Anda di halaman 1dari 7

STUDI KOMPOSISI FITOPLANKTON SEBAGAI PAKAN ALAMI IKAN SEPAT

RAWA (TRICHOGASTER TRICHOPTERUS PALL) STADIUM MUDA DI LEBAK


LEBUNG TELOKO SUMATERA SELATAN
Enggar Patriono, Dewi Anggraini dan Erwin Nofyan
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya
Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang analisis lambung ikan sepat rawa (Trichogaster
trichopterus Pall) stadium muda di lebak lebung Teloko, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Propinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi pakan alami
khususnya fitoplankton yang terdapat dalam lambung ikan sepat rawa dan kecenderungan
pola pakannya. Penelitian menggunakan metode survei di tiga stasiun pengamatan, yaitu
inlet, tengah, outlet. Data dianalisis dengan persentase kehadiran dan nisbah pemangsaan.
Hasil penelitian menunjukkan komposisi fitoplankton dalam lambung ikan sepat rawa
stadium muda terdiri atas 18 genera Bacillariophyceae, 18 genera Chlorophyceae, dan 2
genera Cyanophyceae. Kecenderungan pola pakan ikan sepat rawa stadium muda terhadap
fitoplankton lebih menyukai pakan alami genera dari kelas Bacillariophyceae dan
Chlorophyceae dibandingkan genera dari kelas Cyanophyceae.
Kata kunci: kebiasaan pakan, komposisi, fitoplankton
ABSTRACT : STUDY ON PHYTOPLANKTON COMPOSITION AS NATURAL
FOOD OF YOUNG STADIUM TRICHOGASTER TRICHOPTERUS
PALL IN THE FLOODPLAIN OF TELOKO, SOUTH SUMATERA
The study has been done on gastric content analysis in young Trichogaster
trichopterus Pall in the floodplain of Teloko, Ogan Komering Ilir regency, South Sumatera
province. The aims of the research were to find out the composition of natural food
especially phytoplankton in gastric organ of young Trichogaster trichopterus and its food
habit. The approach used the survey method in 3 stations of observation, i.e. inlet, middle,
outlet. Data were analyzed with the percentage of presence and the ratio of prey proportion.
The results showed that the composition of phytoplankton in gastric organ of young
Trichogaster trichopterus consisted of 18 genera of Bacillariophyceae, 18 genera of
Chlorophyceae, and 2 genera of Cyanophyceae. The food habit of young Trichogaster
trichopterus to phytoplankton tends to like genera of Bacillariophyceae and Chlorophyceae,
better than genera of Cyanophyceae.
Keywords: food habit, composition, phytoplankton

PENDAHULUAN
Ikan membutuhkan pakan yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas
untuk keperluan perkembangan dan keberhasilan hidupnya (Odum 1971). Besarnya populasi
ikan dalam suatu perairan antara lain juga ditentukan oleh pakan yang tersedia. Pakan yang
dimakan oleh ikan akan mempengaruhi pertumbuhannya, kematangan individu serta
keberhasilan hidupnya. Ketersediaan pakan dalam perairan selain dipengaruhi oleh kondisi
biotik juga ditentukan oleh kondisi abiotik seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan
perairan (Effendie, 1997).
Ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus Pall) merupakan salah satu spesies ikan
yang hidup di perairan umum. Ikan ini tergolong ke dalam kelompok ikan sungai yang
habitatnya di perairan rawa lebak (Moss, 1988). Sama seperti halnya ikan sepat siam
(Trichogaster pectoralis Regan), ikan sepat rawa memiliki kelebihan dalam pembudidayaan
dan nilai ekonomisnya (Tjahjo dan Purnomo, 1998). Namun ikan sepat rawa ini populasinya
di lebak lebung Teloko berkurang karena adanya persaingan dengan ikan alami lainnya
seperti ikan sepat siam yang kebutuhan pakan dan persyaratan hidupnya hampir sama dan
adanya kecenderungan penangkapan ikan yang berlebihan.
Komposisi pakan alami ikan sepat rawa terdiri atas kelompok fitoplankton yaitu
Bacillariophyceae, Desmidiaceae, Cyanophyceae, Chlorophyceae, dan kelompok
zooplankton yaitu Mastigophora, Sarcodina, Ciliata (Sugio, 1996). Informasi ini tidak
membedakan tingkat umur ikan sepat rawa untuk melihat kecenderungan komposisi pakan
alaminya. Selain itu, dengan bentuk jari-jari insang yang ramping, panjang dan rapat
berjumlah 11-14 buah maka ikan sepat rawa dapat menyaring plankton yang masuk, dan
dengan panjang saluran pencernaan yang melebihi panjang tubuhnya (14,3-55,3 cm > 3,2-8,7
cm) membuktikan bahwa ikan sepat rawa bersifat herbivor (Syamsudin, 1982).
Benih ikan sepat memakan plankton, sedangkan ikan yang berukuran lebih dari 8 cm
memakan epiphyton dan periphyton (Tjahjo, 1988). Berkaitan dengan kebutuhan jumlah
pakan maka jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan berhubungan erat dengan ukuran berat
dan umurnya. Ikan muda berukuran kecil membutuhkan jumlah pakan lebih banyak dan
kandungan nutrisi yang lebih baik daripada ikan dewasa berukuran besar, karena pakan
tersebut penting untuk pertumbuhan dan keberhasilan hidupnya (Effendie, 1997).
Dengan mengacu kepada hasil-hasil penelitian di atas maka perlu dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi pakan alami, khususnya fitoplankton
yang terdapat dalam lambung ikan sepat rawa stadium muda dan untuk mengetahui
kecenderungan pola pakannya di lebak lebung Teloko.
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei di lebak lebung Teloko Kecamatan
Kota Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan mulai tanggal
3 Juni hingga 30 Desember 2001. Frekuensi pengambilan sampel sebanyak tiga kali dengan
interval 15 minggu. Pengamatan lapangan dengan cara penentuan stasiun pengamatan yang
dibagi menjadi tiga stasiun, yaitu inlet, tengah, dan outlet dengan maksud agar diperoleh
sampel ikan sepat rawa stadium muda dengan sebaran luas dari seluruh bagian perairan lebak
lebung sesuai dengan karakteristiknya. Hal ini sesuai dengan karakteristik perairan tergenang
khususnya rawa (Ryding dan Rast, 1989 dalam Tjahjo dan Purnomo, 1998). Dengan sampel
ikan yang berasal dari inlet, tengah, dan outlet maka dapat mewakili kebiasaan pakan ikan
sepat rawa stadium muda di lebak lebung Teloko secara keseluruhan. Materi yang diamati
adalah ikan sepat rawa stadium muda. Pengambilan sampel ikan di setiap stasiun

pengamatan dengan metode purposive random sampling dan pengambilan sampel ikan di 3
stasiun pengamatan berdasarkan seri waktu. Sampel ikan muda diambil dengan jaring insang
dan bubu sebanyak 10 ekor di setiap stasiun, sehingga jumlah sampel keseluruhan sebanyak
30 ekor. Sampel ikan muda ditentukan berdasarkan ukuran panjang tubuhnya yaitu antara 46 cm (Syamsudin, 1982).
Variabel yang diamati adalah komposisi fitoplankton dalam lambung ikan sepat
rawa stadium muda yang meliputi persentase kehadiran fitoplankton dan nisbah pemangsaan
fitoplankton guna mengetahui kecenderungan pola pakan ikan sepat rawa stadium muda.
Analisis isi lambung ikan sepat rawa stadium muda dilakukan berdasarkan
identifikasi dan penghitungan fitoplankton yang terdapat dalam lambung ikan sepat rawa
stadium muda. Ikan sampel yang diperoleh di lapangan langsung diambil lambungnya dan
diawetkan dengan formalin 10%. Identifikasi dan penghitungan fitoplankton dilakukan di
laboratorium dengan Sedgewick Rafter Counting Cell di bawah mikroskop binokuler
dengan pengamatan seluruh lapang pandang yang diulangi hingga tidak ditemukan genus
baru pada sampel pengamatan dan dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya.
Identifikasi fitoplankton berpedoman pada Mizuno (1979), Needham and Needham (1962),
Greenberg et al. (1980), dan Pennak (1978). Data yang diperoleh dianalisis persentase
kehadiran dan nisbah pemangsaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ikan sepat rawa stadium muda yang tertangkap sebagai sampel berukuran panjang
tubuh rata-rata 5,92 cm dengan kisaran panjang tubuh 4,2-6,1 cm. Dari pengambilan sampel
ikan sebanyak tiga kali diperoleh 10 ekor sampel ikan di stasiun inlet, 10 ekor sampel ikan di
stasiun tengah, dan 10 ekor sampel ikan di stasiun outlet. Data hasil pengamatan dari
masing-masing stasiun inlet, tengah, dan outlet tidak disajikan karena jumlah sampel ikan
yang masing-masing hanya 10 ekor sampel tidak mewakili secara statistik untuk membuat
interpretasi di setiap stasiun. Oleh karena itu data disajikan berdasarkan keseluruhan hasil
pengamatan 30 ekor sampel ikan dari tiga stasiun. Hasil pengamatan 30 ekor sampel ikan
dari tiga stasiun pengamatan di lebak lebung Teloko menunjukkan komposisi fitoplankton
berbeda secara kuantitatif sebagai pakan alami ikan sepat rawa stadium muda. Gambaran
yang menyeluruh di tiga stasiun pengamatan mengenai persentase kehadiran fitoplankton
yang terdapat dalam lambung ikan stadium muda diperlihatkan secara grafis menurut urutan
dari yang tertinggi ke yang terendah persentasenya (Gambar 1).
Seperti yang terlihat pada Gambar 1, perbandingan nilai persentase kehadiran
fitoplankton dalam lambung ikan sepat rawa stadium muda menunjukkan nilai persentase
kehadiran genera fitoplankton yang relatif tinggi (>75%) dalam lambung yang terdiri atas 15
genera, yaitu Synedra, Pinnularia, Diatoma, Tabellaria sp1, Achnantes, Eunotia sp1,
Frustulia, Nitzchia, dan Navicula (Kelas Bacillariophyceae), Closterium sp1, Gonatozygon
sp1, Pleurotaenium, Mougeotia, Cosmarium, dan Spirogyra (Kelas Chlorophyceae). Nilai
relatif tinggi tersebut karena ikan yang berumur muda membutuhkan pakan yang banyak dan
kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan dan keberhasilan hidupnya. Ikan yang
berukuran kecil dan berumur muda membutuhkan jumlah pakan yang lebih banyak daripada
ikan dewasa berukuran besar (Halver, 1972 dan Effendie, 1997). Kebutuhan kalori pada ikan
akan menurun bersamaan dengan peningkatan umur, walaupun selama masa
pertumbuhannya penurunan kebutuhan akan kalori yang terjadi tidak sedrastis pada hewan
lain. Selain itu ikan berumur muda juga membutuhkan pakan yang kandungan nutrisinya
baik dan bernilai tinggi untuk keberhasilan hidupnya, karena proses metabolisme pada ikan
muda tinggi.

Gambar 1. Persentase kehadiran fitoplankton dalam sampel lambung ikan sepat rawa
stadium muda dari tiga stasiun pengamatan lebak lebung Teloko

