Kalbe Farma
Try Yurisandi (120110110178)
Mochammad Dzikri (120110110180)
Rizky Muharam (120110110185)
Muhammad Arif (120110110199)
Erwin Ginanjar (120110110204)
Liabilitas
Pada tahun 2012, total Liabilitas Perseroan meningkat dari Rp 1.759 miliar menjadi Rp 2.046
miliar. Peningkatan ini terutama disumbangkan oleh peningkatan liabilitas jangka pendek
yang mencapai sebesar Rp 1.892 miliar, atau mencapai 92,4% dari total liabilitas. Liabilitas
jangka panjang mencapaiRp 0,15 miliar atau 7,6% dari total liabilitas.
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas lancar meningkat sebesar 16% menjadi Rp 1.892 miliar pada tahun 2012
dibandingkan Rp 1.631 miliar pada tahun sebelumnya.
Utang Bank
Secara keseluruhan, Perseroan mencatat rasio utang terhadap ekuitas yang rendah sebesar
2,8%, cukup stabil dibandingkan 2,2% pada tahun 2011. Di tahun 2012, utang bank
meningkat 45,8% mencapai Rp 204 miliar dari Rp 140 miliar di tahun 2011. Peningkatan ini
berasal dari utang bank untuk kebutuhan modal kerja, dimana pinjaman jangka pendek dalam
mata uang Rupiah diperoleh dari PT Bank CIMB Niaga Tbk., fasilitas cerukan (overdraft)
dari PT Bank Central Asia Tbk. dan PT Bank Permata Tbk. Kredit berjangka dalam mata
uang asing diperoleh dari The Hong Kong dan Shanghai Banking Corporation Ltd. cabang
Jakarta dan PT Bank Central Asia Tbk. dalam Dolar A.S., serta pinjaman tetap dalam mata
uang Dolar Singapura dari DBS Bank.
Utang Usaha
Utang usaha timbul dari pembelian bahan baku dan barang jadi dari principal pihak ketiga di
bidang usaha distribusi. Utang usaha mengalami penurunan mencapai Rp 809 miliar di tahun
2012, menurun 4,9% dari Rp 850 miliar di tahun 2011. Rata-rata perputaran utang usaha
mengalami penurunan sebesar 16 hari, dari 57 hari tahun 2011 menjadi 41 hari pada tahun
2012.
Utang Lain-lain
Utang lain-lain terutama terdiri dari utang kepada agen periklanan dan perusahaan ekspedisi.
Utang lain-lain Perseroan pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan sebesar 43,8% dari
Rp 202 miliar pada tahun 2011 dan menjadi Rp 291 miliar pada tahun 2012.
Beban Akrual
Beban akrual terdiri dari akrual untuk biaya-biaya penjualan, royalty, rapat kerja dan biaya
lain-lain. Perseroan mencatat adanya peningkatan biaya masih harus dibayar sebesar 37,6%,
dari Rp 263 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp 362 miliar di tahun 2012. Peningkatan ini
terutama disebabkan oleh naiknya beban akrual untuk biaya promosi.
Utang Pajak
Utang pajak Perseroan meningkat 26,9% daru Rp 154 miliar di tahun 2011 menjadi Rp 196
miliar di tahun 2012, terutama akibat peningkatan taksiran utang pajak penghasilan pasal
29.
Bagian Jangka Pendek Utang Sewa Pembiayaan
Di tahun 2012, bagian jangka pendek utang sewa pembiayaan meningkat 2,9% dari Rp 0,285
miliar di tahun 2011 menjadi Rp 0,293 miliar tahun 2012.
Sewa (Lease)
Definisi menurut PSAK 30 Sewa (revisi 2011) paragraf 4, menyebutkan:
Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee
melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.
Sewa pembiayaan adalah sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat
dialihkan, dapat juga tidak dialihkan.
Sewa operasi adalah sewa selain sewa pembiayaan.
Terhitung tanggal 1 Januari 2012, Grup Kalbe Farma menerapkan PSAK No. 30 (Revisi
2011), Sewa. Revisi terhadap PSAK No. 30 ini menetapkan bahwa klasifikasi dari
setiap elemen sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi secara terpisah bagi suatu
perjanjian sewa yang mengandung elemen tanah dan bangunan.
Grup mengklasifikasikan sewa berdasarkan sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait
dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessoratau lessee, dan pada substansi transaksi
daripada bentuk kontraknya, pada tanggal pengakuan awal.
Sewa Pembiayaan sebagai Lessee
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan
secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewa.
Sewa tersebut dikapitalisasi sejak awal masa sewa sebesar nilai wajar aset sewaan atau
sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai
wajar.
Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban
keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas, sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo liabilitas.
Beban keuangan dibebankan langsung pada laba rugi.
Jika terdapat kepastian yang memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan
pada akhir masa sewa, aset pembiayaan disusutkan selama masa penggunaan aset yang
diestimasi berdasarkan umur manfaat aset tersebut. Jika tidak terdapat kepastian tersebut,
maka aset pembiayaan disusutkan selama periode yang lebih pendek antara umur
manfaat asetsewaan atau masa sewa. Laba atau rugi yang timbul dari transaksi jual dan
sewa kembali ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa sewa.
Sewa Operasi sebagai Lessee
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Dengan
demikian, pembayaran sewa diakui sebagai beban di tahun berjalan pada operasi dengan
menggunakan metode garis lurus (straight-line method) selama masa sewa.
Pada tahun 2012 ini Grup Kalbe mengalami kenaikan beban utang sewa jangka pendek, yang
dikarenakan seiring jatuh tempo dari perjanjian sewa yang dilakukan oleh Grup Kalbe itu
sendiri. Tabel di atas menampilkan bahwa Grup Kalbe harus memiliki cadangan kas yang
bersifat likuid untuk membayar hutang yang telah jatuh tempo di tahun berjalan.
Dan kenaikan utang khususnya utang sewa jangka pendek yang diderita oleh Grup Kalbe
dapat kita bandingkan dengan tahun 2011 dengan melihat tabel berikut:
Dengan melihat tabel tersebut kita dapat melihat bahwa terjadi kenaikan sebesar 2.9% pada
utang sewa pembiayaan jangka pendek, sebesar Rp0,293 miliar di tahun 2012 dari Rp0,285
miliar di tahun 2011. Yang di sebabkan oleh perjanjian sewa yang dilakukan oleh Grup
Kalbe yang sudah memasuki masa jatuh tempo pada tahun berjalan.
Meningkatnya utang sewa pembiayaan jangka pendek tentu saja berpengaruh terhadap utang
sewa pembiayaan jangka panjang yang dimiliki oleh Grup Kalbe, dan perbandingan dengan
tahun sebelumnya dapat kita lihat berikut:
Dari data tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa akun utang sewa pembiayaan yang sudah
dikurangi oleh akun utang sewa pembiayaan jangka pendek mengalami penurunan yang
drastis. Yang dimana di tahun 2012, utang sewa pembiayaan setelah dikurangi bagian jangka
pendek tercatat sebesar Rp0,08 miliar, menurun sebesar 78,5% dari sebesar Rp0,36 miliar
pada tahun 2011. Penurunan tersebut sudah kita ketahui sebelumnya terjadi karena perjanjian
sewa yang dilakukan oleh pihak Kalbe Farma sudah jatuh tempo di tahun 2012 dan juga ada
beberapa sewa yang dilakukan sudah memasuki masa akhir pemanfaatan dari sewa-nya
tersebut.
Commitment
2011
Pada 30 april 2011 Saka melakukan perjanjian kerjasama toll manufacturing (out)
dan toll manufacturing (in) dengan PT Mersifarma Tirmaku Mercusuana. Biaya toll
manufacturing ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Pada tanggal 24 mei Saka melakukan perjanjian kerjasama toll manufacturing (out)
dan toll manufacturing (in) dengan PT Rama Emerald Multi Sukses. Biaya toll
manufacturing ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
2012
Kalbe Farma mempunya perjanjian atas sewa dimana pihak Kalbe Farma sebagai lesse untuk
beberapa sewa outlet dan gudang, dan mengadakan perjanjian kerjasama toll manufacturing
(out).
Contingency
2011
Grup tertentu membeli polis asuransi dari PT Asuransi Mitra Maparya (AMM)
dengan total keseluruhan nilai pertanggungan asuransi sejumlah Rp3.278 miliar,
US$42,2 juta, SGD108 ribu dan JPY750 ribu pada tanggal 31 Desember 2011.
Persediaan telah diasuransikan terhadap risiko kerugian akibat kebakaran, kebanjiran
dan risiko lainnya berdasarkan suatu paket polis tertentu dengan nilai keseluruhan
pertanggungan sejumlah Rp1.985 miliar pada tanggal 31 Desember 2011, yang
berdasarkan pendapat manajemen Grup adalah cukup untuk menutup kemungkinan
kerugian atas persediaan terhadap risiko yang dipertanggungkan.
2012
hasil
penelaahan yang dilakukan Grup atas perjanjian sewa outlet dan gudang yang ada
saat ini, maka transaksi sewa tersebut diklasifikasikan sebagai sewa operasi.
Aksi Korporasi
Untuk mendorong perkembangan usaha dan mengoptimalkan nilai bagi pemegang saham,
selama tahun 2012, Kalbe telah melakukan sejumlah aksi korporasi diantaranya :
CALK
Pada tanggal 28 Juni 2012, Perusahaan menandatangani perjanjian joint venture
dengan pihak ketiga untuk membentuk perusahaan joint venture di Indonesia dengan
persentase pemilikan sebesar 51%. Perusahaan joint venture tersebut didirikan pada tanggal
12 September 2012 dengan nama PT Kalbe Milko Indonesia (KAMI) berdasarkan Akta
Notaris Petrus Suandi Halim, S.H., No. 15. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.
AHU-49041.AH.01.01.Tahun 2012 tanggal 17 September 2012. Perusahaan memiliki kendali
atas Dewan Direksi dan pengaruh untuk mengatur dan menentukan kebijakan keuangan dan
operasional KAMI. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, uang muka setoran modal
yang telah disetor Perusahaan sebesar Rp1,53 miliar disajikan pada akun Aset Lancar
Lainnya dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.
Transaksi tahun 2011
Pada bulan Desember 2009, KI menandatangani perjanjian joint venture dengan pihak ketiga
untuk membentuk perusahaan joint venture di Filipina dengan persentase pemilikan sebesar
50%. Perusahaan joint venture tersebut didirikan pada bulan Januari 2010 dengan nama
AKPI. KI memiliki kendali atas Dewan Direksi dan pengaruh untuk mengatur dan
menentukan kebijakan keuangan dan operasional AKPI.
Ekuitas
Ekuitas Perseroan meningkat sebesar 13,1% mencapai Rp7.372 miliar dari Rp6.515
miliar di tahun 2011. Peningkatan tersebut terutama disumbangkan oleh akumulasi saldo laba
yang mencapai sebesar Rp7.251 miliar di tahun 2012 dari Rp6.407 miliar tahun 2011, atau
meningkat sebesar 13,2%. Sehubungan dengan program pembelian kembali saham, jumlah
saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dikurangi porsi yang dijual pada tahun 2010
mencapai sebanyak 3.904.950.000 saham (setelah pemecahan nilai nominal saham) dengan
nilai perolehan sebesar Rp687 miliar.
Pada tahun 2012, Perseroan meningkatkan pembayaran dividen tunai atas laba tahun
2011 menjadi Rp95 per lembar saham, naik dari Rp70 per lembar saham. Hal ini
menunjukkan rasio pembayaran dividen sebesar 60%, lebih tinggi dari kebijakan dividen
Perseroan sebesar 50% yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
Kebijakan Dividen
Kalbe memiliki komitmen untuk membagikan dividen tunai setiap tahun dalam
rangka meningkatkan nilai bagi pemegang saham yang dilakukan dengan mempertimbangkan
laba yang diperoleh, kondisi keuangan Perseroan, kewajiban pembentukan dana cadangan
sesuai dengan peraturan yang berlaku serta rencana perluasan usaha Perseroan. Kebijakan
dividen Perseroan adalah untuk membagikan paling sedikit 50% dari labanya.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tanggal 23 Mei 2012,
Perseroan memutuskan untuk membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham
sebesar Rp95 per saham (sebelum pemecahan nilai nominal saham), tidak termasuk saham
yang telah dibeli kembali oleh Perseroan, atau sejumlah Rp891 miliar yang dibayarkan pada
tanggal 17 Juli 2012. Pada tahun 2012, rasio pembagian dividen mencapai 60% seiring
keputusan Perseroan untuk membagikan dividen khusus sejalan dengan saldo kas Perseroan
yang kuat. Pada tahun 2011, Perseroan membagikan dividen sebesar Rp70 per lembar saham
atau setara dengan Rp656 miliar.
Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum
Berdasarkan persetujuan RUPS EPMT pada tanggal 2 Maret 2011, EPMT melakukan
Penawaran Umum Terbatas I kepada para pemegang saham dalam rangka penerbitan hak
memesan efek terlebih dahulu sejumlah 428.640.000 saham dengan nilai nominal Rp50 per
saham. Total perolehan dana tercatat sebesar Rp300 miliar, atau sebesar Rp298 miliar setelah
dikurangi biaya penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu. Dana yang diperoleh
direncanakan akan digunakan untuk membiayai pembangunan Pusat Distribusi Regional,
pembelian tanah, peremajaan cabang, dan pembaharuan struktur teknologi informasi. Sampai
dengan 31 Desember 2011, saldo dana tercatat sebesar Rp260 miliar.
Sepanjang tahun 2012, EPMT melanjutkan rencana perluasan usahanya melalui upaya
peremajaan cabang, pembelian tanah dan pembaharuan Teknologi Informasi (TI). Per 31
Desember, 2012 saldo dana dari penerbitan saham dengan hak memesan dahulu adalah
sebesar Rp160 miliar.
Volume
Volume
Daftar Pustaka
-Financial Statements Analysis 10e,by Mc Graw Hill
-Annual Report PT Kalbe Farma thn 2011 dan 2012