Anda di halaman 1dari 31

DISAIN ELEMEN STRUKTUR

BETON BERTULANG

I. PENDAHULUAN
Konstruksi Beton Bertulang : merupakan gabungan (kombinasi) dari
material beton dan material baja tulangan, yang bersama-sama memikul
beban-beban yang bekerja pada struktur.
Elemen-elemen struktur pada konstruksi beton bertulang :

BALOK

KOLOM

SISTEM PELAT

PONDASI

Langkah/proses analisis dan disain struktur bangunan yang umum


dilakukan :

Pemodelan sistem struktur untuk analisis struktur


Preliminary disain/disain awal dimensi elemen struktur
Penetapan beban-beban yang bekerja dan kombinasi
pembebanannya
Analisis struktur untuk menentukan gaya-gaya dalam yang
bekerja pada setiap elemen struktur
Analisis dan disain dari setiap elemen struktur sesuai dengan
kriteria disain yang diinginankan

Tujuan dari disain struktur :


Struktur harus dapat berfungsi dengan baik pada kondisi beban-beban yang
bekerja selama masa layannya dan mempunyai nilai ekonomis yang bersaing,
yang meliputi :

Daya layan yang baik : defleksi dan deformasi tidak terlalu besar ( <
deformasi ijin)
Kekuatan yang cukup : struktur mampu menahan beban puncak
(maksimum) selama usia bangunan. Struktur harus mempunyai perilaku
daktail dalam memikul beban-beban luar, terutama untuk struktur yang
direncanakan memikul beban gempa kuat.
Fungsi : unsur estetika dan pemanfaatan bangunan harus dipenuhi
Ekonomis : biaya konstruksi yang meliputi biaya struktur dan pondasi,
arsitektur/finishing, elektrikal & mekanikal, plumbing, dll, dilakukan seekonomis mungkin tanpa mengabaikan aspek-aspek teknis maupun
spesikasi yang disayaratkan.

II. Kriteria Disain & Pembebanan, Faktor Beban


Kriteria Disain
Analisis maupun disain yang dilakukan harus sesuai dengan ketentuanketentuan yang ada dalam peraturan beton yang berlaku (SNI-1991).
Secara garis besar struktur bangunan harus memenuhi kriteria berikut :
Kuat (aman)
Kaku
Stabil
Keamanan Struktur
Struktur harus aman (kuat) terhadap beban atau efek beban yang bekerja
selama masa layan (penggunaan) bangunan, seperti :

beban mati

beban hidup

beban gempa

beban angin, dll.


Bila intensitas dan efek beban yang bekerja pada struktur diketahui dengan
pasti, maka struktur dapat di-disain aman dengan cara memberikan
kapasitas kekuatan yang sedikit lebih besar daripada efek beban. Tetapi
intensitas beban yang bekerja tsb sangat sulit ditentukan dengan pasti
(adanya ketidakpastian), spt : menetapkan besarnya beban hidup atau
beban gempa yang bekerja.
Ketidakpastian juga terjadi dalam hal menentukan kekuatan elemen dari
struktur yang menahan beban tsb, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal
spt :

mutu material beton yang tidak seragam,

pelaksanaan yang kurang baik,

variasi dari elemen-elemen struktur.


Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian diatas digunakanlah faktor
keamanan atau angka keamanan (safety factor), dengan kekuatan struktur
dibuat sama atau lebih besar dari perkalian antara angka keamanan dengan
beban kerja. Angka keamanan ini digunakan untuk menjamin bahwa
kapasitas struktur selalu lebih besar daripada beban yang bekerja.
Faktor Keamanan dalam SNI-1991 terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu :

faktor keamanan untuk beban (faktor beban) yang bekerja

faktor reduksi kekuatan dari elemen struktur


Pembebanan pada STRUKTUR :
Beban yang bekerja pada struktur dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian :
beban mati (D = dead load)
beban hidup (L = live load)
beban akibat pengaruh alam (beban angin, W; beban gempa, E)

