Anda di halaman 1dari 37

Bekerjasama dengan

Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat
Republik Indonesia

German Technical Cooperation

Reformasi
Sistem Jaminan Sosial
di Indonesia
[ Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI ]

Penanggung Jawab
Dr. Adang Setiana
(Deputi Menteri Bidang Koordinasi Kesejahteraan Sosial,
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat)

Tim Penyusun
Drs. Soekamto
Prof. Dr. Hasbullah Thabrany, Ph.D
Bambang Purwoko, MA, PhD
Konsultan
Dr. M.W. Manicki
Dr. Asih Eka Putri

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Daftar Isi

ii

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Kata Pengantar

Bab 1:

Latar Belakang

Bab 2:

Kronologis Penyusunan UU SJSN

Bab 3:

Uji Materi UU SJSN dan Keputusan Mahkamah Konstitusi RI Tertanggal 31 Agustus 2005

Bab 4:

Substansi UU SJSN

11

Bab 5:

Kelembagaan Sistem Jaminan Sosial Nasional

15

Bab 6:

Mekanisme Penyelenggaraan sistem Jaminan Sosial Nasional

19

Bab 7:

Agenda Tindak lanjut Pengimplementasian UU SJSN

23

Lampiran1
Jaminan Sosial:
Pengertian, Program dan Mekanisme Penyelenggaraan

33

Lampiran 2
Jaminan Kesehatan Sosial:
Pengertian, Program dan Mekanisme Penyelenggaraan

49

Daftar Istilah

62

Penyelenggara

63

Daftar Pustaka

64

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

iii

Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat
Republik Indonesia

Kata Pengantar
UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN merupakan tonggak sejarah dimulainya
reformasi menyeluruh sistem jaminan sosial di Indonesia. Reformasi terhadap program
jaminan sosial yang berlaku saat ini dianggap penting karena kita melihat banyak
peraturan pelaksanaan yang parsial dan tumpang tindih, manfaat program yang minim
dan jangkauan program yang sangat terbatas serta hanya menyentuh sebagian kecil
masyarakat. Dalam rangka meningkatkan pembangunan manusia Indonesia, secara
bertahap pemerintah bertekad untuk meningkatkan kehidupan dan jaminan sosial
kepada seluruh rakyat Republik Indonesia sesuai dengan amanat UUD Negara R.I pasal
34 ayat (2): Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu.
Implementasi UU SJSN memerlukan kelengkapan peraturan pelaksanaan yang
mengatur secara rinci substansi program, kelembagaan dan mekanisme
penyelenggaraannya. Kita perlu segera menyiapkan rancangan yang memadai,
mencakup pemgembangan regulasi, perluasan kepesertaan, perluasan manfaat
program dan pengintegrasian sistem dengan berbagai elemen pembangunan. Dengan
itu reformasi sistem jaminan sosial di Indonesia akan mampu mengantarkan masyarakat
mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial.
Reformasi sistem jaminan sosial mengharuskan semua pihak baik pemerintah, pelaku
usaha dan masyrakat luas untuk bekerjasama melalui pemahaman yang benar
mengenai sistem jaminan sosial nasional dan proses reformasi yang perlu segera
dilakukan beserta seluruh agendanya. Uji materi UU SJSN oleh Mahkamah Konstitusi
yang putusannya dibacakan pada 31 Agustus 2005 hendaknya dijadikan pelajaran yang
berharga bagi seluruh pemangku kepentingan.

iv

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Latar Belakang
Uji materi ini menguatkan keyakinan kita semua bahwa pemahaman yang utuh
merupakan langkah yang tidak boleh dikesampingkan selain juga pentingnya
mengikutsertakan secara aktif seluruh komponen masyarakat dalam proses penyusunan
peraturan perundang-undangan.

Di Indonesia telah lama beroperasi program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh
beberapa badan penyelenggara jaminan sosial yaitu PT Jamsostek, PT Askes, PT Taspen, PT
Asabri, Bapel JPKM dan berbagai program-program jaminan sosial mikro, tetapi
cakupannya masih relatif rendah dan terbatas pada pekerja sektor formal. Badan-badan

Saya sangat berharap buku pedoman ini dipahami dengan baik dan digunakan sebagai
landasan membangun kesepahaman dalam mengembangkan sistem jaminan sosial
nasional di indonesia. pemahaman yang benar pada akhirnya akan menggerakkan
seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama membangun sistem jaminan sosial
demi terciptanya kesejahteraan dan keadilan sosial di Indonesia.
Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada para penulis, konsultan
dan tim yang menyiapkan naskah buku pedoman ini. Saya sampaikan pula apresiasi
yang tinggi kepada Pemerintah Jerman melalui GTZ - Social Health Insurance Project
Indonesia atas dukungan teknis yang telah diberikan kepada Kementerian Koordinator
Kesejahteraan Rakyat dalam mendukung pengembangan sistem jaminan sosial di
Indonesia.

penyelenggara tersebut beroperasi secara parsial masing-masing berlandaskan Undangundang atau peraturan-peraturan yang terpisah, tumpang tindih, tidak konsisten, dan kurang
tegas. Sementara itu, diketahui bahwa manfaat yang diterima peserta masih terbatas sehingga
peserta tidak terlindungi secara optimal. Pengelolaan lembaga dianggap belum transparan
dan dengan manajemen yang profesionalitasnya masih perlu ditingkatkan.
Menyadari kekurangan-kekurangan di atas, pemerintah merasa perlu memiliki undangundang yang berlaku nasional dan mampu menyempurnakan undang-undang dan peraturan
yang mengatur baik substansi, kelembagaan maupun mekanisme penyelenggaraan jaminan
sosial. undang-undang tersebut disusun berlandaskan konsep jaminan sosial nasional yang
sahih dan integral sehingga dapat menjadi payung yang memberikan arahan dalam

Jakarta, September 2006


Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,

peyelenggaraan jaminan sosial.


Atas dasar itulah maka pada tanggal 19 Oktober 2004 Pemerintah mengesahkan UndangUndang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Reformasi

Aburizal Bakrie

sistem jaminan sosial di Indonesia telah dimulai dengan pengesahan UU Nomor 40 tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional pada tanggal 19 Oktober 2004. UU SJSN akan
menyelaraskan penyelenggaraan yang ada sekarang sehingga lebih menjamin
terselenggaranya keadilan sosial.

vi

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

2
Kronologis Penyusunan UU SJSN
Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan
negara guna menjamin warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak,
sebagaimana dalam Deklarasi PBB tentang HAM Tahun 1948 dan Konvensi ILO No. 102
Tahun 1952.
Di Indonesia, jaminan sosial diamanatkan dalam UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun
2002, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta pasal 34 ayat
(1) dan ayat (2). TAP MPR RI No. X/MPR/2001 menugaskan kepada Presiden RI untuk
membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Amanat ini direalisasikan dengan dibentuknya Kelompok Kerja Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Pokja SJSN) Tahun 2001 oleh Wakil Presiden RI (Kepseswapres, No. 7 Tahun
2001, 21 Maret 2001), dengan tugas utama menyiapkan Naskah Akademik (NA) SJSN dan
konsep Rancangan Undang-Undang (RUU) SJSN. Kepseswapres tersebut diperbaharui
dengan Keppres No. 20 Tahun 2002, tanggal 10 April 2002, tentang pembentukan Tim SJSN
dengan bentuk penugasan yang sama.
Penyusunan NA SJSN merupakan langkah awal dirintisnya penyusunan RUU SJSN. NA
SJSN yang merupakan hasil kajian dan pemahaman tentang jaminan sosial, yang dilengkapi
dengan hasil studi banding, lokakarya, pembahasan informal dengan DPR RI, sosialisasi,
dan masukan dari masyarakat lainnya. NA SJSN mengalami perubahan dan penyempurnaan
hingga 8 (delapan) kali dan naskah terakhir dihasilkan tertanggal 26 Januari 2004.
NA SJSN secara lengkap diterbitkan terpisah dan selanjutnya dituangkan dalam konsep
RUU SJSN. Perkembangan pembahasan sejak konsep awal RUU SJSN, 9 Februari 2003,

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

...dalam
perjalanannya,
UU SJSN telah
mengalami
perubahan dan
penyempurnaan
sebanyak 56
(lima puluh
enam) kali...

terdiri dari 11 (sebelas) bab dan 42 (empat puluh dua) pasal, hingga konsep terakhir, 14
Januari 2004, terdiri dari 12 (dua belas) bab dan 74 (tujuh puluh empat) pasal, yang
diserahkan oleh Tim SJSN kepada Pemerintah, setelah mengalami 52 (lima puluh dua) kali
perubahan dan penyempurnaan. Kemudian Pemerintah menyerahkan RUU SJSN yang
terdiri dari 12 (dua belas) bab dan 80 (delapan puluh) pasal kepada DPR RI pada tanggal 26
Januari 2004.
Selama pembahasan Pemerintah dengan Pansus RUU SJSN DPR RI, RUU SJSN hingga

UU SJSN adalah dalam rangka memenuhi


amanat konstitusi UUD 1945, yaitu memjamin
SELURUH RAKYAT memenuhi KEBUTUHAN
DASAR hidup yang layak.

diterbitkannya UU SJSN telah mengalami 3 (tiga) kali perubahan. Sehingga dalam


perjalanannya, konsep RUU SJSN hingga diterbitkan menjadi UU SJSN telah mengalami
perubahan dan penyempurnaan sebanyak 56 (lima puluh enam) kali. UU SJSN tersebut
secara resmi diterbitkan menjadi UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN pada tanggal 19
Oktober Tahun 2004, terdiri dari 9 bab dan 53 (lima puluh tiga) pasal.

Program SJSN sebenarnya sudah dimulai dengan program Jamsostek,


yang diatur dengan UU Jamsostek (UU no 3/1992). Namun UU
Jamsostek tersebut, yang sudah berlaku Nasional, pada hakikatnya telah
diubah dengan UU SJSN yang mengembangkan 5 (lima) program yang
dijamin secara NASIONAL.
Mengapa demikian? Karena UUD 1945 mensyaratkan SELURUH rakyat,
terlepas apakah ia pegawai negeri, pegawai swasta, atau pekerja
mandiri seperti petani, nelayan, dan pedagang, harus mendapat
jaminan sosial yang sama, yaitu Jaminan Kesehatan, Jaminan
Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan
Kematian. Dalam UU Jamsostek, Jaminan Pensiun belum termasuk.
Meskipun secara tegas tidak disebutkan bahwa UU SJSN merevisi UU
Jamsostek, pada hakikatnya UU SJSN merevisi UU Jamsostek. Oleh
karenanya, tidak ada alasan untuk merevisi UU Jamsostek secara
terpisah. Secara otomatis, UU Jamsostek tidak berlaku lagi setelah tahun
2009, sebagaimana diatur oleh UU SJSN pada pasal 52 yang
menugaskan PT Jamsostek menyesuaikan diri dengan UU SJSN. Bukan
menyesuaikan UU Jamsosteknya, karena hal itu sesungguhnya sudah
diatur oleh UU SJSN. Artinya, PT Jamsostek harus menjadi BPJS dan
menyelenggarakan satu atau lebih program jaminan sesuai dengan
yang diatur oleh UU SJSN.

.. inilah hakikat kesatuan bangsa yang harus


dilaksanakan secara Nasional...

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Uji Materi UU SJSN


Dan Keputusan Mahkamah Konstitusi
RI Tertanggal 31 Agustus 2005

Dalam kurun waktu kurang lebih 4 bulan sejak disahkan, tepatnya 21 Februari 2005, UU SJSN
telah diajukan untuk dilakukan uji materi yang keputusannya dibacakan oleh Mahkamah
Konstitusi pada tanggal 31 Agustus 2005. Uji materi diajukan oleh beberapa wakil Pemerintah
Daerah (DPRD Propinsi Jawa Timur, Pengurus Bapel JPKM Propinsi Jawa Timur, Pengurus
Satpel JPKM Kabupaten Rembang dan Pengurus Perbapel JPKM DKI Jakarta) yang
berpendapat bahwa hak dan kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya UU
SJSN.1
Penggugat menyatakan bahwa UU SJSN bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
R.I tahun 19452 dan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah3 serta menyatakan
bahwa Pemerintah Pusat (Departemen Kesehatan) telah menafsirkan UU SJSN secara sepihak
melalui penerbitan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241 tahun 2005 tentang Penugasan
PT ASKES sebagai Pengelola Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin.4

Penggugat
menyatakan bahwa
UU SJSN
bertentangan
dengan UUD 1945
dan UU Nomor 32
tahun 2004
tentang
Pemerintahan
Daerah serta
menyatakan bahwa
Pemerintah Pusat
(Departemen
Kesehatan) telah
menafsirkan UU
SJSN secara
sepihak melalui
penerbitan
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
1241 tahun 2005

Permasalahan tersebut diajukan ke Mahakamah Konstitusi, yang berdasarkan Pasal 10 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Konstitusi
mempunyai wewenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final, antara lain untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara RI
Tahun 1945. Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar tersebut mencakup
pengujian materiil atau materi muatannya dan pengujian formal atau berkenaan dengan prosedur
pembentukannya.

