Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami
perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang kesehatan
yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis
untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang
lain. Sampai sekarang penelitian tentang transplantasi organ masih terus dilakukan.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan
pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi
ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di Cina, pada tahun 1999 tercatat hanya 24
transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78 angka. Sedangkan tahun 2003
angkanya bertambah 356. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali
transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China memang
meningkat drastis. Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat melebihi Amerika Serikat.
Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi organ dengan penerima organ hampir terjadi di
seluruh dunia.
Sedangkan transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan
suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga
menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ
dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang
sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada
penerima.
Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23 tahun
1992 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu
pertanyaan tentang relevansi antara Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang dimana
Peraturan Pemerintah diterbitkan jauh sebelum Undang-Undang. (Binchoutan,2008)
1

Penulis mengambil tema makalah Transplantasi organ dikarenakan maraknya kasus


transplantasi di Indonesia serta masih adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat maupun
dunia kesehaan tentang etis dan tidaknya praktek transplantasi organ.
B. Pokok Permasalahan
1. Apa pengertian Transplantasi Organ
2. Apa saja klasifikasi Transplantasi Organ
3. Apa penyebab Transplantasi Organ
4.

Bagaimana pandangan agama mengenai transplantasi organ

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui praktek transplantasi organ di dunia pada umumnya dan praktek transplantasi
organ di Indonesia pada khususnya dilihat dari sudut dilema etik dan dari segi agama islam.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian transplantasi organ
2. Mengetahui Klasifikasi transplantasi organ
3. Mengetahui penyebab transplantasi organ
4. Mengetahui transplantasi organ dari segi agama
D. Manfaat
Bagi penulis :
1. Makalah ini disusun sebagai tugas Semester Pendek mata kuliah Agama Islam
2. Sebagai sarana memperluas wawasan mengenai transplantasi organ
Bagi Pembaca
3. Sebagai sarana mengetahui apa itu transplantasi organ

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Transplantasi Organ
Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan
atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau
tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut melipui kecocokan
organ dari donor dan resipen.
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya
hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan
hampir tidak ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan atau
organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri. Organ tubuh yang
ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan mata. namun dalam
perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu
orang yang sangat memerlukannya.
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ adalah
rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang
berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan organ dan atau jaringan tubuh. Pengertian lain mengenai transplantasi organ
adalah berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakan
medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh
orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau
organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya transplantasi organ dapat dikategorikan
sebagai life saving. Live saving maksudnya adalah dengan dilakukannya transplantasi
diharapkan bisa memperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan dari penyakit yang
dideritanya.

B. Sejarah Perkembangan Transplantasi Organ


Transplantasi jaringan mulai dipikirkan oleh dunia sejak 4000 tahun silam menurut
manuscrip yang ditemukan di Mesir yang memuat uraian mengenai eksperimen transplantasi
3

