PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami
perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang kesehatan
yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis
untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang
lain. Sampai sekarang penelitian tentang transplantasi organ masih terus dilakukan.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan
pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi
ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di Cina, pada tahun 1999 tercatat hanya 24
transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78 angka. Sedangkan tahun 2003
angkanya bertambah 356. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali
transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China memang
meningkat drastis. Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat melebihi Amerika Serikat.
Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi organ dengan penerima organ hampir terjadi di
seluruh dunia.
Sedangkan transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan
suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga
menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ
dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang
sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada
penerima.
Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23 tahun
1992 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu
pertanyaan tentang relevansi antara Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang dimana
Peraturan Pemerintah diterbitkan jauh sebelum Undang-Undang. (Binchoutan,2008)
1
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui praktek transplantasi organ di dunia pada umumnya dan praktek transplantasi
organ di Indonesia pada khususnya dilihat dari sudut dilema etik dan dari segi agama islam.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian transplantasi organ
2. Mengetahui Klasifikasi transplantasi organ
3. Mengetahui penyebab transplantasi organ
4. Mengetahui transplantasi organ dari segi agama
D. Manfaat
Bagi penulis :
1. Makalah ini disusun sebagai tugas Semester Pendek mata kuliah Agama Islam
2. Sebagai sarana memperluas wawasan mengenai transplantasi organ
Bagi Pembaca
3. Sebagai sarana mengetahui apa itu transplantasi organ
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Transplantasi Organ
Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan
atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau
tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut melipui kecocokan
organ dari donor dan resipen.
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya
hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan
hampir tidak ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan atau
organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri. Organ tubuh yang
ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan mata. namun dalam
perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu
orang yang sangat memerlukannya.
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ adalah
rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang
berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan organ dan atau jaringan tubuh. Pengertian lain mengenai transplantasi organ
adalah berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakan
medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh
orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau
organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya transplantasi organ dapat dikategorikan
sebagai life saving. Live saving maksudnya adalah dengan dilakukannya transplantasi
diharapkan bisa memperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan dari penyakit yang
dideritanya.
jaringan yang pertama kali dilakukan di Mesir sekitar 2000 tahun sebelum diutusnya Nabi Isa
as. Sedang di India beberapa puluh tahun sebelum lahirnya Nabi Isa as. seorang ahli bedah
bangsa Hindu telah berhasil memperbaiki hidung seorang tahanan yang cacat akibat siksaan,
dengan cara mentransplantasikan sebagian kulit dan jaringan lemak yang diambil dari
lengannya. Pengalaman inilah yang merangsang Gaspare Tagliacosi, seorang ahli bedah Itali,
pada tahun 1597M untuk mencoba memperbaiki cacat hidung seseorang dengan
menggunakan kulit milik kawannya.
Pada ujung abad ke-19 M para ahli bedah, baru berhasil mentransplantasikan jaringan,
namun sejak penemuan John Murphy pada tahun 1897 yang berhasil menyambung pembuluh
darah pada binatang percobaan, barulah terbuka pintu percobaan mentransplantasikan organ
dari manusia ke manusia lain. Percobaan yang telah dilakukan terhadap binatang akhirnya
berhasil, meskipun ia menghabiskan waktu cukup lama yaitu satu setengah abad. Pada tahun
1954 M Dr. J.E. Murray berhasil mentransplantasikan ginjal kepada seorang anak yang
berasal dari saudara kembarnya yang membawa perkembangan pesat dan lebih maju dalam
bidang transplantasi.
Tatkala Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, ilmu bedah sudah dikenal di berbagai
negara dunia, khususnya negara-negara maju saat itu, seperti dua negara adidaya Romawi dan
Persia. Namun pencangkokan jaringan belum mengalami perkembangan yang berarti,
meskipun sudah ditempuh berbagai upaya untuk mengembangkannya. Selama ribuan tahun
setelah melewati bantuk eksperimen barulah berhasil pada akhir abad ke-19 M, untuk
pencangkokan jaringan, dan pada pertengahan abad ke-20 M untuk pencangkokan organ
manusia.