Kandungan karbohidrat yang tinggi terdapat pada kelompok diatom


(Bacillariophyceae) yaitu Thalossiosira pseudonana dan Chaetoceros sp (0,73 dan 0,47
Kcal/g berat kering), dibandingkan dengan kelompok phytoflagellata (Chlorophyceae) yaitu
Chaetoceros calcitrans dan Tetraselmis suecica (0,36 dan 0,35 Kcal/g berat kering) (Whyte,
1987). Ikan yang bersifat herbivor membutuhkan lebih banyak karbohidrat dalam pakannya
agar cukup untuk beberapa lama waktu sebagai sumber energi (Spotte, 1973).
Nilai nisbah pemangsaan fitoplankton pada ikan sepat rawa stadium muda
diperlihatkan secara grafis menurut kriteria pakan mudah didapat sampai sukar didapat
(Gambar 2). Nilai nisbah pemangsaan genera fitoplankton pada ikan sepat rawa stadium
muda terdiri atas dua kriteria pakan, yaitu pakan yang mudah didapat dan pakan yang sukar
didapat. Pakan yang mudah didapat terdiri atas 16 genera, yaitu 11 genera dari kelas
Bacillariophyceae (Synedra, Eunotia sp1, Nitzchia, Neidium, Frustulia, Diatoma, Tabellaria
sp1, Pinnularia, Stephanodiscus, Navicula, dan Achnantes) dan 5 genera dari kelas
Chlorophyceae (Gonatozygon sp1, Cosmarium sp1, Spirogyra, Pleurotaenium, dan
Closterium sp2). Pakan yang sukar didapat terdiri atas 11 genera, yaitu 3 genera dari kelas
Bacillariophyceae, 7 genera dari kelas Chlorophyceae, dan satu genus dari kelas
Cyanophyceae. Nilai nisbah pemangsaan yang demikian terjadi karena ikan sepat rawa

stadium muda membutuhkan jumlah pakan yang banyak untuk pertumbuhan dan
keberhasilan hidupnya.

Gambar 2. Nisbah pemangsaan fitoplankton pada ikan sepat rawa stadium muda dari tiga
stasiun pengamatan lebak lebung Teloko

Lebih banyaknya genera yang ditemukan dari kelas Bacillariophyceae dan


Chlorophyceae dibandingkan dengan kelas Cyanophyceae menunjukkan bahwa kedua kelas
tersebut banyak tersedia di habitatnya. Penyebaran organisme pakan yang dominan
menyebabkan pengambilan pakan tersebut akan bertambah, sedangkan pengambilan
organisme yang lainnya oleh ikan akan menurun (Effendie, 1997). Ketersediaan pakan di
habitatnya dapat diketahui dengan menganalisa pakan ikan tersebut dan membandingkannya
dengan pakan yang terdapat dalam perairan. Dari hasil ini akan terlihat pula apakah pakan
yang dimakan disukai atau tidak.
Berdasarkan hasil pengamatan, ketersediaan Bacillariophyceae (73,45%) dan
Chlorophyceae (26,00%) cukup melimpah di perairan lebak lebung Teloko karena kedua
kelas ini dapat hidup dengan baik di perairan rawa lebak lebung Teloko yang kondisi pH
perairannya kurang dari 7, yaitu 4,4 - 5. Kelas Chlorophyceae akan melimpah baik dari segi
kualitas maupun kuantitas pada perairan dengan kondisi pH kurang dari 7 atau perairan yang
bersifat asam (Prescott, 1951 dalam Syamsudin, 1982).
Kelas Bacillariophyceae banyak ditemukan di perairan tawar dan kelas ini banyak
dimanfaatkan oleh ikan terutama ikan yang bersifat herbivor (Tim Biologi, 1975 dalam
Sugio , 1996). Kelimpahan kelas Bacillariophyceae juga pernah terjadi peningkatan pada
musim kemarau bulan Agustus Oktober 1999 seiring dengan penurunan tinggi muka air
(TMA) sehingga dalam perairan tidak terjadi pengenceran dan ratio N/P tinggi (Tjahjo dkk.,
2001).
Berdasarkan hasil pengamatan, kelas Cyanophyceae ketersediaannya dalam perairan
lebak lebung Teloko sedikit (0,55%) karena pH perairan tersebut rendah berkisar antara 4,4
5. Kelas Cyanophyceae mengalami kelimpahan pada habitat dengan pH netral atau sedikit

