OLEH :
KELOMPOK VI
NAMA
I WAYAN ADI WIGUNA
I Gst. LANANG Ngr. DWI CAHYADI P
I PANDE PUTU SUWISNAYA
kurs historis.
Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga
masa lalu, sekarang, dan masa depan sedemikian rupa sehingga mereka bias dinilai
dengan prinsip akuntansi yang sama. Misalnya, akun kas, hutang dan piutang, serta
aktiva dan kewajiban dinilai dengan harga sekarang atau masa depan dijabarkan ke
dalam kurs sekarang. Demikian juga aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga
diharapkan dari perubahan kurs pada ekuitas dan arus kas perusahaan, dan
Menggambarkan dalam laopran konsolidasi dari aktivitas finansial serta hubungan
dari masing-masing entitas terkonsolidasi sebagaimana dinilai dalam mata uangmata uang fungsional agar bias sejalan dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Indikator ekonomi sebagai pelengkap arus kas yang digunakan untuk menentukan mata
uang fungsional adalah :
1 Jika harga jual produk dari suatu entitas luar negeri lebih banyak ditentukan oleh
persaingan di tingkat local atau oleh regulasi pemerintah local, ketimbang oleh
perubahan kurs jangka pendek atau gejolak pasar dunia, maka mata uang local dari
2
entitas luar begeri tersebut dapat dipakai sebagai mata uang fungsional.
Suatu pasar penjualan yang seluruhnya berada di negara perusahaan induk, atau
kontrak penjualan yang didasarkan pada mata uang perusahaan induk, meungkinkan
perusahaan untuk menjadikan mata uang dari negara perusahaan induk sebagai
uang fungsional.
Exposure Draft SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang diterbitkan oleh IAI pada bulan Mei
1998 yang mengacu pada FASB Statement No.52 mengubah beberapa definisi tradisional
dengan melakukan redefinisi atas mata uang asing.
Sebelum standar ini dikeluarkan :
Mata uang asing : semua mata uang selain mata uang negara yang bersangkutan.
Mata uang lokal : mata uang dari negara tertentu atau mata uang yang dinyatakan dalam
kegiatan domestik maupun luar negeri dari negara yang bersangkutan.
Berdasarkan standar yang baru :
Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang fungsional dari suatu entitas.
Standar ini juga mengijinkan penggunaan DUA METODE yang berbeda untuk
mengkonversikan laporan keuangan dari perusahaan anak di luar negeri ke dalam mata
uang domestik (dalam hal ini Rupiah), berdasarkan mata uang fungsional dari entitas luar
negeri.
Jika mata uang fungsional adalah Rupiah, maka laporan keuangan dari perusahaan anak di
luar negeri dikonversikan ke dalam Rupiah dengan menggunakan prosedur yang sama
dengan metode temporal. Jika mata uang fungsional adalah mata uang local di wilayah
perusahaan anak, maka laporan keuangan perusahaan anak dikonversikan ke Rupiah
dengan menggunakan metode kurs sekarang. Perusahaan harus dapat memilih metode
yang paling tepat untuk menggambarkan kegiatan bisnis luar negeri mereka.
C. DEFINISI DAN KONSEP PERTUKARAN DALAM MATA UANG ASING
3
Tujuan dari suatu mata uang adalah menyediakan suatu standar nilai, alat
pertukaran, serta unit pengukuran. Mata uang dari negara-negara yang berbeda memenuhi
kedua fungsi pertama dengan derajat efisiensi yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya
semua mata uang berperan sebagai unit pengukuran bagi kegiatan ekonomi di negaranegara bersangkutan.
Suatu transaksi dikatakan dinilai dengan mata uang tertentu jika besarnya dinyatakan
dalam mata uang tersebut.
Aktiva dan kewajiban dinyatakan dalam denominasi mata uang tertentu jika jumlahnya
selalu disebut dalam mata uang tersebut.