Beban mati (D) :


merupakan beban yang intensitasnya tetap dan posisinya tidak berubah
selama usia bangunan, yang berupa berat sendiri dari suatu bangunan, spt :
berat dinding, lantai, balok-balok, plafond, dlsb. Beban mati dari bangunan
ini dapat dihitung secara akurat berdasarkan ukuran, bentuk dan berat jenis
materialnya.
Beban hidup (L) :
merupakan beban yang dapat berpindah tempat, dapat bekerja penuh atau
tidak ada sama sekali, spt : beban hunian, furniture, lalu lintas orang, lalu
lintas kendaraan (pada jembatan).
Besarnya beban hidup minimum yang bekerja pada struktur dapat diambil
pada peraturan yang ada (NI 18 ; Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung)
Contoh :
lantai dan tangga rumah tinggal
: 200 kg/m 2
lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restoran,
hotel dan asrama
: 250kg/m 2
lantai

ruang olahraga
lantai ruang dansa
tangga, bordes tangga

: 400 kg/m2
: 500 kg/m 2
: 300 kg/m2

Beban Akibat Pengaruh Alam


Berupa : beban angin, beban gempa, beban tekanan tanah atau air, serta
beban akibat perbedaan suhu. Besarnya beban-beban ini tergantung dari
lokasi dari bangunan, spt : daerah rawan gempa (tergantung daerah
gempa), daerah pantai dlsb.
a. Beban Angin (W = wind load)
Besarnya beban angin minimum adalah 25 kg/m2 (kondisi umum) dan untuk
daerah pantai adalah 40 kg/m2, kecuali bila terjadi kecepatan angin yang
menimbulkan tekanan lebih besar lagi.
Tekanan tiup angin dapat dihitung sbb :
P V 2 / 16

[ kg/m2]
dimana : V = kecepatan angin, [ m/detik]

b. Beban Gempa (E = Earthquake)


Beban gempa disebabkan oleh terjadinya gempa bumi (tektonik atau
vulkanik). Akibat gempa bumi akan terjadi percepatan tanah (ground
acceleration), yang menimbulkan gaya inersia internal dengan arah
horizontal. Besarnya gaya inersia horizontal ini tergantung dari : massa
bangunan, tinggi bangunan, intensitas gerakan tanah, interaksi struktur thd
tanah, dll.
Ada 3 (tiga) metoda yang dapat digunakan untuk analisa struktur akibat
beban gempa :
Metoda Statik Ekivalen
Metoda Spektrum Respons
Metoda Riwayat Waktu
(lihat : Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung, 1983).
Faktor Beban :
Suatu struktur dapat dikatakan aman (kuat), apabila kapasitas kekuatan
(kuat rencana) lebih besar daripada berbagai kombinasi efek beban yang
bekerja.
Kuat rencana (design strength) : merupakan besarnya kuat nominal
dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan () yang lebih kecil dari 1.
Kuat nominal : merupakan kekuatan maksimum teoritis bahan.
Kuat perlu :
merupakan kekuatan suatu komponen struktur yang
diperlukan untuk menahan beban terfaktor dengan berbagai kombinasi efek
beban.
Apabila kuat rencana kuat perlu struktur kuat (aman)
Kuat perlu, dari suatu struktur harus dihitung dengan beberapa kombinasi
beban (U) yang mungkin bekerja pada struktur tersebut.
1. Untuk kondisi beban mati (D) dan beban hidup (L) :
U = 1,2D + 1,6 L
( Catt : angka 1,2 dan 1,6 . disebut dengan faktor beban )
2. Bila beban angin W turut diperhitungkan, maka pengaruh kombinasi
beban D, L, dan W, harus dipilih untuk menentukan nilai U terbesar :
U = 0,75(1,2D + 1,5L + 1,6W)
Dengan beban hidup yang kosong turut pula diperhitungkan untuk
mengantipasi kondisi paling berbahaya, sehingga :
U = 0,9D + 1,3W
3. Bila beban gempa E, ikut diperhitungkan :
U = 1,05(D + Lr + E) atau U = 0,9 (D E)
dimana : beban hidup yang telah direduksi

