Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelautan dan Perikanan adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat strategis bagi p
erkembangan pembangunan Indonesia melalui kegiatan ekspor produk perikanan. Saat
ini pemerintah berusaha menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu
sektor andalan yang diharapkan mampu mengeluarkan bangsa Indonesia dari krisis ek
onomi yang berkepanjangan. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan bertujuan u
ntuk menyediakan protein hewani pada makanan dan bahan mentah bagi industry perik
anan, meningkatkan pendapatan petani ikan, menciptakan kesempatan kerja dan meni
ngkatkan devisa Negara melalui promosi ekspor produk perikanan budidaya, dan dukun
gan daerah sebagaimana pembangunan nasional berkelanjutan.
Dalam era globalisasi dewasa ini arus lalulintas komoditas perikanan semakin meningk
at. Perdagangan bebas mulai dirasakan, terlebih lagi dengan perkembangan teknologi i
nformasi dan komunikasi, hubungan antar Negara hampir tiada batas. Hal ini semakin
membuka peluang kemungkinan dapat masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan
di luar negeri dan antar area atau daerah di dalam wilayah Republik Indonesia.
Sumber daya alam hayati tersebut merupakan salah satu modal dasar sekaligus sebag
ai faktor dominan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional untuk mewuju
dkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasa
r 1945.
Sebagian pulau pulau di Indonesia masih bebas dari hama dan penyakit ikan. Sejalan
semakin meningkatnya lalulintas ikan antar Negara dan dari suatu area ke area lain dal
am wilayah Republik Indonesia, dalam rangka perdagangan, semakin membuka peluan
g bagi kemungkinan masuk dan menyebarnya hama dan penyakit ikan yang berbahaya
atau menular yang dapat merusak sumber daya alam hayati.
Sejalan dengan arus globalisasi dan perdagangan bebas telah disepakati bahwa aturan
teknis ikan karantina merupakan hak berdaulat Negara anggota WTO (World Trade Org
anization) yang implikasinya menjadikan aturan karantina sebagai instrument dagang pr
oduk produk perikanan melalui proteksionisme terselubung. Untuk menghindari akses
negatif dari kondisi tersebut maka jajaran karantina harus diperkuat sehingga selain me
ncegah hama dan penyakit karantina juga mampu mengendalikan produk impor perikan
an yang tidak memenuhi standar karantina dan mampu memberikan jaminan kualitas pr
oduk ekspor perikanan.

Untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat merusak kelestarian sumber day
a perikanan maka sesuai dengan Undang Undang No. 16 tahun 1992 tentang Karanti
na Hewan, Ikan dan Tumbuhan, pada pasal 3 disebutkan bahwa karantina ikan bertujua
n untuk mencegah masuknya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri ke dala
m wilayah Republik Indonesia. Upaya tersebut direalisasikan dalam bentuk pelaksanaa
n tindakan karantina atas komoditi atau media pembawa lainnya baik yang diekspor, im
por maupun domestik melalui pelabuhan laut maupun bandara udara serta tempat te
mpat pemasukan atau pengeluaran lainnya (UU No. 16 tahun 1992).
Oleh karena itu pentingnya dilakukan tindakan karantina pada komoditi atau media pem
bawa lainnya yang keluar maupun yang masuk, untuk mencegah masuk dan tersebarn
ya Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang dapat merusak sumber daya perikanan di d
alam wilayah Republik Indonesia terutama pada komoditi kepiting bakau (scylla serrata)
yang mempunyai nilai gizi yang tinggi sehingga permintaan akan kepiting bakau terus m
eningkat baik secara domestik maupun ekspor,mengingat pentingnya hal tersebut maka
penulis mengambil judul Metode Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri Vibrio sp pada K
epiting Bakau (scylla serrata).

