Anda di halaman 1dari 9

Saturday, October 16, 2004

DEFINISI REKAM MEDIS


Rekam Medis dalam berbagai kepustakaan dituliskan dalam berbagai pengertian, seperti
dibawah ini:
1. Menurut Edna K Huffman:
Rekam Medis adalah berkas yang menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan
bagaimana
pelayanan yang diperoleb seorang pasien selama dirawat atau menjalani pengobatan.
2. Menurut Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989:
Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana
kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
3. Menurut Gemala Hatta
Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya,
termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi
kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
4. Waters dan Murphy :
Rekam medis adalah suatu kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi tentang keadaan pasien
selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan.
5. IDI :
Rekam medis adalah rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang
diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien.
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:26 PM 0 comments

ISI REKAM MEDIS


Rekam Medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan pasien, yang terdiri dari data
identitas dan data medis. Secara umum isi Rekam Medis dapat dibagi dalam dua kelompok data
yaitu:
1. Data medis atau data klinis:
Yang termasuk data medis adalah segala data tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik,
diagnosis, pengobatan serta hasilnya, laporan dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium,
ronsen dsb. Data-data ini merupakan data yang bersifat rahasia (confidential) sebingga tidak
dapat
dibuka kepada pihak ketiga tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada alasan lain
berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yang memaksa dibukanya informasi tersebut.
2. Data sosiologis atau data non-medis:
Yang termasuk data ini adalah segala data lain yang tidak berkaitan langsung dengan data medis,
seperti data identitas, data sosial ekonomi, alamat dsb. Data ini oleh sebagian orang dianggap
bukan rahasia, tetapi menurut sebagian lainnya merupakan data yang juga bersifat rahasia
( confidensial ).

posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:25 PM 0 comments

PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS


Penyelenggaraan Rekam Medis pada suatu sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu
indikator mutu pelayanan pada institusi tersebut. Berdasarkan data pada Rekam Medis tersebut
akan dapat dinilai apakah pelayanan yang diberikan sudah cukup baik mutunya atau tidak, serta
apakah sudah sesuai standar atau tidak. Untuk itulah, maka pemerintah, dalam hal ini
Departemen Kesehatan merasa perlu mengatur tata cara penyelenggaraan Rekam Medis dalam
suatu Peraturan Menteri Kesehatan agar jelas rambu-rambunya, yaitu berupa Permenkes
No.749a1Menkes/Per/XII/1989.
Secara garis besar penyelenggaraan Rekam Medis dalam Permenkes tersebut diatur sebagai
berikut:
1. Rekam Medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima
pelayanan
(pasal 4). Hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat masih original dan tidak ada yang
terlupakan
karena adanya tenggang waktu.
2. Setiap pencatatan Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas pelayanan
kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sistim pertanggung-jawaban atas pencatatan
tersebut (pasal 5).
3.Jika terdapat kesalahan pencatatan, maka pembetulan catatan yang salah harus dilakukan pada
tulisan yang salah dan diparaf oleh petugas yang bersangkutan (pasal 6 ayat 1). Secara lebih
tegas
ayat 2 dari pasal yang sama menyatakan bahwa penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak
diperbolehkan.
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:24 PM 0 comments

KEPEMILIKAN REKAM MEDIS


Pada saat seorang pasien berobat ke dokter, sebenarnya telah terjadi kontrak terapeutik antara
pasien dan dokter. Hubungan tersebut didasarkan atas kepercayaan pasien bahwa dokter tersebut
mampu mengobatinya, dan akan merahasiakan semua rahasia pasien yang diketahuinya pada saat
hubungan tersebut terjadi. Dalam hubungan tersebut secara otomatis akan banyak data pribadi
pasien tersebut yang akan diketahui oleh dokter serta tenaga kesehatan yang memeriksa pasien
tersebut. Sebagian dari rahasia tadi dibuat dalam bentuk tulisan yang kita kenal sebagai Rekam
Medis. Dengan demikian, kewajiban tenaga kesehatan untuk menjaga rahasia kedokteran,
mencakup juga kewajiban untuk menjaga kerahasiaan isi Rekam Medis.
Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam Medis (secara
fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan. Pasal 10 Permenkes No. 749a
menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, yang
harus disimpan sekurang-kurangnya 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat.
Untuk tujuan itulah di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang
bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis di institusi

