Anda di halaman 1dari 7

Osteoartritis pada Lanjut Usia, Gambaran Klinis dan

Penatalaksanaannya

Yono Suhendro
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
yono.2013fk002@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak: Pada masa sekarang di negara-negara yang mempunyai penduduk yang banyak
memiliki tantangan dalam meningkatkan kualitas kesehatan, terutama bagi negara yang
mempunyai populasi orang-orang yang sudah berumur tua. Salah satu permasalahnya adalah
osteoartritis. Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi yang sering diderita oleh orang yang
berusia diatas 45 tahun dan bisa bersifat kronis apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat.
Osteoartritis mencakup perubahan biokimia dan biomekanika di dalam sendi. Gambaran
osteoartritis yang paling sering adalah nyeri sendi, terutama saat bergerak atau menyanggah
tubuh. Pada penderita osteoartritis terjadi perubahan yang khas pada tangan, yaitu sering
dijumpai nodus Heberden atau pembesaran tulang pada sendi interfalangs distal. Selain itu
juga terlihat perubahan yang khas pada tulang vertebra yang menjadi nyeri, kaku, dan rentang
gerakan menjadi terbatas. Untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan
radiografik sehingga akan ditemukan gambaran khas osteoartritis berupa penyempitan ruang
sendi. Terapi pada osteoartritis bisa dilakukan dengan cara terapi non farmakologis, terapi
farmakologis maupun terapi bedah. Namun, pengobatan osteoartritis itu sendiri umumnya
lebih simptomatik, seperti pengendalian faktor risiko, latihan, intervensi fisioterapi dan lain
sebagainya.
Kata kunci: Osteoartritis, lanjut usia, penatalaksanaan.
Abstrack: These days, the densely populated countries are struggling to improve their
medical qualities, especially for the countries that have a high population of elderly
citizen.One of the health problem faced by them is osteoarthritis. Osteoarthritis is a medical
condition that affect the joint of people above 45 years old and may become chronic if not
treated quickly and precisely.Osteoarthritis involve the changes in biochemical and
biomechanical aspect in the joints.The most common symptoms for osteoarthritis is joint
pain, especially while moving or supporting some parts of the body. Among the patients
1

diagnosed with osteoarthritis, there is a typical changes that occur at their hands,
called nodus Heberden or enlargement of the bones at their distal interphalanges joint.
Besides that, the vertebrae also become stiff and painful, and their movements become
restricted. To confirm the diagnosis, radiographs are used to determine whether there is a
narrowing of the intraarticular space.Treatment of osteoarthritis can be done in two ways,via
medication or via surgery.But the treatment for osteoarthritis is commonly more
symptomatics, like decreasing the risk factor, interventive physiotherapy and others.
Key words: Osteoarthritis, elderly, management.

Pendahuluan
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangkan kaki paling sering
terkena OA. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5%
pada pria dan 12.7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu
melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang
lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat menggangu mobilitas pasien.
Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik progresif, OA mempunyai
dampak sosio-ekonomik yang besar baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diperkirakan satu sampai dua juta orang lanjut usia di Indonesia menderi cacat karena OA.
Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar karena semkain
banyaknya populasi yang berumur tua.1
Dewasa ini masyarakat sering menyepelekan kesehatannya dengan berbagai alasan.
Mereka cenderung tidak memperhatikan kondisi tubuhnya dan sering kali baru datang untuk
berobat setelah sudah terlambat atau dengan kata lain penyakitnya sudah parah. Sebagai
seorang calon dokter penulis sangat prihatin dengan hal itu, ditambah lagi dengan adanya
kebijakan baru dari pemerintah yang mewajibkan setiap dokter di Indonesia berusaha
melakukan tindakan preventif untuk memwujudkan Indonesia sehat.
Tujuan penulis membuat tinjauan pustaka ini agar pembaca dapat mengerti tentang
penyakit OA itu sendiri, proses terjadinya penyakit OA, pegobatannya, serta apa yang dapat
dilakukan untuk terhindar dari OA sehingga dapat mengurangi risiko menderita penyakit ini.

Osteoartritis adalah gangguan pad sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan
progresif lambat, tidakmeradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan
sendidan adanya pembentuka tulang baru pada permukaan persendian. Osteoartritis adaalah
bentuk artritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh
jumlah pasien artritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki
dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini
pernah dianggap sebgai suatu proses penuaan normal, sebab insiden bertambah dengan
meningkatnya usia. Osteoartritis dahulu diberi nama artritis yang rusak karena dipakai
2

karena sendi. Namun, menjadi aus dengan bertamabahnya usia. Tetapi, temuan-temuan yang
lebih baru dalam bidang biokima dan biomekanil telah menyanggah teori ini.2
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan
sendi. Dengan alasan-alasan yang masih belum diketahui, sintesi proteoglikan dan kolagen
meningkat tajam pada osteoartritis. Tetapi, substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan
yang lebih tinggi sehingga pembentukan tidak mengibangi kebutuhan. Sejumlah kecil
kartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter
dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi
kemudian kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Walaupun penyebab yang
sebenarnya dari osteoartritis tetap tidak diketahui, tetapi kelihatannya proses penuaan ada
hubungannya dengan perubahan-perubahan dalam fngsi kondrosit, menimbulkan perubahan
pada komposisi rawan sendi yang mengarah pada perkembangan osteoartritis.2
Faktor-faktor genetik memainkan pernaan pada beberapa bentuk osteoartritis.
Perkembangan osteoartritis sendi-sendi interfalang distal tangan (nodus Heberden)
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada perempuan. Nodus Heberden sepuluh
kali lebih sering ditemukan pada perempuan dibanding lak-laki. Hormon seks dan faktorfaktor hormonal lain juga kelihatannya berkaitan dengan perkembangan osteoartritis.
Hubungan atara estrogen dan pembentukan tulang dan prevalensi osteoartritis pada
perempuan menunjukkan bahwa hormon memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan
progresivitas penyakit ini. Sendi yang paling sering terserang oleh osteoartritis adalah sendisendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra, lumbal dan
servikal, dan sendi-sendi jari. Gambaran osteoartritis yang khas adalah lebih seringnya
keterlibatan sendi falang distal dan proksimal, sementara sendi metakarpofalangeal biasanya
tidak terserang. Pada artritis reumaotid, sendi falang proksimal dans endi metakarpal
keduanya terserang, namun sendi interfalang distal tidak terlibat.2
Osteoartritis terutama menyebabkan perubahan-perubahan biomekanika dan biokimia
di dalam perubahan biomekanika dan biokimia di dalam sendi; penyakit ini bukan suatu
gangguan perdangan. Namun, seringkali perubhan-perubahan di dalam sendi ini disertai oleh
sinovitis, menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Selain dari jenis osteoartritis uang
lazim, ada beberapa varian lain. Osteoartritis generalisasi primer berbeda dalam hal adanya
peningkatan banyaknya dan beratnya sendi-sendi yang terserang. Osteoartritis peradangan
erosif terutama menyerang sendi pada jari-jari dan berhubungan dengan episode peradangan
akut yang menimbulkan deformitas dan alkilosis. Hiperostosis alkilosis menimbulkan
penulangan vertebra. Osteoartritis sekunder terjadi sebagai konsekuensi dari beberapa
penyakit lain, seperti artritis reumatoid atau gout.2
Gambaran klinis osteoartritis umumnya berupa nyeri sendi, terutama apabila sendi bergerak
atau menanggung beban.3 Nyeri tumpul ini berkurang bila pasien beristirahat, dan bertambah
bila sendi digerakkan atau bila memikul beban tubuh. Dapat pula terjadi kekauan sendi
setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberpa lama, tetapi kekauan ini akan menghilang
setelah sendi digerakkan. Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi, biasanya hanya bertahan
selama beberapa menit, bila dibandingkan dengan kekakuan sendi di pagi hari yang
disebabkan oleh artritis reumatoid yang terjadi lebih lama. Spasme otot atau tekanan pada
saraf di daerah sendi yang terganggu adalah sumber nyeri. Gambaran lainnya adalah
3

keterbatasan dalam gerakan (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri tekan lokal,
pembesaran tulang di sekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi.4
Perubahan yang khas terjadi pada tangan. Nodus Heberden atau pembersaran tulang
sendi interfalang distas sering dijumpai. Nodus Bouchard lebih jarang, yaitu pembesaran
tulang sendi interfalangs proksimal. Perubahan yang khas juga terlihat pada tulang belakang
yang kaan menjadi nyeri, kaku, dan mengalami keterbatan dalam bergerak. Pertumbuhan
tulang yang berlebihan atau spur dapat mengiritasi radiks yang keluar dari tulang vertebra.
Hal ini akan menyebabakn terjadinya perubahan neuromuskular, seperti nyeri, kekakuan, dan
keterbatasan gerak. Ada beberapa orang yang mengeluh sakit kepala sebagai akibat langsung
dari osteoartritis pada tulang belakang bagian leher.2
Osteoartritis adalah gangguan lokal, sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus
untuk menegakkan diagnosa. Uji laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan
bentuk-bentuk artritis lainnya. Faktor reumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena faktor
ini meningkat secara normal pada peningkatan usai. Laju endap darah eritrosit mungkin akan
sedikit meningkat apabila ada sinovitis yang luas.2,4,5
Ciri khas yang sering terlihat pada gambar radiogram osteoartritis adalah penyempitan
ruang sendi. Keadaan ini terjadi karena rawan sendi menyusut. Pada sendi lutut penyempitan
ruang sendi dapat terjadi pada salah satu kompartemen saja. Selain ditemukannya
penyempitan sendi juga bisa terjadi peningkatan densitas tulang disekitar sendi. Osteofit
(spur) bisa terlihat pada aspek marginal dari sendir.2,3 Kadangkala terlihat perubahanperubahan kistik dalam berbagai ukuran. Beratnya perubahan pada sendi yang terlihat secara
radiografis dapat berhubungan dengan gejala-gejala yang ada. Bukti radiologis osteoartritis
dapat ditemukan hampir 85% pasien yang berusia diatas 75 tahun, sedangkan pasien yang
mengeluh nyeri dan kaku sendi presentasenya jauh lebih rendah. Radiogram sendi lutut yang
sedang memikul tubuh dapat memberi gambaran yang lebih baik tentang efek penyakit bila
dibandingkan dengan gambaran sendi yang tidak sedang memikul beban tubuh. Osteoartritis
bukan suatu penyakit yang simetris, sehingga pembuatan gambar radiogram sendi
kontralateral akan dapat membantu.2
Untuk penyakit dengan penyebab tidak jelas, istilah faktor risiko (faktor yang
meningkatkan risikio penyakit) adalah lebih tepat. Secara garis besar faktor risiko untuk
timbulnya osteoartritis (primer) adalah seperti ini. Harus diingat bahwa masing-masing sendi
mempunyai biomekanik, cedera dan presentase gangguan yang berbeda, sehingga peran
faktor-faktor risiko tersebut untuk masing-masing osteoartritis tertentu berbeda. Dengan
melihat faktor-faktor risiko ini, maka sebenarnya semua osteoatritis individu dapat dipandang
sebagai faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata. Faktor-faktor yang
menyebabkan beban biomekanis tak normal pada sendi-sendi tertentu. Kegemukan, faktor
genetik dan jenis kelamin adalah faktor risiko umum yang penting.1
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoartritis semkain meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoartritis hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan
sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa osteoartritis bukan akibat
ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan perubahan pada
osteoartritis. Wanita lebih sering terkan osteoartirits lutut dan lelaki lebih sering kena
osteoartrisis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun
4

frekuensi osteoartritis kurang lbeih sama pada laki-laki danwanita, tetapi di atas 50 tahun
(setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya perena hormonal pada patogenisis osteoartirits.1
Prevalensi dan ola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
di atanra masing-masing suku bangsa. Misalnya osteoartritis paha lebih jarang di antara
orang-orang kulit hitam dan Asia daripda Kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada
orang-raong Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kongenital dan
pertumbuhan. Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartirtis misalnya, ibu dari
seroang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden)
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering, daripada ibu dan anak perempuanperempuan dari wanita tanpa osteoartirtis tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II
atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan
XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatan berperan dalam timbulnya kecenderungan
familial pada osteoartritis tertentu (terutama osteoartritis banyak sendi).1
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningaktnya risiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternuata tak hanya
berkaitan dengan osteoartritits pada sendi yang menaggung beban, tetapi juga dengan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu di samping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya laotam tersebut. Peran faktor metabolik dan
hormonal pada kaitan antara osteoartritis dengan penyakit jantung koroner, diabetes melitus
dan hipertensi. Pasien-pasien osteoartirtis ternyata mempunyai risiko penyakit jantung
koroner dan hipertensi yang lebih tinggi dairpada orang-orang tanpa osteoartritis. Pekerjaan
berat maupaun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (misalnya tukang pahat,
pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan risiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi
dan olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih
tinggi. Peran beban benturan yang berualang pada timbulnya OA masih menjadi
pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menajdi predisposisi OA cedera traumatik
(misalnya robek meniskus, ketidakstabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi
selaincedera yang nyata, hasil-hasil penelitian tak menyokong pemakaian yang berlebihan
sebagai suatu faktor untuk timbullnya OA. Meskipun demikian, beban benturan berualang
dapat menajdi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi
OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan OA dan beratnya OA.1
Kelainan konginetal dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit perthes dan dislokasi
kongenital paha) telah dikaitakan dengan timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini
juga diduga berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya OA. Hal ini
mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan
beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih
muda robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan
pelari (umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis
dan OA.1 Kenali faktor-faktor pencetus, terutama keadaan-keadaan yang dapat diobati.
5

Kesulitan terbesar adalah membedakan OA dari reumatoid artritis (RA) dini bila hanya
tangan saja yang terserang, terutama karena kedua keadaan tersebut mungkin timbul
bersamaan. Walaupun jelas bahwa sendi tersebut terserang OA, tetapi kekakuan dapat juga
timbul bersamaan dengan pnyakit lainnya, misal penyakit paget, parkinson, dan penyakit
petatasis. Selain RA, gout juga dapat menjadi diagnosis banding dari OA.5
Penatalaksanaan osteoartritis haruslah bersifat multilokal dan individual. Tujuan dari
penatalaksaan adalah untuk mencegah atau menahan kerusakaan yang lebih lanjut pada sendi
tersebut, dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahankan mobilitas.
Melindungi sendi dari trauma tambahan penting untuk meperlambat perjalanan penyakit ini.
Evaluasi pola bekerja dan aktivitas sehari-hari membantu untuk menghilangkan segala
kegiatan yang mengingkatkan tegangan berat badan pada sendi yang sakit. Tongkat atau alat
pembantu berjalan dapat mengurangi berat badan yang harus ditanggung oleh sendi lutut dan
panggul secara cukup berarti. Mengurangi berat badan bila pasien memiliki badan yang
gemuk dapat sangat menurunkan beban yang harus dipikul oleh sendi lutut dan panggul.2
Fisioterapi penting untuk menghilangkan nyeri dan mempertahankan kekuatan otot
dan ROM. Pemakaian es atau air hangat pada sendi yang sakit dapat menghilangkan nyeri
untuk sementara. Latihan ROM juga dapat membantu mempertahankan ROM pada sendi
yang terlibat. Latihan-latihan isotonik sebaiknya tidak dilakukan dengan tahanan, sebab hal
ini dapat memberikan tekanan yang memberatkans sendi. Pemakaian obat-obatan dirancang
untuk mengontrol nyeri pada sendi dan untuk mengendalikan timbulnya sinovitis. Obat-obat
analgetik yang dapat dibeli bebas seperti asetamifoen, aspirin dan ibuprofen biasanya cukup
untuk menghilangkan nyeri. Aspirin dan ibuprofen memiliki keuntungan lebih dalam
mengontrol sinovitis. Obat-obat anti-inflamasi non-steroid sering dipakai untuk
menghilangkan nyeri dan mengontrol sinovitis. Efek samping obat-obat ini biasanya lebih
sering dijumpai pada pasien yang lebih tua; dalam hal ini maka pemberian obat harus
dipertingkan secara lebih hati-hati, sebab begitu banyak yang sudah tua menderita
osteoartritis.
Obat-obat antireumatik yang dapat mengubah penyakit tidak dipakai untuk mengobati
osteoartrtitis, sebab penyakit ini bukanlah penyakit sistemik. Kortikosteroid oral biasanya
tidak efektif dalam memperbaiki gejal-gejala yang timbul, dan potensi toksiknya membuat
pemakai pemakaian obat-obat ini mengandung risiko. Suntikan ke dalam sendi dapat
membantu menghilangkan sinovitis. Bila dipakai terlalu sering, obat-obat ini dapat menekan
substansi dasar kartilago dan dengan demikian meningkatkan progresivitas artritis.1,2
Penatalaksaan osteoartritis dengan cara operasi dirancang untuk membuang badanbadan yang lepas, memperbaiki jaringan penyokong yang rusak, atau untuk menggantikan
seluruh sendi. Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang menggangu
aktivitas sehari-hari.2Penggantian sendi panggul dan lutut secara total telah berhasil
mempertahankan fungsi sendi sehingga mendekati fungsi normal, pada banyak orang yang
menderita osteoartrits. Ada beberapa komplikasi penggantian sendi yang dapat terjadi dan hal
ini perlu dipertimbangkan, walaupun terdapat keuntungan yang bisa dicapai.2
Osteoartritis biasanya berjalan lambat. Problematika utama yang sering dijumpai
adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus
menanggung beban, terutama pada lutut, masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus
6

membiasakan diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi
perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga, manipulasi obatobat yang diberikan dan pemakaian alat-alat pembantu.2

Penutup
Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif pada sendi yang penyebabnya belum
diketahui secara pasti. OA terjadi pada semua jenis kelamin dan banyak diderita oleh usia 45
tahun keatas. Banyak faktor yang meningkatkan risiko penyakit OA, yaitu umur, genetik,
kegemukan, penyakit metabolik, cedera sendi, kelainan pertumbuhan dan faktor-faktor yang
lain. OA dapat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya tanda-tanda
inflamasi dan pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen. Untuk pemeriksaan laboratorium
tidak berdampak banyak untuk penegakan diagnosis OA.

Daftar Pustaka
1. Departemen Penyakit Dalam FKUI. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Joewono S,
Harry I, Handono K, Rawan B, Riyardi P, penyunting. Osteoartritis. Edisi ke-5. Jakarta:
Pusat Penerbitan Penyakit Dalam; 2009.p. 2538-48.
2. Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Dalam:
Michael AC, penyuting. Oateoartritis. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2005.p.1380-3.
3. Joyce LK. Laboratory and diagnostic test with nursing implications. Dalam: Ramona PK,
penyuting. Uji laboratorium. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2007.p.232-4,360,447.
4. Ramzi SC, Stanley LR, Vinay K. Buku ajar patologi Robbins. Dalam: Dennis KB, Vinay
K, penyuting. Sistim muskuloskeletal. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2007.p.862.
5. Imboden J, Hellmann D & Stone J. Current diagnosis & treatment, rheumatology. 2nd
ed. McGraw-Hill; 2007. H.339-43.

Anda mungkin juga menyukai