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Uraian Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada praktik kerja lapang di stasiun
Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan kelas 1 aceh
terdiri dari sterilisasi alat dan bahan, pembuatan media agar dan media uji
TSA,TCBS,TSIA,UREASE,SIMMON SITRAT,LIA,MIO,O/F,MRVP,WP,GLATIN,GLUKOSA,SUKROSA,LAKTOSA,dan
THREALOSA, isolasi bakteri, Pemurnian bakteri, uji biokimia bakteri dan identifikasi bak
teri.
1. Sterilisasi Alat dan Bahan
Sebelum dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap sampel uji, terlebih dahulu siapka
n alat yang dibutuhkan. Perlengkapan tersebut berupa alat dan bahan yang harus dister
ilkan sebelum dan setelah digunakan.
Yang dimaksud dengan sterill adalah suatu kondisi yang bebas mikroba baik vegetatif
maupun spora (Anonim 1992), sedangkan sterilisasi adalah kegiatan yang diilakukan se
cara fisik atau kimiawi untuk memperoleh kondisi steril.

.
a. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi panas kering yang dilakukan menggunakan oven. Sterilisasi ini digunakan unt
uk mensterilkan alat alat yang terbuat dari kaca atau gelas seperti tabung reaksi, caw
an petri, Erlenmeyer, pipet, dll. Alat yang disterilkan terlebih dahulu dibungkus dengan k
ertas lalu dimasukkan ke dalam oven, tujuannya agar setelah di oven alat alat tersebu
t tidak kontaminan terhadap udara. Suhu yang digunakan yaitu 160 C selama 2 jam,
hal ini dimaksudkan untuk mengoksidasi cairan yang ada pada tubuh bakteri sehingga t
erjadi suatu dehidrasi dan pada akhirnya dapat membunuh mikroorganisme tersebut.
b. Sterilisasi panas lembap
Sterilisasi panas lembab yaitu sterilisasi yang menggunakan suhu panas dan uap air
secara bersama sama dengan autoclave. Umumnya sterilisasi ini dilakukan untuk
mensterilkan bahan yang akan digunakan seperti bahan uji lanjut atau bahan media
tumbuh. Sterilisasi dilakukan dalam autoclave dengan suhu 121C dalam waktu 1
5 menit, karena pada suhu tersebut mikroorganisme tidak dapat bertahan hidup (Ha
dioetomo, 1993). Setelah 15 menit, autoclave dapat dimatikan. Biarkan tekanan dal
am autoclave 0 atm dan suhu kurang dari 100 C, setelah itu media atau bahan yan
g ada di dalam autoclave dapat dikeluarkan.

2. Pembuatan Media Tumbuh


1 . TSA (Triptone soya agar) (M.2)
Bahan :
TSA
Akuades

40
1000

gram
ml (eg)

Cara pembuatan

Larutan TSA dalam akuades dan panaskan hinaga mendidih


Kemuadia disterilkan dengan autoclave suhu 121 C selama 15
menit
Distribusikan dalam cawan petrisk dan tabung reaksi.
simpan d

4. Isolasi Bakteri
Isolasi bakteri merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu
dari lingkungannya seperti yang terdapat pada tubuh organisme (ikan), sehingga diperol