tersebut. Karena isi Rekam Medis merupakan milik pasien, maka pada prinsipnya tidak pada
tempatnya jika dokter atau petugas medis menolak memberitahu tentang isi Rekam Medis
kepada pasiennya, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu yang memaksa dokter untuk bertindak
sebaliknya. Sebaliknya, karena berkas Rekam Medis merupakan milik institusi, maka tidak pada
tempatnya pula jika pasien meminjam Rekam Medis tersebut secara paksa, apalagi jika institusi
pelayanan kesehatan tersebut menolaknya.
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:23 PM 0 comments

KEGUNAAN REKAM MEDIS


Permenkes no. 749a tahun 1989 menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5 ,manfaat yaitu:
Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.
Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum
Bahan untuk kepentingan penelitian
Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan
Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.
Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 6 manfaat, yang untuk mudahnya
disingkat sebagai ALFRED, yaitu:
1. Administrative value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif pelayanan
kesehatan.
2. Legal value: Rekam medis dapat.dijadikan bahan pembuktian di pengadilan
3. Financial value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan
kesehatan
yang harus dibayar oleh pasien
4. Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangan
kedokteran, keperawatan dan kesehatan.
5. Education value: Data-data dalam Rekam Medis dapat bahan pengajaran dan pendidikan
mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.
6. Documentation value: Rekam medis merupakan sarana untuk penyimpanan berbagai dokumen
yang berkaitan dengan kesehatan pasien.
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:20 PM 0 comments

PENGGUNAAN REKAM MEDIS UNTUK PENINGKATAN MUTU


Dalam audit medis, umumnya sumber data yang digunakan adalah rekam medis pasien, baik
pasien rawat jalan maupun yang rawat inap. Rekam medis adalah sumber data yang paling baik
di rumah sakit, meskipun banyak memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan rekam medis adalah
sering tidak adanya beberapa data yang bersifat sosial-ekonomi pasien, seringnya pengisian
rekam medis yang tak lengkap, tidak tercantumnya persepsi pasien, tidak berisi penatalaksanaan
pelengkap seperti penjelasan dokter dan perawat, seringkali tidak memuat kunjungan kontrol
pasca perawatan inap, dll.
Audit medis diharapkan akan menyebabkan peningkatan mutu dan efektifitas pelayanan medis di

sarana kesehatan tersebut. Namun di samping itu, kita juga perlu memperhatikan dampak lain,
seperti dampaknya terhadap perilaku para profesional, tanggung-jawab manajemen terhadap nilai
dari audit medis tersebut, seberapa jauh mempengaruhi beban kerja, rasa akuntabilitas, prospek
karier dan moral, dan jenis pelatihan yang diperlukan.
Aspek legal terpenting dari audit medis adalah penggunaan informasi medis pasien, yang tentu
saja terkait dengan wajib simpan rahasia kedokteran. Pada Permenkes RI tentang rekam medis
disebutkan bahwa salah satu tujuan dari rekam medis adalah untuk riset dan sebagai data dalam
melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan medis. Permenkes ini juga memberikan peluang
pembahasan informasi medis seseorang pasien di kalangan profesi medis untuk tujuan rujukan
dan pengembangan ilmiah. Asosiasi Dokter Sedunia (WMA, Oktober 1983) juga menyatakan
bahwa penggunaan informasi medis untuk tujuan riset dan audit dapat dibenarkan:
It is not a breach of confidentiality to release or transfer confidential health care information
required for the purpose of conducting scientific researchs, management audits, financial
audits, program evaluations, or similar studies, provided the information released does not
identify, directly or indirectly, any individual patient in any report of such research, audit or
evaluation, or otherwise disclose patient identities in any manner (Statement of World
Medical Association, 1983).
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:19 PM 0 comments