Dalam hal transaksi antar entitas bisnis negara-negara yang berbeda, jumlah hutang
maupun piutang biasanya dilaporkan dalam mata uang lokal dari negara pembeli ataupun
penjual, kadang-kadang jumlah-jumlah inidilaporkan dalam mata uang dari negara ketiga
yang relatif stabil disbanding mata uang kedua negara yang terlibat transaksi.
Kurs Langsung dan Kurs Tidak Langsung
Kurs adalah nisbah antara satu unit mata uang dengan jumlah mata uang lain yang
sekarang dengan mata uang tersebut pada satu waktu .
Kurs dapat dihitung langsung maupun tidak langsung. Jika diasumsikan bahwa Rp. 1.600
dapat ditukar dengan 1 Dollar Singapura, maka :
Kurs Langsung (direct exchange rate DER) adalah banyaknya unit mata uang local
(local currency unit LCU) yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata uang asing
(foreign currency unit FCU). Dari sudut pandang entitas Indonesia, kurs langsung dapat
dipandang sebagai besarnya rupiah untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Rasio
dari kurs langsung dinyatakan sebagai berikut, dengan LCU, yaitu rupiah, sebagai
pembilang :
DER =
Rp. 1.600
------------- = Rp. 1.600
1
Kurs tidak langsung (indirect exchange rate - IER) adalah kebalikan dari kurs langsung.
Dari sudut pandang entitas Indonesia, kurs tidak langsung adalah :
1 FCU
IER = ------------------------Nilai setara rupiah
1
--------- = 0.000625 Dollar Singapura
Rp. 1.600
Kurs Mengambang, Tetap, serta Berganda
Kurs dapat ditentukan besarnya oleh pemerintah, dan dapat juga dibiarkan berfluktuasi
sesuai dengan perubahan di pasar uang.
Kurs tetap atau kurs resmi ditetapkan oleh pemerintah dan tidak dipengaruhi oleh
perubahan dipasar uang dunia.
Kurs mengambang atau kurs bebas mencerminkan harga pasar yang berfluktuasi
berdasarkan permintaan dan penawaran serta faktor-faktor lain dalam pasar uang dunia.
Secara teoritis, nilai suatu mata uang harus mencerminkan daya belinya di pasar dunia.
Misalnya, peningkatan dalam laju inflasi suatu negara menunjukkan melemahnya daya beli
mata uang negara tersebut. Meskipun inflasi serta neraca perdagangan merupakan basis
bagi kursmengambang, beberapa faktor lain seringkali menjadi
Transaksi perdagangan mata uang yang bersifat spekulatif juga mempengarui penentuan
nilai kurs.
Untuk mengurangi defisitnya, pemerintah Indonesia sering kali meminta negara-negara
lain (misalnya Jepang dan Amerika serikat) untuk membiarkan mata uang mereka
terapresiasi terhadap Rupiah. Penurunan nilai Rupiah terhadap mata uang-mata uang
utama akan meningkatkan harga barang-barang luar negeridi Indonesia dan menekan
jumlah impor ke Indonesia. Sementara, barang-barang Indonesia dapat dijual diluar negeri
dengan dengan harga yang
melemahnya nilai Rupiah terhadap minat impor masyarakat Indonesia hanya sedikit, dan
perubahan hanya berdampak kecil terhadap defisit perdagangan. Faktor-faktor lain yang
mungkin mempengarui neraca perdagangan suatu negara adalah tingkat bunga dan tingkat
pajak.
Oleh karena kurs mengambang tidak selamanya menguntungkan perekonomian dunia,
tujuh negara (AS, Jepang,Jerman, Inggris, Perancis, Italia, dan Kanada) bergabung untuk
menjaga nilai Dollar AS, Mark Jerman, serta Yen Jepang dalam suatu rentang kurs yang
dirahasiakan. Negara-negara ini, yang disebut Kelompok Tujuh (G-7) berharap dapat
mengatur nilai kurs lewat intervensi dipasar uang.