Putusan Perkara No. 007/PUU-III/2005 Mahkamah Konstitusi RI Pengujian UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN terhadap UUD Negara RI 1945, hal 4
Putusan Perkara No. 007/PUU-III/2005 Mahkamah Konstitusi RI Pengujian UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN terhadap UUD Negara RI 1945, hal 6,7
Putusan Perkara No. 007/PUU-III/2005 Mahkamah Konstitusi RI Pengujian UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN terhadap UUD Negara RI 1945, hal 8,9,10
4
Putusan Perkara No. 007/PUU-III/2005 Mahkamah Konstitusi RI Pengujian UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN terhadap UUD Negara RI 1945, hal 20
2

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Pada tanggal 31 Agustus 2005 Mahkamah Konstitusi dalam sidang pleno terbuka untuk
umum telah mengucapkan putusan terhadap perkara nomor 007/PUU-III/2005 yaitu perkara
pengujian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
khususnya Pasal 5 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4) serta pasal 52 terhadap Undang-Undang
Dasar Negara RI Tahun 1945.

Mengabulkan permohonan pemohon untuk sebagian:


1.

Permohonan pengujian terhadap Pasal 5 ayat (3)


dikabulkan dengan pertimbangan hukum bahwa apabila
keberadaan Pasal 5 ayat (3) tersebut dipertahankan akan
menimbulkan multitafsir dan ketidakpastian hukum,
karena materinya sudah tertampung dalam Pasal 52.

2.

Pasal 5 ayat (2) walaupun tidak dimohonkan dalam


petitum namun ayat ini merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dari ayat (3) sehingga jika
dipertahankan juga akan menimbulkan multitafsir dan
ketidakpastian hukum sebagaimana Pasal 5 ayat (3).
Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 sangat berpeluang menimbulkan multi
interpretasi, karena terdapat rumusan yang saling
bertentangan dengan ayat lain yang bermuara pada
ketidakpastian hukum, karena itu bertentangan dengan
Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara RI
Tahun 1945.

Amar putusan Mahkamah Konstitusi


tersebut selengkapnya sebagai berikut:
1. Menyatakan Pasal 5 ayat (2), (3), (4) UU Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4456) bertentangan dengan UUD
Negara RI 1945;
2. Menyatakan Pasal 5 ayat (2), (3), (4) UU Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4456) tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat;
3. Menolak permohonan Pemohon terhadap Pasal 5 ayat (1)
dan pasal 52;

4.

Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita


Negara sebagaimana mestinya;

5.

Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan


permohonan menurut Pasal 57 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2004, wajib dimuat dalam jangka waktu
paling lambat 30 hari kerja sejak putusan diucapkan.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

3. Permohonan pengujian terhadap Pasal 5 ayat (4)


dikabulkan dengan pertimbangan hukum bahwa Pasal 5
ayat (4) menutup peluang bagi Pemerintah Daerah untuk
membentuk dan mengembangkan badan penyelenggara
jaminan sosial tingkat daerah dalam kerangka sistem
jaminan sosial nasional.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Pada bagian lain pertimbangan hukumnya Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa


kewenangan untuk menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional sebagai bagian dari
fungsi pelayanan sosial negara bukan saja menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, tetapi
dapat juga menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Karena itu Undang-Undang Sistem

Substansi UU SJSN

Jaminan Sosial Nasional tidak boleh menutup peluang Pemerintah Daerah untuk ikut juga
mengembangkan sistem jaminan sosial sebagai sub sistem jaminan sosial nasional sesuai
dengan kewenangan yang diturunkan dari ketentuan Pasal 18 ayat (2) dan (5) UndangUndang Dasar Negara RI Tahun 1945.

Pengertian
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tatacara penyelenggaraan program jaminan
sosial oleh beberapa badan penyelenggara. Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya

Putusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa pembentukan BPJS tingkat daerah dapat
dibentuk dengan Peraturan Daerah dengan memenuhi ketentuan SJSN sebagaimana diatur
Norma, Standar dan
Prosedur BPJS tingkat
Daerah harus
dituangkan dalam
peraturan perundangperundangan yang
akan dijadikan
pedoman bagi
Pemerintah Daerah
dalam menyusun
Peraturan Daerah.

dalam UU SJSN yaitu diselenggarakan berdasarkan asas, tujuan, dan prinsip sebagaimana
diatur dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 UU SJSN. Norma, Standar dan Prosedur BPJS
tingkat Daerah harus dituangkan dalam peraturan perundang-perundangan yang akan

merupakan program Negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan


kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang
dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan karena menderita sakit,
mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun.

dijadikan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Peraturan Daerah.


Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap
Menolak permohonan pemohon untuk sebagian, yaitu menolak
permohonan pengujian terhadap Pasal 5 ayat (1) dengan pertimbangan bahwa
pasal tersebut cukup memenuhi kebutuhan pembentukan badan
penyelenggara Jaminan Sosial Nasional di tingkat pusat dan tidak bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945. Pengujian terhadap
pasal 52 juga ditolak dengan alasan untuk mengisi kekosongan hukum dan
menjamin kepastian hukum.

Sistem jaminan sosial


nasional pada
dasarnya merupakan
program Negara yang
bertujuan
memberikan
kepastian
perlindungan dan
kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyat
Indonesia.

rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Kebutuhan dasar hidup yang

...untuk menjamin
agar setiap rakyat
dapat memenuhi
kebutuhan dasar
hidup yang layak.

layak yang dimaksud oleh UU SJSN adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup
layak demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jaminan Sosial diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi sosial yaitu suatu mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota

Pengaruh Mahkamah Konstitusi terhadap pelaksanaan UU SJSN adalah tidak signifikan. UU

keluarganya.

SJSN telah memenuhi maksud Pasal 34 ayat (2) UUD RI 1945 karena sistem yang dipilih
mencakup seluruh rakyat dengan maksud untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat

Azas, Tujuan dan Prinsip Penyelenggaraan

yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Lebih lanjut ditegaskan
bahwa dengan sendirinya UU SJSN merupakan penegasan kewajiban Negara atas Jaminan

Sistem jaminan sosial nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas

Sosial sebagai bagian dari hak asasi manusia, sebagaiman dimaksud Pasal 28 H ayat (3) UUD

manfaat dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Negara RI 1945.

10

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

11

Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Asas manfaat
merupakan asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan
efektif. Asas keadilan merupakan asas yang bersifat ideal. Ketiga asas tersebut dimaksudkan
...guna memberikan
jaminan terpenuhinya
kebutuhan dasar
hidup yang layak bagi
setiap peserta
dan/atau anggota
keluarganya

2.

Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana tidak dimaksudkan untuk mencari laba (nirlaba) bagi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama penyelenggaraan
jaminan sosial adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
Hasil pengembangannya dan surplus dana akan dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta.

3.

Prinsip Keterbukaan
Merupakan suatu keharusan dalam jaminan sosial karena dana yang dikelola
merupakan dana milik peserta oleh karenanya akses informasi yang lengkap,
benar dan jelas bagi setiap peserta harus dipermudah.

4.

Prinsip Kehati-hatian
Pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan tertib.

5.

Prinsip Akuntabilitas
Pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

6.

Prinsip Portabilitas
Jaminan Sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7.

Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib


Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta hingga
dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat,
penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan
Pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama
dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat
menjadi peserta secara sukarela sehingga dapat mencakup petani, nelayan dan
mereka yang bekerja secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan
Sosial Nasional dapat mencakup seluruh Rakyat.

untuk menjamin kelangsungan program dan hak peserta.


SJSN bertujuan untuk melaksanakan amanat Pasal 28 H ayat (3) dan pasal 34 ayat (2)
Amandemen UUD 1945, yang dituangkan dalam UU SJSN yang mengatur substansi berupa
cakupan kepesertaan, besarnya iuran dan manfaat, mekanisme penyelenggaraan jaminan
sosial, dan kelembagaan sistem jaminan sosial yang berlaku nasional guna memberikan
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya.
Sistem Jaminan Sosial dirancang untuk mampu mensinkronisasikan penyelenggaraan
berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat
memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh peserta. Program jaminan sosial
diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi sosial, bantuan sosial, dan atau
tabungan wajib yang bertujuan untuk menyediakan jaminan sosial bagi seluruh penduduk,
guna memenuhi kebutuhan dasar yang layak.

9
1.

12

Prinsip
Sistem Jaminan Sosial Nasional

Prinsip Kegotong-royongan
Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong royong dari peserta yang
mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib
bagi seluruh rakyat: peserta yang beresiko rendah membantu yang beresiko
tinggi dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotongroyongan ini, jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

13

8.

Prinsip Dana Amanat


Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan kepada badan-badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan
dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

Kelembagaan Sistem Jaminan


Sosial Nasional

9.

Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional


Hasil berupa deviden dari pemegang saham yang dikembalikan untuk
kepentingan peserta jaminan sosial.

Penanggung jawab SJSN


Untuk Penyelenggara Sistem Jaminan Sosial Nasional dibentuk Dewan Jaminan Sosial
Nasional. Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) bertanggung jawab langsung kepada

(UU No.40 Tahun 2004 Pasal 4)

5
Dewan Jaminan
Sosial Nasional
(DJSN) bertanggung
jawab langsung
kepada Presiden.

Presiden. DJSN berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan


sistem jaminan sosial nasional. Pembentukan DJSN ditetapkan melalui Peraturan Presiden
(Perpres). DJSN beranggotakan 15 orang yang terdiri dari unsur Pemerintah, tokoh dan ahli
yang memahami, bidang jaminan sosial, organisasi pemberi kerja dan organisasi pekerja.

Badan Penyelenggara SJSN


Masalah yang lebih bersifat mikro pasca putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan
Pasal 5 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat ialah apakah Persero JAMSOSTEK, TASPEN,
ASABRI dan ASKES dapat melaksanakan aktivitasnya memberikan pelayanan sosial pada
bidang masing-masing? Jawabanya sudah pasti! Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UndangUndang Sistem Jaminan Sosial Nasional ke empat Persero tersebut tetap berlaku sepanjang
belum disesuaikan dengan Undang-Undang ini. Dalam pertimbangan hukum putusan
Mahkamah Konstitusi a quo halaman 268 antara lain dikemukakan bahwa: Seandainya
pembentuk Undang-Undang bermaksud menyatakan bahwa selama belum terbentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) badan-badan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di atas diberi hak untuk bertindak sebagai badan
penyelenggara jaminan sosial, maka hal itu sudah cukup tertampung dalam Ketentuan
Peralihan pada Pasal 52 Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

14

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

15

Namun demikian perlu diperhatikan ketentuan ayat (2) Pasal tersebut yang menentukan
bahwa semua ketentuan yang mengatur mengenai badan penyelenggara jaminan sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan Undang-Undang ini paling lambat
5 (lima) tahun sejak Undang-Undang diundangkan. Artinya penyesuaian ketentuan yang
mengatur keempat Persero Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud
Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang harus sudah selesai dilaksanakan paling lambat tanggal
...dari sekarang perlu
diambil langkahlangkah sistematis,
terarah dan terpadu
untuk menyusun
Undang-Undang
sesuai dengan
ketentuan Pasal 5
Undang-Undang
Sistem Jaminan Sosial
Nasional.

18 Oktober 2009. Lebih cepat tentu lebih baik, demi kepastian hukum. Untuk itu dari
sekarang perlu diambil langkah-langkah sistematis, terarah dan terpadu untuk menyusun
Undang-Undang sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Jika terlambat boleh jadi keempat Persero yang telah lama melayani publik akan
kehilangan dasar hukum eksistensinya.

Keterkaitan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang


Pemerintahan Daerah dengan UU No. 40
Tahun 2004 Pasca Putusan Mahakamah
Konstitusi
Dalam pertimbangannya Mahkamah Konstitusi juga berpendapat bahwa
kewenangan untuk menyelenggarakan sistem jaminan sosial bukan

...kewenangan untuk
menyelenggarakan sistem
jaminan sosial bukan
ekslusif kewenangan
pemerintah pusat...

ekslusif kewenangan pemerintah pusat sebab jika diartikan demikian hal


itu bertentangan dengan makna pengertian Negara yang di dalamnya
mencakup pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Namun juga
bukan ekslusif kewenangan pemerintah daerah sebab jika jalan pikiran

Namun juga bukan


ekslusif kewenangan
pemerintah daerah...

demikian diikuti, besar kemungkinan terjadi keadaan di mana hanya

Selain itu peraturan pelaksanaan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional juga perlu

daerah-daerah tertentu saja yang mampu menyelenggarakan sistem

segera dibuat agar Undang-Undang tersebut berlaku efektif.

jaminan sosial. Dan, itu pun tidak menjamin bahwa jaminan sosial yang
diselenggarakan cukup memenuhi standar kebutuhan hidup yang layak
antara daerah yang satu dengan yang lain. Akibatnya, jika karena alasan

Badan Penyelenggara Tingkat Daerah

tertentu seseorang terpaksa harus pindah ke lain daerah tidak terdapat


jaminan akan kelanjutan penikmatan hak atas jaminan sosial orang yang

Mengenai pembentukan badan penyelenggara jaminan sosial tingkat daerah pasca putusan
Norma, standar dan
prosedur
pembentukan badan
penyelenggara
jaminan sosial tingkat
daerah yang mengacu
kepada sistem
jaminan sosial
nasional perlu
dituangkan dalam
peraturan perundangundangan yang dapat
dijadikan pedoman
oleh Pemerintah
Daerah dalam
menyusun Peraturan
Daerah.

bersangkutan setelah berada di daerah lain.