Di masa Nabi saw. negara Islam telah memperhatikan masalah kesehatan rakyat,
bahkan senantiasa berupaya menjamin kesehatan dan pengobatan bagi seluruh rakyatnya
secara cuma-cuma. Ada beberapa dokter ahli bedah di masa Nabi yang cukup terkenal seperti
al Harth bin Kildah dan Abu Ramtah Rafa'ah, juga Rafidah al Aslamiyah dari kaum wanita.
Meskipun pencangkokan organ tubuh belum dikenal oleh dunia saat itu, namun
operasi plastik yang menggunakan organ buatan atau palsu sudah dikenal di masa Nabi saw,
sebagaimana yang diriwayatkan Imam Abu Daud dan Tirmidzi dari Abdurrahman bin Tharfah
(Sunan Abu Dawud, hadits. no.4232) "bahwa kakeknya 'Arfajah bin As'ad pernah terpotong
hidungnya pada perang Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam perak, namun
hidung tersebut mulai membau (membusuk), maka Nabi saw. menyuruhnya untuk memasang
4
hidung (palsu) dari logam emas". Imam Ibnu Sa'ad dalam Thabaqatnya (III/58) juga telah
meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa 'Utsman (bin 'Affan) pernah memasang
mahkota gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat (tahan lama).
Pada periode Islam selanjutnya berkat doktrin Islam tentang urgensi kedokteran mulai
bertebaran karya-karya monumental kedokteran yang banyak memuat berbagai praktek
kedokteran termasuk transplantasi dan sekaligus mencuatkan banyak nama besar dari
ilmuwan muslim dalam bidang kesehatan dan ilmu kedokteran, diantaranya adalah: Al-Rozy
(Th.251-311 H.) yang telah menemukan dan membedakan pembuluh vena dan arteri
disamping banyak membahas masalah kedokteran yang lain seperti, bedah tulang dan gips
dalam bukunya Al-Athibba. Lebih jauh dari itu, mereka bahkan telah merintis proses
spesialisasi berbagai kajian dari suatu bidang dan disiplin. Az-Zahrawi ahli kedokteran
muslim yang meninggal di Andalusia sesudah tahun 400-an Hijriyah telah berhasil dan
menjadi orang pertama yang memisahkan ilmu bedah dan menjadikannya subjek tersendiri
dari bidang Ilmu Kedokteran. Beliau telah menulis sebuah buku besar yang monumental
dalam bidang kedokteran khususnya ilmu bedah dan diberi judul "At-tashrif".
Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006)
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut,
untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan
kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit, ginjal,
sumsum tulang dan darah (tranfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah :
jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak.
Transplantasi atau pencangkokan organ tubuh adalah pemindahan organ tubuh tertentu
yang mempunyai daya hidup yang sehat, dari seseorang untuk menggantikan organ tubuh
yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik milik orang lain.
Orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor), sedang yang
menerima disebut repisien.
Cara ini merupakan solusi bagi penyembuhan organ tubuh tersebut karena
penyembuhan/pengobatan dengan prosedur medis biasa tidak ada harapan kesembuhannya.
Ditinjau dari segi kondisi donor (pendonor)-nya maka ada tiga keadaan donor:
1. Donor dalam keadaan hidup sehat;
2. Donor dalam kedaan sakit (koma) yang diduga kuat akan meninggal segera;
3. Donor dalam keadaan meninggal.
Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan
donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :
Untuk menentukan hukum boleh tidaknya transplantasi organ tubuh, perlu dilihat kapan
pelakasanaannya.
Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi dilakukan, yaitu pada saat donor
masih hidup sehat, donor ketika sakit (koma) dan didiuga kuat akan meninggal dan donor
dalam keadaan sudah meninggal. Berikut hukum transplantasi sesuai keadaannya masingmasing.
Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan sehat
wal afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk Zuhdi, dilarang (haram) berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut:
1. Firman Allah dalam surat Al-Baqaroah: 195
Artinya:Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan
Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata atau ginjalnya kepada orang lain
yang buta atau tidak mempunyai ginjal ia (mungkin) akan menghadapi resiko sewaktuwaktu mengalami tidak normalnya atau tidak berfungsinya mata atau ginjalnya yang tinggal
sebuah itu (Ibid, 88).
2.