Kurs Tetap dan Kurs Berganda jika kurs yang dipakai adalah kurs tetap, pemerintahan
dapat menetapkan kurs yang berbeda untuk trasaksi yang berbeda. Misalnya, pemerintahan
menetapkan kurs prefensial untuk impor, serta kurs penalty untuk ekspor, dalam rangka
mencapai tujuan perekonomian negara bersangkutan. Kurs seperti ini dikenal seperti kurs
berganda.Misalnya, Wall Street Journal melaporkan dua macam kurs untuk ekivalensi Dollar
AS dengan Rand Afrika selatan, yaitu kurs komersial dan kurs finasial. Pada tanggal 20
Februari 1995, kurs komersial adalah US Dollar 0.2821 per Rand, sementara kurs finansial
adalah US Dollar 0.2544.
Perubahan dari Kurs Tetap ke Kurs Mengambang di Indonesia
Sejak 14 Agustus 1997, pemerintahan Indonesia telah menyesuaikan kebijaksanaan
moneter
dengan
mengambang.
memutuskan
Perubahan
ke
mengubah
kurs
penggunaan
mengambang
kurs
berdampak
tetap
menjadi
siknifikan
kurs
terhadap
5
Perhitungan Kurs
Kebanyakan bank di Indonesia melayani perdagangan internasional dengan
membuka departemen yang menyediakan jasa transfer bank antara perusahaan Indonesia
dengan perusahaan asing, serta jasa pertukaran mata uang.
Tentu saja bank-bank tersebut menarik keuntungan dari jasa yang mereka berikan
(remunerasi). Remunerasi ini merupakan selisih antara jumlah uang yang mereka terima
dari perusahaan Indonesia dengan jumlah yang mereka bayarkan kembali untuk menebus
mata uang asing, atau sebaliknya. Misalnya, sebuah bank menawarkan untuk menjual 1
Pound seharga Rp. 3.825 atau membeli 1 Pound seharga Rp. 3.790 pada saat kurs resmi
adalah Rp.3.805. Jadi, sebuah perusahaan dapat membeli 1.000 Pound untuk Rp.
3.825.000 atau menjual 1.000 Pound untuk Rp. 3.790.000. Dengan demikian bank tersebut
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 35.000.
D. TRANSAKSI MATA UANG ASING SELAIN KONTRAK BERJANGKA
Transaksi luar negeri adalah transaksi yang terjadi antarnegara atau antar
perusahaan dari negara yang berbeda.
Transaksi mata uang asing adalah transaksi dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata
uang selain dari mata uang fungsional suatu entitas. Jadi sebuah transaksi luar negeri tidak
otomatis merupakan transaksi mata uang asing.
Indonesia.
Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca
adalah bahwa transaksi tersebut dijabarkan ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini
Rupiah) pada kurs spot yang terjadi pada tanggal tersebut. Semua aktiva, kewajiban,
penerimaan, serta pengeluaran yang timbul dari transaksi diubah kedalam Rupiah. Unit
pengukuran berubah dari mata uang asing ke mata uang fungsional Rupiah.
Asumsikan sebuah perusahaan Indonesia mengimpor persediaan dari perusahaan
Malaysia ketika kurs spot yang terjadi adalah Rp 730 per Ringgit Malaysia. Dalam transaksi
ditentukan pembayaran 10.000 Ringgit dalam 30 hari.
Importir Indonesia mencatat transaksi tersebut sebagai:
Persediaan
Rp 7.300.000
Hutang dagang (ma)
Rp 7.300.000
Kecuali untuk notasi mata uang asing (ma), jurnal tersebut dicatat seperti cara yang biasa.
Notasi tersebut digunakan untuk menunjukan bahwa hutang dinyatakan dalam mata uang
asing. Karena persediaan dinilai dan dinyatakan dalam Rupiah, tidak diperlukan
penyesuaian lebih lanjut pada akun persediaan
Jika hutang dagang dibayar pada saat kurs spot adalah Rp 720, pembayaran
transaksi tersebut dicatat sebagai:
Hutang dagang (ma)
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp. 7.300.000
Rp.
