Anda di halaman 1dari 12

TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN (A1)

TRANSAKSI MATA UANG ASING

OLEH :
KELOMPOK VI
NAMA
I WAYAN ADI WIGUNA
I Gst. LANANG Ngr. DWI CAHYADI P
I PANDE PUTU SUWISNAYA

NIM / NO. ABSEN


1206305099 / 01
1206305188 / 02
1306305112 / 24

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA


PROGRAM REGULER
2015

A. LATAR BELAKANG LAHIRNYA KETENTUAN AKUNTANSI UNTUK KEGIATAN


BISNIS INTERNASIONAL
Standar akuntansi untuk bisnis luar negeri serta transaksi pertukaran dalam mata
uang asing dimulai tahun 1939 dengan dikeluarkannya Accounting Research Bulletin (ARB)
NO. 4. Kemudian diperbarui dengan ARB No. 43 tahun 1953, Bab 12. Prosedur utama
akuntansi untuk bisnis luar negeri tidak berubah sampai dibentuknya FASB (Financial
Accounting Standard Board) pada tahun 1973.
Di Indonesia sendiri perkembangan standar akuntansi untuk bisnis internasional
berjalan seiring dengan dikeluarkannya PSAK tahun 1994. Dalam PSAK No. 10 dan 11
dijelaskan standar yang digunakan oleh perusahaan dalam mencatat transaksi dalam mata
uang asing dan dalam menjabarkan laporan keuangan mata uang asing.
Sejumlah pendekatan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata uang asing
ke dalam mata uang domestik (Rupiah), meliputi :
1 Metode lancar-tak lancar (current- noncurrent), yang menjabarkan akun-akun lancar
(current account) pada kurs sekarang, serta akun-akun tidak lancar (noncurrent
2

account) pada kurs histories.


Metode moneter nonmoneter, yang mengubah aktiva dan kewajiban moneter pada
kurs sekarang (current exchange rate) serta aktiva dan kewajiban nonmoneter pada

kurs historis.
Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga
masa lalu, sekarang, dan masa depan sedemikian rupa sehingga mereka bias dinilai
dengan prinsip akuntansi yang sama. Misalnya, akun kas, hutang dan piutang, serta
aktiva dan kewajiban dinilai dengan harga sekarang atau masa depan dijabarkan ke
dalam kurs sekarang. Demikian juga aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga

masa lalu dijabarkan ke dalam kurs historis yang layak.


Metode kurs sekarang, yang menjabarkan seluruh aktiva dan kewajiban pada kurs
sekarang.

B. TUJUAN PENJABARAN DAN KONSEP MATA UANG FUNGSIONAL


Tujuan penjabaran laporan keuangan adalah :
a menyajikan informasi yang secara umum sejalan dengan efek ekonomis yang
b

diharapkan dari perubahan kurs pada ekuitas dan arus kas perusahaan, dan
Menggambarkan dalam laopran konsolidasi dari aktivitas finansial serta hubungan
dari masing-masing entitas terkonsolidasi sebagaimana dinilai dalam mata uangmata uang fungsional agar bias sejalan dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.

Konsep Mata Uang Fungsional


Mata uang fungsional dari suatu entitas adalah mata uang yang berlaku di wilayah operasi
utama perusahaan.
2

Indikator ekonomi sebagai pelengkap arus kas yang digunakan untuk menentukan mata
uang fungsional adalah :
1 Jika harga jual produk dari suatu entitas luar negeri lebih banyak ditentukan oleh
persaingan di tingkat local atau oleh regulasi pemerintah local, ketimbang oleh
perubahan kurs jangka pendek atau gejolak pasar dunia, maka mata uang local dari
2

entitas luar begeri tersebut dapat dipakai sebagai mata uang fungsional.
Suatu pasar penjualan yang seluruhnya berada di negara perusahaan induk, atau
kontrak penjualan yang didasarkan pada mata uang perusahaan induk, meungkinkan
perusahaan untuk menjadikan mata uang dari negara perusahaan induk sebagai

mata uang fungsional.


Pengeluaran, seperti upah pekerja serta biaya material yang merupakan biaya local
dapat membenarkan dijadikannya mata uang local ari entitas luar negeri sebagai

mata uang fungsional.


