Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa.
Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh
sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/
orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai
sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang
cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu
ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku
kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku
kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan
keperawatan ini dapat dituangkanmenjadi pendekatan proses keperawatan.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan,
paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada
masyarakat umum terdapat 0,2 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di
Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa
(Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta
penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data
Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang
(WHO, 2006).
B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Agar setiap mahasiswa dapat memahami, menjelaskan Asuhan Keperawatan jiwa pada
klien dengan prilaku kekerasan.

Tujuan Khusus

1. Diharapkan mahasiswa/I dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang keperawatan


1

jiwa pada klien dengan prilaku kekerasan dari pengertian, etiologi, hingga dapat membuat

C. Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Prilaku Kekerasan.
D. Metode Penulisan
Metode ini menggunakan metode deskripsi dimana penulis mendapatkan data dan
informasi melalui studi kepustakaaan dan metode observasi melalui sumber internet.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari

A. Latar Belakang
B.

Tujuan Penulisan

C.

Ruang Lingkup Penulisan

D. Metode Penulisan
E.

Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan teori terdiri dari
1.

Masalah Utama

2.

Proses Terjadinya

A.Pengertian
B.Penyebab
C.Akibat
3.

Pohon Masalah

4.

Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

5.

Diagnosa Keperawatan

6.

Rencana Tindakan Keperawatan

Bab III Tinjauan Kasus


Askep pada klien perilaku kekerasan
Bab IV Penutup terdiri dari :
A. Kesimpulan
B. Saran
2

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung
dan konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang
lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau purapura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan
interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada
dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal
sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat
(Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan
adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol
diri atau kendali diri.
Tanda dan gejala :
-

Muka merah dan tegang

Pandangan tajam

Mengatupkan rahang dengan kuat

Mengepalkan tangan

Jalan mondar-mandir

Bicara kasar

Suara tinggi, menjerit atau berteriak

Mengancam secara verbal atau fisik


3

Melempar atau memukul benda atua orang lain

Merusak barang atau benda

Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku kekerasan

B. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
-

Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

C. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku
kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan
melalui pengkajian meliputi :
-

Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah


yang diserasakan oleh klien.

Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas
makanan, memukul jika tidak senang.

3. Pohon Masalah
4

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain


dan lingkungan
Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah


4. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan / amuk
c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
d. Koping Individu Tidak Efektif
b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
-

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika


sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :
-

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,


memukul diri sendiri/orang lain.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perilaku kekerasan / amuk


Data Subyektif :
-

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika


sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif ;
5

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah


Data subyektif:
-

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.

Data obyektif:
-

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

5. Diagnosa Keperawatan
A. Resiko Perilaku kekerasan
B. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko Perilaku Kekerasan
TujuanUmum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1.

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama


perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

1.2.

Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

1.3.

Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


Tindakan:
2.1.

Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

2.2.

Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

2.3.

Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan


sikap tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Tindakan :
4.1.

Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat


jengkel/kesal.

4.2.

Observasi tanda perilaku kekerasan.

4.3.

Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


Tindakan:
4.1.

Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

4.2.

Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa


dilakukan.

4.3.

Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.


Tindakan:
5.1.

Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

5.2.

Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

5.3.

Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.


Tindakan :
6.1.

Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

6.2.

Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
6.4 Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1.

Bantu memilih cara yang paling tepat.

7.2.

Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

7.3.

Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.


7

7.4.

Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.

7.5.

Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.


Tindakan :
8.1.

Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan


keluarga.

8.2.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).


Tindakan:
9.1.

Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping).

9.2.

Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).

9.3.

Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang


dirasakan.

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1.

Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan:
1.4.

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama


perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

1.5.

Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

1.6.

Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan


aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
8

3.

Klien mampu menilai kemampuan yang dapat


digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4.

Klien dapat merencanakan kegiatan yang


bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1.

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari


sesuai kemampuan.

4.2.

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

4.3.

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5.

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi


dan kemampuan
Tindakan :
5.1.

Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5.2.

Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3.

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6.

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung


yang ada
Tindakan :

6.1

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

6.2

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

6.3

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

6.4

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa II

: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan umum :
-

Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :
-

Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya

Pasien mampu mengungkapkan perasaannya


9

Pasien mampu meningkatkan harga dirinya

Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik

Tindakan :
-

Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang laain dan
lingkungan

Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :


o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan

Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :


o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian
masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

BAB IV
PENUTUP
10

A. Kesimpulan
PK (perilaku kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
memebahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk
dan gaduh gelisah yang tak terkontrol. Perilaku kekerasan juga bisa dicegah dengan berbagai
cara, seperti adanya simulasi persepsi.
B.

Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan jiwa penting sekali
memahami beberapa tanda dan gejala mengenai perilaku kekerasaan, agar ke depan nya perilaku
kekerasaan dapat dikurangi dengan diadakannya cara-cara untuk meredam perilaku kekerasaan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung,
2000

11

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3.
Jakarta: EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai