PENDAHULUAN
Infeksi cacing merupakan salah satu
penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti banyak manusia di seluruh
dunia.Sampai saat ini infeksi kecacingan
masih tetap merupakan suatu masalah
karena kondisi sosial dan ekonomi.Pada
umumnya, cacing jarang menimbulkan
penyakit serius tapi dapat menyebabkan
gangguan
kesehatan
kronis
yang
berhubungan dengan faktor ekonomis.
Kecacingan merupakanpenyakit yang
berhubungan lingkungan, karena sumber
penyakit ini dapat ditularkan melalui tanah
atau disebut Soil Transmitted Helminths.
Dapat menyebabkan kekurangan gizi
sehingga tumbuh kembang anak akan
terganggu karena berkurangnya energi
protein,
karbohidrat
dan
dapat
menyebabkan anemia(Zulkoni, 2010).
Menurut
data
WHO
(Nevi,
2006).Seperempat
penduduk dunia
terinfeksi kecacingan kronis. Diperkirakan
1,4 milyar orang kecacingan Ascaris
lumbricoides (cacing gelang), 1 milyar
orang oleh Trichuris trichiura (cacing
cambuk) dan 1,3milyar orang kecacingan
Ancylostoma duodenale (cacing tambang).
Nematoda usus terdapat sejumlah spesies
yang ditularkan melalui tanah atau Soil
Transmitted Helminth dapat di sebabkan
secara umum oleh cacing gelang Ascaris
lumbricoides, cacing tambang oleh
Ancylostoma duodenale dan Necator
amiricanus dan cacing cambuk oleh
Trichuris trichiura (Gandahusada, 2000).
Telur Ascaris lumbricoidesyang telah
dibuahi jatuh di tanah liat untuk
berkembang, menjadi matang dalam waktu
3 minggu pada suhu optimum 250300C.Trichuris
trichiuraakan
matang
kurangnya
pemakaian
latrin
yang
menimbulkan pencemaran tanah dengan
tinja, di bawah pohon, di tempat mencuci
dan di tempat pembuangan sampah,
apabila ada kotoran maka lalat akan datang
dan menghinggap ke makanan. kebiasaan
makan secara mentah atau setengah
matang, kebiasaan penggunaan feces
manusia sebagai pupuk tanaman, dan
kebiasaan tidak menggunakan alas kaki,
Menunjukkan
bahwa
terdapat
kecenderungan semakin baik sanitasi dan
kebersihan peorangan maka semakin baik
perilaku dalam hubungan dengan penyakit
kecacingan.
Hal
tersebut
akan
menyebabkan gangguan pencernaan pada
anak, penyerapan protein sehingga
penderita
mengalami
gangguan
pertumbuhan dan anemia akibat kurang
gizi. (Wachidanijah, 2002).
Lingkungan yang telah terkontaminasi
(tanah, debu, dan lain-lain), maka semakin
tinggi derajat infeksi kecacingan di suatu
daerah, Jumlah telur yang dapat
berkembang, menjadi semakin banyak
pada masyarakat dengan infeksi yang
semakin berat, karena berdefekasi di
sembarang tempat, khususnya di tanah,
merupakan suatu kebiasaan sehari-hari.
Oleh sebab itu pentingnya sanitasi dan
kebersihan perorangan tentang penularan
penyakit ini(Gandahusada, 2000).
Di Indonesia, penyakit cacing adalah
penyakit rakyat umum, infeksinyapun
dapat terjadi oleh beberapa jenis cacing
sekaligus. Diperkirakan lebih dari 60%
anak anak sekolah dasar di Indonesia
menderita suatu infeksi cacing, rendahnya
mutu sanitasi menjadi penyebabnya. Pada
anak-anak, cacingan akan berdampak pada
gangguan kemampuan untuk belajar, dan
pada orang dewasa akan menurunnya
Karateristik
Frekuensi
Persentase
(%)
54
25
79
68,4
31,6
100
40
39
79
50,6
49,4
100
Usia
8
9
Jumlah
Jenis
kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Infeksi
Kecacingan Pada Anak 8-9 Tahun Di
SDN 023971 Tahun 2012
No
Karakteristik
Kebersihan
perorangan
Baik
Tidak baik
Sanitasi
sekolah
Memenuhi
syarat
Frekuensi
Persentasi
(%)
47
32
59.5
40.5
30
38.0
Tidak
memenuhi
syarat
Terjadinya
kecacingan
Positif
Negatif
Jumlah
49
62.0
61
18
79
77.2
22.8
100
Tabel 3
Uji RegresiLlinear
BergandaTerjadinya Infeksi
KecacinganPada anak 8-9 Tahun
di SDN 023971 Tahun 2012
Karateristi
k
Nilai
Kebersihan
perorangan
Sanitasi
sekolah
SE
.
309
.
03
4
.
669
.
355
.
094
.
398
.869
.388
.
040
.358
0,721
.
356
2.50
4
0,023
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji regresi linear
berganda bahwa kebersihan perorangan
tidak mempengaruhi terjadinya infeksi
kecacingan pada anak. Dapat dilihat
berdasarkan nilai p=0,721 atau lebih besar
dari 0,05 maka tidak ada pengaruh yang
signifikan antara kebersihan perorangan
dengan terjadinya infeksi kecacingan pada
anak. Hal ini disebabkan karena bukan
hanya kebersihan perorangan yang
mempengaruhi
terjadinya
infeksi
kecacingan pada anak melainkan ada
faktor lain yang menyebabkan terjadinya
infeksi kecacingan pada anak yaitu sanitasi
sekolah dan sanitasi rumah. hal ini dapat di
lihat di SDN 023971 yang temukan
berdasarkan hasil observasi bahwa kondisi
lingkungan sekolah yang tidak baik, tidak
tersedianya air bersih, banyak siswa-siswi
yang yang bermain tanpa menggunakan
alas kaki, siswa-siswi yang memiliki kuku
dan
sanitasi
lingkungan
seperti
penggunaan air minum yang tidak bersih,
tidak memadainya sarana pembuangan
kotoran, limbah, sampah, dan perumahan
yang tidak memenuhi standar kesehatan.
Kurangnya kebersihan lingkungan ini
menyebabkan angka kejadian infeksi
kecacingan semakin meningkat.Berarti
semakin
baik
kondisi
lingkungan
seseorang
maka
semakin
kecil
kemungkinan
terjadinya
infeksi
kecacingan pada murid SD. Sarana
Pembuangan sampah di lingkungan rumah
tidak tertata dengan baik ( Entjang, 2003).
Adapun syarat kantin yang memenuhi
syarat adalah (a) Ada persediaan air bersih
untuk mengolah makanan, mencuci tangan
dan mencuci peralatan makan (b)
Mempunyai tempat penyimpanan bahan
makanan dan peralatan makan yang bebas
dari serangga dan hewan pengerat (c) Ada
tempat khusus penyimpanan bahan bukan
pangan (sabun cuci piring, cairan anti
serangga) yang terpisah dari tempat
penyimpanan bahan pangan (d) Tempat
yang bersih dan tertutup untuk pengolahan
dan persiapan penyajian makanan (e) Kasir
berada di tempat khusus, minimal orang
yang bertugas di kasir tidak bertugas
menyiapkan makanan karena kuman
penyakit dapat tersebar ke makanan
melalui tangan yang habis memegang uang
(f) Mempunyai tempat pembuangan
sampah padat, cair dan gas (g) Pastikan
juga jajanan kemasan yang dijual di kantin
belum kadaluarsa dan sudah lolos
sertifikasi BPOM (Badan Pemeriksaan
Obat dan Makanan).
Keadaan lingkungan sekolah dan rumah
yang tidak memenuhi syarat kesehatan
menyebabkan
tingginya
prevalensi
cacingan pada murid sekolah dasar di
kecacingan.
Diharapkan
lebih
memperhatikan jenis jajanan yang di jual,
menutup jajanan yang terbuka agar tidak di
hinggapi lalat dan menjaga kebersihan di
area kantin. Diharapkan tidak hanya
meneliti di lingkungan sekolah tetapi
sanitasi rumah juga perlu di teliti, dan
lebih menggunakan metode observasi
untuk mengetahui
hal-hal apa yang
mempengaruhi anak terinfeksi cacing.
KEPUSTAKAAN
Agustina. 2000. Telur Cacing Ascaris
Lumbricoides pada Tinja dan Kuku
Anak Balita serta pada tanah di
Kecamatan Paseh Kabupaten
Bandung. Tesis.
Azwar,
A.2004.
Pengantar
Ilmu
Kesehatan Lingkungan. Jakarta :
Mutiara
Bakta IM. 1995. Aspek Epidemiologi
Infeksi Cacing Tambang Pada
Penduduk Desa Bali. Jakarta:
jurnal Medika.
Brown 1983. Dasar Parasitologi Klinis.
Penerjemah Rukmono.Jakarta.
Depkes RI, 1998. Pedoman Program
Pemberantasan
Penyakit
Kecacingan. Jakarta.
Dirjen P2M dan PL.2000. Pedoman
Program Pemberantasan Penyakit
Kecacingan. Jakarta : Depkes RI
Entjang.
2003.
Cetakan
ke-II.
Mikrobiologi dan Parasitologi
untuk Akademi Keperawatan dan
Sekolah Tenaga Kesehatan yang
Sederajat. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti.
Gandahusada
Sriasi.
Dkk.
2000..
Parasitologi Kedokteran. Edisi
ketiga. Jakarta: FKUI.
Helmy D. 2000. Penyakit cacing di Unit
Pemukiman Transmigrasi Propinsi
Bengkulu Pada Anak Sekolah
Dasar. Jakarta : Media Litbang.
Mahfuddin H. 1994. Infeksi Cacing yang
Ditularkan Melalui Tanah Khususnya
Trichuris
Trichiura
dengan
Albendazole dan Mebendazole.
Majalah Parasitologi, Jakarta. 9.(1).
Mansjoer, Arif. Dkk.1999. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius.
Muslim. 2009.
Parasitologi untuk
Keperawatan. Cetakan I. Jakarta:
EGC.
Notoatmodjo.2003.Metodologi Penelitian
Kesehatan.Cetakan
III. Edisi
Revisi. Jakarta : Rineka cipta.
2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Rineka cipta.
Poesporodjo, JR dan Sadjimin T. 2002.
Hubungan antara Tanda dan
Gejala Penyakit Cacing dan
Kejadian Kecacingan pada Anak
Usia Sekolah Dasar di kabupaten
Sulawesi
Tengah.
Jurnal
epidemiologi Indonesia.
Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik.
Cetakan I. Surabaya: Airlangga
Unversity Press.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito :
Bandung.
Sutanto Inge.Dkk.2009. Edisi keempat.
Parasitologi
Kedokteran.
Departemen Parasitologi, Jakarta:
FKUI.
Wachidanijah. 2002. Pengetahun, sikap
dan
perilaku
anak
serta
lingkungan rumah dan sekolah
dengan kejadian infeksi cacing
anak SD. Yogjakarta : Program
Pascasarjana UGM.
Zulkoni Akhsin. 2010. Cetakan pertama.
Parasitologi. Yogyakarta : Nuha
Medica.