Jika pendanaan ditentukan oleh mata uang local dari entitas luar negeri, serta jika
dana yang dihasilkan dalam operasi perusahaan cukup untuk melunasi hutang, baik
hutang saat ini maupun akan datang, maka mata uang local dari entitas luar negeri

dapat dijadikan sebagai mata uang fungsional.


Perjanjian serta transaksi antar perusahaan dalam volume yang besar juga dapat
dijadikan dasar untuk menggunakan mata uang dari perusahaan induk sebagai mata

uang fungsional.
Exposure Draft SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang diterbitkan oleh IAI pada bulan Mei
1998 yang mengacu pada FASB Statement No.52 mengubah beberapa definisi tradisional
dengan melakukan redefinisi atas mata uang asing.
Sebelum standar ini dikeluarkan :
Mata uang asing : semua mata uang selain mata uang negara yang bersangkutan.
Mata uang lokal : mata uang dari negara tertentu atau mata uang yang dinyatakan dalam
kegiatan domestik maupun luar negeri dari negara yang bersangkutan.
Berdasarkan standar yang baru :
Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang fungsional dari suatu entitas.
Standar ini juga mengijinkan penggunaan DUA METODE yang berbeda untuk
mengkonversikan laporan keuangan dari perusahaan anak di luar negeri ke dalam mata
uang domestik (dalam hal ini Rupiah), berdasarkan mata uang fungsional dari entitas luar
negeri.
Jika mata uang fungsional adalah Rupiah, maka laporan keuangan dari perusahaan anak di
luar negeri dikonversikan ke dalam Rupiah dengan menggunakan prosedur yang sama
dengan metode temporal. Jika mata uang fungsional adalah mata uang local di wilayah
perusahaan anak, maka laporan keuangan perusahaan anak dikonversikan ke Rupiah
dengan menggunakan metode kurs sekarang. Perusahaan harus dapat memilih metode
yang paling tepat untuk menggambarkan kegiatan bisnis luar negeri mereka.
C. DEFINISI DAN KONSEP PERTUKARAN DALAM MATA UANG ASING
3

Tujuan dari suatu mata uang adalah menyediakan suatu standar nilai, alat
pertukaran, serta unit pengukuran. Mata uang dari negara-negara yang berbeda memenuhi
kedua fungsi pertama dengan derajat efisiensi yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya
semua mata uang berperan sebagai unit pengukuran bagi kegiatan ekonomi di negaranegara bersangkutan.
Suatu transaksi dikatakan dinilai dengan mata uang tertentu jika besarnya dinyatakan
dalam mata uang tersebut.
Aktiva dan kewajiban dinyatakan dalam denominasi mata uang tertentu jika jumlahnya
selalu disebut dalam mata uang tersebut.
Dalam hal transaksi antar entitas bisnis negara-negara yang berbeda, jumlah hutang
maupun piutang biasanya dilaporkan dalam mata uang lokal dari negara pembeli ataupun
penjual, kadang-kadang jumlah-jumlah inidilaporkan dalam mata uang dari negara ketiga
yang relatif stabil disbanding mata uang kedua negara yang terlibat transaksi.
Kurs Langsung dan Kurs Tidak Langsung
Kurs adalah nisbah antara satu unit mata uang dengan jumlah mata uang lain yang
sekarang dengan mata uang tersebut pada satu waktu .
Kurs dapat dihitung langsung maupun tidak langsung. Jika diasumsikan bahwa Rp. 1.600
dapat ditukar dengan 1 Dollar Singapura, maka :
Kurs Langsung (direct exchange rate DER) adalah banyaknya unit mata uang local
(local currency unit LCU) yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata uang asing
(foreign currency unit FCU). Dari sudut pandang entitas Indonesia, kurs langsung dapat
dipandang sebagai besarnya rupiah untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Rasio
dari kurs langsung dinyatakan sebagai berikut, dengan LCU, yaitu rupiah, sebagai
pembilang :
DER =

Nilai setara rupiah


------------------------1 FCU

Rp. 1.600
------------- = Rp. 1.600
1
Kurs tidak langsung (indirect exchange rate - IER) adalah kebalikan dari kurs langsung.
Dari sudut pandang entitas Indonesia, kurs tidak langsung adalah :
1 FCU
IER = ------------------------Nilai setara rupiah
1
--------- = 0.000625 Dollar Singapura
Rp. 1.600
Kurs Mengambang, Tetap, serta Berganda

Kurs dapat ditentukan besarnya oleh pemerintah, dan dapat juga dibiarkan berfluktuasi
sesuai dengan perubahan di pasar uang.
Kurs tetap atau kurs resmi ditetapkan oleh pemerintah dan tidak dipengaruhi oleh
perubahan dipasar uang dunia.
Kurs mengambang atau kurs bebas mencerminkan harga pasar yang berfluktuasi
berdasarkan permintaan dan penawaran serta faktor-faktor lain dalam pasar uang dunia.
Secara teoritis, nilai suatu mata uang harus mencerminkan daya belinya di pasar dunia.
Misalnya, peningkatan dalam laju inflasi suatu negara menunjukkan melemahnya daya beli
mata uang negara tersebut. Meskipun inflasi serta neraca perdagangan merupakan basis
bagi kursmengambang, beberapa faktor lain seringkali menjadi

lebih ber pengaruh.

Transaksi perdagangan mata uang yang bersifat spekulatif juga mempengarui penentuan
nilai kurs.
Untuk mengurangi defisitnya, pemerintah Indonesia sering kali meminta negara-negara
lain (misalnya Jepang dan Amerika serikat) untuk membiarkan mata uang mereka
terapresiasi terhadap Rupiah. Penurunan nilai Rupiah terhadap mata uang-mata uang
utama akan meningkatkan harga barang-barang luar negeridi Indonesia dan menekan
jumlah impor ke Indonesia. Sementara, barang-barang Indonesia dapat dijual diluar negeri
dengan dengan harga yang

lebih murah dalam mata uang asing. Namun, pengaruh

melemahnya nilai Rupiah terhadap minat impor masyarakat Indonesia hanya sedikit, dan
perubahan hanya berdampak kecil terhadap defisit perdagangan. Faktor-faktor lain yang
mungkin mempengarui neraca perdagangan suatu negara adalah tingkat bunga dan tingkat
pajak.
Oleh karena kurs mengambang tidak selamanya menguntungkan perekonomian dunia,
tujuh negara (AS, Jepang,Jerman, Inggris, Perancis, Italia, dan Kanada) bergabung untuk
menjaga nilai Dollar AS, Mark Jerman, serta Yen Jepang dalam suatu rentang kurs yang
dirahasiakan. Negara-negara ini, yang disebut Kelompok Tujuh (G-7) berharap dapat
mengatur nilai kurs lewat intervensi dipasar uang.
Kurs Tetap dan Kurs Berganda jika kurs yang dipakai adalah kurs tetap, pemerintahan
dapat menetapkan kurs yang berbeda untuk trasaksi yang berbeda. Misalnya, pemerintahan
menetapkan kurs prefensial untuk impor, serta kurs penalty untuk ekspor, dalam rangka
mencapai tujuan perekonomian negara bersangkutan. Kurs seperti ini dikenal seperti kurs
berganda.Misalnya, Wall Street Journal melaporkan dua macam kurs untuk ekivalensi Dollar
AS dengan Rand Afrika selatan, yaitu kurs komersial dan kurs finasial. Pada tanggal 20
Februari 1995, kurs komersial adalah US Dollar 0.2821 per Rand, sementara kurs finansial
adalah US Dollar 0.2544.
Perubahan dari Kurs Tetap ke Kurs Mengambang di Indonesia
Sejak 14 Agustus 1997, pemerintahan Indonesia telah menyesuaikan kebijaksanaan
moneter

dengan

mengambang.