jaringan yang pertama kali dilakukan di Mesir sekitar 2000 tahun sebelum diutusnya Nabi Isa
as. Sedang di India beberapa puluh tahun sebelum lahirnya Nabi Isa as. seorang ahli bedah
bangsa Hindu telah berhasil memperbaiki hidung seorang tahanan yang cacat akibat siksaan,
dengan cara mentransplantasikan sebagian kulit dan jaringan lemak yang diambil dari
lengannya. Pengalaman inilah yang merangsang Gaspare Tagliacosi, seorang ahli bedah Itali,
pada tahun 1597M untuk mencoba memperbaiki cacat hidung seseorang dengan
menggunakan kulit milik kawannya.
Pada ujung abad ke-19 M para ahli bedah, baru berhasil mentransplantasikan jaringan,
namun sejak penemuan John Murphy pada tahun 1897 yang berhasil menyambung pembuluh
darah pada binatang percobaan, barulah terbuka pintu percobaan mentransplantasikan organ
dari manusia ke manusia lain. Percobaan yang telah dilakukan terhadap binatang akhirnya
berhasil, meskipun ia menghabiskan waktu cukup lama yaitu satu setengah abad. Pada tahun
1954 M Dr. J.E. Murray berhasil mentransplantasikan ginjal kepada seorang anak yang
berasal dari saudara kembarnya yang membawa perkembangan pesat dan lebih maju dalam
bidang transplantasi.
Tatkala Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, ilmu bedah sudah dikenal di berbagai
negara dunia, khususnya negara-negara maju saat itu, seperti dua negara adidaya Romawi dan
Persia. Namun pencangkokan jaringan belum mengalami perkembangan yang berarti,
meskipun sudah ditempuh berbagai upaya untuk mengembangkannya. Selama ribuan tahun
setelah melewati bantuk eksperimen barulah berhasil pada akhir abad ke-19 M, untuk
pencangkokan jaringan, dan pada pertengahan abad ke-20 M untuk pencangkokan organ
manusia.
Di masa Nabi saw. negara Islam telah memperhatikan masalah kesehatan rakyat,
bahkan senantiasa berupaya menjamin kesehatan dan pengobatan bagi seluruh rakyatnya
secara cuma-cuma. Ada beberapa dokter ahli bedah di masa Nabi yang cukup terkenal seperti
al Harth bin Kildah dan Abu Ramtah Rafa'ah, juga Rafidah al Aslamiyah dari kaum wanita.
Meskipun pencangkokan organ tubuh belum dikenal oleh dunia saat itu, namun
operasi plastik yang menggunakan organ buatan atau palsu sudah dikenal di masa Nabi saw,
sebagaimana yang diriwayatkan Imam Abu Daud dan Tirmidzi dari Abdurrahman bin Tharfah
(Sunan Abu Dawud, hadits. no.4232) "bahwa kakeknya 'Arfajah bin As'ad pernah terpotong
hidungnya pada perang Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam perak, namun
hidung tersebut mulai membau (membusuk), maka Nabi saw. menyuruhnya untuk memasang
4

hidung (palsu) dari logam emas". Imam Ibnu Sa'ad dalam Thabaqatnya (III/58) juga telah
meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa 'Utsman (bin 'Affan) pernah memasang
mahkota gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat (tahan lama).
Pada periode Islam selanjutnya berkat doktrin Islam tentang urgensi kedokteran mulai
bertebaran karya-karya monumental kedokteran yang banyak memuat berbagai praktek
kedokteran termasuk transplantasi dan sekaligus mencuatkan banyak nama besar dari
ilmuwan muslim dalam bidang kesehatan dan ilmu kedokteran, diantaranya adalah: Al-Rozy
(Th.251-311 H.) yang telah menemukan dan membedakan pembuluh vena dan arteri
disamping banyak membahas masalah kedokteran yang lain seperti, bedah tulang dan gips
dalam bukunya Al-Athibba. Lebih jauh dari itu, mereka bahkan telah merintis proses
spesialisasi berbagai kajian dari suatu bidang dan disiplin. Az-Zahrawi ahli kedokteran
muslim yang meninggal di Andalusia sesudah tahun 400-an Hijriyah telah berhasil dan
menjadi orang pertama yang memisahkan ilmu bedah dan menjadikannya subjek tersendiri
dari bidang Ilmu Kedokteran. Beliau telah menulis sebuah buku besar yang monumental
dalam bidang kedokteran khususnya ilmu bedah dan diberi judul "At-tashrif".

C. Klasifikasi Transplantasi Organ


Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
1. Autotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.
2. Homotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.
3. Heterotransplantasi
Pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lain.
4. Autograft
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini dilakukan dengan
jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui, atau jaringan lebih sangat
dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit grafts , ekstraksi vena untuk CABG ,
dll) Kadang-kadang autograft dilakukan untuk mengangkat jaringan dan kemudian

mengobatinya atau orang, sebelum mengembalikannya (contoh termasuk batang


autograft sel dan penyimpanan darah sebelum operasi ).
5. Allograft
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-identik anggota
genetis yang sama spesies . Sebagian besar jaringan manusia dan organ transplantasi
yang allografts. Karena perbedaan genetik antara organ dan penerima, penerima sistem
kekebalan tubuh akan mengidentifikasi organ sebagai benda asing dan berusaha untuk
menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi .
6. Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang ditransplantasikan dari
donor ke penerima yang identik secara genetis (seperti kembar identik ). Isografts
dibedakan dari jenis lain transplantasi karena sementara mereka secara anatomi identik
7.

dengan allografts, mereka tidak memicu respon kekebalan.