4. Bila tekanan tanah horizontal H turut diperhitungkan, U minimum harus


sama dengan :
U = 1,2D + 1,6L + 1,6H
Untuk keadaan yang pengaruh D dan L mengurangi efek dari H, nilai
maksimum U ditentukan sbb :
U = 0,9D + 1,6H
5. Bila pengaruh struktural T seperti akibat perbedaan penurunan,
rangkak, susut atau perubahan suhu, turut diperhitungkan, maka U
harus diambil sbb :
U = 0,75(1,2D + 1,2T + 1,6L), dengan nilai U harus lebih
besar dari :
U = 1,2 (D + T)
Faktor reduksi kekuatan ( ) :
Digunakan untuk memberikan keamanan tertentu pada struktur/elemen
struktur, untuk menjaga apabila dimensi elemen struktur, kualitas
material maupun kualitas pengerjaan struktur agak berbeda dengan
asumsi yang diambil dalam perencanaan.
Besarnya faktor reduksi () kekuatan menurut SNI-1991, adalah sbb :
Untuk lentur, tanpa gaya aksial
= 0,80
Untuk aksial tarik, dan aksial tarik dengan lentur
= 0,80
Untuk aksial tekan, dan aksial tekan dengan
lentur
= 0,70
dengan tulangan spiral
= 0,65
dengan tulangan sengkang ikat
= 0,70
Untuk Tumpuan pada beton

III. CONTOH DISAIN STRUKTUR


1. DATA TEKNIS STRUKTUR DAN SPESIFIKASI
Jenis Struktur
Jumlah Lantai
Mutu Beton
Mutu Baja
Fungsi Bangunan
Tinggi Kolom :
Basement
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
Lantai 4

: Beton Bertulang
: 4 lantai dan 1 basement
: fc = 25 MPa
: fy = 390 MPa (U-39) untuk D >13 mm
fy = 240 MPa (U-24) untuk D <13 mm
: Gedung Perkantoran
: 3,50 m
: 3,70 m
: 3,70 m
: 3,70 m
: 3,70 m

Peraturan yang digunakan dalam disain :


1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SK SNI T-15-1991-03).
2. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung
(SK BI-1.3.53.1987)
3. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983

2. PERENCANAAN AWAL DIMENSI STRUKTUR


1. Balok Induk ( Balok Utama)
Untuk balok induk lantai 1 direncanakan berukuran 300/600:
Cek ukuran balok :
l
h
..l = 7200 mm
16
7200
h
.h > 450 mm
16
Ketentuan ini berlaku untuk fy = 400 MPa, sedangkan untuk fy = 390 MPa (SK- SNI
T-15-1991) dikali dengan faktor (0,4 + fy/700).
h > 450 . (0,4 + 390/700) .h > 430,7 mm
lebar badan balok = bw = 2/3 h = 2/3 . 430,7 = 287,14 mm
Jadi ukuran balok 300/600 ( memenuhi syarat )
Untuk balok induk lantai 2 sampai atap direncanakan berukuran 300/600
2. Balok Anak
Untuk balok anak direncanakan berukuran 200/400
l
6150
Tebal balok = h
. h
, h > 292,86 mm
21
21
Untuk fy (390 MPa) = h > 292,86 mm (0,4 + 390/700)
h > 280,31 mm 300 mm
Lebar balok anak (bw) = 2/3 h = 2/3 .300 = 200 mm
Jadi ukuran balok anak 200/400 (memenuhi syarat )

3. Dimensi Kolom
Untuk kolom direncanakan berukuran 400/600 :
1
b
.L
..l = 4000 mm
10
4000
b
.b > 400 mm
10
Jadi ukuran kolom 400/600 ...... (memenuhi syarat )
4. Dimensi Pelat
Direncanakan :
Balok Induk Arah Y
Balok Induk Arah X
Balok Anak

: 300 / 600
: 300 / 600
: 200 / 400

1. Pemeriksaan tebal pelat berdasarkan bentang bersih balok :


lnx = 375 ( 30/2 ) ( 20/2 ) = 350 cm
lny = 615 2 ( 30/2 )
= 585 cm
lnx < lny
2. Untuk perhitungan dipakai lnx = ln = 350 cm
3. Nilai banding panjang terhadap lebar bentang bersih ( ) = 0,6
4. Pemeriksaan lendutan menggunakan persamaan :

0,8 (f y /1500)
36 5( m 0,12(1 (1/ )))

x ln

Untuk menentukan besarnya m maka dicari dulu tebal minimum dan tebal maksimum
dari pelat :
0,8 (f y /1500)
h min
x ln
36 9
0,8 ( 240 / 1500)

x 350
36 9 (0,6)
= 8,12 cm

0,8 (f y /1500)

h min

x ln
36
0,8 ( 240 / 1500)
x 350
36
= 9,33 cm

Berdasarkan penampang pada tulangan pelat dengan balok, dimana balok tersebut
berada, sesuai dengan SK SNI T 15 1991 03 pasal 3-6-2 ayat 4, lebar efektif
( be ) diperhitungkan, maka diambil tebal pelat 12 cm.