memutuskan

Perubahan

ke

mengubah
kurs

penggunaan

mengambang

kurs

berdampak

tetap

menjadi

siknifikan

kurs

terhadap
5

perusahaan-perusahaan di Indonesia memiliki operasi internasional, dan secara alamiah, ini


mengarahkan kepada perlunya penelaahan ulang terhadap prinsip akutansi dan pelaporan
untuk penjabaran mata uang asing.
Kurs Spot, Kurs Sekarang, serta Kurs Historis
Kurs yang digunakan dalam akuntansi untuk kegiatan dan transaksi luar negeri
(selain kontrak kurs berjangka) adalah kurs spot, kurs sekarang, serta kurs historis.
Kurs spot merupakan cerminan nilai pasar, sementara kurs sekarang dan kurs historis
merupakan terminasi akuntansi.
Definisi dari masing-masing kurs tersebut adalah :
Kurs spot (spot rate) : kurs untuk pertukaran yang terjadi langsung saat transaksi.
Kurs sekarang (current rate) : kurs dimana satu unit mata uang dapat dipertukarkan
dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.
Kurs historis (historical rate) : kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya
transaksi.
Kurs spot, kurs sekarang dan kurs historis dapat merupakan kurs tetap maupun kurs
mengambang, tergantung kepada mata uang tertentu yang dilibatkan.

Perhitungan Kurs
Kebanyakan bank di Indonesia melayani perdagangan internasional dengan
membuka departemen yang menyediakan jasa transfer bank antara perusahaan Indonesia
dengan perusahaan asing, serta jasa pertukaran mata uang.
Tentu saja bank-bank tersebut menarik keuntungan dari jasa yang mereka berikan
(remunerasi). Remunerasi ini merupakan selisih antara jumlah uang yang mereka terima
dari perusahaan Indonesia dengan jumlah yang mereka bayarkan kembali untuk menebus
mata uang asing, atau sebaliknya. Misalnya, sebuah bank menawarkan untuk menjual 1
Pound seharga Rp. 3.825 atau membeli 1 Pound seharga Rp. 3.790 pada saat kurs resmi
adalah Rp.3.805. Jadi, sebuah perusahaan dapat membeli 1.000 Pound untuk Rp.
3.825.000 atau menjual 1.000 Pound untuk Rp. 3.790.000. Dengan demikian bank tersebut
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 35.000.
D. TRANSAKSI MATA UANG ASING SELAIN KONTRAK BERJANGKA
Transaksi luar negeri adalah transaksi yang terjadi antarnegara atau antar
perusahaan dari negara yang berbeda.
Transaksi mata uang asing adalah transaksi dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata
uang selain dari mata uang fungsional suatu entitas. Jadi sebuah transaksi luar negeri tidak
otomatis merupakan transaksi mata uang asing.

Ketentuan dalam PSAK


Ketentuan yang tercantum dalam PSAK No. 10 hanya diterapkan untuk transaksi
mata uang asing dan untuk laporan keuangan mata uang luar negeri. Untuk transaksi mata
uang selain kontrak berjangka, maka:
1 Pada tanggal transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, penerimaan, pengeluaran
keuntungan, dan kerugian yang timbul dari transaksi tersebut harus dinilai dan
dicatat dalam mata uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan dengan
2

menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut.


Pada setiap tanggal neraca, saldo yang tercatat dalam mata uang selain mata uang
fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk

mencerminkan kurs sekarang.


Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan kedalam mata
uang Rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan
dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank

Indonesia.
Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca

tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.


Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus
dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut
ditentukan.
Penjabaran pada kurs spot persyaratan pertama bagi transaksi mata uang asing

adalah bahwa transaksi tersebut dijabarkan ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini
Rupiah) pada kurs spot yang terjadi pada tanggal tersebut. Semua aktiva, kewajiban,
penerimaan, serta pengeluaran yang timbul dari transaksi diubah kedalam Rupiah. Unit
pengukuran berubah dari mata uang asing ke mata uang fungsional Rupiah.
Asumsikan sebuah perusahaan Indonesia mengimpor persediaan dari perusahaan
Malaysia ketika kurs spot yang terjadi adalah Rp 730 per Ringgit Malaysia. Dalam transaksi
ditentukan pembayaran 10.000 Ringgit dalam 30 hari.
Importir Indonesia mencatat transaksi tersebut sebagai:
Persediaan
Rp 7.300.000
Hutang dagang (ma)

Rp 7.300.000

Kecuali untuk notasi mata uang asing (ma), jurnal tersebut dicatat seperti cara yang biasa.
Notasi tersebut digunakan untuk menunjukan bahwa hutang dinyatakan dalam mata uang
asing. Karena persediaan dinilai dan dinyatakan dalam Rupiah, tidak diperlukan
penyesuaian lebih lanjut pada akun persediaan
Jika hutang dagang dibayar pada saat kurs spot adalah Rp 720, pembayaran
transaksi tersebut dicatat sebagai:
Hutang dagang (ma)
Keuntungan pertukaran mata uang

Rp. 7.300.000
Rp.