Mahkamah Konstitusi dapat saja dibentuk dengan peraturan daerah, tetapi harus tetap dalam
kerangka sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakan berdasarkan asas, tujuan dan

Pengaturan tugas dan tanggung jawab antara sistem jaminan sosial di

prinsip sebagaimana diatur dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Sistem

tingkat Nasional dan tingkat daerah akan dirumuskan lebih lanjut dalam

Jaminan Sosial Nasional. Norma, standar dan prosedur pembentukan badan penyelenggara

sebuah peraturan pemerintah untuk menjamin efisiensi penyelenggaraan

jaminan sosial tingkat daerah yang mengacu kepada sistem jaminan sosial nasional perlu

dan menghindari adanya tumpang tindih. Untuk itu dalam rangka

dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan pedoman oleh

pengimplementasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasca Putusan Mahkamah

Pemerintah Daerah dalam menyusun Peraturan Daerah. Selain itu juga untuk menjamin

Konstitusi masih diperlukan penyelesaian berbagai agenda yang

kepastian hukum dan standar pelayanan yang menjamin bahwa jaminan sosial yang

meliputi agenda regulasi, kelembagaan dan perluasan kepesertaan.

...masih diperlukan
penyelesaian berbagai
agenda yang meliputi
agenda regulasi,
kelembagaan dan
perluasan kepesertaan.

diberikan tersebut cukup memenuhi standar kebutuhan hidup yang layak antara daerah yang
satu dengan yang lain, seperti dikemukakan dalam pertimbangan hukum Mahkamah
Konstitusi halaman 266.

16

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

17

Mekanisme Penyelenggaraan Sistem


Jaminan Sosial Nasional

Kepesertaan dan Iuran


a.

Kepesertaan bersifat wajb bagi seluruh warga negara (rakyat) untuk menjadi
peserta Jaminan Sosial, (PNS, TNI-Polri, Pejabat Negara, Pekerja Swasta, Pekerja
Informal, dan penduduk tidak mampu)

b.

Manfaat yang akan diterima adalah untuk pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang
layak untuk semua program (menanggulangi resiko ekonomi karena sakit,
kecelakaan kerja, menjadi tua, pensiun, atau kematian).

c.

Iuran dibayar bersama oleh kontribusi pekerja, pemberi kerja, dan pemerintah.
Dana merupakan titipan peserta. Bagi orang miskin/ tidak mampu mempunyai hak
mendapatkan bantuan untuk membayar iuran/premi dan iuran/premi asuransi yang
terkumpul merupakan dana bersama bukan lagi milik perseorangan. Jadi tidak
bisa diambil kembali meskipun yang bersangkutan belum pernah memanfaatkan.

5 Program jaminan sosial nasional


1.

Jaminan Kesehatan (JK)


Suatu program Jaminan Sosial dengan tujuan memberikan kepastian jaminan
kesehatan yang menyeluruh (komprehensif) bagi setiap peserta/ rakyat Indonesia
agar dapat hidup sehat, produktif, atau sejahtera. Diberikan dalam bentuk
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.

2.

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)


Suatu program Jaminan Sosial dengan tujuan memberikan kepastian Jaminan
pelayanaan dan santunan apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan saat menuju,

18

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

19

menunaikan dan selesai menunaikan tugas pekerjaan dan berbagai penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan.
3.

Landasan Konstitusi
Pelaksanaan SJSN

Jaminan Hari Tua (JHT)


Merupakan jaminan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan
bekal kepada peserta ketika memasuki masa purna tugas/pensiun. Tetapi
apabila peserta mengalami cacat tetap sehingga tidak mampu bekerja atau

UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002, Pasal


28H ayat (1), Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan

UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002, Pasal


28H ayat (3), Setiap orang berhak atas jaminan sosial
yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat

UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002, pasal


4 ayat (1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara

UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002, pasal


34 ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan

UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN adalah merupakan


penyempurnaan substansi, kelembagaan dan
mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial yang sudah
berlaku sebelumnya.

UU 32 tahun 2004 Pasal 22 huruf h: Dalam


menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai
kewajiban mengembangkan sistem jaminan sosial.

meninggal dunia sebelum masa pensiun maka peserta atau ahli warisnya
berhak menerima jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.
4.

Jaminan Pensiun (JP)


Merupakan program jaminan yang diselenggarakan berdasarkan sistem asuransi
dan tabungan dengan tujuan untuk menjamin kebutuhan hidup minimum yang
layak ketika peserta menjalani pensiun atau mengalami cacat tetap sehingga tidak
dapat bekerja yang dibayarkan secara berkala.

5.

Jaminan Kematian (JKM)


Merupakan program jaminan/santunan kematian berdasarkan mekanisme
asuransi sosial yang dibayarkan kepada keluarga ahli waris yang meninggal dunia.

Kejelasan mengenai pengelolaan dana jaminan sosial, penegakan hukum dan masa
peralihan akan dipertegas di dalam peraturan pelaksanaan UU SJSN.

20

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

21

Agenda Tindak Lanjut


Pengimplementasian UU SJSN

Pengimplementasian UU SJSN masih memerlukan penyelesaian berbagai agenda yang


meliputi agenda bidang regulasi, agenda bidang pengorganisasian, pembangunan peran serta
pemangku kepentingan dan perluasan kepesertaan dan manfaat program jaminan sosial.

Agenda Tindak Lanjut


Pengimplementasian UU SJSN
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi:

22

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Agenda regulasi

Agenda pengorganisasian
SJSN

Agenda pembangunan peran


serta pemangku kepentingan

Agenda perluasan kepesertaan dan


manfaat program jaminan sosial

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

23

Agenda Bidang Regulasi

Menyelesaikan Agenda-Agenda Bidang Regulasi, meliputi:

Disepakati dalam Rakernas SJSN yang berlangsung pada tanggal 15 dan 16 Maret 2006

1.

Mempercepat penyusunan peraturan pelaksanaan UU


40/2004 tentang SJSN pasca Putusan Mahkamah Konstitusi;

2.

Memetakan dan mengharmonisasikan seluruh peraturan


perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan
SJSN - UU Nomor 40 Tahun 2004 pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi;

3.

Menetapkan kewenangan pemerintah pusat dan daerah


dalam mengembangkan sistem jaminan sosial nasional secara
tegas dan rinci dalam peraturan pelaksana UU Nomor 40
Tahun 2004 tentang SJSN dan UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah.

4.

Mempercepat proses penyusunan RUU Badan Penyelenggara


SJSN dengan mengakomodasi aspirasi daerah.

bahwa Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi merupakan payung hukum sistem Jaminan Sosial Nasional, artinya bahwa untuk
mengimpelemetasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi masih
diperlukan peraturan perundang-undangan yang lebih detil, jelas, dan rinci baik dalam
bentuk Peraturan Pemerintah (PP) maupun Peraturan Presiden (PERPRES). Dalam PP
maupun Perpres tersebut harus dijelaskan tentang tugas, kewenangan, hak dan kewajiban
masing-masing pelaku serta bagaiman hal itu dilakukan.
Penyelesaian agenda bidang regulasi dan bidang pengorganisasian dipimpin oleh
Kementerian Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat telah membentuk Tim dan Kelompok Kerja Penyusun Peraturan
Perundang-undangan untuk pelaksanaan UU Nomor 40 Tahun 2004 melalui penerbitan
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor
14A/Kep/Menko/Kesra/VI/2006. Tim diketuai langsung oleh Menteri Koordinator Bidang

1.

Penyusunan peraturan pelaksanaan UU 40/2004 Tentang


SJSN pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

Kesejahteraan Rakyat dan dibantu oleh 3 orang wakil yaitu Menteri Sosial, Menteri
Kesehatan dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Anggota Pokja yang terdiri dari

Pokja SJSN telah mengidentifikasi kebutuhan peraturan pelaksanaan UU No. 40/2004

Menko Kesra, Meneg BUMN, Depkeu, Depdagri, Depnakertrans,

pada tanggal 1-2 Juni 2006 dan mengamanatkan penyusunan dua (2) Peraturan

Depkes, Dephan,

Dephukham, Menpan, Depsos, BKN, Setwapres, Setneg, 4 BPJS, calon anggota DJSN.

Pemerintah dan dua (2) Peraturan Presiden.

Peraturan Pelaksanaan UU SJSN harus segera disusun, ditetapkan dan diimplementasikan


selambat-lambatnya pada 18 Oktober 2009.

24

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Sebagaimana diamanatkan adalah dua (2) Peraturan Pemerintah


(PP) dan dua (2) Peraturan Presiden (PERPRES) sebagai berikut:
1.

PP yang menjabarkan UU No.40/2004, Bab V pasal 14-17


dan Bab VI khususnya pasal 33, 34, 37, 38, 42, 45, dan 46 .

2.

PP yang menjabarkan Bab VII pasal 47 dan 50.

3.

Perpres tentang rincian pengaturan Bab V pasal 13 dan Bab VI


pasal 21, 22, 23, 26, 27, dan 28.

4.

Perpres tentang rincian pengaturan Bab IV pasal 10.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

25

1.

Peraturan Pemerintah (PP) yang menjabarkan Bab V dan Bab VI


akan mengatur :
(i)

(viii)

Perimbangan pembayaran iuran antara pemberi kerja dan pekerja.


Mengingat pembagian pembayaran iuran antara pemberi kerja dan
pekerja adalah prinsip universal dalam jaminan sosial, maka PP akan

Depsos sebagai instansi yang merumuskan kriteria orang miskin dan

mengindikasikan ke peningkatan besaran iuran pekerja secara ringan

orang tidak mampu.

dan bertahap hingga misalnya dalam 20 tahun mencapai 50-50 dengan


(ii)

pemberi kerja.

BPS sebagai instansi yang menghitung pendataan agregat penduduk


miskin di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota.

(iii)

Pemda sebagai instansi yang mengidentifikasi nama dan alamat orang


miskin dan tidak mampu untuk didaftarkan sebagai penerima bantuan

2.

Peraturan Pemerintah (PP) yang menjabarkan Bab VII akan


mengatur tentang:

iuran pemerintah untuk jaminan sosial; yang untuk tahap pertama


dibayarkan bagi program jaminan kesehatan.

(i)

Dana yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah


bersifat dana amanat yang dikelola secara nirlaba dan profesional.

(iv)

Sumber dana pemerintah untuk membayar iuran penduduk miskin dan

Keuntungannya/sisa hasil usaha dikembalikan untuk peningkatan

tidak mampu disesuaikan dengan keseimbangan pendanaan pusat-

manfaat bagi peserta jaminan sosial.

daerah.
(ii)
(v)

(vi)

Kewajiban badan penyelenggara untuk membentuk cadangan teknis

Norma perhitungan iuran jaminan sosial bagi penduduk miskin dengan

berdasarkan perhitungan aktuaria dan ketentuan investasi terarah dan

gradasi menurut tingkat kemiskinan, didahului untuk program jaminan

aman serta pengelolaan dengan prinsip kehati-hatian, transparan dan

kesehatan.

akuntabel.

Penetapan manfaat program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,


jaminan pensiun dan jaminan kematian.

(iii)

Menjelang terbitnya UU Badan Hukum Nirlaba yang diprakarsai oleh


Kantor Menpan, dapat ditempuh transisi keempat BUMN dengan
mengubah AD/ART dan pengelolaannya sebagai badan nirlaba yang

(vii)

26

Penetapan iuran jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan

mengelola dana amanat, setiap kali menyelenggarakan program

pensiun dan jaminan kematian.

jaminan sosial dengan kepesertaan wajib.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

27

3.

Perpres tentang Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) :

Landasan Harmonisasi Peraturan Perundangan


a. UU 10/2004 Tentang Pembentukan Perundang-undangan

(i)

Untuk pertama kali keanggotaan DJSN ditunjuk oleh Menteri terkait

b.

(ii)

Diperlukan pengaturan lebih lanjut untuk pemilihan berdasarkan fit

Nasional.

dan diajukan kepada Presiden melalui koordinasi Menkokesra.


c.

Perpres 68/2005 Tentang Tata Cara mempersiapkan RUU, RPP Pengganti UU,
RPP & RPerpres

and proper test bagi anggota DJSN selanjutnya.