Cek tebal Pelat :


1). h

ln 0,8 f y /1500

36 5 m 0,12 1 1/

350 0,8 240 / 1500


36 5 0,6 20,73 0,121 1 / 0,6

h 3,406 12 3,406......Ok.
2). h

ln 0,8 f y /1500

36 9
345 0,8 240 / 1500
h

36 9(0,6)

h8
12 8

ok!

Dipakai tebal pelat : 12 cm


Untuk lantai atap dipakai tebal plat 10 cm.
Tabel 1. Dimensi Elemen Struktur
Lantai
Dimensi
Dimensi
Kolom (mm)
B. Induk (mm)
1
400 x 600
300 x 600
2
400 x 600
300 x 600
3
400 x 600
300 x 600
4
400 x 600
300 x 600
atap
400 x 600
300 x 600

Dimensi
B. Anak (mm)
200 x 400
200 x 400
200 x 400
200 x 400
200 x 400

Dimensi
Pelat (mm)
120
120
120
120
100

3. PEMBEBANAN PADA BANGUNAN


Pembebanan yang diperhitungkan adalah beban vertikal dan beban horizontal. Beban
vertikal berupa beban hidup dan beban mati sedangkan beban horizontal adalah
beban gempa dan beban angin.
3.1.BEBAN VERTIKAL
Beban hidup yang dipikul oleh struktur menurut Peraturan Pembebanan Indonesia
untuk Gedung 1983, yaitu :
1.
Beban hidup air hujan
:
40 Kg/m 2
2.
Beban hidup pada lantai gedung
: 250 Kg/m 2
3.
Beban hidup atap
: 100 Kg/m 2
Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Berat beton bertulang


Pasangan dinding tembok bata
Spesi per cm tebal
Keramik
Plafond
Penggantung plafond
Instalasi listrik & Plumbing
Water proofing per cm tebal

: 2400 Kg/m3
: 250 Kg/m2
:
21 Kg/m2
:
24 Kg/m2
:
11 Kg/m2
:
7 Kg/m2
:
15 Kg/m2
:
15 Kg/m2

9. Baja INP 20
10. Atap genteng seng
11. Kayu

:
:
:

26,3 Kg/m
7 kg/m2
660 kg/m3

1. Beban Vertikal
a. Pelat Lantai atap (atap dak beton)
Beban mati
Plafon + penggantung
= 18 kg/m2
Water proofing
= 15 kg/m2
Instalasi listrik & Plumbing
= 15 kg/m+2
q1 = 48 kg/m2
Beban hidup
Qh atap
= 100 kg/m2
Qh hujan
= 40 kg/m+2
q2 = 140 kg/m2 x 0,75 = 105 kg/m2
Pasangan dinding 1/2 bata = (1,9 + 1)m x 250 kg/m2
= 725 kg/m
Beban ditransfer pada balok.
Untuk jendela/kusen dan pintu dianggap tidak ada (beratnya sama dengan berat
dinding).
b. Pelat Lantai 1 4
Beban mati
Spesi tebal 3 cm
= 3cm x 21 kg/m2/cm
Ubin tebal 2 cm
= 2cm x 24 kg/m2/cm
Plafon + penggantung
Instalasi listrik & Plumbing

= 63 kg/m2
= 48 kg/m2
= 18 kg/m2
2
= 15 kg/m+
= 432 kg/m2

q1
Beban hidup
Qh lantai = q2 = 250 kg/m2 x 0,75 = 187,5 kg/m2
Dinding bata
Pasangan dinding 1/2 bata = 3,8 m x 250 kg/m2 = 950 kg/m