Xenograft dan xenotransplantation
Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah contoh adalah
transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses. Contoh lain adalah
mencoba-primata (ikan primata non manusia)-transplantasi Piscine dari pulau kecil (yaitu

pankreas pulau jaringan atau) jaringan.


8. Transplantasi Split
Kadang-kadang organ almarhum-donor, biasanya hati, dapat dibagi antara dua penerima,
terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan biasanya sebuah pilihan yang
diinginkan karena transplantasi organ secara keseluruhan lebih berhasil.
9. Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik karena kedua paru-paru
perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah secara teknis untuk menggantikan
jantung dan paru-paru pada waktu yang sama. Sebagai jantung asli penerima biasanya
sehat, dapat dipindahkan ke orang lain yang membutuhkan transplantasi jantung.
(parsudi,2007).
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka
transplantasi dapat dibedakan menjadi :
a. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh seseorang
ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam kesehatan. Donor
hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah
dan sumsum tulang, serta organ-organ yang berpasangan misalnya ginjal.

b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah


Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau jaringan dari
tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang biasanya didonorkan
adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea,
ginjal dan pankreas.
D. Penyebab Transplantasi Organ
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:
1. Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah
meninggal
2. Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh
sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi, yaitu :
1.

Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang

diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006)
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut,
untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan
kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit, ginjal,
sumsum tulang dan darah (tranfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah :
jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak.

E. Transplantasi Organ dari Segi Agama

Transplantasi atau pencangkokan organ tubuh adalah pemindahan organ tubuh tertentu
yang mempunyai daya hidup yang sehat, dari seseorang untuk menggantikan organ tubuh
yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik milik orang lain.
Orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor), sedang yang
menerima disebut repisien.
Cara ini merupakan solusi bagi penyembuhan organ tubuh tersebut karena
penyembuhan/pengobatan dengan prosedur medis biasa tidak ada harapan kesembuhannya.
Ditinjau dari segi kondisi donor (pendonor)-nya maka ada tiga keadaan donor:
1. Donor dalam keadaan hidup sehat;
2. Donor dalam kedaan sakit (koma) yang diduga kuat akan meninggal segera;
3. Donor dalam keadaan meninggal.

Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan
donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :
Untuk menentukan hukum boleh tidaknya transplantasi organ tubuh, perlu dilihat kapan
pelakasanaannya.
Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi dilakukan, yaitu pada saat donor
masih hidup sehat, donor ketika sakit (koma) dan didiuga kuat akan meninggal dan donor
dalam keadaan sudah meninggal. Berikut hukum transplantasi sesuai keadaannya masingmasing.
Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan sehat
wal afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk Zuhdi, dilarang (haram) berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut:
1. Firman Allah dalam surat Al-Baqaroah: 195
Artinya:Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan
Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata atau ginjalnya kepada orang lain
yang buta atau tidak mempunyai ginjal ia (mungkin) akan menghadapi resiko sewaktuwaktu mengalami tidak normalnya atau tidak berfungsinya mata atau ginjalnya yang tinggal
sebuah itu (Ibid, 88).
2.

Kaidah hukum Islam:


8

Artinya:Menolak kerusakan harus didahulukan atas meraih kemaslahatan


Dalam kasus ini, pendonor mengorbankan dirinya dengan cara melepas organ tubuhnya untuk
diberikan kepada dan demi kemaslahatan orang lain, yakni resipien.

3.