4.

Perpres 61/2005 Tentang Tata Cara Penyusunan & Pengelolaan Program Legislasi

Perpres tentang Bab V dan Bab VI :

Kementerian Koordinator Bidang Kesra sebagai pemrakarsa harmonisasi peraturan


perundangan dan koordinator substansi. Departemen Hukum dan HAM sebagai

(i)

Pendaftaran peserta untuk seluruh program dalam jaminan sosial.

(ii)

Manfaat jaminan kesehatan dan jaminan pensiun.

(iii)

Iuran jaminan kesehatan bagi anggota keluarga yang lebih dari 5 orang.

mengharmonisasikan peraturan perundangan yang terkait dengan UU SJSN akan

Pelayanan jaminan kesehatan: paket manfaat dan penerapan kendali

dimulai dengan membangun kordinasi lintas sektor yang dilanjutkan dengan menyusun

biaya dan kendali mutu dalam pelayanan kesehatan.

program lintas departemen untuk harmonisasi peraturan perundangan terkait denga UU

(v)

Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang tidak dijamin.

SJSN.

(vi)

Kompensasi terhadap fasilitas kesehatan dan rawat inap di rumah sakit.

Pemerintah Daerah dan sumber-sumber lain yang tidak mengikat.

(iv)

2. Harmonisasi Dan Pemetaan Peraturan dan Perundangundangan


Di samping UU No. 40 Tahun 2004, banyak pula Peraturan dan Perundang-undangan

penangggung jawab harmonisasi Peraturan Perundangan.

3.

Langkah

Menkokesra mengordinasikan penggangaran bersama Departemen terkait,

Menetapkan Kewenangan Pemerintah Pusat Dan Daerah Dalam


Mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional Secara Tegas
dan Rinci Dalam Peraturan Pelaksana UU Nomor 40 Tahun 2004
Tentang SJSN Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi dan UU
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

lain yang masalahnya bersinggungan, sehingga dapat menimbulkan masalah baru


dalam pengimplementasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi. Untuk menghindari hal tersebut, perlu dilakukan pemetaan tentang

4. Mempercepat Proses Penyusunan RUU Badan Penyelenggara


SJSN Dengan Mengakomodasi Aspirasi Daerah.

Peraturan dan Perundangan lain kemudian diharmonisasikan agar pelaksanaan


implementasi UU No. 40 Tahun 2004 Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi berjalan
efektif. Harmonisasi dan pemetaan bertujuan untuk memperbaiki penyelenggaraan
sistem jaminan sosial yang ada saat ini, untuk memberikan manfaat nyata kepada
penduduk dan pada akhirnya sistem yang dibangun dapat berkontribusi pada
peningkatan produktivitas, peningkatan daya saing sumber daya manusia dan
berdampak pada pembangunan perekonomian dan penanggulangan kemiskinan.

28

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

29

Agenda Pengorganisasian SJSN


(i)

Agenda Perluasan Kepesertaan Dan Manfaat Program


Jaminan Sosial

Mempercepat terbentuknya DJSN (Perpres dan Kepres DJSN) Pasal 6


(i)

UU nomor 40 tahun 2004;


(ii)

Memberikan dasar hukum pembentukan BPJS.

(iii)

Mempersiapkan peralihan PT ASKES, PT. JAMSOSTEK, PT.

Menyusun desain, strategi dan rencana perluasan cakupan kepesertaan


dan manfaat program jaminan sosial jangka pendek, jangka menengah

ASABRI, PT. TASPEN menjadi BPJS

dan jangka panjang.


(ii)

Meningkatkan peran serta pemerintah daerah untuk mencapai

(iii)

Menyiapkan infrastruktur dan fasilitas pendukung pengimplementasian

(iv)

Menetapkan daerah-daerah untuk percepatan pelaksanaan sistem

kepesertaan semesta program jaminan sosial;

A g e n d a Pe m b a n g u n a n
Kepentingan

Pe r a n

Serta

Pe m a n g k u

program Jaminan Sosial Nasional;


Jaminan Sosial Nasional termasuk upaya perluasan kepesertaan dengan

(i)
(ii)

Menyusun modul penyuluhan dan melaksanakan pelatihan bagi

pendekatan wilayah; Menggalang kemitraan dan harmonisasi dengan

penyuluh SJSN;

seluruh pemangku termasuk lembaga-lembaga internasional.

Mempercepat pelaksanaan/penyelenggaraan sosialisasi dan diseminasi


UU

SJSN

kepada

pemangku

(Pemerintah

(v)

Kementerian Menko Kesra menyusun agenda dan koordinasi


penganggaran.

Pusat/Propinsi/Kabupaten/Kota, Pengusaha/Pemberi kerja,


Pekerja/Buruh, Media Massa dan Masyarakat luas) ;
(iii)

Menampung aspirasi daerah

(iv)

Membangun sistem informasi dan manajemen jaminan sosial.

(v)

Membangun sumber daya manusia yang memahami dan peduli sistem


jaminan sosial

(vi)

Membangun opini publik yang kondusif untuk pengembangan Sistem


Jaminan Sosial Nasional.

30

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

31

Lampiran 1

Jaminan Sosial:
Pengertian, Program
Dan Mekanisme Penyelenggaraan

1/2

Apa Pengertian Jaminan Sosial?


Pengertian jaminan sosial mencakup aspek hukum, aspek politik dan aspek ekonomi.
Aspek hukum jaminan sosial berkaitan dengan tanggung jawab negara untuk melaksanakan
Amanat Pasal 5 (2), Pasal 20, Pasal 28H (1), (2), (3), dan Pasal 34 (1) dan (2) UUD 1945:

Pengertian
jaminan sosial
mencakup aspek
hukum, aspek
politik dan aspek
ekonomi.

yaitu sistem perlindungan dasar bagi masyarakat terhadap risiko risiko sosial ekonomi.
Aspek politik jaminan sosial adalah upaya pembentukan negara kesejahteraan yang
merupakan keinginan politik dari pemerintah.
Aspek ekonomi jaminan sosial terkait dengan redistribusi pendapatan melalui mekanisme
kepesertaan wajib dan implementasi uji kebutuhan untuk keadilan. sistem jaminan sosial
diperlukan untuk ketahanan negara dan sekaligus peningkatan daya beli masyarakat agar
terwujud keamanan ekonomi dalam jangka panjang.

Pengertian Jaminan Sosial Menurut ILO(1998)


. Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan
oleh masyarakat untuk masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan
publik terhadap tekanan tekanan ekonomi sosial bahwa jika tidak
diadakan sistem jaminan sosial akan menimbulkan hilangnya sebagian
pendapatan sebagai akibat sakit, persalinan, kecelakaan kerja, sementara
tidak bekerja, cacat, hari tua dan kematian dini, perawatan medis
termasuk pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang membutuhkan
Pengertian jaminan sosial menurut ILO tsb masih bersifat universal
sehingga dalam implementasinya harus disesuaikan dengan berbagai
pendekatan yang berlaku di setiap negara.

32

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

33

Pengertian Jaminan Sosial Menurut Purwoko (1999)

Sebagai sistem perlindungan dasar untuk masyarakat pekerja termasuk masyarakat luas yang
mengalami musibah atau kemalangan baik yang disebabkan karena peristiwa hubungan

Pengertian jaminan sosial sangat beragam. Dilihat dari pendekatan asuransi


sosial, maka berarti jaminan sosial sebagai teknik atau metoda penanganan
risiko hubungan industrial yang berbasis pada hukum bilangan besar (law of
large numbers). Dari sisi bantuan sosial, maka jaminan sosial berarti sebagai
dukungan pendapatan bagi komunitas kurang beruntung untuk keperluan
konsumsi.

industrial atau di luar hubungan industrial seperti kemiskinan, manfaat jaminan sosial
mencakup:
(a) santunan tunai untuk dukungan pendapatan pencari nafkah utama;
(b) kompensasi finansial untuk kasus kecelakaan kerja dan kematian dini;

Karena itu, maka jaminan sosial berarti sebagai:


(a) salah satu faktor ekonomi seperti konsumsi, tabungan dan subsidi atau
konsesi untuk redistribusi pendapatan;
(b) instrumen negara untuk redistribusi risiko sosial-ekonomi melalui tes
kebutuhan (means-test application), yaitu tes apa yang telah dimiliki
peserta baik berupa rekening tabungan maupun kekayaan ril;

(c) manfaat pelayanan kesehatan dan pemberian alat bantu.


Pada awalnya jaminan sosial berfungsi untuk minimalisasi ketidakamanan ekonomi dan
selanjutnya berkembang untuk mencapai keamanan ekonomi.
Ketidakamanan ekonomi adalah kondisi ketenagakerjaan yang ditandai dengan adanya
ketidakpastian kesempatan kerja disertai dengan tingkat pendapatan yang rendah, kemudian

(c) program pengentasan kemiskinan yang ditindak-lanjuti dengan


pemberdayaan komunitas; dan

hilangnya pendapatan masyarakat karena adanya musibah yang tidak diimbangi dengan

(d) sistem perlindungan dasar untuk penanggulangan hilangnya sebagian


pendapatan pekerja sebagai konsekuensi risiko hubungan industrial.

seringkali memaksa masyarakat untuk mengeluarkan biaya tambahan yang berdampak pada

sistem jaminan sosial yang komprehensif dan mahalnya biaya pelayanan kesehatan yang
pengurangan uang belanja.

Apa Fungsi Jaminan Sosial?


Jaminan sosial memiliki tiga pilar jaminan sosial yang terdiri dari:
1.

2.

sumbangan dari pihak yang mempunyai status ekonomi yang kuat

Tabungan wajib. Setiap orang diwajibkan menabung untuk dirinya sendiri


atau sebagian jaminan pensiun Taspen.
Asuransi sosial. Dimana setiap orang mengiur/berkuntribusi atau membayar

sebab-sebab terjadinya

ketidakamanan ekonomi:

Bantuan/pelayanan sosial. Sistem ini didanai dari sumber pajak oleh negara atau

(provident fund) sebagaimana dilaksanakan dalam Jaminan Hari Tua Jamsostek

3.

8M

Pada awalnya
jaminan sosial
berfungsi untuk
minimalisasi
ketidakamanan
ekonomi dan
selanjutnya
berkembang
untuk mencapai
keamanan
ekonomi.

Meninggalnya pencari nafkah sebelum usia


pensiun;
Menjalani masa pensiun;
Mengalami gangguan kesehatan;
Mengganggur karena pemutusan hubungan
kerja;
Masalah upah minimum;
Meroketnya harga barang konsumsi (inflasi);
Menghadapi bencana alam;
Masalah pribadi seperti perceraian.

premi yang sifatnya wajib. Bisa juga premi/iuran dibayarkan oleh pihak lain atau
oleh pemerintah, bagi mereka yang miskin. Sistem asuransi sosial ini paling baik,
dana yang terkumpul memadai, tahan lama, dan paling banyak digunakan di dunia.
34

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

35

Sebaliknya, Keamanan Ekonomi adalah suatu keadaan di mana masyarakat memiliki daya

Bagan di atas menggambarkan hubungan antara pendapatan ril yang harus diciptakan,

beli untuk konsumsi, tabungan dan adanya kesanggupan membayar iuran jaminan sosial

perlunya sistem jaminan sosial, gangguan ketidak-amanan ekonomi dan tujuan keamanan

sebagai bentuk perencanaan darurat karena pendapatan ril diterimanya mencukupi sehingga

ekonomi.

dapat menopang keluarga sejahtera yang mandiri.


Pendapatan riil masyarakat merupakan prasyarat utama untuk dapat mengembangkan
Ciri keamanan ekonomi:

Adanya jaminan kelangsungan pendapatan;


Masyarakat memiliki pendapatan nyata dalam
bentuk uang;
Masyarakat memiliki pendapatan di atas upah
minimum
Keluarga sejahtera yang mandiri.

investasi dan berkontribusi pada sistem jaminan sosial. Pemberlakuan upah rendah akan
menurunkan kemampuan bahkan menghambat masyarakat untuk berkontribusi. Pada
perusahaan-perusahan yang menerapkan tata kelola yang baik, perusahaan tidak
menerapkan kebijakan pengupahan rendah dan perusahaan memiliki perencanaan yang padu
yang di dalamnya memuat pula program yang dapat mengantisipasi hal yang terburuk bagi
pegawainya. Dengan rencana bisnis yang komprehensif akan mendukung kelangsungan

Pendapatan riil
masyarakat
merupakan
prasyarat utama
untuk dapat
mengembangkan
investasi dan
berkontribusi
pada sistem
jaminan sosial.

usaha yang dapat menjamin pekerjaan untuk para pekerja sehingga jaminan sosial pekerja
pun terjamin karena adanya kelangsungan kepesertaan. Maka keamanan ekonomi dapat
tercapai karena adanya jaminan pekerjaan untuk para pekerja yang berarti jaminan sosial

Bagaimana Jaminan Sosial Bekerja Membangun


Keamanan Ekonomi?

dapat terselenggara.
Karena pendapatan ril masyarakat memadai, maka tabungan perorangan dapat diarahkan
untuk mengelola usaha secara langsung sehingga terjadi penambahan lapangan kerja baru
dari sektor rumah tangga. Lapangan kerja baru ini akan menyerap angkatan kerja baru yang
pada akhirnya menjadi sasaran perluasan kepesertaan sistem jaminan sosial.
Peran Pemerintah terhadap kelangsungan sistem jaminan sosial pekerja sangat diperlukan
yaitu untuk menekan tingkat inflasi serendah mungkin menyusul memberlakukan tingkat
bunga pasar yang rendah dan membuat mata uang stabil sehingga investasi dapat diarahkan
untuk tujuan jangka panjang. Investasi jangka panjang ditujukan untuk minimalisasi tingkat
spekulasi yang menimbulkan flukstuasi, karena dana jaminan sosial sebagian besar
merupakan dana jangka panjang yang tidak diperuntukkan untuk membayar likuiditas
terutama dana yang bersumber dari program pensiun.
Apabila kondisi di atas dapat terlaksana dengan baik maka kriteria sukses penyelenggaraan
jaminan sosial akan tercapai yaitu adanya pertambahan peserta dan perbaikan manfaat.