3.2. BEBAN GEMPA


Pembebanan gempa pada struktur dianalisis dengan menggunakan pendekatan
analisis gempa statik ekivalen. Analisis gempa statik ekivalen merupakan suatu cara
analisis statik struktur, dimana pengaruh beban gempa pada struktur dianggap sebagai
beban-beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa sesungguhnya akibat
pergerakan tanah. Dasar dari penggunaan metoda ini dijabarkan sebagai berikut :
1. Gedung-gedung dengan tinggi kurang dari 40,0 m ( H < 40,0 m )
2. Gedung-gedung dengan bentuk struktur yang beraturan
3. Gedung-gedung dengan loncatan bidang muka yang tidak besar
4. Gedung-gedung dengan kekakuan tingkat yang seragam
5. Gedung-gedung yang mempunyai bentuk, ukuran dan penggunaan yang dapat
berlaku umum.
Prosedur perhitungan dalam analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung berat total bangunan (Wt), yang terdiri dari seluruh beban mati
( a.l : berat pelat, balok, kolom, dinding, partisi, plafon, spesi dan tegel) dan
beban hidup yang telah direduksi. Berat masing-masing bagian bangunan ini
dihitung dengan mengalikan berat sendiri bagian bangunan tsb dengan
volumenya.

2. Menghitung waktu getar alami (T), pada arah yang ditinjau (Tx dan Ty), dihitung
dengan menggunakan rumus empiris yang diberikan berdasarkan jenis struktur
yang digunakan. Untuk struktur gedung beton bertulang :
T = 0,06 H3/4 ; dengan H merupakan tinggi gedung.
T = 0,06 (23) 3/4 = 0,063
3. Menentukan koefisien gempa dasar (C), yang ditentukan berdasarkan wilayah
gempa dimana bangunan tersebut berada, jenis tanah dibawah bangunan dan
waktu alami gedung.
Untuk perencanaan rumah sakit ini, terletak di wilayah Jakarta (Depok)
merupakan wilayah gempa 3, dengan jenis tanah lunak diperoleh C=0,07.
4. Menentukan faktor keutamaan struktur (I). Faktor keutamaan struktur
bedasarkan dari fungsi bangunan tersebut. Rumah sakit merupakan fasilitasfasilitas penting yang harus tetap berfungsi sesudah suatu gempa terjadi,
mempunyai faktor keutamaan I = 1,5.
5. Menentukan faktor jenis struktur (K). Faktor jenis struktur ditentukan
berdasarkan jenis struktur dan material yang digunakan. Faktor jenis struktur
adalah portail daktail beton bertulang, dengan K = 1,0.

3.3. KOMBINASI PEMBEBANAN


Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03, maka perhitungan beban yang bekerja pada
struktur dan komponen struktur direncanakan mempunyai kuat rencana minimum yang
sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban gaya terfaktor.
Kombinasi pembebanan tersebut adalah :
1. Beban tetap
Dimana beban yang diperhitungkan adalah beban mati D dan beban hidup L.
U = 1,2D + 1,6L
2. Beban sementara
ketahanan struktur terhadap beban gempa E:
U = 1,05( D + LR + E )
LR adalah beban hidup yang telah direduksi sesuai ketentuan SK-SNI-17261989 F, tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan
Gedung .
Berdasarkan ketentuan di atas, maka kombinasi pembebanan yang digunakan
dalam perhitungan struktur rumah sakit ini adalah sbb :
1. Kuat Perlu yang menahan beban mati dan beban hidup
Kombinasi 1 1,2 D + 1,6 L
2. Ketahanan struktur terhadap gempa arah x 100% arah y 30 %
Kombinasi 2 1,05(D + 0,75 L) + Ex + 0,3Ey)
Kombinasi 3 1,05(D + 0,75 L) + Ex - 0,3Ey)
Kombinasi 4 1,05(D + 0,75 L) - Ex + 0,3Ey)
Kombinasi 5 1,05(D + 0,75 L) - Ex - 0,3Ey)
3. Ketahanan struktur terhadap gempa arah y 100% arah x 30 %
Kombinasi 6 1,05(D + 0,75 L) + 0,3Ex + Ey)
Kombinasi 7 1,05(D + 0,75 L) + 0,3Ex - Ey)
Kombinasi 8 1,05(D + 0,75 L) - 0,3Ex + Ey)
Kombinasi 9 1,05(D + 0,75 L) - 0,3Ex - Ey)

dimana :
D = Beban mati yang bekerja pada gedung
L = Beban hidup yang bekerja pada gedung
Ex = Beban gempa statik arah X
Ey = Beban gempa statik aray Y
Dari hasil masing-masing kombinasi pembebanan ini, nilai yang akan digunakan
adalah nilai maksimumnya.