PEMBUKAAN INFORMASI MEDIS


Pada prinsipnya informasi medis pasien dalam Rekam Medis adalah rahasia kedokteran yang
harus dijaga dari pihak ketiga. Akan tetapi pada keadaan-keadaan tertentu informasi tersebut bisa
saja dibuka. The American Medical Record Association menyatakan bahwa informasi medis
dapat dibuka dalam hal : (a) memperoleh otorisasi tertulis dari pasien,
(b) sesuai dengan ketentuan undang-undang,
(c) diberikan kepada sarana kesehatan lain yang saat ini menangani pasien,
(d) untuk evaluasi perawatan medis,
(e) untuk riset dan pendidikan sesuai dengan peraturan setempat. (2)
Di pihak lain, audit medis yang mereview rekam medis dapat saja menemukan kesalahankesalahan orang, kesalahan prosedur, kesalahan peralatan dan lain-lain, sehingga dapat
menimbulkan rasa kurang nyaman bagi para profesional (dokter, perawat, dan profesi kesehatan
lain). Oleh karena itu perlu diingat bahwa audit medis bertujuan untuk mengevaluasi pelayanan
medis dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan bukan untuk mencari kesalahan
dan menghukum seseorang. Tindakan manajemen yang diusulkan oleh panitia untuk mengoreksi
perilaku dan atau kapasitas perorangan harus dilakukan secara bijaksana sehingga tidak terkesan
sebagai sanksi hukuman. Boleh dikatakan bahwa audit medis tidak mencari pelaku kesalahan
(liable person/parties), melainkan lebih untuk menemukan risiko yang dapat dicegah (avoidable
risks) sehingga arahnya benar-benar menuju peningkatan kualitas dan keamanan.
Dengan demikian dalam melaksanakan audit medis perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Semua orang / staf yang turut serta dalam audit medis adalah mereka yang telah disumpah
untuk
menjaga kerahasiaan kedokteran sebagaimana diatur dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah No 10
tahun 1966, dikenal memiliki integritas yang tinggi dan memperoleh penunjukan resmi dari
direksi.

2.Semua formulir data yang masuk dalam rangka audit medis tetap memiliki tingkat kerahasiaan
yang sama dengan rekam medis, termasuk seluruh fotokopi dan fax.
3.Harus disepakati tentang sanksi bagi pelanggaran atas rahasia kedokteran ini, misalnya
penghentian
penugasan / akses atas rekam medis, atau bahkan penghentian hubungan kerja.
4.Seluruh laporan audit tidak diperkenankan mencantumkan identitas pasien, baik secara
langsung
maupun tidak langsung.
5.Seluruh hasil audit medis ditujukan untuk kepentingan perbaikan pelayanan medis di rumah
sakit
tersebut, tidak dapat dipergunakan untuk sarana kesehatan lain dan tidak digunakan untuk
menyalahkan atau menghukum seseorang atau satu kelompok orang.
6.Seluruh hasil audit medis tidak dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan (dalam keadaan
tertentu, rekam medis tetap dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan)
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:18 PM 0 comments

PENYIMPANAN REKAM MEDIS


Pasal 10 Pennenkes No. 749a menyatakan secara tegas bahwa Rekam Medis harus disimpan
sekurang-kurangnya 5 tahun terhitung sejak saat pasien terakhir berobat. Jika dibandingkan
dengan negara-negara lain, masa penyimpanan ini tennasuk singkat. Di negara bagian Califonnia
Amerika Serikat, penyimpanan rekam medis adalah 7 tahun sejak terakhir kali pasien berobat.
Untuk pasien anak-anak, penyimpanan berkasnya bahkan sampai yang bersangkutan berusia 21
tahun , dan kalau perlu bahkan sampai 28 tahun. Di Pensylvania masa penyimpanannya lebih
lama yaitu sampai 15 tahun, bahkan di negara Israel sampai 100 tahun. Dalam rangka
penghematan ruangan penyimpanan, ada beberapa negara yang membolehkan berkas yang
berusia lebih dari 3 tahun dari saat terakhir pasien berobat, dialihkan menjadi berkas dalam
microfilm.
Khusus untuk kasus-kasus yang menjadi perkara di pengadilan, American Medical Record
Association dan American Hospital Association membuat pengaturan lebih lanjut dalam
Statement on Preservation of Patient Medical Record in Health Care Institution. Dalam aturan
tersebut dikatakan bahwa pada kasus biasa berkas Rekam Medis disimpan sampai 10 tahun
terhitung dari saat pasien terakhir berobat. Sedang pada kasus yang diperkarakan di pengadilan,
penyimpanan berkas Rekam Medisnya lebih lama lagi yaitu 10 tahun kemudian terhitung sejak
perkara terakhimya selesai. Berkas yang telah habis masa penyimpannya dapat dimusnahkan,
kecuali jika ada halangan oleh peraturan lain.
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:18 PM 0 comments