Kaidah Hukum Islam:

1. Macam-macam Transplantasi Organ Beserta Hukum dan Syaratnya


Masalah transplantasi dalam kajian hukum syariah Islam diuraikan menjadi dua
bagian besar pembahasan yaitu sebagai berikut:
a. Penanaman jaringan/organ tubuh yang diambil dari tubuh yang sama.
Seperti praktek transplantasi kulit dari suatu bagian tubuh ke bagian lain dari
tubuhnya yang terbakar atau dalam kasus transplantasi penyumbatan dan
penyempitan pembuluh darah jantung dengan mengambil pembuluh darah pada
bagian kaki.
Masalah ini hukumnya adalah boleh berdasarkan analogi (qiyas)
diperbolehkannya

seseorang

untuk

memotong

bagian

tubuhnya

yang

membahayakan keselamatan jiwanya karena suatu sebab. (Dr. Al-Ghossal, Naql


wa Zarul Adha (Transplantasi Organ) : 16-20, Dr. As-Shofi, Gharsul Adha:126).

b. Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu lain.


Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu orang lain.
1) Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu orang hidup.
Yang dimaksud disini adalah donor anggota tubuh bagi siapa saja
yang memerlukan pada saat si donor masih hidup. Donor semacam ini
hukumnya boleh. Karena Allah Swt memperbolehkan memberikan
pengampunan terhadap qisash maupun diyat.
Allah Swt berfirman:
Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat) kepada yang memberi
9

ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS
Al Baqarah: 178)
Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu orang hidup
dapat dibedakan sebagai berikut:

Penanaman jaringan/organ tunggal yang dapat mengakibatkan


kematian donaturnya bila diambil. Seperti, jantung, hati dan otak.
Maka hukumnya adalah tidak boleh.
Atas dasar firman Allah:
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik. (QS Al Baqarah:195)

Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah


adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS An-Nisa 29)

Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS Al-Maaidah 2)

Penanaman jaringan/organ yang diambil dari orang lain yang masih


hidup yang tidak mengakibatkan kematian donaturnya bila diambil.
Seperti, organ tubuh ganda diantaranya ginjal atau kulit atau dapat juga
dikategorikan disini praktek donor darah.
Pada dasarnya masalah ini diperbolehkan hanya harus memenuhi
syarat-syarat berikut dalam prakteknya yaitu :

10

1. Tidak akan membahayakan kelangsungan hidup yang wajar bagi


donatur jaringan/organ. Karena kaidah hukum islam menyatakan
bahwa suatu bahaya tidak boleh dihilangkan dengan resiko
mendatangkan bahaya serupa/sebanding.
2. Hal itu harus dilakukan oleh donatur dengan sukarela tanpa
paksaan dan tidak boleh diperjual belikan.
3. Boleh dilakukan bila memang benar-benar transplantasi sebagai
alternatif peluang satu-satunya bagi penyembuhan penyakit pasien
dan benar-benar darurat.
4. Boleh dilakukan bila kemumgkinan keberhasilan transplantasi
tersebut peluangnya optimis sangat besar.

Namun demikian, ada pengecualian dari semua kasus transplantasi


yang diperbolehkan yaitu tidak dibolehkan transplantasi buah zakar
meskipun organ ini ganda karena beberapa alasan sebagai berikut:

Merusak citra dan penampilan lahir ciptaan manusia.

Mengakibatkan terputusnya keturunan bagi donatur yang masih


hidup.

Dalam hal ini transplantasi tidak dinilai darurat dan kebutuhannya


tidak mendesak.

Dapat mengacaukan garis keturunan. Sebab menurut ahli


kedokteran, organ ini punya pengaruh dalam menitiskan sifat
keturunan.

2) Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu orang mati.


Dalam kasus ini penanaman jaringan/organ tubuh diambil dari orang
yang kondisinya benar-benar telah mati (kematian otak dan jantungnya
sekaligus). Organ/jaringan yang akan ditransfer tersebut dirawat dan
disimpan dengan cara khusus agar dapat difungsikan. (QS. 18: 9-12)
Hukum tranplanstasi organ dari seseorang yang telah mati berbeda
dengan hukum transplantasi organ dari seseorang yang masih hidup.