basa dan kelas ini sedikit bahkan tidak ditemukan pada perairan dengan pH kurang dari 4
atau 5 (Humm and Wicks, 1980 dalam Saleh, 1993).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan di lebak lebung Teloko dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Komposisi fitoplankton dalam lambung ikan sepat rawa stadium muda di lebak lebung
Teloko terdiri atas 18 genera dari kelas Bacillariophyceae, 18 genera dari kelas
Chlorophyceae, dan 2 genera dari kelas Cyanophyceae.
2. Kecenderungan pola pakan ikan sepat rawa stadium muda terhadap fitoplankton lebih
menyukai pakan alami genera dari kelas Bacillariophyceae dan Chlorophyceae
dibandingkan genera dari kelas Cyanophyceae.
Pakan alami ikan sepat rawa stadium muda sebaiknya terdiri atas fitoplankton
dengan komposisi kuantitatif yang lebih banyak genera dari kelas Bacillariophyceae dan
Chlorophyceae dibandingkan genera dari kelas Cyanophyceae. Dengan demikian, diperlukan
upaya menjaga komposisi kuantitatif fitoplankton di perairan lebak lebung Teloko yang
sesuai dengan kebutuhan ikan sepat rawa stadium muda.
DAFTAR PUSTAKA
Effendie, I.M. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. 163 hlm.
Greenberg, A.E., J.J. Connors, D. Jenkins. 1980. Standard Methods of Planktonology. 15th
Edition. American Public Health Association, Washington D.C. pp.10271032.
Halver, J.E. 1972. Fish Nutrition. Academic Press, Inc., New York. 713 hlm.
Mizuno, T. 1979. Illustrations of the Freshwater Plankton of Japan. 3rd Edition. Hoikusha
Publishing Co LTD, Japan. 352p.
Moss, B. 1988. Ecology of Freshwater Man and Medium. 2nd Edition. Blackwell Scientific
Publication, Oxford. 417p.
Needham, J.G. and P.R. Needham. 1962. A Guide to the Study of Freshwater Biology. 5th
Edition. Holden Day, Inc., Sanfrancisco. pp. 3-15 .
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3rd Edition. W.B. Sounders Company,
Philadelpia. pp. 368-381.
Pennak, R.W. 1978. Freshwater Invertebrates of the United States. Ronic Press, New York.
pp. 21-75.
Saleh, Y. 1993. Komunitas Plankton di Lebak Lebung Teloko Kabupaten Ogan Komering
Ilir dan Pengajarannnya di Sekolah Menengah Umum. Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya, Inderalaya. 53 hlm.
Spotte, S. 1973. Marine Aquarium Keeping. John Wiley & Sons, Inc., New York. pp. 93-97.

Sugio. 1996. Preferensi Pakan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus Pall) Melalui Teknis
Analisis Lambung dan Pengajarannya di Sekolah Menengah Umum. Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sriwijaya, Inderalaya. 51 hlm.
Syamsudin. S.T. 1982. Analisis Isi Lambung Dua Spesies Kongerenik Trichogaster Bloch
Dari Situ Lengkong, Panjalu Ciamis Jawa Barat. Jurusan Biologi Institut Teknologi
Bandung, Bandung. 67 hlm.
Tjahjo, D.W.H. 1988. Kebiasaan Pakan Ikan di Waduk Saguling Jawa Barat. Buletin
Penelitian Perikanan Darat. VII (1): 87-91.
Tjahjo, D.W.H. dan K. Purnomo, 1998. Studi Interaksi Pemanfaatan Pakan Alami Antar Ikan
Sepat (Trichogaster pectoralis), Betok (Anabas testudineus), Mujair (Oreochromis
mossambicus), Nila (Oreochromis niloticus) dan Gabus (Channa striatus) di Rawa
Taliwang. Penelitian Perikanan Indonesia. IV (3): 50-59.
Tjahjo, D.W.H., S. Nuroniah, S.E. Purnamaningtyas. 2001. Evaluasi Bio-limnologi dan
Relung Ekologi Komunitas Ikan Untuk Menentukan Jenis Ikan Yang Ditebar di
Waduk Darma. Penelitian Perikanan Indonesia. VII (1): 10-24.
Whyte, J.N.C. 1987. Biochemical Composition and Energy Content of Six Species of
Phytoplankton Used in Mariculture of Bivalvia. Journal Aquaculture. 60: 231-241.

Anda mungkin juga menyukai