KOMPUTERISASI REKAM MEDIS


Pemanfaatan komputer sebagai sarana pembuatan dan pengiriman informasi medis merupakan
upaya untuk mempercepat dan mempertajam gerak informasi medis untuk kepentingan ketepatan

tindakan medis. Namun di sisi lain dapat menimbulkan masalah baru di bidang kerahasiaan dan
privacy pasien. Bila data medis pasien jatuh ke tangan orang yang tidak berhak, maka dapat
terjadi masalah hukum dan tanggung-jawab harus ditanggung oleh dokternya atau RS. Untuk itu
maka standar pelaksanaan pembuatan dan penyimpanan rekam medis yang selama ini berlaku
bagi berkas kertas harus pula diberlakukan pada berkas elektronik. Umumnya komputerisasi
tidak mengakibatkan rekam medis menjadi paperless, tetapi hanya menjadi less paper. Beberapa
data seperti data identitas, informed consent, hasil konsultasi, hasil radiologi dan imaging harus
tetap dalam bentuk kertas (print out).
Konsil Asosiasi Dokter Sedunia di bidang etik dan hukum menerbitkan ketentuan di bidang ini
pada tahun 1994. Beberapa petunjuk yang penting adalah :
1.Informasi medis hanya dimasukkan ke dalam komputer oleh personil yang berwenang.
2.Data pasien harus dijaga dengan ketat. Setiap personil tertentu hanya bisa mengakses data
tertentu
yang sesuai, dengan menggunakan security level tertentu.
3.Tidak ada informasi yang dapat dibuka tanpa ijin pasien. Distribusi informasi medis harus
dibatasi
hanya kepada orang-orang yang berwenang saja. Orang-orang tersebut tidak diperkenankan
memindahtangankan informasi tersebut kepada orang lain.
4.Data yang telah tua dapat dihapus setelah memberitahukan kepada dokter dan pasiennya
(atau
ahli warisnya).
5.Terminal yang on-line hanya dapat digunakan oleh orang yang berwenang.
Rekam medis yang berbentuk kertas umumnya disimpan di Bagian Rekam Medis. Orang yang
akan mengaksesnya harus menunjukkan kartu pengenal atau surat ijin dari direksi atau pejabat
yang ditunjuk. Tetapi, sekali rekam medis ini keluar dari sarangnya, petugas rekam medis tidak
dapat lagi mengendalikannya. Mungkin saja rekam medis ini dikopi, diedarkan, dll.
Komputerisasi rekam medis harus menerapkan sistem yang mengurangi kemungkinan kebocoran
informasi ini. Setiap pemakai harus memiliki PIN dan password, atau menggunakan sidik jari
atau pola iris mata sebagai pengenal identitasnya. Data medis juga dapat dipilah-pilah
sedemikian rupa, sehingga orang tertentu hanya bisa mengakses rekam medis sampai batas
tertentu. Misalnya seorang petugas registrasi hanya bisa mengakses identitas umum pasien,
seorang dokter hanya bisa mengakses seluruh data milik pasiennya sendiri, seorang petugas
billing hanya bisa mengakses informasi khusus yang berguna untuk pembuatan tagihan, dll.
Bila si dokter tidak mengisi sendiri data medis tersebut, ia harus tetap memastikan bahwa
pengisian rekam medis yang dilakukan oleh petugas khusus tersebut telah benar.
Sistem juga harus dapat mendeteksi siapa dan kapan ada orang yang mengakses sesuatu data
tertentu (footprints). Di sisi lain, sistem harus bisa memberikan peluang pemanfaatan data medis
untuk kepentingan auditing dan penelitian. Dalam hal ini perlu diingat bahwa data yang
mengandung identitas tidak boleh diakses untuk keperluan penelitian. Kopi rekam medis juga
hanya boleh dilakukan di kantor rekam medis sehingga bisa dibatasi peruntukannya. Suatu
formulir perjanjian dapat saja dibuat agar penerima kopi berjanji untuk tidak membuka
informasi ini kepada pihak-pihak lainnya.

Pengaksesan rekam medis juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang tidak
berwenang tidak dapat mengubah atau menghilangkan data medis, misalnya data jenis readonly yang dapat diaksesnya. Bahkan orang yang berwenang mengubah atau menambah atau
menghilangkan sebagian data, harus dapat terdeteksi perubahannya dan siapa dan kapan
perubahan tersebut dilakukan.
Masalah hukum lainnya dalam komputerisasi rekam medis adalah apakah rekam medis elektonik
tersebut masih dapat dikategorikan sebagai bukti hukum dan bagaimana pula dengan bentuk
elektronik dari informed consent ? Memang kita menyadari bahwa berkas elektronik juga
merupakan bukti hukum, namun bagaimana membuktikan ke-otentik-annya? Bila di berkas
kertas selalu dibubuhi paraf setiap ada perubahan, bagaimana dengan berkas elektronik? Di sisi
lain, komputerisasi mungkin memberikan bukti yang lebih baik, yaitu perintah jarak jauh yang
biasanya hanya berupa per-telepon (tanpa bukti), maka sekarang dapat diberikan lewat email
yang diberi signature.
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:16 PM 0 comments

ASPEK MEDIKOLEGAL
Diantara semua manfaat Rekam Medis , yang terpenting adalah aspek legal Rekam Medis. Pada
kasus malpraktek medis, keperawatan maupun farmasi, Rekam Medis merupakan salah satu
bukti tertulis yang penting. Berdasarkan informasi dalam Rekam Medis, petugas hukum serta
Majelis Hakim dapat menentukan benar tidaknya telah terjadi tindakan malpraktek, bagaimana
terjadinya malpraktek tersebut serta menentukan siapa sebenarnya yang bersalah dalam perkara
tersebut.
Dibawah ini diberikan beberapa ilustrasi kasus yang menunjukkan bagaimana Rekam Medis
digunakan dalam pembuktian kasus malpraktek:
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:15 PM 0 comments

1. Kasus Collins vs Westlake Community Hospital, 1974


Pada kasus ini pasien menggugat staf perawat di RS, yang menurutnya telah lalai dalam
mengawasi kondisi dan sirkulasi peredaran darah pada kakinya selama dipasangi spalk kayu
sehingga kakinya menjadi busuk dan harus diamputasi. Pengadilan memeriksa Rekam Medis dan
dalam catatan perawat tidak didapatkan adanya catatan perawatan selama 7 jam yang kritis,
menunjukkan adanya unsur kelalaian perawat.
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:14 PM 0 comments

2. Kasus Wagner vs Kaiiser Foundation Hospital, 1979


Seorang pasien mengalami kerusakan otak setelah menjalani operasi mata. Hal ini diduga terjadi
akibat kelalaian perawat dalam pengawasan jumlah dan kedalaman pernapasan selama pasien
berada dalam ruang pulih sadar (recovery room ), sesaat setelah operasi selesai dilaksanakan.
Dalam pembuktian di pengadilan didapatkan bahwa tidak didapatkan adanya catatan mengenai
pengawasan tersebut pada kartu pencatatan yang sudah disediakan di recovery room. Dalam

putusannya, Majelis Hakim menyalahkan petugas kesehatan tersebut karena menurutnya jika
pengawasan jumlah dan kedalaman pernapasan dilakukan dengan baik, maka akan dapat segera
diketahui komplikasi yang terjadi dan karenanya masih ada waktu untuk memberikan oksigen
untuk mencegah kerusakan otak.
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:13 PM 0 comments