36

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

...kriteria sukses
penyelenggaraan
jaminan
sosial...yaitu
adanya
pertambahan
peserta dan
perbaikan
manfaat.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

37

Program jaminan
sosial
diperuntukkan
bagi peserta
beserta
keluarganya...

Apa Program-program Jaminan Sosial?

1.

Program yang terkait dengan pemberian kompensasi finansial, biasanya


berlaku untuk asuransi kecelakaan kerja yang meliputi antara lain:

Program jaminan sosial diperuntukkan bagi peserta beserta keluarganya bilamana peserta

- Santunan meninggal dunia karena kecelakaan kerja,

dan atau anggota keluarga mengalami sakit, persalinan, kecelakaan kerja, terkena PHK,

- Santunan cacat total atau cacat sebagian,

menghadapi hari tua dan meninggal sebelum usia pensiun terutama untuk pencari naftkah

- Santunan berkala seumur hidup bagi yang cacat total,

utama. Oleh karena itu, program jaminan sosial membawa konsekuensi pembiayaan yang

- Tunjangan sementara tidak mampu bekerja,

tidak sedikit karena lingkup proteksinya mencakup kepesertaan penduduk usia 0-14 tahun

- Penggantian biaya transpor ambulan, dsb.

(pra usia produktif), kepesertaan penduduk usia 15-64 tahun (peserta pengiur aktif) dan

2.

kepesertaan penduduk usia lanjut di atas 65 tahun (pasca usia produktif).

Program yang terkait dengan rehabilitasi dan pemberian alat bantu, antara
lain:
- Pemberian kursi roda bagi yang mengalami cacat total
- Pemasangan kaki palsu termasuk tangan palsu
- Pemasangan gigi palsu karena kecelakaan kerja
- Pemberian alat bantu untuk mendengar, dsb

3.

Keterkaitan Program

Program yang terkait dengan akun tabungan wajib:


- Biasanya berlaku untuk tabungan wajib dan program pensiun. Kedua program

Jaminan Sosial sebagai berikut

tsb bisa diselenggarakan secara terpisah atau sebagai bagian dari sistem asuransi
sosial.

1.

Program yang terkait dengan pemberian


kompensasi finansial,

4.

Program yang terkait dengan dukungan pendapatan, antara lain:


- Pemberian tunai berbasis minimum bagi para pekerja yang terkena PHK dan para
pencari pekerjaan

2.

3.

4.

Program yang terkait dengan rehabiltiasi dan


pemberian alat bantu,

- Pemberian subsidi dan konsesi untuk penduduk miskin, dan masyarakat


penyandang masalah kesejahteraan sosial.
- Pemberian tunai untuk orang tua tungal yang menyandang masalah kesejahteraan

Program yang dikaitkan dengan akun


tabungan wajib,
Program yang terkait dengan
dukungan pendapatan,

sosial
- Tunjangan keluarga untuk proteksi anak.
5.

Program yang terkait dengan pelayanan umum / pelayanan kesehatan, antara


lain:

5.

Program yang terkait dengan pelayanan


umum/kesehatan. .

- Pemeriksaan kesehatan
- Pelayanan rawat jalan
- Pelayanan rawat inap
- Pelayanan kesehatan gigi
- Pelayanan perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan.

38

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

39

Bagaimana Mekanisme Penyelenggaraan Sistem Jaminan


Sosial?

kontribusi generasi muda akan dipergunakan sebagian untuk membiayai kebutuhan generasi

Ciri dan kekhasan jaminan sosial

kontrol anggaran, maka berlaku uji kebutuhan, bahwa penerima santunan memang layak.

Asas gotong royong horizontal berarti pemberlakuan subsidi silang antar generasi, yaitu
yang lebih tua dengan harapan untuk keperluan pemerataan pendapatan. Untuk keperluan

Jaminan sosial merupakan wilayah Konstitusi untuk pembentukan Negara Kesejahteraan

Gotong royong vertikal berarti pemberlakuan subsidi silang antar pendapatan yang berbeda

sesuai amanat UUD Negara 1945 dan Pernyataan Umum PBB Tentang HAM. Negara

untuk keadilan, karena risiko kerja kerap terjadi pada peserta yang berpendapatan rendah dan

Kesejahteraan ditujukan untuk membangun keamanan ekonomi dengan didukung jaminan

jarang terjadi pada seseorang yang berpendapatan tinggi. Karena itu, pengenaan kontribusi

sosial yang komprehensif untuk pemerataan dan keadilan.

terhadap pendapatan tinggi berlaku pagu tertentu agar peserta yang berpendapatan tinggi itu
masih memiliki peluang untuk melakukan investasi peorangan. Selanjutnya pemberlakuan

Dimensi jaminan sosial:


1.

Instrumen negara untuk pencegahan kemiskinan,


pemberdayaan komunitas penyandang masalah
kesejahteraan sosial dan pengentasan kemiskinan;

2.

Dukungan pendapatan bagi peserta yang mengalami musibah,


karena iuran jaminan sosial pada prinsipnya ditujukan untuk
redistribusi risiko dan atau redistribusi pendapatan;

3.

Salah satu faktor ekonomi untuk redistribusi pendapatan seperti


bantuan iuran dari pemerintah untuk program kesehatan bagi
penduduk miskin;

4.

Alat monitor untuk minimalisasi uang primer melalui


penguncian dana publik untuk stabilitas moneter;

5.

Faktor pengikat berdirinya sebuah Negara Kesatuan Republik


Indonesia.

subsidi silang antar daerah subur dan daerah kekurangan berlaku untuk program pelayanan
kesehatan, antara lain pengiriman dokter terbang ke daerah daerah minus untuk misi
pelayanan medis.
Dengan memperhatikan ciri dan kekhasan jaminan sosial tersebut, maka penyelenggaraan
sistem jaminan sosial menjadi kewenangan Pemerintah Pusat sedang Pemerintah Daerah
membantu dan mefasilitasi penyelenggaraan agar tercapainya solidaritas sosial sekaligus
mengawasi kegiatan operasional dan melakukan penindakan hukum terhadap semua
pelanggaran perluasan kepesertaan di daerah daerah.
Secara universal, penyelenggaraan sistem jaminan sosial pada prinsipnya merupakan
tanggung jawab tunggal Pemerintah Pusat dengan dalil suatu penyelenggaraan untuk satu
negara, karena jaminan sosial sebagai supra sistem untuk pengikat berdirinya sebuah negara
baik negara federasi maupun negara kesatuan. Jika setiap Pemerintah Daerah

Kegiatan operasional jaminan sosial berbasis hukum bilangan besar dan hal itu akan efektif
apabila dalam penyelenggaraannya berlaku satu komando, yaitu komando Pemerintah Pusat.
Penyelenggaraan sistem jaminan sosial bersifat tunggal menjadi wewenang Pemerintah

...Pemerintah
Daerah
membantu dan
mefasilitasi
penyelenggaraan
agar tercapainya
solidaritas sosial
sekaligus
mengawasi
kegiatan
operasional dan
penindakan
hukum ...

menyelenggarakan, maka berarti seperti negara dalam negara bukan sebuah wilayah dalam

...jaminan sosial
sebagai supra
sistem untuk
pengikat
berdirinya sebuah
negara...

satu negara. Akan tetapi badan badan pelaksana pelayanan kesehatan boleh menjadi
wewenang Pemerintah Daerah.

Pusat untuk menjamin terciptanya mekanisme pengumpulan resiko yang bertujuan untuk
redistribusi pendapatan berskala nasional.

Penyelenggaraan jaminan sosial pada intinya mencakup perumusan program dan disain
manfaat, operasional administrasi kepesertaan termasuk penerbitan kartu kepesertaan secara

Jaminan sosial menganut asas solidaritas sosial sehingga penyelengaraan tersentral


dimaksudkan untuk terselenggaranya subsidi silang. Subsidi silang terjadi dua arah yaitu

seragam, pelaksanaan pelayanan program dan penindakan hukum dan pengawasan terhadap
badan penyelenggara.

gotong-royong horizontal dan vertikal antar kepesertaan dan antar daerah.

40

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

41

...pemangku
jaminan sosial
memiliki
kepentingan yang
sama...
sedangkan
kewajiban
terhadap
konsekuensi
penyelenggaraan
jaminan sosial
tergantung dari
status dan
kualifikasi

Siapa pemangku kepentingan sistem jaminan sosial


nasional dan apa perannya?

A.

Peran pekerja dan organisasi pekerja


Pengertian pekerja dalam hal ini adalah penerima kerja yang meliputi para
eksekutif plus karyawan perusahaan, pekerja mandiri profesional, orang-orang
yang bekerja di sektor informal dan pencari nafkah harian. Para penerima kerja

Para pemangku jaminan sosial adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam


penyelenggaraan sistem jaminan sosial. Dengan merujuk pada Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD

merupakan kontributor terbesar dalam pembiayaan program jaminan sosial

1945 serta UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN bahwa jaminan sosial untuk seluruh

melalui pemotongan upah dan gaji. Oleh Karena itu, para pekerja yang

masyarakat berarti satu untuk semua. Karena itu, maka pemangku kepentingan sistem

menjadi peserta jaminan sosial merupakan pemangku jaminan sosial yang

jaminan sosial sangat luas sekali tanpa batas dari mulai penduduk miskin sampai dengan

terbesar dan sekaligus berperan sebagai pemilik dana jaminan sosial dan berhak

pemerintah. Masing masing komponen pemangku jaminan sosial memiliki kepentingan

melakukan kontrol terhadap pengelolaan dana yang dilakukan badan

yang sama terutama dalam hak-hak atas jaminan sosial sebagaimana diamanatkan dalam

penyelenggara.

UUD 1945, sedangkan kewajiban terhadap konsekuensi penyelenggaraan jaminan sosial


tergantung dari status dan kualifikasi para pemangku.

12-P

B.

...peserta
jaminan sosial
merupakan
pemangku
jaminan sosial
yang terbesar
dan sekaligus
berperan sebagai
pemilik dana
jaminan sosial
dan berhak
melakukan
kontrol...

Peran pengusaha dan organisasi pengusaha/pemberi kerja


Peran para pengusaha, pemilik dan atau pemimpin perusahaan juga merupakan
kontributor terbesar, karena kewajibannya untuk mengikutsertakan pekerjanya

Pemangku Kepentingan

dalam sistem jaminan sosial. Bahwa dalam pembayaran iuran ditetapkan lebih

Sistem Jaminan Sosial Nasional

Penerima kerja atau pekerja perusahaan beserta keluarganya,

Pemberi kerja / pengusaha / perusahaan yang berbadan hukum,

Pekerja mandiri profesional seperti dokter dan pengacara,

Pencari nafkah harian termasuk pekerja sektor informal,

besar dari iuran pekerja menurut Undang-Undang, tidak berarti iuran jaminan
sosial milik pengusaha akan tetapi iuran tetap menjadi milik pekerja. Hal itu tidak
menjadi persoalan yang mendasar, karena pengusaha dalam melakukan
pembayaran iuran jaminan sosial bertindak atas nama pekerja kemudian jaminan
sosial itu adalah hak dasar pekerja beserta keluarga termasuk masyarakat sebagai
bagian dari penduduk. Karena itu, peran serta para pengusaha melalui asosiasinya
sama dengan peran para pekerja, yaitu melakukan kontrol terhadap pengelolaan

Persatuan organisasi pekerja

Persatuan organisasi pengusaha/ pemberi kerja

Parlemen (Komisi komisi DPR),

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Penyelenggara sistem jaminan sosial,

Pemeriksa finansial atas penyelenggara jaminan sosial

Pers

Penduduk miskin termasuk orang orang jompo dan anak terlantar

dana milik peserta.


