UAS PLTB
UAS PLTB
NIM
: 1209045001
Prodi
: Teknik Lingkungan
Pertambangan
adalah
suatu
kegiatan
yang
berkaitan
dengan
pengusahaan
kondisi terreduksi, pyrite merupakan mineral yang stabil. Namun saat teroksidasi, pyrite
menjadi tidak stabil dan mulai hancur dalam beberapa mekanisme oksidasi. Oksidasi pyrite
bisa
dilakukan
dengan
bantuan
mikroorganisme
(biotik)
dan
tanpa
bantuan
Oksidasi pyrite akan terjadi secara terus menerus hingga salah satu komponen
pembentuknya (oksigen, air, pyrite maupun besi ferri) tidak berada lagi dalam sistem atau
pH air naik. Kecepatan pelapukan pyrite sangat bergantung kepada karakteristik mineralogi
batuan dan faktor eksternal seperti faktor kimia, fisika dan biologi seperti dijabarkan di
bawah ini:
-
Kristalografi pyrite
Temperatur
Aktivitas mikrobiologi
Kelimpahan air
Rasio Fe2+/Fe3+
Air asam tambang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe (Skousen & Ziemkiewics,
1996):
Tipe 1 : air tambang dengan alkalinitas yang rendah (pH < 4.5) dan mengandung Fe, Al,
Mn, dan logam lain, keasaman (acidity) dan oksigen Air asam tambang
Tipe 2 : air tambang dengan Total Dissolved Solid (TDS) yang tinggi mengandung banyak
besi ferro dan Mn, tidak atau sedikit mengandung oksigen dan pH > 6. Jika teroksidasi pH
akan turun dengan cepat dan menjadi tipe 1.
Tipe 3 : air tambang dengan TDS sedang sampai tinggi, kandungan besi ferro dan Mn yang
rendah sampai sedang, tidak atau sedikit mengandung oksigen, pH > 6, dan alkalinitas
lebih besar dari pada keasaman, biasa disebut alkaline mine drainage. Jika teroksidasi,
asam yang terbentuk dari rekasi hidrolisa dan presipitasi logam akan dinetralkan oleh
alkalinitas yang terdapat di dalam air.
Tipe 4 : AAT yang ternetralkan dengan pH > 6 dan kandungan TSS yang tinggi. Hidroksida
logam belum terendapkan. Pada kolam pengendap, padatan akan mengendap dan
membentuk air tipe 5.
Tipe 5 : AAT yang ternetralkan dengan pH > 6 dan kandungan TDS yang tinggi. Setelah
hidroksida logam yang mengendap di kolam pengendap, yang tertinggal di dalam air
umumnya Ca dan Mg serta bikarbonat dan sulfat.
Sumber: https://www.inad.or.id/blogs/1/apa-itu-air-asam-tambang/
Secara umum, penanganan masalah AAT dibagi dua, yaitu: pencegahan pembentukan AAT
dan penanganan AAT yang telah terbentuk, khususnya yang akan keluar dari lokasi
kegiatan penambangan.
a. Pencegahan pembentukan AAT
Pencegahan pembentukan AAT, seperti dijelaskan pada reaksi kimia diatas, dilakukan
dengan mengurangi kontak antara mineral sulphida (dalam reaksi tersebut sebagai
pyrite) dengan air dan oksigen diudara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan
menempatkan batuan PAF pada kondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif kecil
jumlahnya. Secara umum, dikenal 2 cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan
menempatkan batuan PAF dibawah permukaan air (dimana penetrasi oksigen terhadap
lapisan air sangat rendah) atau dikenal dengan istilah wet cover systems, atau dibawah
lapisan batuan/material tertentu dengan tingkat infiltrasi air dan difusi/adveksi oksigen
yang rendah, umumnya disebut sebagai dry cover system. Dengan menerapkan metode
ini, diharapkan pembentukan AAT dapat dihindari.
b. Penanganan AAT yang telah terbentuk
Penanganan AAT yang telah terbentuk, yang berpotensi keluar dari lokasi
penambangan, dilakukan untuk mencapai kondisi kualitas air seperti yang disyaratkan
dalam peraturan pemerintah tentang kualitas air. Secara umum terdapat dua cara
pengolahan air, yaitu secara aktif dan pasif. Sebagai contoh, seperti disebutkan diatas,
salah satu parameter penting yaitu pH. Untuk menaikkan nilai pH ke kondisi normal,
maka dilakukan beberapa upaya diantaranya adalah dengan penambahan bahan kimia
seperti kapur (lime). Secara aktif, kapur (berbentuk serbuk/tepung) dicampurkan secara
langsung dengan air asam di saluran air atau wadah khusus, atau di kolam
penampungan air. Sedangkan secara pasif, air asam dialirkan melalui saluran-saluran
dimana terdapat kapur (dalam bentuk batuan) sebagai media penetral air asam yang
melaluinya.
