Kata Pengantar: Penulisi
Kata Pengantar: Penulisi
Penulisi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
I.1 Latar Belakang................................................................................................1
I.2 Sekilas Tentang PT. Pertamina Persero .........................................................2
I.2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero)...........................................2
I.2.2. Sejarah Pertamina Unit Pengolahan II Dumai.....................................2
I.3 Ruang Lingkup...............................................................................................5
I.4 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
II.1 Feed dan Produk Delayed Coking................................................................6
II.2 Aliran Proses Delayed Coking Unit............................................................11
II.3 Level Detector Coke Chamber...................................................................18
II.4 Variabel Proses Delayed Coking Unit........................................................22
II.5 Troubleshooting..........................................................................................26
BAB III. PENUTUP..............................................................................................28
Kesimpulan.......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Minyak bumi merupakan produk perubahan secara alami dari zat-zat
organik selama ribuan tahun yang tersimpan di lapisan bumi dalam jumlah yang
sangat besar. Minyak bumi terutama digunakan untuk menghasilkan berbagai
macam bahan bakar diantaranya LPG, gasoline, avigas, jet fuel, kerosin, solar, dan
bahan lain seperti aspal, minyak pelumas, bahan pelarut, lilin, dan bahan
petrokimia.
Minyak bumi mentah (crude oil) adalah cairan coklat kehijauan hingga
hitam yang terdiri dari karbon dan hidrogen. Minyak bumi merupakan campuran
yang sangat komplek, mengandung ribuan senyawa hidrokarbon tunggal mulai
dari yang paling ringan seperti gas metana sampai dengan aspal yang berat dan
berwujud padat. Produksi komersial minyak bumi dimulai pada tahun 1857 dan
sejak itu produksi terus meningkat.
Berbagai teori bermunculan untuk menjelaskan asal minyak bumi. Teori
yang paling popular adalah organic source materials. Teori ini menyatakan bahwa
binatang dan tumbuhan - tumbuhan berakumulasi dalam tempat yang sesuai,
jutaan tahun yang lalu, seperti dalam swamps, delta atau shallow dalam laut.
Disana bahan organik akan terdekomposisi secara parsial dengan bantuan bakteri.
Karbohidrat dan protein dipecah menjadi gasgas atau komponen yang larut
dalam air dan terbawa pergi oleh air tanah. Sedangkan lemak- lemak yang
tertinggal dan bahan bahan yang terlarut, diubah secara perlahan lahan
menjadi minyak bumi melalui reaksi yang menghasilkan bahan- bahan dengan
titik didih rendah. Cairan minyak bumi yang dihasilkan kemudian dapat berpindah
ke pasir alam atau reservoir batu kapur
Unit Pengolahan
Daerah
Kapasitas (Barrel/hari)
1.
Pangkalan Brandan
5.000
2.
180.000
3.
134.000
4.
Cilacap
300.000
5.
Balikpapan
252.000
6.
Balongan
125.000
7.
Kasim Sorong
10.000
JUMLAH
1.010.000
2.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Associater (Canada) Ltd atau Refican dan selesai pada tahun 1969, dengan
kapasitas desain 25 MBSD. Beberapa sejarah penting Kilang Sei Pakning:
1.
Penyerahan kilang dari pihak Refican pada Pertamina pada tahun 1975
2.
3.
4.
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi oleh
Kilang Pertamina UP II Dumai saat ini adalah :
1.
Premium
2.
3.
Aviation Turbin.
4.
Kerosin
5.
LPG
2.
Green Coke.
Saat ini, Pertamina UP II Dumai berencana untuk menghasilkan produk
yang mencakup
produk utama, produk samping, energi, dan limbah untuk industri proses
pengolahan minyak dan gas bumi.
2. Memahami dan dapat menggambarkan diagram alir proses dan sistem
pemroses yang digunakan di Pertamina UP II Dumai.
3. Mendapatkan gambaran tentang wujud pengoperasian sistem pemrosesan atau
fasilitas yang berfungsi sebagai sarana pengolahan minyak dan gas bumi.