100.000
7

Kas
Rp. 7.200.000
(Kas yang dibutuhkan sama dengan 10.000 Ringgit x kurs spot Rp 720)
Keuntungan pertukaran sebesar Rp. 100.000 diperoleh karena kewajiban yang sebelumnya
diakui sebesar Rp. 7.300.000 dibayar hanya dengan Rp. 7.200.000. Keuntungan ini
mencerminkan perubaan kurs yang terjadi di antara waktu transaksi dan waktu pembayaran.
Jika kurs berubah menjadi Rp 750, maka yang terjadi adalah kerugian sebesar Rp. 200.000.
PSAK No. 10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat transaksi harus
dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs mengalami perubahan. Bila
timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akutansi yang
sama maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan
diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akutansi, maka selisih
harus diakui untuk setiap periode dengan memperhitungkan perubahan

kurs masing-

masing periode.
Ingat bahwa kerugian akibat pertukaran mata uang terjadi hanya tagihan dalam mata
uang asing, dan bahwa kerugian terjadi pada saat pencatatan pembayaran, bukan pada
pencatatan pertama.
Penyesuaian ke kurs sekarang PSAK No. 10 untuk transaksi mata asing mengatur
bahwa kas atau jumlah uang yang menjadi beban bagi atau untuk perusahaan yang
dinyatakan dalam mata uang asing harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs sekarang
pada tanggal neraca. Ini juga berarti bahwa keuntungan serta kerugian dalam transaksi
mata uang asing tidak boleh ditangguhkan sampai mata asing dikonversikan kedalam mata
uang domestik (Rp) atau sampai piutang-piutang yang berhubungan sudah diterima atau
hutang sudah dibayar. Sebaliknya, jumlah-jumlah ini harus disesuaikan untuk mencerminkan
kurs sekarang pada tanggal neraca, dan semua keuntungan serta kerugian yang timbul dari
penyesuaian harus diperhitungkan dalam laba rugi periode terjadinya.
Pembelian yang Dinyatakan dalam Mata Uang Asing
Sebuah perusahaan Indonesia, PT. Abuba membeli barang dagang dari perusahaan
Kebangsaan Malaysia, pada tanggal 1 Desember 19x8 sebesar 10,000 Ringgit, pada saat
kurs spot untuk Ringgit Malaysia adalah Rp. 770. PT Abuba melakukan tutup buku pada
tanggal 31 Desember 19x8 pada saat kurs spot untuk Ringgit mencapai Rp 765, dan
melunasi hutang tersebut pada tanggal 30 Januari 19x9 pada saat kurs spot adalah Rp 775.
Kejadian dan transaksi ini dicatat oleh PT Abuba sebagai berikut :

1 Desember 19x8
Persediaan
Rp. 7.700.000
Hutang Dagang (ma)
Rp. 7.700.000
Untuk mencatat pembelian barang dagang dari kebangsaan Malaysia
8

(10,000 Ringgit x kurs Rp. 770)


31 Desember 19x8
Hutang Dagang (ma)
Rp 50.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp.
Untuk menyesuaikan hutang dagang dengan kurs pada akhir tahun
(10,000 Ringgit x (Rp. 770 Rp. 765)
30 Januari 19x9
Hutang Dagang (ma)
Rp 7.650.000
Kerugian pertukaran Mata Uang
Rp 100.000
Kas
Untuk mencatat pembayaran total kepada kebangsaan Malaysia
(10.000 Ringgit x kurs Rp. 775)