C.

Peran badan penyelenggara jaminan sosial


Badan penyelenggara menerima titipan dana dari peserta yang berarti menerima
amanah dari peserta untuk mengelola dana atau aset milik peserta untuk keperluan
di masa datang. Berarti badan penyelenggara jaminan sosial sebagai badan hukum
yang khusus menangani harta orang banyak atau mengelola aset / dana titipan
peserta itu tidak lazim untuk mengambil keuntungan yang sebesar besarnya dari
hasil pengembangan dana kecuali menerima fee tertentu sesuai persetujuan
pemilik dana. Karena itu, status badan hukumnya merupakan badan nirlaba yang
dibebaskan dari berbagai kewajiban kepada Negara seperti pajak penghasilan atau
setoran dana pembangunan semesta dan atau deviden dari pembagian keuntungan
usaha tahun berjalan.

42

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

43

D. Peran Pemeriksa Finansial


Pemeriksa finansial atas penyelenggaraan jaminan sosial meliputi Badan

Kontrol sosial diperlukan untuk keseimbangan antara kebijakan yang berlaku dan
kegiatan operasional jaminan sosial yang belum memberikan kepuasan kepada

Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan

peserta. Kontrol sosial dapat berupa kritik atau berbagai usulan dalam

(BPKP) dan Akuntan Publik. BPK adalah pemeriksa finansial di luar lembaga

penyelenggaraan sistem jaminan sosial sebagaimana dikemukakan masyarakat

lembaga Pemerintah atau Negara sedang BPKP merupakan pemeriksa finansial

karena menyangkut persepsi yang keliru sehingga perlu direspon oleh badan

dalam internal lembaga pemerintah atau lembaga Negara. Kemudian Akuntan

penyelenggara supaya tidak berlarut larut.

Publik berfungsi sebagai pemeriksa finansial eksternal badan penyelenggara jika


diperlukan. Ketiga pemeriksa finansial tersebut berperan sebagai kontrol sistem
finansial terhadap tingkat kewajaran dalam aliran kas dalam operasional jaminan

H.

Penduduk Miskin Sebagai Obyek Jaminan Sosial


Penduduk miskin adalah sebagai obyek utama dalam perlindungan sosial

sosial. Jika tingkat ketidakwajaran dalam aliran kas tidak dapat ditoleransi, maka

sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Kewajiban Negara untuk

terjadi penyimpangan aliran kas yang berdampak merugikan peserta dapat

melindungi orang-orang jompo termasuk anak anak terlantar sebagai bagian dari

merupakan temuan untuk diteruskan ke proses hukum.

program pengentasan kemiskinan harus berkelanjutan dan ditindaklanjuti dengan


berbagai program pemberdayaan.

E.

Peran Pemerintah Pusat dan Daerah


Peran pemerintah pusat adalah sebagai penyelenggara melalui organ yang dimiliki
sedangkan peran pemerintah pemerintah daerah adalah lebih sebagai fasilitator
dan pengawas terhadap jalannya jaminan sosial di daerah dan berperan aktif untuk
melakukan penindakan hukum. Tidak ada dikhotomi antara pemerintah pusat dan
pemerintah pemerinah daerah dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial
melainkan satu pemerintah yaitu sebagai regulator dan mengimplementasikan UU
SJSN melalui seperangkat peraturan pelaksanaan.

F.

Fungsi, kewenangan dan peran badan penyelenggara


Badan Penyelenggara jaminan sosial lebih berperan sebagai administratur karena fungsi
utamanya menangani administrasi kepesertaan, melakukan penindakan hukum,
pengembangan program dan pengolahan data untuk kepentingan peserta sebagai pemangku
kepentingan yang terbesar. Badan penyelenggara jaminan sosial sesuai dengan fungsi utama
dan tugas rutin menyerupai instansi pajak, yang antara lain melakukan pemotongan upah

Peran Parlemen
Parlemen atau DPR adalah lembaga legislatif yang bertanggung-jawab menyusun

pekerja dan pendapatan pengusaha untuk iuran jaminan sosial. Karena itu, badan

dan mengesahkan UU Jaminan Sosial dan selanjutnya diserahkan kepada

penyelenggara jaminan sosial dibentuk berdasarkan Undang-Undang.

...fungsi
utamanya...untuk
kepentingan
peserta sebagai
pemangku
kepentingan yang
terbesar...

Pemerintah Pusat untuk dioperasionalkan. Untuk mengoperasionalisasikan UU


Jaminan Sosial diperlukan seperangkat peraturan pelaksanaan yang mengatur tata

Dana yang terkumpul adalah berasal dari iuran yang dipotong dari upah dan gaji para pekerja

kelola penyelenggaraan, fungsi & tugas komite audit dan pengembangan dana.

dan setelah terhimpun menjadi dana milik bersama peserta. Pemilik dana tsb kemudian

Karena itu, maka Peran DPR adalah sebagai pengawas kebijakan yang terkait

menitipkannya kepada badan penyelenggara untuk dikelola secara optimal. Atas penitipan

dengan tata kelola, komite audit dan pengembangan dana,

dana tersebut, maka badan penyelenggara hanya mendapat fee tertentu sebagai imbalan balas
jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Karena itu, semua hasil pengembangan atas dana

G. Peran Pers, Media Cetak dan Media Elektronik


Dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial tidak dapat dipisahkan dari peran
pers sebagai fungsi kontrol sosial.

44

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

tersebut setelah dikurangi biaya operasional oleh badan penyelenggara harus dikembalikan
kepada peserta. Badan penyelenggara harus transparan dalam penyampaian informasi
kepada peserta sebagai pemangku kepentingan yang terbesar.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

45

10-P

Penilaian atas kinerja badan penyelenggara

Tugas dan Kegiatan

Operasional Badan Penyelenggara

a.

dengan penyertaan modal dan atau bukan suatu usaha yang memperjualbelikan

Perluasan kepesertaan perorangan, pekerja mandiri dan pekerja;

barang dan jasa, melainkan sebagai lembaga atau badan dan atau agensi nasional
yang melakukan fungsi administrasi kepesertaan jaminan sosial dan penindakan

Pemotongan upah pekerja dan pendapatan pengusaha untuk iuran;

hukum terhadap setiap pelanggaran kepesertaan.

Penindakan hukum sendiri untuk setiap pelanggaran kepesertaan;


Pembayaran santunan tepat waktu kepada peserta dan atau ahli waris;
Pengolahan data dan informasi tentang penyelenggaraan jaminan sosial;

Badan penyelenggara jaminan sosial bukanlah merupakan suatu badan usaha

b.

Badan penyelenggara jaminan sosial adalah suatu lembaga (semi) otonom yang
menerima titipan aset dari peserta, sehingga aset yang dititipkan semestinya
dititipkan kembali pada sekuritas atau sertifikat berpenghasilan tetap. Kemudian

Pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta beserta keluarga;


Pengembangan program portabilitas manfaat jaminan sosial;
Perbaikan manfaat melalui indeksisasi untuk peningkatan santunan;

badan penyelenggara menetapkan sejumlah harga tertentu sebagai jasa penitipan.


Karena itu, pengukuran kinerja badan penyelenggara tidak lagi berpedoman pada
return on investment (ROI) melainkan pada perkembangan kepesertaan dan
manfaat.

Pengembangan dana pada instrumen investasi yang aman;


Pengawasan internal mengenai penyelenggaraan jaminan sosial

Badan-badan pengawas badan penyelenggara jaminan sosial


meliputi:
1.

Komisi-komisi DPR yang berfungsi melakukan pengawasan kebijakan dan

2.

Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) yang melakukan pengawasan

3.

Lembaga Tripartit yang terdiri dari unsur pemerintah, perwakilan-perwakilan

Badan
penyelenggara
jaminan sosial
bukanlah
merupakan suatu
badan usaha
dengan
penyertaan
modal...
dan atau
...bukan suatu
usaha yang
memperjualbelikan barang
dan jasa...

Tolak ukur kinerja Badan Penyelenggara:

...pengukuran
kinerja badan
penyelenggara
tidak lagi
berpedoman
pada return on
investment (ROI)
melainkan pada
perkembangan
kepesertaan dan
manfaat.

Adakah penambahan peserta sebagai tindak lanjut dari


kebijaksanaan perluasan kepesertaan?

regulasi;
operasional
pekerja dan pemberi kerja yang melakukan kegiatan audit dan pengawasan
operasional;
4.

BPKP dan Komisi Audit sebagai internal auditor yang berfungsi melakukan audit

5.

BPK sebagai auditor eksternal yang berfungsi melakukan audit finansial dan

Adakah perbaikan santunan atau manfaat berkala karena


inflasi?
Adakah manfaat yang berlaku luas yang tidak berisiko bagi
peserta?

finansial dan operasional


operasional;
6.

46

LSM dan Media yang berfungsi melakukan kontrol sosial.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

47

Lampiran 2

Jaminan Kesehatan Sosial:


Pengertian, Program Dan Mekanisme
Penyelenggaraan

2/2

Pengertian Jaminan Kesehatan


Definisi jaminan kesehatan dalam bahasa Indonesia mempunyai beberapa pengertian karena
kata jaminan dapat berasal dari guanrantee atau warranty dan dapat berasal dari terjemahan
bahasa Inggris insurance atau asuransi. Oleh karena itu, kalau kita berbicara tentang jaminan
kesehatan, yang bukan guarantee/warranty, tetapi jaminan dalam arti seseorang yang sakit
dapat memperoleh pelayanan kesehatan, meskipun ia tidak memiliki uang atau dalam istilah
teknis disebut asuransi atau jaminan oleh pemerintah, maka secara luas dapat digunakan
definisi berikut:
Jaminan kesehatan adalah sebuah sistem yang memungkinkan seseorang
terbebas dari beban biaya berobat yang relatif mahal yang menyebabkan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar hidup lain (makan, sekolah,
bekerja, dan bersosialisasi).

Mengapa Perlu Jaminan?


Sehat memang bukan segalanya, akan tetapi, tanpa badan dan jiwa yang sehat segalanya
tidak berarti. Bangsa yang rakyatnya sakit-sakitan tidak akan bisa menjadi bangsa yang
pintar dan produktif. Tubuh kita juga tidak bisa tumbuh bagus, jika kurang sehat apalagi
ditambah kurang gizi. Jadi, suatu bangsa yang sehat dan kuat fisiknya merupakan fondasi
dasar agar bangsa tersebut dapat berproduksi tinggi, pandai, dan mampu bersaing dengan

...negara harus
menjamin agar
semua
penduduknya
dapat hidup
sehat dan
produktif...

bangsa-bangsa lain. Untuk itulah, negara harus menjamin agar semua penduduknya dapat
hidup sehat dan produktif. Dunia internasional telah lama mengakui bahwa kesehatan adalah
hak asasi fundamental setiap orang.

48

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

49

Kita, Indonesia memang tertinggal jauh. Hak terhadap pelayanan kesehatan baru diletakan

Jangankan orang miskin, orang yang sehari-hari hidup berkecukupan sekalipun,

dalam amendemen UUD 1945 tahun 2000.

bisa jadi jatuh miskin jika menderita suatu penyakit berat. Ambil contoh, jika satu

Amendemen UUD 1945 menambahkan pasal 28H(1) yang berbunyi ..Setiap penduduk

yang paling murah menghabiskan Rp 1 juta per minggu. Normalnya bisa

berhak atas pelayanan kesehatan ...

menghabiskan lebih dari Rp 6 juta sebulan. Jika gaji atau penghasilan anda kurang

Hak dasar tersebut, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam amendemen UUD45 keempat

membiayai pengobatan tersebut. Suatu penyakit dan kebutuhan pelayanan

pada tahun 2002 di dalam pasal 34(2) dan (3) yang berbunyi (ayat 2) Negara

kesehatan juga dapat terjadi dimana saja, di tempat anda bekerja atau bepergian di

orang saja anggota keluarga anda menderita gagal ginjal yang perlu hemodialisa,

dari Rp 6 juta, dapat dipastikan keluarga anda akan jatuh miskin jika harus

(ayat 3) Negara

luar kota atau bahkan di luar negeri. Apakah anda selalu siap dengan dana untuk

bertanggung-jawab atas penyediaan pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang

pengobatan? Oleh karenanya, HAMPIR SEMUA orang tidak bisa menjamin

mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat.. dan

dirinya mampu memenuhi biaya berobat sampai sembuh, ketika musibah yang

layak.

tidak pernah diharapkan tersebut menimpa anda atau keluarga anda. Itulah
Dengan amandemen tersebut, Pemerintah dan DPR telah berupaya dengan secepatnya untuk

sebabnya, semua negara didunia mengembangkan sistem jaminan kesehatan, baik

mewujudkan amanat UUD 1945, yang merupakan perwujudan dari kehendak seluruh rakyat

berbentuk asuransi/jaminan maupun dalam bentuk gotong-royong yang lain,

dan merupakan fondasi utama untuk menghasilkan rakyat yang sehat dan produktif. Upaya

seperti disediakan oleh negara yang dibiayai dari dana pajak masyarakat.