eh kultur bakteri yang murni atau biakan yang tumbuh di dalam media tumbuh. Mengiso
lasi bakteri dilakukan dalam laminary flow secara aseptik dan teliti. Isolasi pada agar ca
wan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu metode gores dan tuang. Isolasi ini dilakuk
an pada mikroba yang dapat membentuk koloni yang mudah terpisah pada media pada
t seperti kebanyakan bakteri, jamur, dan alga uniseluler (Hadioetomo 1985).
Teknik isolasi bakteri yang biasa dilakukan di BBKIPM yaitu Teknik gores, Teknik ini dig
unakan untuk mengisolasi bakteri pada ikan menggunakan jarum inokulum (ose). Caran
ya yaitu sterilkan terlebih dahulu jarum ose dengan api Bunsen, agar tidak terjadi konta
minasi bakteri dari udara. Jarum ose yang telah steril digoreskan ke organ target yang d
iduga mengandung pathogen dan selanjutnya digoreskan ke media tumbuh secara hatihati.
Setelah proses isolasi bakteri selesai, maka tindakan selanjutnya memasukkan media t
adi ke dalam incubator dengan suhu 27 C 30 C atau incubator 35 oC selama 24 4
8 jam.
5. Teknik Pemurnian Bakteri
Untuk mempelajari sifat-sifat perturnbuhan, morfologi dan sifat fisiologi bakteri, maka m
asing-masing bakteri tersebut harus dipisahkan satu dengan yang lainnya, sehingga ter
bentuk kultur mumi, yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel satu spesies atau satu g
alur mikroba (Fardiaz 1989). Pemurnian dilakukan pada hasil isolasi bakteri yang telah
diinkubasi selama 24-48 jam, bakteri yang telah diinkubasi tersebut biasanya terdiri dari
beberapa koloni bakteri. Sehingga diperlukan pemurnian bakteri secara aseptik agar kit
a hanya memperolah satu jenis bakteri saja dalam jumlah yang banyak di dalam media
tumbuh tersebut. Bakteri yang dimurnikan adalah bakteri yang dominan tumbuh dalam
media dan terpisah.
Teknik memurnikan bakteri menggunakan teknik gores dengan mengambil satu koloni b
akteri dan menggoreskannya ke permukaan media tumbuh secara aseptik, Proses pem
urnian bakteri ini dilakukan untuk mendapatkan koloni bakteri yang benar-benar murni.
Umumnya bakteri yang akan dimurnikan adalah bakteri yang koloninya terpisah dan tu
mbuh pada hasil goresan pada media tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Pelczar
(2006), yang menyatakan bahwa koloni yang berlainan dapat mewakli organisme yang
berbeda-beda, setiap koloni agaknya merupakan biakan murni satu macam mikroorgani
sme. Setelah kultur murni selesai, maka hasil pemurnian tersebut dimasukkan ke dalam
inkubator selama 24-48 jam.
6. Uji Lanjut
Uji lanjut dilakukan untuk dapat mengidentifikasi bakteri yang menyerang ikan, selain de
ngan melihat bentuk dan warna koloni bakteri, kita perlu melakukan uji lanjut agar prose

s identifikasi bakteri lebih akurat sehingga kita dapat menentukan jenis bakteri yang me
nyerang komoditi tersebut.
Adapun uji lanjut yang dilakukan di Balai Besar Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Makassar untuk mengidentifikasi bakteri Vibrio sp yang terd
apat pada sampel uji Kepiting Bakau (Scylla serrata) adalah sebagai berikut:
a. Uji pewarnaan garam
Salah satu teknik pewarnaan diferensial yang paling penting dan paling luas digunakan
untuk bakteri ialah pewarnaan gram. Uji pewarnaan gram dilakukan untuk mengetahui b
entuk dari koloni bakteri tersebut dan untuk menentukan warna bakteri apakah termasu
k gram negatif atau gram positif. Dalam proses ini olesan bakteri yang terfiksasi karena
larutan-larutan antara lain Kristal violet, larutan yodium, alkohol (bahan pemucat), dan s
afranin atau beberapa pewarna tandingan lain yang sesuai (Pelczar, 2006).
Prinsip pewamaan Gram adalah kemampuan dinding sel mengikat zat warna dasar (kri
stal violet) setelah pencucian dengan alkohol 96 %. Hal ini berhubungan dengan kompo
sisi senyawa penyusun dinding sel, yaitu pada bakteri Gram positif mengandung peptid
oglikan lebih banyak daripada Gram negatif (Prabaningtyas 2003). Bakteri Gram positif
terlihat berwama ungu karena asam-asam ribonukleat pada sitoplasma sel-sel Gram po
sitif membentuk ikatan lebih kuat dengan kristal violet. Namun, sel-sel bakteri Gram neg
atif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi dan umumnya mudah larut oleh alkoh
ol yang memperbesar pori-pori dinding sel. Dengan demikian pemucatan pada sel-sel G
ram negatif lebih cepat (Hadioetomo 1985).
Tahap-tahap pewarnaan Gram adalah sebagai berikut: mula-mula objekglass dibersihka
n dengan kapas yang telah diberi alkohol. Selanjutya diberi kode (label). Biakan bakteri
pada agar diambil menggunakan jarum ose steril dan dipindahkan di bagian tengah obj
ek glass yang telah ditetesi akuades steril, setelah itu diratakan tipis-tipis agar bakteri te
rsebut tidak menumpuk sehingga mudah diamati. Preparat ini dibiarkan mengering di u
dara kemudian difiksasi di atas Bunsen agar bakteri tersebut benar-benar melekat pada
objek glass, tetapi perlu diingat bahwa proses fiksasi jangan terlalu lama dan panas kar
ena dapat menyebabkan bakteri rusak. Adapun proses pewarnaan gram sebagai beriku
t:
1. Larutan gram A (kristal violet) dan dibiarkan selama 1 menit. Selanjutnya dibilas deng
an akuades (air mengalir), selanjutnya dikering anginkan.
2. Preparat ini ditetesi dengan larutan gram B (yodium) dan dibiarkan selama 1 menit lal
u dibilas dengan akuades (air mengalir), selanjutnya dikering anginkan.

3. Kemudian preparat ditetesi larutan pemucat wama, yaitu alkohol 95 % selama 30 deti
k, selanjutnya dicuci dengan larutan akuades (air mengalir), selanjutnya dikering angink
an.
4. Yang terakhir diteteskan dengan gram D (safranin) selama 2 menit, lalu dibilas denga
n akuades (air mengalir), selanjutnya dikering anginkan.
Kemudian diamati bentuk selnya dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran
1000x. Sebelumnya preparat diteteskan dengan minyak imersi. Bakteri dinyatakan bersi
fat Gram positif apabila warna selnya ungu dan Gram negatif apabila wama selnya mer
ah. (iii) Pewarnaan spora (Hadioetomo 1985).
b. Uji katalase
Uji katalase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim katalase pada bakteri. Kat
alase adalah enzim yang dapat mengkatalisasi penguraian hidrogen peroksida (H202) m
enjadi air dan 02. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini dapa
t mengaktifkan enzim dalam sel. Uji ini penting dilakukan untuk mengetahui sifat bakteri
terhadap kebutuhan akan oksigen (Lay 1994). Uji ini dilakukan dengan cara mengambil
biakan bakteri lalu ditaruh ke objek glass yang telah ditetesi H2O2, jika terjadi gelembun
g gas maka uji katalase positif, sedangkan jika tidak terjadi gelembung maka uji katalas
e negatif.
c. Uji Oksidase
Uji oksidase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase pada bakteri ters
ebut. Uji oksidase berfungsi untuk menentukan adanya cytochrome oksidase yang dite
mukan pada bakteri tertentu (Lay 1994). Uji ini dilakukan dengan cara mengambil biaka
n bakteri dan digoreskan pada kertas oksidase, jika kertas oksidase berubah warna me
njadi warna biru atau ungu maka uji oksidase positif, Hasil positif menunjukkan bahwa i
solat-isolat bakteri tersebut mampu menghasilkan enzim cytochrome oksidase, sehingg
a bakteri tersebut melakukan metabolisme energi melalui respirasi sedangkan apabila ti
dak terjadi perubahan warna maka uji oksidase negatif.

1) Uji MIO (Motil Indol Ornithine)


Uji MIO terdiri dari motil untuk melihat pergerakan bakteri, indol untuk mengetahui prod
uksi indol dari trypthophane dan ornithine untuk mengamati perubahan warna yang terja
di dalam media . Uji MIO dilakukan dengan cara biakan bakteri diambil menggunakan ja
rum ose lurus dan diinkunbasi selama 24-48 jam, lalu dilihat perubahan yang terjadi. A
pabila biakan bakteri menyebar dari garis tusukan maka motil positif, apabila terjadi per

ubahan warna menjadi ungu tua maka ornithine positif, dan apabila terjadi cincin merah
setelah diberi larutan kovaks maka indol postif.

2) Uji OF (Oksidatif Fermentatif)


Uji OF ini dilakukan untuk mengetahui sifat oksidatif dan fermentatif suatu bakteri terhad
ap glukosa. Uji ini dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri menggunakan jaru
m ose lurus dan ditusukkan secara vertikal ke dalam dua tabung yang berisi media OF
dan salah satu dari tabung tersebut diberi parafin cair. Adapun pembacaan uji OF bisa d
ilihat pada gambar.

3) Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)


Uji fermentasi gula dan H2S merupakan serangkaian uji yang dilakukan dengan mengg
unakan medium TSIA (Triple Sugar Iron Agar). Tujuannya adalah untuk mengetahui ke
mampuan bakteri dalam memfermentasi gula untuk menghasilkan asam atau gas. Pada
media TSIA mengandung tiga macam gula, yaitu glukosa, laktosa atau sukrosa dan indi
kator merah fenol serta FeS04 (Lay 1994). Warna merah pada agar menunjukkan reaks
i basa, sedangkan warna kuning menunjukkan reaksi asam. Warna merah pada permuk
aan agar dan kuning di bagian bawah agar menunjukkan terjadinya fermentasi glukosa.
Warna kuning pada bagian permukaan dan bawah tabung menunjukkan terjadinya ferm
entasi laktosa dan sukrosa (Fardiaz 1989).
Uji TSIA ini dilakukan untuk melihat perubahan warna yang terjadi pada goresan miring
(Slant) dan tusukan tegak (Butt) dan melihat reaksi bakteri terhadap asam dan basa, se
rta kemampuan bakteri manghasilkan gas dan H2S.

apabila terjadi perubahan warna merah pada goresan miring dan tusukan tegak maka b
akteri bersifat K/K (basa), sedangkan apabila perubahan pada goresan miring menjadi
warna kuning dan pada tusukan tegak menjadi maka bakteri bersifat A/K (Asam/Basa).
Selain itu apabila terbentuk warna hitam, maka bakteri menghasilkan H2S dan apabila a
da gas, maka bakteri dapat menghasilkan gas.
4) Uji Arginine dihydrolisis

Uji Arginine dihydrolisis dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dengan meng
gunakan jarum ose lurus, lalu ditusukkan secara vertikal ke media arginine dan diinkub
asi selama 24 jam. Jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda ber
arti uji arginine positif, sedangkan apabila tidak terjadi perubahan warna maka uji argini
ne negatif.

5) Uji MR-VP
Uji ini dilakukan untuk mengetahui mendeterminasi bakteri yang mampu menghasilkan
ecethyl carbitol (acetion) dari fermentasi glukosa pada pengujian Vogest Proskauer (VP
) dan Untuk mengetahui kemampuan bakteri menfermentasi glukosa untuk menghasilka
n asam pada pengujian Methyl Red (MR). Pembacaan MR dilakukan dengan menamba
hkan reagent MR sebanyak 6 tetes, apabila terjadi perubahan warna menjadi warna me
rah maka hasil pembacaannya positif, sedangkan apabila terjadi perubahan warna menj
adi kuning maka hasil pembacaannya negatif. Sedangkan untuk pembacaan VP dilakuk
an dengan menambahkan reagent KOH 40% dengan dosis 600 l atau 0.6 ml dan A. N
aphtol dengan dosis 200 l atau 0.2 ml. apabila terjadi perubahan warna menjadi merah
, maka pembacaannya positif. Sedangkan apabila terjadi perubahan warna menjadi kun
ing, maka pembacaannya negatif.

6) Uji Nitrate
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri untuk mengubah Nitrat dan Nitrit
. Jika terjadi perubahan warna menjadi merah setelah penambahan Sulfanic acid dan A
-Napthylamine sebanyak 5 tetes maka uji nitrat positif dan apabila perubahan warna ku
ning maka hasilnya negatif.

7) Uji KIA (Kigler Iron Agar)


Uji KIA ini terdiri dari dari goresan miring/slant (diaminase) dan tusukan tegak/butt (Dec
arboxylase), dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri menggunakan jarum ose
lalu goreskan ke slant dan ditusukkan ke butt, setelah itu diinkubasi selama 24 jam. Ji
ka terjadi perubahan pada slant dan butt dari warna merah menjadi kuning, berarti diam
inase dan decarboxylase positif atau pembacaannya A/A. Jika terjadi perubahan pada s
lant dan butt dari merah menjadi merah gelap maka diaminase dan decarboxylase posit
if atau pembacaannya K/K. Apabila pada media ada noda hitam, berarti bakteri dapat m
enghasilkan H2S. sedangkan apabila pada tabung terbentuk gelembung, berarti bakteri

dapat menghasilkan gas.

8) Uji SCA (Simons Citrate Agar)


Prinsipnya untuk mendeterminasi kemampuan bakteri menggunakan asam citrat sebag
ai sumber karbon untuk metabolisme. Uji SCA dilakukan dengan cara mengambil biaka
n bakteri menggunakan jarum ose, lalu digoreskan pada media SCA dan diinkubasi sel
ama 24 jam. Setelah diinkubasi, diamati perubahan warna yang terjadi. Jika terjadi pe
rubahan warna dari warna hijau menjadi warna biru maka uji SCA positif, sedangkan ap
abila tidak terjadi perubahan warna, maka hasilnya negatif.

9) Uji LIA (Lysin Iron Agar)


Media LIA terdiri dari goresan miring/slant (Diaminase) dan tusukan tegak/butt (Decarb
oxylase), dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri menggunakan jarum ose lal
u goreskan ke slant dan ditusukkan ke butt, setelah itu diinkubasi selama 24 jam. Jika
terjadi perubahan pada slant menjadi warna merah gelap, berarti lysin diaminase positif.
Sedangkan pada butt apabila mengalami perubahan warna ungu tua, maka lysin decar
boxylase positif. Apabila pada media ada noda hitam, berarti bakteri dapat menghasilka
n H2S. Sedangkan apabila pada tabung terbentuk gelembung, berarti bakteri dapat men
ghasilkan gas.

TUBE

4*

Deamination of lysin

(dark red slant)

Decarboxylation of ly
sin
(anaerobic alkaline rx
.)

10) Uji Urease

Uji urease ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan enzim ure
ase. Uji ini dilakukan dengan cara mengambil biakan diinkubasi selama 24 jam. Jika t
erjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda, maka uji urease positif dan a
pabila tidak terjadi perubahan warna maka uji urease negatif.

11) Uji Sukrosa, D-Xylose, Laktose, glukosa, Maltosa, Rhamnosa, Trehalose, DMannitol, L-Arabinose, Dextrose, Dulcitol, Tryptose, DL-Phenylanine, Sorbitol, Inositol, i
nulin, esculin dan Raffinose
Uji gula-gula ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri melakukan fermentasi
karbohidrat. Uji ini dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dengan jarum ose l
alu dimasukkan ke media gula-gula dan diinkubasi selama 24 jam. Jika terjadi peruba
han warna maka hasilnya positif dan jika tidak terjadi perubahan warna maka hasilnya n
egatif.

12) Uji Novobiocin


Uji Novobiocin bertujuan untuk melihat sensitivitas bakteri terhadap novobiocin atau ting
kat kerentanan bakteri terhadap suatu zat mikroba seperti antibiotik. Uji ini dilakukan de
ngan cara mengambil biakan bakteri dan digoreskan ke media dan diberi novobiocin da
n diinkubasi selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pengamatan, apabila bakteri mengh
indari novobiocin maka hasilnya positif dan sebaliknya apabila bakteri tidak menghindari
novobiocin maka hasilnya negatif.

7. Identifikasi Bakteri
identifikasi mikroba berguna untuk mempelajari secara detail karakter fisik, kimiawi, dan
biologis mikroba sehingga dapat diketahui dan dimanfaatkan secara optimal.
Identifikasi bakteri dilakukan dengan melihat perubahan uji biokimia yang telah diinkuba
si selama 24-48 jam. Hasil uji biokimia dan pewarnaan gram ditulis dalam blanko pen
gujian dan selanjutnya diidentifikasi secara manual dengan bantuan buku acuan sebag
ai berikut :
1. Bacteria from Fish and Other Aquatic Animals 1 (Buller,2004)

2. Bacterial Fish Pathogens - Disease of Farmed and Wild Fish (Springer, 2007)
3. Manual for the identification of medical bacteria(Cowan And Steel's, 1993)
Adapun salah satu bakteri yang teridentifikasi selama melaksanakan Praktik Kerja Lapa
ng di BBKIPM adalah Vibrio sp.
Bakteri Vibrio sp. adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi.
Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar b
ersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40. Bakteri
Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan
atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada p
H 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit.Herawati, 199
6). Dari hasil pengamatan di mikroskop, terlihat bakteri vibrio sp dengan bentuk bat
ang koma berjenis gram negatif (R-).
Tabel . Hasil Uji Biokimia dari Bakteri Vibrio sp. yang menginfeksi insang kepiting bakau
(Buller, 2004)
Ujibiokimia

Hasil

Ujibiokimia

Hasil

Ujibiokimia

Hasil

Katalase

Novobiocin

DMannitol

Oxidase

MR/VP

-/-

DLPhenil

Motility

Trehalose

Sorbitol

Indol

LArabinose

Inositol

Ornithin

Glukosa/gas

-/-

Raffinose

OF

Sukrosa

Malonate

TSIA

A/A

DXylose

SCA

LIA

-/-

Lactose

KIA

+/+

Arginine

Maltose

Urease

Nitrate

Rhamnose

Dextrose

a. Vibrio parahaemolyticus
Bakteri ini ditemukan pada sampel dengan kode isolate 1 (kepiting bakau). Organ yang
diisolasi adalah insang, ditemukan bakteri Vibrio parahaemolyticus, jenis bakteri gram n
egative berbentuk batang koma, dan koloni berwarna hijau pada media tumbuh TCBS.

Tabel . Hasil Uji Biokimia dari Bakteri Vibrio parahaemolyticus yang menginfeksi insang
kepiting bakau (Buller, 2004 dan G.I Barrow, 1993)
Ujibiokimia

Hasil

Ujibiokimia

Hasi
l

Ujibiokimia

Hasil

Katalase

Novobiocin

DMannitol

Oxidase

MR/VP

+/-

DLPhenil

Motility

Trehalose

Sorbitol

Indol

LArabinose

Inositol

Ornithin

Glukosa/gas -/-

Raffinose

OF

Sukrosa

Malonate

TSIA

A/A

DXylose

SCA

LIA

-/-

Lactose

KIA

-/-

Arginine

Maltose

Urease

Nitrate

Rhamnose

Dextrose

b. Vibrio alginolyticus
Bakteri ini ditemukan pada sampel dengan kode isolate 7 (kepiting bakau). Organ yang
diisolasi adalah insang, ditemukan bakteri V.alginolyticus ,jenis bakteri gram negative b
erbentuk batang koma, dan koloni berwarna hijau pada media tumbuh TCBS.
Tabel. Hasil Uji Biokimia dari Bakteri V.alginolyticus yang menginfeksi insang kepiting b
akau (Buller, 2004 dan G.I Barrow, 1993)
Ujibiokimia

Hasil

Ujibiokimia

Hasil

Ujibiokimia

Hasil

Katalase

Novobiocin

DMannitol

Oxidase

MR/VP

-/+

DLPhenil

Motility

Trehalose

Sorbitol

Indol

LArabinose

Inositol

Ornithin

Glukosa/gas

-/-

Raffinose

OF

Sukrosa

Malonate

TSIA

A/A

DXylose

SCA

LIA

-/+

Lactose

KIA

Arginine

Maltose

Urease

Nitrate

Rhamnose

Dextrose

8. Faktor Penyebab Kesalahan Identifikasi Bakteri


Pada kegiatan Identifikasi bakteri ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu seb
agai berikut :
a. Mekanisme Identifikisi
Pastikan menggunakan kultur murni
Bekerja dari kategori/sifat yang umum menuju yang spesifik
Gunakan semua informasi yang ada untuk mempersempit kemungkinan
Gunakan common sense pada setiap langkah
Gunakan karakter (test) minimal untuk identifikasi
Gunakan bakteri referen untuk memastikan bahwa kondisi uji di lab valid.
b. Identifikasi
Identifikasi bakteri secara teori adalah membandingkan bakteri yang belum diketahui
dengan bakteri yang sudah diketahui identitasnya.
Sehingga bakteri yang belum diketahui dapat diidentifikasi dengan benar.
c. Kultur Murni
Bakteri yang diidentifikasi harus benar-benar berasal dari kultur murni
Isolat bakteri yang didapat dari medium spesifik, sebaiknya dihindari untuk identifikas
i kecuali telah dikultur pada medium umum. Sebab bakteri yang tidak sepesifik mungkin
tumbuh lambat di medium spesifik, sehingga kemungkinan akan terbawa saat dipindah
ke medium lain
d. Medium Sesuai Dengan Petunjuk
Pastikan medium yang digunakan belum habis umur teknisnya (expired)
pH medium sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan oleh produsen

Cara pembuatan dan sterilisasi sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan oleh produ
sen
Inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai
Karakter Yang Diuji Mencukupi
Kurangnya karakter yang diuji sering menimbulkan kesulitan dan ketidak tepatan dal
am identifikasi bakteri
Jumlah karakter yang diuji sebaiknya mengacu pada buku pedoman yang diacu (mis
al Austin & Austin, 2007; Buller, 2004 dsb)

Anda mungkin juga menyukai