50.000

Rp7.750.000

E. KONTRAK FORWARD MATA UANG DAN PERJANJIAN-PERJANJIAN LAINNYA


Perusahaan-perusahaan seringkali dapat menghindari keuntungan maupun kerugian
dari perubahan nilai kurs dengan cara melunasi atau meminta pelunasan langsung
(transaksi tunai) atau dengan melakukan operasi hedging.
Operasi hedging adalah kontrak penjualan atau pembelian mata uang asing untuk
menghindari risiko memegang hutang atau piutang dalam mata uang asing.
Strategi yang biasa digunakan untuk mengindari risiko fluktuasi nilai tukar adalah kontrak
berjangka. Dalam FASB 52 disebutkan bahwa kontrak berjangka adalah perjanjian untuk
melakukan pertukaran mata uang yang berbeda pada satu waktu tertentu di masa yang
akan dating, dan pada kurs tertentu yang disepakati (disebut forward rate).
PSAK No. 10 menyatakan bahwa transaksi valuta berjangka adalah transaksi pertukaran
dua valuta asing melalui pembelian kembali secara berjangka. Pertukaran mata uang serta
bentuk-bentuk perjanjian lain yang pada dasarnya sama dengan kontrak berjangka
dianggap sebagai kontrak berjangka untuk tujuan akuntansi.
Terdapat empat situasi dimana kontrak berjangka ini digunakan, yaitu :
1 Untuk berspekulasi dalam pergerakan harga nilai tukar
2 Untuk melakukan hedging atas posisi hutang bersih atau aktiva bersih mata uang
3
4

asing yang diekspos


Untuk melakukan hedging komitmen mata uang asing
Untuk melakukan hedging investasi bersih di entitas luar negeri

Hedging atas Komitmen Mata Uang Asing yang Dapat Diidentifikasi


Suatu keuntungan atau kerugian dari kontrak berjangka ditangguhkan dan
diperlakukan sebagai sebuah penyesuaian atas transaksi mata uang asing yang
bersangkutan jika ia dimaksudkan untuk melakukan hedging sebuat komitmen mata uang
asing yang dapat diidentifikasi dan jika kondisi di bawah ini terpenuhi :
1 Transaksi mata uang asing tersebut memang ditetapkan sebagai, dan dianggap
2

efektif sebagai hedging atas komitmen mata uang asing.


Komitmen mata uang asing tersebut tidak berubah atau bersifat tetap.

Tidak ada ketentuan yang mengharuskan agar umur kontrak berjangka harus dimulai pada
tanggal dilakukannya komitmen mata uang asing, namun perlakuan akuntansi untuk kontrak
berjangka harus dimulai pada saat penetapan (designation); atau dengan kata lain pada
saat kontrak berjangka ditentukan akan digunakan sebagai hedging atas komitmen mata
uang asing.
Melakukan Hedging atas Investasi Bersih dalam Suatu Entitas Luar Negeri
Keuntungan serta kerugian yang timbul dari transaksi mata uang asing yang
ditujukan untuk, dan dianggap efektif sebagai, hedging ekonomi (economic hedges) atas
investasi bersih dalam suatu entitas luar negeri dicatat sebagai penyesuaian translasi pada
ekuitas.
Penggolongan sebagai penyesuaian translasi berarti bahwa keuntungan maupun kerugian
transaksi ini dikeluarkan dari pengaruh pendapatan bersih, dan sebagai gantinya, dilaporkan
sebagai kmponen dari ekuitas.
Prosedur untuk melakukan hedging atas investasi bersih dalam entitas luar negeri tidak
dapat diapliksikan kepada investasi luar negeri yang menggunakan mata uang domestic
(dalam hal ini Rupiah). Hedging atas investasi semacam ini dianggap sebagai tindakan
spekulasi.

