Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan Hasil

Pada mencit kelompok 1, diberikan fenobaribital dan PGA secara peroral pada
menit ke 0 dan pilokarpin pada menit ke 45 secara subkutan. Setelah diamati setiap 5
menit selama 25 menit kertas saring berubah warna menjadi biru yang menunjukkan
bahwa mencit pada kelompok 1 ini mengelurkan saliva dengan diameter rata-rata
sebesar 10,4 cm. Hal ini sesuai dengan literature, karena pada mencit kelompok ini
diberikan pilokarpin (zat kolinergik) secara subkutan yang dapat menyebabkan efek
salivasi dengan cepat. Pemberian pilokarpin secara subkutan menimbulkan efek yang
cepat karena subkutan langsung masuk ke pembuluh darah sehingga cepat
mempengaruhi sistem syaraf otonom (sebagai zat kolinergik) yaitu terjadi
peningkatan sekresi saliva. Pada kelompok 1 juga tidak diberikan atropine (zat
antikolinergik) yang dapat menginhibisi sekresi saliva.
Pada mencit kelompok 2, diberikan fenobarbital dan atropine secara peroral
pada menit ke-0 dan pemberian pilokarpin secara subkutan pada menit ke-45. Setelah
diamati setiap 5 menit selama 25 menit pada mencit kelompok 2 ini terjadi
pengeluaran saliva dengan diameter rata-rata 1 cm. Pengeluaran saliva pada
kelompok 2 ini tidak terlalu banyak, hal ini disebabkan oleh pemberian atropine
secara peroral dan pemberian pilokarpin secara subkutan. Pemberian pilokarpin
secara subkutan menyebabkan efek salivasi berlangsung dalam waktu yang cepat,
akan tetapi saliva yang dikeluarkan tidak banyak karena pada kelompok mencit ini
sebelumnya telah diberikan atropine secara peroral yang dapat menghambat kerja dari
pilokarpin sebagai perangsang salivasi. Pemberian atropine secara peroral dapat
memberikan efek inhibisi terhadap pengeluaran saliva, akan tetapi pemberian secara
peroral menyebabkan efeknya terjadi dalam waktu yang cukup lama setelah
pemberian, hal ini disebabkan karena obat yang diberikan secara peroral akan
mengalami proses adsorpsi, distribusi dan metabolisme sebelum menimbulkan efek.

Pada mencit kelompok 3, diberikan fenobarbital secara peroral pada menit ke


0 dan atropin secara subkutan pada menit ke 15 setelah itu diberikan pilokarpin secara
subkutan pada menit ke 45. Setelah diamati setiap 5 menit selama 25 menit pada
mencit kelompok 3 ini terjadi pengeluaran saliva dengan diameter rata-rata hanya 0,3
cm. Hal tersebut disebabkan karena pemberian atropin secara subkutan. Pemberian
pilokarpin secara subkutan dapat memberikan efek salivasi dalam waktu yang cepat,
akan tetapi efek tersebut dapat segera dihambat oleh pemberian atropin secara
subkutan yang dapat membuat efek atropin sebagai obat antikolinergik lebih cepat
karena langsung masuk ke pembuluh darah, tidak seperti proses pemberian atropin
secara peroral pada mencit kelompok 2. Karena efek dari atropin yang lebih kuat
menyebabkan sekresi air liur lebih sedikit meskipun telah ditambahkan pilokarpin
yang merangsang sekresi saliva.
Secara teknis penyerapan zat aktif melalui cara subkutan lebih cepat dan baik
karena tidak harus melalui sistem metabolisme tubuh seperti halnya pada cara
pemberian peroral. Konsentrasi obat menjadi tidak tepat jika mengalami metabolisme
terlebih dahulu karena sebagian ada yang disimpan didepo jaringan, sebagian lagi
diekskresikan. Dengan demikian pemberian obat secara subkutan memiliki efek yang
lebih baik daripada peroral. Pada pemberian rute peroral obat mengalami proses
adsorpsi, distribusi, metabolisme yang membutuhkan waktu. Sedangkan pemberian
subkutan tidak membutuhkan waktu yang sama dengan peroral, oleh karena itu waktu
pemberian obat pada praktikum ini tidak sama. Kesalahan dalam penyuntikan dapat
menyebabkan ketidaktepatan distribusi zat aktif sehingga tidak memberikan efek
farmakologis yang diinginkan. Kesalahan memasukan obat secara oral pun dapat
menjadi faktor ketidaksesuaian hasil percobaan.
Persen inhibisi peroral (P.O) yang didapat dari percobaan adalah 90,37
% lebih kecil dari persen inhibisi subkutan (S.C) yaitu 97,3%. Persen inhibisi peroral
lebih kecil karena ketidaktepatan konsentrasi obat yang dapat menyebabkan efek. Hal

tersebut terjadi karena obat mengalami metabolisme terlebih dahulu sehingga


sebagian ada yang disimpan didepo jaringan dan sebagian lagi diekskresikan.
Setelah dilakukan perhitungan % inhibisi maka perhitungan diplotkan dalam
grafik garis dan batang. Dari grafik garis dapat disimpulkan bahwa penggunaan
atropin secara subkutan lebih efektif dibandingkan dengan pemberian atropin secara
peroral. Dari grafik batang dapat disimpulkan bahwa penggunaan atropin secara
subkutan dapat membuat efek yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
atropin secara oral. Kelompok kontrol negatif tentu memiliki efek dari pilokarpin
yang paling besar, karena pada pengujian kelompok kontrol negatif mencit tidak
diberikan atropin sebagai penginhibisi.

Anda mungkin juga menyukai