4. Merupakan tugas kelompok yng diberikan oleh Ibu Nirwna selaku Dosen mata
kuliah Pengilangan Minyak Bumi dan Nabati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ketika hidrokarbon ditahan pada temperatur yang tinggi selama periode
waktu tertentu dapat diasumsikan akan pecah menjadi dua atau lebih radikal
bebas. Radikal bebas ini kemudian masuk ke sederetan reaksi yang menghasilkan
produk total dengan rentang molekul yang lebar. Rentang produk ini mulai dari
hidrogen sampai bitumen dan coke.
Secara teori, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : panas dipergunakan
untuk mendisosiasikan senyawa (compound) membentuk radikal bebas.
C10H22 C8H17* + C2H5*
Radikal reaktif yang lebih tinggi tidak muncul dalam effluent produk yang
direngkah secara thermal, tetapi tergantung pada ukuran dan lingkungan dimana
mereka bereaksi dengan radikal yang lain. Senyawa-senyawa hidrokarbons
terdekomposisi menjadi olefins, bergabung dengan radikal yang
lain atau bereaksi dengan permukaan logam. Radikal yang besar tidak stabil dan
terdekomposisi membentuk olefins serta radikal yang lebih kecil.
C6H13* C5H10 + CH3*
C8H17* C4H8 + C4H9*
C4H9*
C4H8 + H*
Reaksi rantai radikal bebas berhenti ketika dua radikal berkombinasi atau
ketika terjadi reaksi radikal dengan logam atau racun (poison). BUKU PINTAR
MIGAS INDONESIA
C8H17* + H* C8H18
Reaksi polimerisasi dan kondensasi yang muncul pada kondisi
perengkahan thermal (thermal cracking) dapat berlangsung dalam berbagai cara
membentuk tar aromatik. Coke dan bitumen adalah polimer terakhir (ultimate
polymers). Molekul menjadi sangat besar dengan ikatan silang yang banyak.
Tidak adanya hidrogen akan menurunkan kelarutannya didalam hidrokarbon.
Coke mempunyai rasio hidrogen terhadap carbon kira-kira 1 : 1.
2.1
Catalytic Crackers (FCC) dan thermal cracking tars dianggap sebagai komponen
umpan yang juga penting yaitu untuk meningkatkan kualitas coke.
Coking yields dan sifat produk tergantung pada karakteristik umpan dan
kondisi operasi. Terkait dengan operasi coking, klasifikasi yang sangat umum
dipakai untuk menggambarkan unsur utama dari residu adalah asphaltenes, resins,
dan aromatics.
Fraksi asphaltene adalah non-volatile, zat amorf (amorphous substance)
dengan berat molekul tinggi yang mengandung banyak koloid yang terdispersi
didalam minyak. Asphaltenes terutama tersusun dari carbon, hidrogen, nitrogen,
oksigen, sulfur, vanadium, dan molekul nickel yang tersusun dalam gugus
kompleks (complex clusters) atau lapisan (layers).
Fraksi resin dari residu mempunyai struktur yang sama dengan
asphaltenes. Resin merupakan material yang kental (viscous), yang menjelujur
(tacky materials) dengan volatilitas yang rendah. Berat molekul resin sedikit lebih
rendah daripada asphaltenes dan mengandung sejumlah material yang lebih
terkonsentrasi dari nitrogen dan sulfur.
Sedangkan aromatics adalah struktur yang sederhana yang tersusun dari
enam cincin carbon polisiklis
conradson carbon dari umpan merupakan sifat yang paling menonjol yang
mempengaruhi yield coke. Carbon residue adalah carboneous material yang
dibentuk dan di-pirolisa dari umpan residu dan diukur langsung dari potensi
pembentukan coke dari umpan.
Sifat-sifat yang ikut membantu terjadinya superior coke adalah low sulfur,
low volatile matter content, low metals and ash content, low porosity, low
coefficient of thermal expansion (CTE) dan konduktivitas yang baik. Sifat-sifat
yang terakhir ini diukur setelah kalsinasi (calcining).
electrical furnace
Pembuatan graphite.