4. ANALISA STRUKTUR
Analisa struktur adalah prosedur penting untuk mengetahui perilaku struktur akibat
gaya-gaya yang tertentu yang dialami suatu struktur. Dengan menganalisa struktur,
dapat diketahui besarnya perpindahan, lendutan, reaksi perletakan, dan gaya-gaya
dalam yang terjadi akibat pembebanan yang terjadi pada struktur. Hasil analisa
diperlukan untuk merencanakan dimensi maupun material yang akan dipakai pada
struktur tersebut.
Jenis elemen yang digunakan adalah elemen portal ruang (3D) dan elemen shell.
Elemen portal ruang digunakan untuk memodelkan kolom, balok serta balok anak
sedangkan elemen shell digunakan untuk memodelkan plat lantai.
Prosedur analisa yang dilakukan mencakup tahap-tahap sebagai berikut :
1. Menentukan geometri struktur
2. Menetukan material dan dimensi elemen struktur
3. Menentukan Load Case dan beban yang bekerja pada struktur
4. Menentukan diafragma tiap lantai
5. Menetukan beban dinamik
6. Running input data yang sudah didefenisikan
7. Periksa hasil analisa
8. Check desain struktur.
4.1. INPUT DATA
Pada proses input data dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Satuan yang digunakan
2. Gambarkan struktur rangka ruang 3D
3. Definisikan tipe pengekangan pada struktur (joint restraint)
4. Definisikan material yang digunakan
5. Definisikan ukuran dan bentuk penampang frame pada elemen struktur
6. Definisikan ukuran dan bentuk penampang shell pada elemen struktur
7. Definisikan jenis beban statis dan dinamis yang diberikan pada struktur
8. Kombinasi pembebanan pada struktur.
4.2. ANALISIS MODEL
Setelah semua data beban statis dan dinamik ditentukan dapat dilakukan analisis
model sebagai berikut :
1. Simpan model terlebih dahulu sebelum dirunning.
2. Running model dengan analisa dinamis.

4.3. OUTPUT DATA


Output data diperoleh setelah input data dari struktur dianalisa dengan benar. Output
data berupa gaya-gaya dalam yang merupakan dasar dari perencanaan dan
perhitungan struktur dapat dilihat pada lampiran.

5.PERENCANAAN TULANGAN PELAT


Sistem pelat lantai yang digunakan adalah sistem pelat dan balok dengan kondisi pelat
2 arah (two way slab), yang terdiri dari pelat menerus yang ditumpu pada balok-balok
monolit. Tebal pelat yang digunakan adalah 12 cm untuk pelat tipikal dan 10 cm untuk
pelat atap.
Analisisnya pelat sama seperti analisis pada balok. Pembebanan disesuaikan dengan
beban persatuan panjang dari lajur pelat.
Rasio luas tulangan susut minimum terhadap luas bruto penampang beton ditetapkan
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.12[4]. Tetapi dalam segala hal rasio tersebut tidak
boleh kurang dari 0,0014. Tulangan susut dan temperatur harus dipasang dengan
jarak tidak lebih dari lima kali tebal pelat ataupun 500 mm.

Rasio minimum tulangan susut dan temperatur untuk pelat satu arah
TIPE PELAT
Pelat yang menggunakan batang tulangan deform mutu
300 MPa
Pelat yang menggunakan batang tulangan deform atau
jaring kawat las (polos atau deform) mutu 400 MPa
Pelat yang menggunakan batang tulangan dan
tegangan leleh melebihi 400 MPa yang diukur pada
regangan leleh sebesar 0,35 %

RASIO
TULANGAN ()
0,0020
0,0018
0,0018

400/f

Untuk sistem pelat dua arah, penempatan tulangannya sesuai dengan sifat beban dan
kondisi tumpuannya, serta harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Luas tulangan pada masing-masing arah harus dihitung berdasarkan nilai momen
pada penampang kritis, tetapi luas tulangan minimum untuk menahan susut dan
temperatur harus tetap dipenuhi.
2. Jarak antara tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih besar dari tebal pelat,
kecuali untuk konstruksi pelat berusuk.
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak menerus,
dari bentang tepi harus dilanjutkan sampai ke tepi pelat dan harus tertanam ke
dalam balok sprandel, kolom atau dinding paling sedikit 150 mm.
4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak menerus
harus dibengkokkan, diberi kait atau jangkar ke dalam balok sprandel, kolom atau
dinding agar kemampuan menahan momen dipenuhi.