Pemerintah dan DPR telah dirumuskan dalam bentuk UU Sistem Jaminan Sosial Nasional
(2) Orang sakit perlu perlindungan
Orang sakit, apapun penyebabnya, tidak faham apa yang dibutuhkan maupun

(SJSN).
Sistem jaminan/asuransi kesehatan menjadi keharusan yang tidak bisa dihindari oleh suatu
negara karena pelayanan kesehatan bagi penduduk yang sakit mempunyai empat
karakteristik dasar yang unik. Karakteristik tersebut adalah:
(1) Sakit adalah bencana/Musibah
Kejadian sakit dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan, karena kecelakaan,
terinfeksi, atau kejadian laintidak pernah bisa direncanakan (uncertain). Tidak ada
seorangpun yang bisa memastikan kapan seseorang akan jatuh sakit dan
membutuhkan pelayanan kesehatan, yang kadang-kadang menjadikan sebuah
keluarga jatuh miskin. Kita tidak pernah tahu berapa biaya berobat akan kita
habiskan, sampai pengobatan itu selesai.

berapa biaya yang dibutuhkan. Pasien juga tidak tahu harga yang seharusnya dia
bayar atau bahkan seberapa perlu pelayanan kesehatan yang dianjurkan oleh
pemberi pelayanan kesehatan bagi dirinya. Dengan demikian, diperlukan pihak
ketiga yang mewakili pasien dalam membeli pelayanan kesehatan. Badan
asuransi, seperti BPJS, menjadi sangat membantu dengan tidak saja dalam
mendanai pelayanan tetapi juga dalam menilai tingkat kebutuhan akan pelayanan
kesehatan.
(3) Tidak adil bayar sendiri
Setiap individu berpotensi untuk tertular penyakit dan sangat sulit untuk
mengetahui dari mana atau dari siapa penularan tersebut berasal. Seseorang yang
tertular penyakit tidak dapat menuntut secara hukum karena tidak ada bukti yang
sah yang dapat dijadikan alat pembuktian. Namun, tidak adil apabila membiarkan
individu yang tertular penyakit untuk menanggung beban pengobatan sendiri.

50

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

51

Dengan demikian, sistem jaminan kesehatan sosial yang berlandaskan asas

Dengan demikian, peserta jaminan sosial terdiri dari peserta mandiri dan peserta

gotong-royong dalam pembiayaan kesehatan sangat diperlukan untuk

yang dibantu oleh pemerintah. Konsep gotong-royong yang terorganisir dari

menegakkan keadilan.

sebuah sistem asuransi terjadi dengan mekanisme setiap peserta secara teratur,
biasanya tiap bulan, mengiur dalam jumlah yang terjangkau, misalnya 5%

(4) Sesuai ajaran agama apapun


Sesungguhnya gotong-royong atau tolong menolong sesama manusia yang

pendapatan.

terkena musibah merupakan perintah agama. Agama apapun, selalu menganjurkan

Dengan turut mengiur, peserta akan tenang dan tidak perlu khawatir jika sewaktu-

membantu orang sakit dan orang terkena musibah, agar orang tersebut dapat

waktu jatuh sakit. Itulah sebabnya, dalam bahasa Inggris, jaminan sosial disebut

kembali sehat dan produktif. Dana umat diperuntukkan bagi banyak hal tidak

social security, karena kalau kita sudah mengiur untuk jaminan/asuransi sosial,

hanya untuk kesehatan dan seringkali tidak memadai sehingga diperlukan suatu

maka kita terbebas dari rasa khawatir atau kita merasa aman terhadap kejadian

sistem dan mekanisme yang lebih tertata untuk mengelola pembiayaan kesehatan.

sakit yang sewaktu-waktu menimpa kita. Jaminan sosial menjamin rasa aman atas

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana umat, terbuka peluang bagi umat untuk

kejadian yang bersifat alamiah, seperti sakit dan menjadi tua.

mengamalkan dananya bagi peningkatan kesehatan umat melalui pembayaran


iuran jaminan kesehatan masyarakat bagi masyarakat tidak mampu. Dengan
demikian seluruh komponen masyarakat, tanpa memandang tingkatan ekonomi
akan bersatu dan bergotong-royong membiayai pelayanan kesehatan dan
membangun sektor kesehatan.
Konsep Asuransi/Jaminan Kesehatan
Di Indonesia, kata asuransi dan jaminan sering digunakan sebagai suatu sistem jaminan yang
sama. Namun, sesungguhnya kata asuransi memiliki arti yang lebih khusus ketimbang
jaminan. Jaminan dapat berarti garansi yang banyak digunakan dalam bisnis barang-barang.
Jaminan atau garansi setahun, dua tahun, dan sebagainya. Jelas, jaminan yang berarti garansi
bukanlah asuransi.
Penerima
manfaat terbatas
pada yang
mengiur/
berkontribusi.

Konsep jaminan yang merupakan terjemahan dari kata asuransi


atau security dalam jaminan sosial merupakan konsep pemindahan
risiko dan pengumpulan dana untuk kepentingan bersama.

(1) Asuransi merupakan suatu cara gotong royong yang


terorganisir
Penerima manfaat terbatas pada yang mengiur/berkontribusi. Di dalam praktek

Untuk memberikan gambaran yang mudah difahami, berikut ini disajikan sebuah
contoh sederhana dari sebuah kota Sehat Wal Afiat (SWA).
Dalam kota SWA terdapat 500.000 penduduk yang ternyata setiap tahunnya ada
1.000 orang yang dirawat, dengan rata-rata biaya perawatan mencapai Rp 20 juta
per perawatan. Maka Kota SWA menghabiskan dana 1.000 orang x Rp 20 juta = Rp
20 Milyar setiap bulan.
Jika biaya perawatan sebesar itu ditanggung masing-masing yang sakit, maka
kebanyakan penduduk kota SWA akan jatuh miskin. Akan tetapi, jika seluruh dana
tersebut ditanggung bersama oleh semua penuduk, maka tiap penduduk
menanggung Rp 20 Milyar dibagi 500.000 orang = Rp 40.000 per penduduk per
tahun, atau hanya Rp 40.000/12 = Rp 3.400 per orang per bulan.
Jelaslah, jika setiap orang mengiur tiap bulan sebesar Rp 3.400, yang sesungguhnya
sangat ringan, maka tidak akan ada keluarga di kota SWA yang jatuh miskin ketika
seorang anggota keluarga sakit dan perlu perawatan. Maka seluruh penduduk kota
SWA akan merasa aman atas kejadian/musibah alamiah penyakit.
Bukankah ini suatu gotong-royong yang indah, yang menjamin kehidupan kita,
sehingga kita semua akan tenang belajar dan bekerja? Mengapa tidak kita lakukan
segera? Semua negara maju sudah melakukan hal itu sejak puluhan tahun yang
lalu.

sistem jaminan sosial yang membayar iuran disebut peserta dan pemerintah
membayarkan iuran atas nama orang miskin.

52

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

53

Jangan tuntut
lagi, saya tidak
menggunakan,
mana uang
saya?

(2) Iuran yang terkumpul merupakan dana bersama


Jumlah iuran/premi yang terkumpul merupakan Dana Bersama seluruh peserta
asuransi atau disebut Pool, bukan lagi milik perorangan. Dana itu digunakan
sesuai kontrak atau peraturannya, yaitu hanya untuk membiayai manfaat
asuransi/jaminan. Dalam jaminan kesehatan, atau dana bersama tersebut hanya
digunakan untuk membayar biaya pengobatan atau perawatan peserta. Jika
seseorang peserta tidak sakit selama bertahun-tahun, ia tidak bisa mengambil
kembali dana yang ia iur, karena dana tersebut sudah digunakan oleh mereka yang
sakit.

Dalam asuransi komersial, jumlah uang yang dibayarkan oleh setiap peserta
disebut premi dan biasanya ditetapkan oleh perusahaan atau badan yang menjual
asuransi dengan nilai rupiah tertentu yang berbeda-beda tergantung paket
jaminannya. Harga tersebut sudah termasuk biaya pemasaran, komisi agen yang
dapat mencapai 15%, keuntungan perusahaan dan biaya pengobatan. Jadi pasti
lebih mahal dari asuransi sosial.
Asuransi komersial mempunyai aspek gotong-royong namun sangat terbatas.
Penduduk miskin atau tidak miskin tetapi bergaji kecil biasanya tidak sanggup
membeli sehingga kegotong-royongan hanya terbatas pada penduduk yang tidak

Jangan tuntut lagi, saya tidak menggunakan, mana uang saya? Uang anda telah

miskin. Gotong-royong antara yang sehat dan yang sakit masih dibatasi antara

digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah sakit. Anda telah

kelompok pembeli paket jaminan. Yang membeli paket dengan harga murah,

membantu orang lain, tetapi anda juga merasa aman. Disinilah bedanya

biasanya mendapat jaminan pengobatan yang terbatas pula. Jadi kegotong-

iuran/kontribusi asuransi dengan iuran tabungan. Dalam iuran tabungan, dana

royongannya atau solidaritas sosialnya sangat terbatas.

yang terkumpul tetap milik masing-masing penabung yang nantinya tetap menjadi
milik penabung/peserta. Bahkan peserta mendapat nilai tambah hasil investasi.

Tujuan seseorang atau badan menjual asuransi komersial lebih diutamakan untuk
mencari keuntungan bagi dirinya dan pemegang sahamnya dan bukan sepenuhnya
untuk memberikan rasa aman atau menjamin kebutuhan dasar pembeli. Hasil

(3) Asuransi kesehatan komersial vs asuransi kesehatan sosial

usaha yang didapat dari penjualan asuransi kesehatan komersial diperlakukan


sebagai laba perusahaan dan diperuntukkan bagi pemilik perusahaan dan

Di dalam asuransi ada dua kelompok besar yaitu asuransi komersial dan asuransi

pemegang saham. sementara di dalam asuransi kesehatan sosial hasil usaha

sosial. Perbedaan mendasar dari kedua kelompok asuransi kesehatan ini adalah

dikembalikan kepada peserta dalam bentuk peningkatan manfaat.

kepesertaan, formula penetapan iuran peserta dan nilai gotong-royong serta


pemanfaatan hasil usaha.
Dalam asuransi/jaminan sosial jumlah uang tersebut dikenal dengan iuran atau
kontribusi yang biasanya tidak terkait dengan perbedaan jaminan, tetapi terkait
dengan perbedaan pendapatan atau upah.

Asuransi Sosial. Wajib, bukan jual-beli, dan solidaritas.


Berbeda dengan asuransi komersial, asuransi sosial bersifat wajib yang diatur oleh
undang-undang. Peserta tidak memiliki pilihan dan jaminannya bersifat
pemenuhan kebutuhan dasar. Program jaminan kesehatan sosial merupakan tugas

Asuransi kesehatan komersial. Sukarela, jual-beli.


Kepesertaan asuransi kesehatan komersial bersifat sukarela dan konsumen dapat

negara dan di Indonesia tugas ini adalah amanat UUD Negara 1945. Dana yang
dikumpulkan adalah milik peserta yang ditujukan untuk kesejahteraan peserta

memilih perusahaan yang menjual dan memilih paket yang dijual. Paket asuransi,

sehingga seluruh sisa usaha termasuk keuntungan usaha dikembalikan untuk

sering diberi berbagai macam nama sesuai dengan jenis pelayanan dan harga paket

peningkatan manfaat jaminan bagi peserta.

(misalnya paket standar, paket emas, berlian, dwi guna, multi guna, dan
sebagainya).

54

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

55

Karakteristik Jaminan Kesehatan yang merupakan mekanisme asuransi


sosial adalah:
n

Bagian dari program jaminan sosial;

Jaminan berupa kebutuhan medis untuk menjaga keberlangsungan


hidup sehat-produktif, khususnya pelayanan yang mahal dan tidak sanggup
ditanggung sendiri;

Mekanisme Jaminan Kesehatan dan Peran Pemangku


Kepentingan
Penyelenggaraan sistem jaminan sosial yang yang dibangun atas dasar asuransi sosial
dan didukung oleh subsidi atau bantuan iuran bagi penduduk miskin. Mekanisme

Iuran ditetapkan proporsional terhadap upah sehingga setiap orang, baik yang

penyelenggaraan jaminan kesehatan bersifat nasional hampir di semua negara. Dasar

berpendapatan rendah maupun yang berpendapatan tinggi mampu mengiur.

pemikiran penyelenggaraan secara nasional adalah sebagai berikut:

Misalnya setiap orang mengiur 5% upah/pendapatannya tiap bulan. Untuk menjaga


keadilan, berbagai negara menetapkan batas minimum dan maksimum iuran.
n

1.