3. Needle (jarum).
Needle coke dihasilkan dari highly aromatic thermal tar atau decanted oil
feedstocks. Pada penampakannya, pori-pori yang unidirectional adalah
sangat kecil (very slender), berbentuk elliptical, dan dihubungkan pada
major diameter. Coke dengan sekelilingnya hampa yg mudah pecah dan
setelah pecah membentuk serpihan (splintery) atau bagian berbentuk
jarum (needle).
Disamping coke (typical yield 20% volume on feed) juga dihasilkan :
Gas
berbeda dari distillate yang dihasilkan oleh unit lainnya. Cracked materials lebih
olefinic, lebih padat (denser), kurang stabil, dan incompatible untuk blending
dengan material yang murni (virgin materials). Olefins bersifat
tidak stabil,
dengan adanya udara yang cenderung untuk bereaksi membentuk gum. Blending
dari cracked materials dengan virgin materilas pada proporsi tertentu
menyebabkan perubahan pada pelarutan material yang menghasilkan peningkatan
kandungan BS & W-nya, selain juga akan mem-promote terjadinya color
unstability produk.
10
2.2.1
menggunakan
proses
(cycle)
Coking-Decoking
kedua
chamber
dapat
12
Jika diperlukan,
menggunakan
diinjeksikan dengan
13
yang di-cascade
dengan surge drum bottom level controller. Cold feed bercampur dengan
hot feed dari vacuum bottom di Vacuum Distillation Unit sebelum masuk
ke feed surge drum.
Total fresh feed dari feed surge drum dipompa oleh feed pump
dengan dikendalikan oleh flow controller yang di-cascade ke fractionator
bottom level controller. Aliran ini kemudian dipanaskan di feed/HCGO
heat exchanger, dan kemudian masuk ke main fractionator melalui
distributor. Sebagai alternatif, terdapat line feed yang masuk ke bottom
main fractionator melalui sebuah distributor yang berada di bawah level
liquid normal (50%). Line alternatif ini biasanya dipakai selama start up
atau kapan saja diperlukan untuk mempertahankan panas didalam kolom.
Cracked slop oil dari tangki cracked slop juga dapat ditambahkan ke fresh
feed upstream dari feed/HCGO heat exchanger yang dikendalikan oleh
flow controller.
HCGO ditarik dari HCGO accumulator dan didistribusikan sebagai
berikut:
Dipompa dengan menggunakan pompa sirkulasi dikembalikan ke
main fractionatorsebagai reflux.
Sebagian kecil digunakan sebagai quench ke coke chamber vapor
line.
Mayoritas aliran HCGO dibagi menjadi 3 aliran, yaitu disirkulasi
melalui debutanizer reboiler (dengan dikendalikan oleh flow
controller), disirkulasi melalui feed/HCGO heat
exchanger
14
steam
generator
(dengan
dikendalikan
oleh
flow
main fractionator
18
konvensional yang biasa dipakai untuk mengukur separator karena level yang
diukur adalah level padatan berupa coke. Alat ukur yang biasa digunakan untuk
mengukur level coke chamber adalah level detector radiometric. Level detector
radiometric yang sering digunakan sebagai level detector coke chamber adalah
level detector sinar gamma dan sinar neutron.
Secara teoritis sebenarnya ketinggi coke dalam coke chamber dapat
diperkirakan (linear terhadap total flow pass coking heater), namun level detector
tetap sangat diperlukan untuk :
19
Keterangan gambar:
1. Point source
2. Point detector
3. Kabel
4. Evaluation unit
20
21
2.4
ataupun untuk memaksimumkan yield gas, gasoline, dan produk middle. Yield
dan kualitas produk dipengaruhi oleh variable-variabel operasi sebagai berikut:
1. Sumber Crude dan Jenis Umpan
Sumber crude dan jenis umpan mempunyai pengaruh yang besar pada
yield dan kualitas coke. Conradson carbon content umpan merupakan sifat
yang paling menonjol yang menentukan yield dri coke. Kandungan
conradson carbon yang lebih tinggi dari feed menghasilkan coke yield
yang lebih tinggi. Sifat-sifat umpan yang terdiri dari komponen-komponen
asphaltenes, resin, dan aromatik serta tingkat impuritiesnya, sangat
mempengaruhi kualitas dari coke.