11

Kejelasan hukum transplantasi organ dari donor yang sudah meninggal


harus memperhatikan hukum-hukum sebagai berikut:

Hukum pemilikan tubuh mayat


Mengenai hukum pemilikan tubuh seseorang yang telah meninggal,
kami berpendapat bahwa tubuh orang tersebut tidak lagi dimiliki oleh
seorang pun. Sebab dengan sekedar meninggalnya seseorang,
sebenarnya dia tidak lagi memiliki atau berkuasa terhadap sesuatu
apapun, entah itu hartanya, tubuhnya, ataupun isterinya. Oleh karena
itu dia tidak lagi berhak memanfaatkan tubuhnya, sehingga dia tidak
berhak pula untuk menyumbangkan salah satu organ tubuhnya atau
mewasiatkan penyumbangan organ tubuhnya. Berdasarkan hal ini,
maka seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan
organ tubuhnya dan tidak dibenarkan pula berwasiat untuk
menyumbangkannya.

Hukum kehormatan mayat


Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya,
maka Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai
kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana kehormatan orang
hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap
kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehormatan
orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama
saja dosanya dengan menganiaya orang hidup.
Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Muminin RA bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang
orang hidup. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).

Hukum keadaan darurat


12

Mengenai hukum darurat, maka Allah SWT telah membolehkan orang


yang terpaksa yang telah kehabisan bekal makanan, dan kehidupannya
terancam kematian untuk memakan apa saja yang didapatinya dari
makanan yang diharamkan Allah seperti bangkai, darah, daging babi,
dan lain-lain hingga dia dapat mempertahankan hidupnya.

Allah SWT berfirman:


Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
(nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa atasnya. (QS. Al Baqarah :
173)

Dalam

kaitannya

dengan

masalah

transplantasi,

organ

yang

ditransplantasikan dapat merupakan organ vital yang diduga kuat akan


dapat menyelamatkan kehidupan, seperti jantung, hati, dua ginjal, dan
dua paru-paru. Dapat pula organ tersebut bukan organ vital yang
dibutuhkan untuk menyelamatkan kehidupan, seperti dua mata, ginjal
kedua (untuk dipindahkan kepada orang yang masih punya satu ginjal
yang sehat), tangan, kaki, dan yang semisalnya. Mengenai organ yang
tidak menjadi tumpuan harapan penyelamatan kehidupan dan
ketiadaannya tidak akan membawa kematian, berarti illat masalah
pokok yaitu menyelamatkan kehidupan tidak diperbolehkan.

Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu binatang.


1) Penanaman jaringan/organ yang diambil dari binatang tidak najis/halal.
Binatang tersebut tidak najis/halal, seperti binatang ternak (sapi, kerbau,
kambing ). Dalam hal ini tidak ada larangan bahkan diperbolehkan dan

13

termasuk dalam kategori obat yang mana kita diperintahkan Nabi untuk
mencarinya bagi yang sakit.
2) Penanaman jaringan/organ yang diambil dari binatang najis/haram.
Binatang tersebut najis/ haram seperti, babi atau bangkai binatang
dikarenakan mati tanpa disembelih secara islami terlebih dahulu. Dalam
hal ini tidak dibolehkan kecuali dalam kondisi yang benar-benar gawat
darurat dan tidak ada pilihan (alternatif organ) lain. (QS Al Baqarah: 173,
Al Maidah: 3).

2. Ketentuan Skala Prioritas Transplantasi Organ


Mengingat kondisi darurat, kebutuhan dan kompleksitas dimensi masalah serta
keterbatasan jaringan/organ transplan yang layak, maka semua kasus yang
diperbolehkan dalam prakteknya harus dilakukan dengan ketentuan skala prioritas
sebagai berikut :
Segi Resipien atau Reseptor harus diperhatikan hal-hal berikut untuk didahulukan
antara lain:
a) Keyakinan agamanya.
(QS Al Hujurat: 1, Ali Imran: 28, Al Mumtahanah: 8).
b) Peranan, Jasa atau kiprahnya dalam kehidupan umat.
(QS. Shaad: 28).
c) Kesholehan, ketaatan dan pengetahuannya tentang ajaran Islam.
(Al Mujadalah: 11).
d) Hubungan kekerabatan dan tali silatur rahmi.
( QS. Al Ahzab: 6).
e) Tingkatan kebutuhan dan kondisi gawat daruratnya dengan melihat
persediaan.