3.
seseorang
untuk
memotong
bagian
tubuhnya
yang
ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS
Al Baqarah: 178)
Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu orang hidup
dapat dibedakan sebagai berikut:
Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS Al-Maaidah 2)
10
11
Dalam
kaitannya
dengan
masalah
transplantasi,
organ
yang
13
termasuk dalam kategori obat yang mana kita diperintahkan Nabi untuk
mencarinya bagi yang sakit.
2) Penanaman jaringan/organ yang diambil dari binatang najis/haram.
Binatang tersebut najis/ haram seperti, babi atau bangkai binatang
dikarenakan mati tanpa disembelih secara islami terlebih dahulu. Dalam
hal ini tidak dibolehkan kecuali dalam kondisi yang benar-benar gawat
darurat dan tidak ada pilihan (alternatif organ) lain. (QS Al Baqarah: 173,
Al Maidah: 3).
14
b)
c)
d)
e)
15
Sebagaimana halnya dalam kasus-kasus lain, karena karakter fikih dalam Islam,
pendapat yang muncul tak hanya satu, tapi beragam, dan satu dengan lainnya bahkan
terkadang saling bertolak belakang, meski menggunakan sumber-sumber yang
identik. Berikut akan disampaikan beberapa pandangan yang cukup populer mengenai
pro dan kontra transplantasi organ.
Pandangan yang mendukung (pro) transplantasi organ, memiliki beberapa dasar
sebagai berikut:
a) Kesejahteraan publik (maslahah): pada dasarnya manipulasi organ memang
tak diperkenankan, meski demikian ada beberapa pertimbangan lain yang bisa
mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya untuk menyelamatkan hidup
manusia, yang mendapat bobot amat tinggi dalam hukum Islam. Dengan
alasan ini pun, ada beberapa kualifikasi yang mesti diperhatikan:
Pencangkokan organ boleh dilakukan jika tak ada alternatif lain untuk
menyelamatkan nyawa ; derajat keberhasilannya cukup tinggi ada persetujuan
dari pemilik organ asli (atau ahli warisnya); penerima organ sudah tahu persis
segala implikasi pencangkokan (informed consent).
b) Altruisme : ada kewajiban yang amat kuat bagi Muslim untuk membantu
manusia lain, khususnya sesama Muslim; pendonoran organ secara sukarela
merupakan bentuk altruisme yang amat tinggi (tentu ini dengan anggapan
bahwa si donor tak menerima uang untuk tindakannya), dan karenanya
dianjurkan. Sekali lagi, untuk ini pun ada beberapa syarat:
dilakukan
jual-beli.
16
a)
b)
c)
Masalah
Apabila transplantasi organ tubuh diperbolehkan, lalu bagaimana apabila organ tubuh
tersebut dipakai oleh resipien melakukan tindakan dosa atau tindakan yang berpahala?
Dengan kata lain, apakah pemilik organ tubuh asal akan mendapat pahala, jika organ tubuh
tersebut dipakai repisien untuk melakukan perbuatan yang baik. Sebaliknya, apakah pendonor
akan mendapat dosa apabila organ tubuh tersebut dipakai repisien melakukan dosa?
Pendonor tidak akan mendapat pahala dan dosa akibat perbuatan repisien, berdasarkn dalildalil berikut ini:
1.
Firman Allah:
Hadits Rasulullah:
17
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Transplantasi merupakan hal yang sangat rumit dalam pengambilan tindakan yang tepat,
karena banyak pendapat yang menentang dan mendukung tentang pelaksanaan transplantasi
dengan berbagai alasan yang berbeda-beda. dari uraian pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa hukum pelaksanaan transplantasi organ itu bergantung pada alasana
mengapa harus melakukan hal tersebut. jika alasannya tidak mendukung maka kegiatan
18
DAFTAR PUSTAKA
Aibak, Kutbuddin, Fiqh Kontemporer, Surabaya: Lembaga Kajian Agama dan Filsafat, 2009.
As-Sayuthi, Imam Jalaluddin `Abdirrahman ibn Abi Bakr, Al-Asybahu wan Nadhair,
Surabaya: Toko Kitab Hidayah, 1965.
Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, Depag RI: 2002.
Nata, Abuddin, Masail Al-Fiqhiyah, Jakarta: Kencana, 2006.
Nawawi, Imam, Terjemah Matan Hadits Arba`in, Solo: Insan Kamil, 2010.
Qardhawi, Yusuf, Fatwa-fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
19