Coke dibentuk dengan mekanisme reaksi yang berbeda, yaitu:
resin
dan
asphaltene
tidak
dikehendaki
dari
untuk
dalam
510C untuk jenis umpan yang sama maka kenaikan temperatur akan
memperbaiki kualitas coke. Kenaikan temperatur coke chamber akan
meningkatkan penguapan hidrokarbon, sehingga akan mengurangi coke
volatile carbon matter content, yang kemudian akan menghasilkan coke
yang lebih keras (kualitas yang diinginkan untuk anode). Namun hal ini
akan menyebabkan kandungan impurities meningkat, karena hidrokarbon
yang teruapkan lebih banyak mengandung hidrokarbon daripada
impurities seperti logam dan sulfur yang sebagian besar tertinggal dalam
coke. Temperatur optimum yang mengakomodir tingkat
kecepatan
dicapai
untuk
mengakomodir
yield
coke
dan
kecepatan
pembentukan coke pada tube coking heater maupun pada transfer line
(antara coking heater dan switching valve).
5. Combined Feed Ratio/CFR
Combined Feed Ratio/CFR didefinisikan sebagai volume dari fractionator
bottoms (fresh feed + recycle; atau total flow pass coking heater) dibagi
dengan volume fresh feed. Jika CFR turun maka coke yang dihasilkan
akan lebih keras coke volatile carbon matter content akan berkurang akibat
jumlah umpan yang mengalir dalam tube coking
heater berkurang
24
25
26
2.5
Troubleshooting
Permasalahan yang terjadi di Delayed Coking Unit bukan hanya
permasalahan yang terkait dengan proses tetapi tidak jarang juga permasalahan
yang terkait dengan mechanical. Beberapa contoh permasalahan, penyebab, dan
troubleshooting yang terjadi di Delayed Coking Unit dapat dilihat dalam table VI
berikut ini:
Istilah-istilah
27
Cold feed Umpan dari tangki penyimpan (bukan dari unit upstream).
DCU.
BAB III
28
KESIMPULAN
Unit Delayed Coking mengkonversi secara thermal minyak berat (heavy
oil) menjadi coke, gas oil, diesel oil, gasoline, dan gas. Ia dirancang untuk
menghasilkan jumlah maksimum dari cracked distillate disamping memproduksi
coke yang mana setelah treatment lebih lanjut dapat dipakai untuk produksi anoda
(anode production). Skema aliran (flow scheme) terdiri dari pengumpanan
(charging) vacuum bottom feedstock yang dikombinasi dengan recycle stream ke
coking heater, penahanan heater efluent di dalam coke chamber, dan fraksionasi
uncoked heater effluent untuk memisahkan product stream. Coke di pindahkan
dari coke chamber dan diumpankan ke Coke Calciner.
Sumber utama dari umpan Delayed Coking Unit adalah reduced crude dari
Vacuum Distillation Unit. Clarified
Catalytic Crackers (FCC) dan thermal cracking tars dianggap sebagai komponen
umpan yang juga penting yaitu untuk meningkatkan kualitas coke.
Coking yields dan sifat produk tergantung pada karakteristik umpan dan
kondisi operasi. Terkait dengan operasi coking, klasifikasi yang sangat umum
dipakai untuk menggambarkan unsur utama dari residu adalah asphaltenes, resins,
dan aromatics.
Disamping coke (typical yield 20% volume on feed) juga dihasilkan :
Gas
1. Seksi coking
2. Seksi fraksinasi
3. Seksi konsentrasi gas
4. Seksi pembangkit steam
5. Seksi penanganan air dan blowdown (dipakai secara intermittent).
Coking unit dapat dioperasikan untuk menghasilkan high quality coke ataupun
untuk memaksimumkan yield gas, gasoline, dan produk middle. Yield dan kualitas
produk dipengaruhi oleh variable-variabel operasi sebagai berikut:
1. Sumber Crude dan Jenis Umpan
2. Temperatur Coke Chamber
3. Tekanan Coke Chamber
4. Residence Time
5. Combined Feed Ratio/CFR
Daftar Pustaka
30
31