14

Segi Donor juga harus diperhatikan ketentuan berikut dalam prioritas


pengambilan:
a)

Menanam jaringan/organ imitasi buatan bila


memungkinkan secara medis.

b)

Mengambil jaringan/organ dari tubuh orang


yang sama selama memungkinkan karena dapat tumbuh kembali seperti, kulit
dan lainnya.

c)

Mengambil dari organ/jaringan binatang yang


halal, adapun binatang lainnya dalam kondisi gawat darurat dan tidak
ditemukan yang halal. Dalam sebuah riwayat atsar disebutkan: Berobatlah
wahai hamba-hamba Allah, namun janganlah berobat dengan barang
haram. Tetapi dalam kondisi darurat syari, sebagaimana dalam kaedah fiqh
disebutkan Adh Dharurat Tubihul Mahdhuraat (darurat membolehkan
pemanfaatan hal yang haram) atau kaedah Adh Dhararu Yuzaal (Bahaya
harus dihilangkan) yang mengacu pada ayar dharurat seperti surat Al Maidah:
3 maka boleh memanfaatkan barang haram dengan sekedar kebutuhan dan
tidak boleh berlebihan dan jadi kebiasaan sebab dalam kaedah fiqh dijelaskan
Adh Dharurat Tuqaddar Biqadarihaa (Pertimbangan Kondisi Darurat
Harus Dibatasi Sekedarnya) sebagaimana mengacu pada batasan dalam ayat
darurat tersebut diatas; fii makhmashah ghaira mutajanifin lill itsmi (karena
kondisi kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa) atau dalam surat Al Baqarah:
173 dibatasi; famanidh dhuturra ghaira baaghin walaa aadin falaa itsma
alaih (Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa/darurat sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya).

d)

Mengambil dari tubuh orang yang mati dengan


ketentuan seperti penjelasan di atas.

e)

Mengambil dari tubuh orang yang masih hidup


dengan ketentuan seperti diatas disamping orang tersebut adalah mukallaf
(baligh dan berakal) dengan kesadaran, pengertian, suka rela atau tanpa
paksaan.

3. Pro dan Kontra Transplantasi Organ dalam Pandangan Islam

15

Sebagaimana halnya dalam kasus-kasus lain, karena karakter fikih dalam Islam,
pendapat yang muncul tak hanya satu, tapi beragam, dan satu dengan lainnya bahkan
terkadang saling bertolak belakang, meski menggunakan sumber-sumber yang
identik. Berikut akan disampaikan beberapa pandangan yang cukup populer mengenai
pro dan kontra transplantasi organ.
Pandangan yang mendukung (pro) transplantasi organ, memiliki beberapa dasar
sebagai berikut:
a) Kesejahteraan publik (maslahah): pada dasarnya manipulasi organ memang
tak diperkenankan, meski demikian ada beberapa pertimbangan lain yang bisa
mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya untuk menyelamatkan hidup
manusia, yang mendapat bobot amat tinggi dalam hukum Islam. Dengan
alasan ini pun, ada beberapa kualifikasi yang mesti diperhatikan:
Pencangkokan organ boleh dilakukan jika tak ada alternatif lain untuk
menyelamatkan nyawa ; derajat keberhasilannya cukup tinggi ada persetujuan
dari pemilik organ asli (atau ahli warisnya); penerima organ sudah tahu persis
segala implikasi pencangkokan (informed consent).
b) Altruisme : ada kewajiban yang amat kuat bagi Muslim untuk membantu
manusia lain, khususnya sesama Muslim; pendonoran organ secara sukarela
merupakan bentuk altruisme yang amat tinggi (tentu ini dengan anggapan
bahwa si donor tak menerima uang untuk tindakannya), dan karenanya
dianjurkan. Sekali lagi, untuk ini pun ada beberapa syarat:

Ada persetujuan dari donor.

Nyawa donor tak terancam dengan


pengambilan organ dari tubuhnya.
Pencangkokan yang akan

dilakukan

berpeluang berhasil amat tinggi.


Organ tak diperoleh melalui transaksi

jual-beli.