100.000
7
Kas
Rp. 7.200.000
(Kas yang dibutuhkan sama dengan 10.000 Ringgit x kurs spot Rp 720)
Keuntungan pertukaran sebesar Rp. 100.000 diperoleh karena kewajiban yang sebelumnya
diakui sebesar Rp. 7.300.000 dibayar hanya dengan Rp. 7.200.000. Keuntungan ini
mencerminkan perubaan kurs yang terjadi di antara waktu transaksi dan waktu pembayaran.
Jika kurs berubah menjadi Rp 750, maka yang terjadi adalah kerugian sebesar Rp. 200.000.
PSAK No. 10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat transaksi harus
dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs mengalami perubahan. Bila
timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akutansi yang
sama maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan
diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akutansi, maka selisih
harus diakui untuk setiap periode dengan memperhitungkan perubahan
kurs masing-
masing periode.
Ingat bahwa kerugian akibat pertukaran mata uang terjadi hanya tagihan dalam mata
uang asing, dan bahwa kerugian terjadi pada saat pencatatan pembayaran, bukan pada
pencatatan pertama.
Penyesuaian ke kurs sekarang PSAK No. 10 untuk transaksi mata asing mengatur
bahwa kas atau jumlah uang yang menjadi beban bagi atau untuk perusahaan yang
dinyatakan dalam mata uang asing harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs sekarang
pada tanggal neraca. Ini juga berarti bahwa keuntungan serta kerugian dalam transaksi
mata uang asing tidak boleh ditangguhkan sampai mata asing dikonversikan kedalam mata
uang domestik (Rp) atau sampai piutang-piutang yang berhubungan sudah diterima atau
hutang sudah dibayar. Sebaliknya, jumlah-jumlah ini harus disesuaikan untuk mencerminkan
kurs sekarang pada tanggal neraca, dan semua keuntungan serta kerugian yang timbul dari
penyesuaian harus diperhitungkan dalam laba rugi periode terjadinya.
Pembelian yang Dinyatakan dalam Mata Uang Asing
Sebuah perusahaan Indonesia, PT. Abuba membeli barang dagang dari perusahaan
Kebangsaan Malaysia, pada tanggal 1 Desember 19x8 sebesar 10,000 Ringgit, pada saat
kurs spot untuk Ringgit Malaysia adalah Rp. 770. PT Abuba melakukan tutup buku pada
tanggal 31 Desember 19x8 pada saat kurs spot untuk Ringgit mencapai Rp 765, dan
melunasi hutang tersebut pada tanggal 30 Januari 19x9 pada saat kurs spot adalah Rp 775.
Kejadian dan transaksi ini dicatat oleh PT Abuba sebagai berikut :
1 Desember 19x8
Persediaan
Rp. 7.700.000
Hutang Dagang (ma)
Rp. 7.700.000
Untuk mencatat pembelian barang dagang dari kebangsaan Malaysia
8
50.000
Rp7.750.000
Tidak ada ketentuan yang mengharuskan agar umur kontrak berjangka harus dimulai pada
tanggal dilakukannya komitmen mata uang asing, namun perlakuan akuntansi untuk kontrak
berjangka harus dimulai pada saat penetapan (designation); atau dengan kata lain pada
saat kontrak berjangka ditentukan akan digunakan sebagai hedging atas komitmen mata
uang asing.
Melakukan Hedging atas Investasi Bersih dalam Suatu Entitas Luar Negeri
Keuntungan serta kerugian yang timbul dari transaksi mata uang asing yang
ditujukan untuk, dan dianggap efektif sebagai, hedging ekonomi (economic hedges) atas
investasi bersih dalam suatu entitas luar negeri dicatat sebagai penyesuaian translasi pada
ekuitas.
Penggolongan sebagai penyesuaian translasi berarti bahwa keuntungan maupun kerugian
transaksi ini dikeluarkan dari pengaruh pendapatan bersih, dan sebagai gantinya, dilaporkan
sebagai kmponen dari ekuitas.