Sumber : http://ivanmiftahulfikri92.blogspot.com/2013/10/air-asam-tambang.html
3. Jelaskan unsur-unsur lingkungan apa saja yang terpengaruh oleh kegiatan
pertambangan?
Jawab:
Dari kegiatan manusia berupa eksplorasi penambangan pengolahan terdapat
beberapa unsur lingkungan yang gterpengaruh, antara lain:
a. Fisik, Teknis
Terhadap komponen tanah:
- Perubahan permukaan tanah. Contoh: hilangnya tanah pucuk, perusakan tanah
-
b. Biologis
Flora merupakan kehidupan tumbuh-tumbuhan yang dapat terpengaruh oleh
kegiatan pertambangan yang dapat mengakibatkan perubahan pada bentang alam
kawasan flora.
Fauna merupakan habitat/kehidupan satwa yang dapat terpengaruh oleh kegiatan
pertambangan yang dapat mengakibatkan perubahan pada habitat dari satwa yang
ada.
Flora dan fauna yang terpengaruh akibat adanya pertambangan, antara lain:
- Perubahan komposisi
- Fungsi komunitas
- Ekosistem biotis
Upaya pencegahan AAT dapat dilakukan sejak tahapan eksplorasi dimana sampel dari
lubang bor eksplorasi (drilling core) dilakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui
karakteristik batuan penutup (overburden) yang akan digunakan sebagai data dalam
pembuatan model geokimia (geochemical model). Dalam hal perencanaan penambangan
yang terintegrasi, model geokimia menjadi tahapan awal yang penting guna mendapatkan
berbagai informasi sebagai landasan dalam merencanakan tiap tahapan penambangan.
Selain dari model cadangan batubara, model yang dapat dikembangkan yakni model
persebaran batuan berpotensi membentuk asam (Potentially Acid Forming/PAF) dan yang
tidak berpotensi membentuk asam (Non acid forming/NAF). Model persebaran ini akan
bermanfaat untuk mengetahui karakteristik dan volume batuan penutup. Sehingga dapat
dilakukan perencanaan terhadap disain daerah penimbunan yang ditujukan untuk
pencegahan air asam tambang.
Overburden management dalam upaya pencegahan air asam tambang di daerah timbunan.
Penggunaan metode dry cover untuk memutus kontak material sulfida terhadap udara
dan/atau air
Pengelolaan batuan penutup dilakukan dengan melakukan pemisahan antara material PAF
dan material NAF (selective dumping method). Pemisahan ini dilakukan untuk melakukan
proses enkapsulasi sebagai salah satu metode pencegahan AAT. Pada prinsipnya
enkapsulasi merupakan sebuah cara untuk memutus salah satu komponen dari proses
pembentukan air asam tambang yakni menghindarikan material sulfida untuk kontak
secara langsung dengan udara dan/atau air dengan memanfaatkan material NAF untuk
mengisolasi material PAF. Metode ini sering disebut dengan Dry Cover. Material PAF
ditimbun terlebih dahulu yang akan ditutup dengan lapisan NAF dengan ketebalan tertentu
untuk memutus kontak udara dan/atau air dengan material sulfida. Dengan mengetahui
volume masing-masing material, maka akan mudah untuk mendisain geometri daerah
penimbunan. Selanjutnya seluruh area akan kembali dilapisi oleh tanah sebagai media
untuk melakukan reklamasi.
Sumber
:http://abfertiawan.blog.com/2011/12/konsep-pencegahan-air-asam-tambang-
bagian-1/
Contoh:
Pengelolaan dan pengendalian ARD pada penutupan tambang dengan metode penutupan
kering (dry cover) PT KEM menggunakan design empiris dengan tiga lapisan yang terdiri
dari:
-
Lapisan pengendali oksigen yang dipadatkan terdiri dari Muddy Breccia yang tidak
termineralisasi.
Lapisan media pemutus akar, terdiri dari batuan NAC batu pasir/ batu lanau dan
Rioling yang dipadatkan.
ditimbulkan oleh
penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan
tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut:
a. Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu
pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan
mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar
dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar
meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
b. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan
terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya
reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah
perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place).
c. Pendekatan Administratif
Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan
penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku
(law enforcement)
d. Pendekatan Edukatif
Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk
membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi
perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian
lingkungan.
Sumber : http://komunitassumpit.wordpress.com/2007/06/22/penambangan-batu-bara-dankesehatan-lingkungan/