3. Kasus Fatuck vs Hillside Hospital, 1975


Pada kasus ini seorang psikiater memberi instruksi kepada perawat untuk mengecek seorang
pasien penyakit jiwa setiap 15 menit. Ternyata pasien tersebut melarikan diri dan berhasil bunuh
diri. Dalam pembuktian di pengadilan, pada Rekam Medis(yaitu dalam catatan perawatan) tidak
dijumpai adanya laporan observasi setiap 15 menit. Majelis hakim menyimpulkan bahwa
berdasarkan Rekam Medis dalam kasus ini telah ada bukti kuat adanya kelalaian (prima facie
case of negligence).
Aspek medikolegal lain dari Rekam Medis adalah ketika seorang petugas kesehatan dituntut
karena membuka rahasia kedokteran (isi Rekam Medis) kepada pihak ketiga tanpa izin pasien
atau bahkan menolak memberitahukan isi rekam medis (yang merupakan milik pasien) ketika
pasien menanyakannya. Seorang tenaga kesehatan dapat secara sengaja membuka rahasia pasien
(isi Rekam Medis) dengan cara menyampaikannya secara langsung kepada orang lain. Akan
tetapi ia dapat juga membukanya secara tidak sengaja, yaitu ketika ia membicarakan keadaan
pasien dengan petugas kesehatan lain di depan umum atau jika ia menaruh Rekam Medis secara
sembarangan sehingga orang yang tidak berkepentingan dapat melihatnya. Untuk tindakan
membuka rahasia ini petugas kesehatan dapat dikenakan sanksi pidana, perdata maupun
administratif. Secara pidana membuka rahasia kedokteran diancam pidana melanggar pasal 322
KUHP dengan ancaman hukuman selama-lamanya 9 bulan penjara. Secara perdata, pasien yang
merasa dirugikan dapat meminta ganti rugi berdasarkan pasal 1365 jo 1367 KUH Perdata. Secara
administratif, PP No.10 tahun 1966 menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang membuka rahasia
kedokteran dapat dikenakan sanksi administratif, meskipun pasien tidak menuntut dan telah
memaafkannya.
posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 11:12 PM 0 comments

PENUTUP
Setiap pelayanan kesehatan, berdasarkan Permenkes No. 749a tahun 1989 diwajibkan untuk
memiliki Rekam Medis. Rekam Medis merupakan cerminan mutu pelayanan institusi pelayanan
kesehatan. Rekam Medis memiliki 6 manfaat yaitu sebagai nilai administrative, nilai legal, nilai
finansial, nilai riset, nilai edukasi serta nilai dokumentatif. Sebagai suatu catatan mengenai
seorang pasien, maka isi Rekam Medis merupakan rahasia kedokteran yang harus dirahasiakan
terhadap pihak ketiga dan merupakan milik pasien. Sebaliknya, secara fisik Rekam Medis
merupakan berkas milik institusi perlayanan kesehatan sehingga pasien tidak dapat seenaknya
meminjam Rekam Medis dari RS. Sementara itu secara hukum Rekam Medis merupakan salah
satu data yang dapat digunakan dalam pembuktian kasus malpraktek di pengadilan. Di lain
pihak, sebagai salah satu dokumentasi keadaan pasien, isi Rekam Medis merupakan rahasia
kedokteran yang harus dijaga kerahasiannya oleh setiap tenaga kesehatan. Pembukaan isi Rekam

Medis secara melanggar hukum dapat menyebabkan tenaga kesehatan yang bersangkutan
dikenakan sanksi pidana, perdata, maupun administratif.
Jakarta, 28-29 Agustus 2004

Anda mungkin juga menyukai