Prosedur untuk melakukan hedging atas investasi bersih dalam entitas luar negeri tidak
dapat diapliksikan kepada investasi luar negeri yang menggunakan mata uang domestic
(dalam hal ini Rupiah). Hedging atas investasi semacam ini dianggap sebagai tindakan
spekulasi.
Tujuan
Pengakuan
diskon atas
kontrak
berjangka
Spekulasi
hedging serta
item mata uang
asing yang
berkaitan
Efek
kerugian
pendapatan
perubahan kurs.
pertukaran
sama dengan
diakui langsung
keuntungan
setiap
aktiva atau
Tidak ada
diharapkan dari
dalam
Hedging atas
posisi
dan
Efek yang
Untuk
mengimbangi
terjadi
perubahan kurs
forward
dan kerugian
Diamortisasikan
sebagai
pertukaran
yang diakui.
pendapatan
10
kewajiban
bersih
aktiva
atau
Efek
masa
kewajiban bersih
pertukaran
berjangka
yang ada.
diakui langsung
amortisasi
namun diimbangi
dari premium
oleh keuntungan
atau
serta
komitmen
Untuk
kerugian
kontrak
Pilihan : premium
dan
dan
diamortisasikan
kerugian).
exposure
aktiva
diskon
pembelian
atau
kewajiban
sebagai
penjualan
yang
bersih.
pendapatan
Keuntungan
dan
kerugian
pertukaran
ditangguhkan
sampai
mengunci harga
investasi
dari
kontrak
bersih
dalam
mata
entitas luar
domestic
uang
komitmen
direalisasikan
menjadi
exposure
yang
bersih
sebagai
dan
amortisasi
diperlakukan
dari premium
sebagai
atau
penyesuaian
jika memang
terhadap harga
dipilih.
transaksi.
(Keuntungan
dan
terhadap
harga
transaksi.
Keuntungan
dapat langsung
diskon
penyesuaian
dari
harga
transaksi).
diamortisasikan
sebagai
Efek
dimasukkan ke
dalam
dan
ekuitas
pertukaran
translasi.
sebagai
penyesuaian
ekuitas dan akan
jumlah
penyesuaian
kerugian
diakui
diskon
atau
entitas
luar negeri
sama dengan
pendapatan
penyesuaian
investasi
ditangguhkan
merupakan
tadi diperlakukan
mengimbangi
pendapatan
Pilihan : premium
ditangguhkan
Untuk
atau
atau kerugian
keuntungan dan
kerugian
keuntungan
Efek
transaksi.
Selanjutnya
negeri
(Saling offset
dapat langsung
diskon.
posisi
pada
direalisasikan
sama dengan
dan
mengimbangi
akan
pendapatan
yang bersesuain
diidentifikas
Hedging atas
sepanjang
kerugian
Hedging atas
yang dapat
dan
dari
pendapatan
sama dengan
amortisasi
dari premium
atau
diskon
jika memang
dipilih.
(Penyesuaian
11
mengimbangi
ekuitas pada
penyesuaian
investasi
ekuitas
yang
bersih
dicatat
dalam
investasi bersih.
dan
hedging
saling
mengimbangi
)
Pengungkapan Tambahan
FASB menambahkan satu proyek perangkat financial dan pembiayan di luar neraca
dalam agenda teknisnya pada tahun 1986. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
standar menyeluruh bagi akuntansi dan pelaporan perangkat financial.
Hasil dari proyek ini adalah :
- FASB Statement No. 105, Disclosure if Information about Financial Instruments with
Off-Balance-Sheet Risk and Financial Instruments with oncentrations of Credit Risk
-
DAFTAR PUSTAKA
Richard E. Barker, dkk. 2011.Akuntansi Keuangan Lanjutan.Buku 2. Jakarta : Salemba
Empat.
http://adidwiadnyana.blogspot.com/2012/12/transaksi-mata-uang-asing.html
12