Ikhtisar Kontrak Berjangka


Perlakuan akuntansi yang diperlukan untuk kontrak berjangka tergantung kepada
tujuan manajemen pada saat melakukan kontrak. Dengan kata lain, tujuan kontraklah yang
menentukan perlakuan akuntansinya.
Peraga berikut menunjukkan empat tipe kontrak berjangka dan tujuannya, perlakuan
akuntansi yang diperlukan, serta efeknya terhadap pendapatan.
Disposisi dari
Premium dan
Klasifikasi

Tujuan

Pengakuan

diskon atas
kontrak
berjangka

Spekulasi

Untuk berspekulasi Keuntungan

hedging serta
item mata uang
asing yang
berkaitan
Efek

kerugian

pendapatan

perubahan kurs.

pertukaran

sama dengan

diakui langsung

keuntungan

setiap

aktiva atau

Tidak ada

diharapkan dari

dalam

Hedging atas
posisi

dan

Efek yang

Untuk
mengimbangi

terjadi

perubahan kurs
forward

dan kerugian
Diamortisasikan
sebagai

pertukaran
yang diakui.

pendapatan
10

kewajiban

exposure posisi Keuntungan

bersih

aktiva

atau

Efek

masa

kewajiban bersih

pertukaran

berjangka

yang ada.

diakui langsung

amortisasi

namun diimbangi

dari premium

oleh keuntungan

atau

serta

komitmen
Untuk

kerugian

kontrak

Pilihan : premium

dan

dan

diamortisasikan

kerugian).

exposure

aktiva

diskon

pembelian

atau

kewajiban

sebagai

penjualan

yang

bersih.

pendapatan

Keuntungan

akan dating, dan


karenanya

dan

kerugian
pertukaran
ditangguhkan
sampai

mengunci harga

investasi

dari

kontrak

bersih

yang ada dalam

dalam

mata

entitas luar

domestic

uang

komitmen
direalisasikan
menjadi

exposure

yang

bersih

yang ada dalam


sebuah

sebagai

dan

amortisasi

diperlakukan

dari premium

sebagai

atau

penyesuaian

jika memang

terhadap harga

dipilih.

transaksi.

(Keuntungan

dan

terhadap

harga

transaksi.
Keuntungan

dapat langsung

diskon

penyesuaian
dari

harga

transaksi).

diamortisasikan
sebagai
Efek

dimasukkan ke
dalam

dan

ekuitas

pertukaran

translasi.

sebagai

penyesuaian
ekuitas dan akan

jumlah

penyesuaian

kerugian
diakui

diskon

atau

entitas

luar negeri

sama dengan

pendapatan

penyesuaian

investasi

ditangguhkan

merupakan

tadi diperlakukan

mengimbangi

pendapatan

Pilihan : premium

ditangguhkan
Untuk

atau

atau kerugian

keuntungan dan
kerugian

keuntungan

Efek

transaksi.
Selanjutnya

negeri

(Saling offset

dapat langsung

pada masa yang

diskon.

posisi

pada

direalisasikan

sama dengan

dan

mengimbangi

akan

pendapatan

yang bersesuain

diidentifikas

Hedging atas

sepanjang

kerugian

Hedging atas
yang dapat

dan

dari

pendapatan
sama dengan
amortisasi
dari premium
atau

diskon

jika memang
dipilih.
(Penyesuaian
11

mengimbangi

ekuitas pada

penyesuaian

investasi

ekuitas

yang

bersih

dicatat

dalam

investasi bersih.

dan

hedging
saling
mengimbangi
)

Pengungkapan Tambahan
FASB menambahkan satu proyek perangkat financial dan pembiayan di luar neraca
dalam agenda teknisnya pada tahun 1986. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
standar menyeluruh bagi akuntansi dan pelaporan perangkat financial.
Hasil dari proyek ini adalah :
- FASB Statement No. 105, Disclosure if Information about Financial Instruments with
Off-Balance-Sheet Risk and Financial Instruments with oncentrations of Credit Risk
-

yang dikeluarkan pada tahun 1990.


FASB Statement No. 107, Disclosure about fair Value of Financial Instruments,

dikeluarkan pada tahun 1991, dan


FASB Statement No. 119, Disclosure about Derivative Financial Instruments and

Value of Financial Instruments, dikeluarkan tahun 1994.


Sebagian perusahaan dengan kontrak kurs forward substantial harus mengikuti persyaratan
pengungkapan tambahan untuk masing-masing pernyataan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Richard E. Barker, dkk. 2011.Akuntansi Keuangan Lanjutan.Buku 2. Jakarta : Salemba
Empat.
http://adidwiadnyana.blogspot.com/2012/12/transaksi-mata-uang-asing.html

12

Anda mungkin juga menyukai