Pandangan yang menentang (kontra) transplantasi organ, diajukan atas dasar


setidaknya tiga alasan:

16

a)

Kesucian hidup/tubuh manusia : setiap bentuk


agresi terhadap tubuh manusia dilarang, karena ada beberapa perintah yang
jelas mengenai ini dalam Al-Quran.
Dalam kaitan ini ada satu hadis (ucapan) Nabi Muhammad yang terkenal yang
sering dikutip untuk menunjukkan dilarangnya manipulasi atas tubuh manusia,
meskipun sudah menjadi mayat: Mematahkan tulang mayat seseorang
adalah sama berdosa dan melanggarnya dengan mematahkan tulang orang
itu ketika ia masih hidup.

b)

Tubuh manusia adalah amanah : hidup, diri,


dan tubuh manusia pada dasarnya adalah bukan miliknya sendiri, tapi
pinjaman dari Tuhan dengan syarat untuk dijaga, karena itu manusia tak
memiliki hak mendonorkannya pada orang lain.

c)

Tubuh tak boleh diperlakukan sebagai benda


material semata: pencangkokan dilakukan dengan mengerat organ tubuh
seseorang untuk dicangkokkan pada tubuh orang lain; di sini tubuh dianggap
sebagai benda material semata yang bagian-bagiannya bisa dipindah-pindah
tanpa mengurangi ke-tubuh-an seseorang.

Masalah
Apabila transplantasi organ tubuh diperbolehkan, lalu bagaimana apabila organ tubuh
tersebut dipakai oleh resipien melakukan tindakan dosa atau tindakan yang berpahala?
Dengan kata lain, apakah pemilik organ tubuh asal akan mendapat pahala, jika organ tubuh
tersebut dipakai repisien untuk melakukan perbuatan yang baik. Sebaliknya, apakah pendonor
akan mendapat dosa apabila organ tubuh tersebut dipakai repisien melakukan dosa?
Pendonor tidak akan mendapat pahala dan dosa akibat perbuatan repisien, berdasarkn dalildalil berikut ini:
1.

Firman Allah:

Artinya:Dan sesungguhnya, tidaklah bagi manusia itu kecuali berdasarkan perbuatannya.


Dan perbuatannya itu akan dilihat. Kemudian akan dibalas dengan balasan yang
sempurna.
2.

Hadits Rasulullah:

17

Artinya:Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga


perkara, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang berguna dan anak yang shaleh yang mendoakan
kepadanya.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Transplantasi merupakan hal yang sangat rumit dalam pengambilan tindakan yang tepat,
karena banyak pendapat yang menentang dan mendukung tentang pelaksanaan transplantasi
dengan berbagai alasan yang berbeda-beda. dari uraian pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa hukum pelaksanaan transplantasi organ itu bergantung pada alasana
mengapa harus melakukan hal tersebut. jika alasannya tidak mendukung maka kegiatan

transplantasi tesebut sangat dilarang dan hukumnya haram serta ilegal.


B.
Saran
Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika ingin melakukan
transplantasi organ, pahami betul dari mana organ tersebut berasal. Dari donor hidup ataukah
dari seseorang yang sudah meninggal. Usahakan untuk mencari upaya penyembuhan lain
sebelum memilih transplantasi organ sebagai alternatif pengobatan.
Untuk penulis, saran yang ingin disampaikan adalah, lakukan penulisan dengan
objektif dan gunakan bebagai macam referensi yang ada agar tulisan benar-benar terbukti
validitasnya.

18

DAFTAR PUSTAKA
Aibak, Kutbuddin, Fiqh Kontemporer, Surabaya: Lembaga Kajian Agama dan Filsafat, 2009.
As-Sayuthi, Imam Jalaluddin `Abdirrahman ibn Abi Bakr, Al-Asybahu wan Nadhair,
Surabaya: Toko Kitab Hidayah, 1965.
Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, Depag RI: 2002.
Nata, Abuddin, Masail Al-Fiqhiyah, Jakarta: Kencana, 2006.
Nawawi, Imam, Terjemah Matan Hadits Arba`in, Solo: Insan Kamil, 2010.
Qardhawi, Yusuf, Fatwa-fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

19

Anda mungkin juga menyukai