Jaminan kesehatan sosial bersekala Nasional maka dana jaminan merupakan

Berlaku Nasional, sebagai identitas nasional untuk membangun keadilan sosial

milik bersama, milik semua orang yang mengiur. Iuran atau kontribusi dibayarkan

bagi seluruh rakyat.

bersama antara majikan atau pemberi kerja atau pemerintah, dan pekerja.
Seringkali untuk penduduk miskin, seluruh atau sebagian iurannya ditanggung

Di negara-negara yang telah lebih dahulu mengembangkan sistem jaminan

pemerintah.

kesehatan sosial, mekanisme dan formula redistribusi pendapatan antar kelompok


penduduk, antar status kesehatan dan antar wilayah telah disusun sedemikian rupa

2.

untuk menjamin terselenggaranya keadilan sosial dan menyatukan seluruh

Dana iuran merupakan dana amanat yang harus dikelola secara khusus
yang diatur oleh undang-undang atau peraturan pemerintah dan bukan milik

penduduknya ke dalam satu sistem. Bagaimana dengan Indonesia? dukunglah

pemegang saham. Dana tersebut dikelola secara terpisah dari anggaran belanja

program SJSN ini, agar kita bisa menunjukkan Kesatuan Bangsa dan Keadilan

dan pendapatan suatu negara, meskipun dana tersebut dikelola oleh Pemerintah

Sosial bagi Seluruh Rakyat.

(biasanya Departemen Kesehatan atau Departemen Tenaga Kerja atau


Departemen Keuangan). Kini semakin lazim praktek semi pemerintah dimana

Subsidi silang antara si kaya dan si miskin, antara wilayah surplus


dan minus, antara si sehat dan si sakit:

dana dikelola oleh Suatu Badan Nirlaba, yang didirikan undang-undang, yang
merupakan milik semua peserta. Indonesia juga menggunakan model semi
pemerintah dengan menetapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Iuran atau premi asuransi/jaminan sosial ditetapkan berdasarkan persentase upah. Kalau anda

yang bukan lembaga pemerintah.

bergaji Rp 1 juta sebulan dan teman anda bergaji Rp 10 juta sebulan, sedangkan iuran
ditetapkan peraturan pemerintah/undang-undang sebesar 5%, misalnya, maka anda membayar
Rp 50.000 per bulan (untuk sekeluarga) dan teman anda membayar Rp 500.000 sebulan. Jadi

56

3.

Pengelola Badan adalah orang profesional yang harus digaji memadai.

dalam asuransi sosial, yang berpendapatan lebih rendah mengiur lebih sedikit. Akan tetapi

Dengan BPJS yang bukan organ pemerintah, maka pengelola (dalam artian

ketika anda harus menjalani operasi kanker dan teman anda juga harus menjalani kanker, maka

pegawai BPJS) bukanlah pegawai negeri yang terikat dengan aturan birokrasi

keduanya dijamin dengan pelayanan dan pengobatan yang sama.

namun terikat pada performa kualitas, efektifitas dan efisiensi.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

57

4.

Untuk mecegah penyalahgunaan dana, ada badan pengawas/pengambil


kebijakan (yang sering disebut Wali Amanat atau Board of Trustees, yang

Tata Kelola Jaminan Kesehatan dalam Sistem Pelayanan


Kesehatan Indonesia

di dalam SJSN Indonesia dikenal dengan Dewan Jaminan Sosial


Nasional--DJSN). Badan pengawas/pengambil kebijakan umum ini

Selama ini, secara parsial sesungguhnya Indonesia telah memiliki jaminan kesehatan umum

merupakan wakil peserta, majikan/pemberi kerja, dan pemerintah. Karena BPJS

untuk seluruh penduduk yaitu pelayanan puskesmas. Pelayanan puskesmas memberlakukan

milik bersama, bukan milik pemerintah pusat dan dana yang terkumpul yang

tarif yang murah karena Puskesmas telah didanai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah

dikelola BPJS juga milik bersama, maka penggunaan uang tersebut juga harus

Daerah. Sesungguhnya hal itu merupakan jaminan kesehatan juga. Namun, karena sistem

diatur bersama. Tidak bisa hanya dewan direksi yang mengatur.

tersebut memiliki banyak kekurangan, maka sistem jaminan kesehatan sosial yang diatur
dalam UU SJSN akan mengubah tata kelola penyelenggaraan dan tata kelola dana.

UU SJSN: Memenuhi Hak Rakyat

Pelayanan kesehatan bagi peserta SJSN bersifat pelayanan perorangan seperti imunisasi,
pemeriksaan dokter, obat, operasi, perawatan, rehabilitasi. Sedangkan pelayanan kesehatan

Kita sudah terlalu lama melanggar hak rakyat, sehingga ribuan

masyarakat seperti penyemprotan nyamuk demam berdarah dan promosi hidup sehat

rakyat, bahkan mungkin jutaan jumlahnya sejak kita merdeka,

merupakan tugas Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan dan

meninggal dunia karena tidak punya uang untuk berobat dan tidak

Puskesmas.

ada jaminan kesehatan. Sungguh sangat menyedihkan.


Pemain utama dalam sistem ini adalah peserta SJSN, fasilitas pelayanan kesehatan baik

Meskipun kebanyakan kita tidak memandang hal itu sebagai

fasilitas milik pemerintah maupun miliki swasta, BPJS dan Pemerintah.

pelanggaran hak rakyat, tetapi kebanyakan kita memandang hal itu


sebagai konsekuensi musibah penyakit. Ya, kalau penyakit tidak

Peserta mengiur secara berkala kepada BPJS kemudian BPJS atas nama peserta

bisa disembuhkan, betul bahwa kematian itu karena suatu penyakit.

membayarkan biaya pelayanan kesehatan kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang

Akan tetapi, tidak sedikit jumlahnya yang tidak bisa dirawat di

menjalin kerja sama dengan BPJS. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat menjalin kerja

ruang perawatan intensif (ICU) atau tidak dioperasi karena tidak

sama dengan BPJS adalah fasilitas milik Pemerintah dan milik swasta yang telah memenuhi

mampu menyediakan uang muka atau uang untuk berobat.

persyaratan. UU SJSN menetapkan bahwa persyaratan-persyaratan ini akan diatur lebih

Seandainya, mereka punya uang atau punya jaminan kesehatan,

lanjut dan rinci di dalam Peraturan Presiden.

mungkin sebagian besar mereka tidak perlu meninggal.


Pelayanan disediakan oleh fasilitas kesehatan pemerintah atau swasta yang dikontrak dengan

Undang-Undang SJSN tahun 2004 telah mempersiapkan jalan

harga yang disepakati. UU SJSN mengatur bahwa besarnya pembayaran kepada fasilitas

untuk menjamin seluruh penduduk (100%) mempunyai jaminan

kesehatan untuk setiap wilayah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara BPJS dengan

kesehatan. Cakupan seluruh penduduk ini dikenal di dunia dengan

asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah. Hal ini berbeda dengan sistem Askes bagi PNS

istilah Universal Coverage (cakupan universal). Secara bertahap

sekarang yang umumnya menjamin pelayanan kesehatan perorangan pada fasilitas

240 juta penduduk akan terjamin pelayanan kesehatannya.

kesehatan pemerintah dengan tarif yang ditetapkan bersama oleh Menteri Kesehatan dan
Menteri Dalam Negeri (sebagai wakil Pemda yang memiliki fasilitas kesehatan publik, milik
Pemda) secara nasional.

58

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

59

Program Jaminan Kesehatan


sebagaimana diatur dalam UU SJSN:

Fasilitas kesehatan swasta akan ikut melayani peserta SJSN dengan tarif pelayanan yang
disepakati bersama yang sama besar dan cara pembayarannya di suatu daerah. Dengan
demikian, akan terjadi persaingan kualitas antara fasilitas kesehatan di suatu daerah, yang
dibayar sama untuk suatu prosedur medis yang sama. Tidak seperti sekarang dimana masing-

Diselenggarakan secara nasional bertujuan untuk memberikan kepastian jaminan


kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar dapat hidup sehat,
produktif dan sejahtera;

Diselenggarakan dengan mekanisme asuransi sosial dengan kepesertaan wajib


mencakup seluruh rakyat yang akan dicapai secara bertahap dan kepesertaan
tetap berlaku paling lama 6 bulan sejak peserta mengalami pemutusan hubungan
kerja;

Peserta adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan
oleh Pemerintah dan anggota keluarga berhak menerima manfaat;

Iuran peserta proporsional terhadap pendapatan bagi pekerja berpendapatan tetap,


bagi yang tidak berpendapatan tetap akan diperhitungkan dengan
mempertimbangkan kemampuan ekonomi, Pemerintah membayarkan iuran bagi
fakir miskin. Peserta yang memiliki anggota keluarga lebih dari lima orang dan
peserta yang mengikutsertakan anggota keluarganya yang lain dikenakan
tambahan iuran wajib;

Manfaat program yang diberikan bersifat pelayanan individual dan


komprehensif sesuai dengan kebutuhan medik yang disertai dengan mekanisme
pengendalian biaya dan pengendalian mutu;

Pelayanan kesehatan diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan yang


memenuhi standar yang ditetapkan dan terikat kerjasama dengan BPJS, kecuali
dalam keadaan darurat;

Besarnya pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah


ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara BPJS dengan asosiasi fasilitas
pelayanan kesehatan di wilayah tersebut.

masing fasilitas kesehatan menetapkan tarif berbeda kepada pasien, kualitas pelayanan
maupun biaya pelayanan yang tidak berbeda.
Dengan mekanisme penyelenggaraan seperti diuraikan di atas, kualitas pelayanan akan
meningkat dan keamanan serta keselamatan pasien akan terjaga. Pasien yang dalam posisi
lemah dapat terlindungi. BPJS akan memeriksa setiap tagihan biaya pelayanan. Jika terbukti
suatu pelayanan kurang bermutu atau sesungguhnya tidak dibutuhkan oleh pasien peserta
SJSN, maka pelayanan yang ditagih tersebut tidak dibayar. Oleh karenanya posisi Jaminan
Kesehatan SJSN akan berperan ganda yaitu menjamin biaya dan sekaligus menjamin mutu
pelayanan kesehatan bagi pesertanya.
Pemerintah bertanggung jawab untuk menyusun peraturan pelaksanaan sistem jaminan
sosial. Untuk terselenggaranya keadilan, Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan bagi peserta. Pemerintah berperan mendaftarkan serta
membantu membayar iuran untuk penduduk miskin. Kewenangan dan tanggung jawab
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan sosial
sebagaimana diatur dalam UU SJSN harus ditetapkan lebih lanjut.

60

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

61

Daftar Istilah
Bapel
BPJS

Badan Penyelenggara
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

DPR

Dewan Perwakilan Rakyat

ILO

Internasional Labour Organization

JHT
JK
JKK
JKM
JPKM
JP

Jaminan Hati Tua


Jaminan Kesehatan
Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan Kematian
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Jaminan Pensiun

Kepseswapres

Keputusan Sekretariat Wakil Presiden

MK

Mahkamah Konstitusi

NA

Naskah Akademik

Pansus
PBB
Perpres
PNS
PP

Panitia Khusus
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Peraturan Presiden
Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah

RUU

Rancangan Undang-Undang

Satpel
SJSN

Satuan Pelaksana
Sistem Jaminan Sosial Nasional

Penyelenggara

Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat
Republik Indonesia

German Technical Cooperation

Humas & Informasi


Kementerian Koordinator Kesra
Jl. Merdeka Barat No.3
Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Indonesia
Ph. +(62-21) 34832544, 3453289
Fax. +(62-21) 3453289
www.menkokesra.go.id

GTZ Office Jakarta


Deutsche Bank Building, 20th Floor
Jl. Imam Bonjol No.80
Jakarta 10310
Ph. +(62-21) 3192 4007
Fax. +(62-21) 3192 4070
www.gtz.de/indonesia

Social Health Insurance Projects Office


MoH, Block C,6th Fl.,#610
Jl. HR. Rasuna Said Kav. 4-9,
Block X-5, Jakarta 12950
Ph. +(62-21) 5229952, 5214088, 5214087
Fax. +(62-21) 5272003
e-mail: shiind@cbn.net.id

62

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

63

Daftar Pustaka
___________
___________

___________

___________
___________
___________
___________

Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2005 Tentang Tata


Cara Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional
Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 Tentang Tata
Cara Mempersiapkan RUU, RPP Pengganti UU, RPP dan
RPerpres
Putusan Perkara No. 007/PUU-III/2005 Mahkamah
Konstitusi RI Pengujian UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
SJSN terhadap UUD Negara RI 1945
Undang-Undang Dasar Negara R.I 1945 dan Hasil
Amandemen
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Perundangundangan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Laporan Rakernas Sistem


Jaminan Sosial Nasional dan Program Jaminan Kesehatan Sosial Dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, 15-16 Maret 2006
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Laporan Penyusunan Desain,
Strategi dan Agenda Penyusunan Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 40 Tahun 2004
Tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi,
Jakarta, 1-2 Juni 2006
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Bahan Jajak Pendapat
Pengimplementasian UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN Pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi,2006

64

Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai