Menurut blog-blog backpacker yang saya baca, perjalanan ke sana bisa menggunakan bis dan
dilanjutkan dengan menggunakan ojek, tetapi berhubung kemarin saya cuma punya waktu
maksimal 10 jam termasuk perjalanan dan ingin bisa menyambangi semua museum
yang ada di kawasan arkeologis Sangiran (totalnya ada 5 museum) maka akhirnya saya carter
mobil.
Harga carter mobil dari terminal Solobalapan ke Museum Induk Sangiran adalah 125ribu
sekali jalan. Jadi kalau bolak balik harganya 250ribu. Ini yang ditawarkan sih, mungkin bisa
ditawar, tapi karena saya bukan hagler yang mumpuni maka saya ambil saja harga segitu.
Waktu itu bapaknya tanya, mau berapa lama mas di museum? 1 jam?, saya jawab,
minimal 2 jam pak, bapak tunggu saya ya, saya tambahin 50ribu deh. Akhirnya pak supir
yang sedang bekerja itupun setuju. Cekring, 300ribu siap dikeluarkan.
Perjalanan ke Sangiran dari Solobalapan tidak jauh, kalau di peta hanya sekitar 10-15 km.
Jalan menuju kesana pun tidak macet, hanya ramai lancar dan bisa ditempuh dalam 30 menit
(mungkin bisa lebih jika menggunakan bis). Saya berangkat dari stasiun pukul 0630 dan
kalau tidak berhenti untuk sarapan dulu mungkin jam 0700 sudah sampai.
Ada yang bilang nasi liwet pas dimakan untuk sarapan, tapi menurut bapaknya justru yang
enak buat sarapan adalah soto seger. Karena memang segar dan ringan. Jadi setelah makan
soto ini mungkin matahari terasa bersinar lebih cerah.
Tempat terkenal untuk makan soto seger ini ternyata tutup, di pintu depannya tertulis: libur 4
hari dalam seminggu, buka hanya jumat-minggu. Luar biasa sekali jam kerjanya, sungguh
klenyes-klenyes
Akhirnya saya bilang, yaudah pak, kita maju aja nanti lihat di pinggir jalan ada apa, dan
bapak supir setuju.
Di tengah perjalanan akhirnya kami berhenti di kios soto. Soto di Solo ini memang cocok
untuk sarapan karena porsinya tidak besar, kuahnya bening, dan ada cukup protein dan
karbohidrat di dalamnya. Proteinnya berasal dari ayam suir yang rasanya manis. Ini yang
berbeda dengan soto-soto di tempat lain.
Selain pepohonan, saya juga melihat banyak toko suvenir di kanan dan kiri jalan. Mudahmudahan mereka tidak menjual fosil yang ditemukan karena di Sangiran ini fosilnya kaya
sekali. Bahkan berkontribusi terhadap 50% penemuan fosil homo erectus di seluruh dunia.
Perjalanan dari pertigaan Kalijambe hingga ke museum induk dengan menggunakan mobil
hanya membutuhkan waktu 5 menit. Kemudian kita akan disambut pintu masuk yang
berbentuk seperti 2 gading yang saling menyatu. Museum buka sejak pukul 0800 pagi
sementara saya tiba pukul 0730, jadi saya harus menunggu dulu 30 menit untuk bisa masuk
museum.
Saya menghabiskan 30 menit saya dengan berkeliling di area parkir sambil menikmati
keheningan Sangiran. Sungguh nikmat ber-spacing out di sini.
Setelah membayar tiket masuk sebesar 5000 rupiah saja (dan biaya parkir mobil 5000 rupiah
juga), pak satpam yang sangat ramah mempersilakan saya untuk mengisi buku tamu.
Rombongan mas? Dari mana?, kata pak satpam. Nggak mas, saya sendiri, dari Jakarta,
jawab saya. Wah kalau kesini enaknya minimal berdua mas sama pacar, lanjut pak satpam.
Untuk pernyataan yang ini saya balasnya dengan senyum saja. Hehehe..
Museum Induk di Sangiran ini berada di lereng bukit dan terdiri dari 3 ruang utama yang
dihubungkan oleh lorong spiral yang menanjak. Kita akan memulai menikmati museum dari
ruangan paling rendah dan berakhir di ruang paling puncak. Sebelum masuk ke ruang
pertama, saya disambut oleh burung merak yang sangat cantik.
Kita diajarkan tentang arkeologi dasar. Bagaimana menentukan usia fosil, bagaimana cara
membedakan tiap lapisan tanah, apa saja yang mungkin ditemukan di tiap lapisan tanah
tersebut.
Setelah puas dengan semua ilmu dasarnya maka selanjutnya kita bisa melihat fosil-fosil yang
ditemukan di Sangiran. Di ruang ini, fosilnya tidak banyak karena hanya sebagai ruang
pendahuluan. Hanya ringkasan awal. Tetapi walau sedikit, yang disajikan sangatlah menarik.
Ini contohnya:
Terakhir, kita akan ditunjukkan temuan-temuan mutakhir di kawasan Sangiran yang memang
penggaliannya sampai detik ini masih terjadi. Menunjukkan bahwa situs Sangiran ini
merupakan situs yang aktif.