yaitu pemanasan kering dan pemanasan basah. Pemanasan
kering dilakukan untuk mensterilkan alat-alat gelas, logam, dan alat-alat lain
yang tahan terhadap pemanasan suhu tinggi. Alat yang digunakan adalah oven.
15
untuk
16
bentuk dan konsentrasi sterilan yang digunakan dan waktu yang dibutuhkan
untuk sterilisasi harus ditentukan secara tepat. Bahan-bahan kimia yang dapat
digunakan untuk sterilisasi eksplan antara lain :
1) Sodium hipoklorit dengan konsentrasi yang ditentukan melalui kelunakan
eksplan. Sterilisasi dengan senyawa ini dapat dilakukan dengan kadar 5%10% dengan lama waktu sterilisasi 5-10 menit.
2) Merkuri klorida atau yang dikenal dengan sublimat. Penggunaan bahan
kimia ini harus berhati-hati karena bersifat racun. Bahan kimia ini bersifat
keras. Bila sterilisasi terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan pada
eksplan sehingga eksplan tersebut tidak akan mampu tumbuh menjadi
kalus.
3) Alkohol 70%. Alkohol lebih banyak dijual dalam bentuk alkohol 95%.
Jamur biasanya mati dengan alkohol 70% tetapi masih dapat hidup dengan
alkohol 95%. Oleh karena itu, alkohol 95% perlu diencerkan menjadi
alkohol 70% (Hendaryono & Wijayani, 2002).
4. Kultur kalus
Kalus merupakan suatu massa sel yang tidak selalu memiliki bentuk
tetap, terdiri atas sel-sel parenkim yang muncul dari sel-sel jaringan induk
hasil proliferasi sel. Kultur kalus bertujuan untuk memperoleh kalus dari
eksplan yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali. Secara
alamiah, kalus juga dapat dibentuk oleh tanaman sebagai upaya perlindungan
diri. Kalus terbentuk pada tanaman yang mengalami perlukaan dan dapat pula
terbentuk akibat cekaman (Santosa & Nursandi, 2002).
17
tanaman,
akan
mempengaruhi
kecepatan
dan
efektivitas
18
19
Pemilihan
metode
penyarian
disesuaikan
dengan
kepentingan dalam memperoleh sari yang baik (Harborne, 1987). Salah satu
metode penyarian yang dapat dilakukan adalah maserasi. Maserasi adalah
proses penyarian simplisia menggunakan pelarut diikuti dengan adanya
penggojogan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Metode ini
didasarkan pada prinsip pencapaian keseimbangan luar dan dalam sel.
Remaserasi berarti dilakukannya pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya (Anonim, 2000).
Keuntungan dari metode maserasi, antara lain senyawa yang termolabil
tidak menjadi rusak atau hilang, peralatan sederhana, dan mudah diusahakan.
Sedangkan kerugian dari metode ini adalah pengerjaannya yang lama, cairan
penyari yang digunakan relatif banyak, dan harus sering digojog agar
penyarian berjalan sempurna. (Anonim, 1986).
7. Uraian mikrobiologi
Bakteri yang digunakan dalan penelitian ini adalah bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. Kedua jenis bakteri ini memiliki struktur sel
yang berbeda, yaitu pada susunan dinding selnya. Dinding sel bakteri Gram
20
: Protophyta
kelas
: Schizomycetes
bangsa
: Eubacteriales
suku
: Enterobacteriaceae
marga
: Escherichia
jenis
: Escherichia coli
(Salle, 1961)
Bakteri ini berbentuk basil (batang), berukuran kecil (0,5-3,0 m), tidak
membentuk spora dan dapat bergerak (motil) (Dzen dkk., 2003).
21
Gram
positif
yang
digunakan
adalah
bakteri
: Protophyta
kelas
: Schizomycetes
bangsa
: Eubacteriales
suku
: Micrococcaceae
marga
: Staphylococcus
jenis
: Staphylococcus aureus
(Salle, 1961)
22
tertentu.
menggunakan
Area
tetrazolium
hambatan
klorida.
dilihat
Senyawa
dengan
yang
penyemprotan
aktif
sebagai
antimikroba akan tampak sebagai area jernih dengan latar belakang ungu.
23
c. Bioautografi kontak
Cara ini dilakukan dengan cara menyentuhkan plat KLT pada
permukaan media Agar yang telah diinokulasikan suspensi bakteri.
Metode ini didasarkan atas difusi dari senyawa yang telah dipisahkan
dengan KLT. Senyawa yang memiliki aktivitas antimikroba akan
menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi pada suhu dan waktu
tertentu.
9. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi merupakan teknik pemisahan senyawa yang paling
umum digunakan untuk analisis secara kualitatif,
kuantitatif maupun
24
25
Angka Rf berkisar antara 0,0 sampai 1,0 dan ditentukan dalam dua
desimal. Pengertian hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), yang
menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 (Sherma, 1996).
Metode KLT dikenal sebagai salah satu metode kromatografi yang
mudah, cepat, dan murah untuk pemisahan golongan senyawa, identifikasi,
atau analisis semikuantitatif untuk banyak golongan senyawa (Fried &
Sherma, 1994). Pemilihan fase diam dan fase gerak pada metode ini fleksibel,
dapat disesuaikan dengan golongan senyawa yang akan dipisahkan (Sherma,
1996).
10. Metabolit sekunder
a. Terpenoid
Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah
ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa
tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Terpenoid berasal dari molekul
isopren CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan dua atau lebih satuan C5.
Terpenoid terdiri atas senyawa antara lain minyak atsiri yang tersusun
atas monoterpen (C10) dan seskuiterpen (C15) yang mudah menguap, diterpen
(C20) yang lebih sukar menguap, triterpenoid (C30) dan steroid yang tidak
menguap, serta pigmen karotenoid (C40). Beberapa golongan terpenoid
penting pada pertumbuhan dan metabolisme. Senyawa ini juga berpengaruh
terhadap ekologi tumbuhan dan merupakan zat penyebab wangi, harum, atau
bau yang khas pada tumbuhan. Secara kimia terpenoid umumnya larut dalam
26
27
E. Keterangan Empirik
Berdasarkan penelitian ini diharapkan tanaman Ocimum sanctum L.
dapat dibudidaya menggunakan teknik kultur jaringan tanaman dengan zat
pengatur tumbuh 2,4-D 1ppm dengan hasil berupa kultur kalus yang memiliki
kandungan senyawa yang sama dengan tanaman asalnya dan dapat diketahui
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus berdasarkan uji bioautografi.