DENAH BANGUNAN (PELAT LT 1 LT 4)


300/60
0

3,
05
m

400
/60
0

B
20
0/
40
0

3,
75
m

C
6,
15
m

D
3,
75
m

E
3,00 m

7,20 m

7,20 m

7,20 m

7,20 m

4,00 m

Perhitungan tulangan pelat


1. Penulangan 2 arah
Tipe
:
Ukuran
:
Tebal pelat
:
Tebal selimut
:
Tebal efektif pelat (d)
:
Mutu beton
:
Mutu baja
:

F
3600 mm 6150 mm
120 mm
20 mm
100 mm
fc = 25 MPa
fy = 240 MPa

ly = 6,150 m

lx = 3,60 m

Perhitungan Momen
1. Analisa Pembebanan
a. Beban Mati
- Pelat
: 0,12 m x 2400 kg/m3
- Plafond + penggantung
- Instalasi listrik & plumbing
- Spesi
: 3 cm x 21 kg/m2/cm
- Keramik
: 2 cm x 24 kg/m2/cm
qD

= 288 kg/m2
= 18 kg/m2
= 15 kg/m2
= 63 kg/m2
= 48 kg/m2 +
= 432 kg/m2

b. Beban Hidup :

= 250 kg/m2

qL

Beban terfaktor : qT = 1,2 qD + 1,6 qL = 1,2 x 432 + 1,6 x 250


Rasio lebar pelat :
ly

lx

= 918,4 kg/m2

= 1,708 < 2

Berdasarkan Tabel 4.5 buku Struktur Beton Bertulang Standar Baru SK-SNI-T-15-199103 Untuk Ly/Lx = 1,708 didapat persamaan momen permeter lebar sebagai berikut :
Mlx
Mly
Mtx
Mty
Mtix
Mtiy

= 0,06175 qT lx2
= 0,02175 qT lx2
= - 0,106875 qT lx2
= - 0,077 qT lx2
= Mlx
= Mly

=
=
=
=
=
=

510,4008 kg.m
179,7768 kg.m
-883,386 kg.m
-636,4512 kg.m
255,2004 kg.m
89,8884 kg.m

2. Desain tulangan lapangan


Asumsi tulangan dengan :
b = 100 cm (1 m lebar pelat)
d = 12 cm 2 cm = 10 cm
Mu = 510,4008 kg.m
Mn = 510,4008 kg.m / 0,8 = 638,001 kgm
= 6380010 Nmm
Untuk Pelat : (PBI 1971) : Amin = 0,25% x luas penampang pelat.
SK-SNI-2002 : f min = 0,0014

fc '
cu
1
b 0,85
fy
cu y
25
600
b 0,85
0,85
= 0,053757
240
600 240
mak 0,75 b
mak 0,75 x 0,053757 = 0,040318
Koefisien tahanan, Rn : Rn = Mn/bd2 =

6380010/(1000 x 1002 )

Rn = 0,638001 N/mm2
.f y

R n .f y 1 0,59.
f c '

f y

Mn

f
10,59

y
f c '
bd 2

240

0,638001 240 1 - 0,59

25

0,638001 = 240 - 1359,36 2


1359,36 2 240 + 0,638001 = 0
1 = 0,173854056 dan 2 = 0,002699616
diambil = 0,002699616
> min, maka diambil = 0,002699616
As = .b.d = 0,002699616 1000 mm 100 mm = 270 mm2
digunakan tulangan 10 - 200
Luas tulangan terpasang 471 mm2 > 270 mm2
Check Momen Nominal Penampang :
aktual = 785 / (1000 x 100 ) = 0,00785

Lengan momen dalam


As .f y
785mm 2 .240 MPa

a=
0,85f c 'b 0,85x25MPa.1000mm
= 8,86588 mm
Mn = As . fy d a/2 = 785 mm2 x 240 MPa 100 mm 8,86588/2

= 18004833,88 Nmm= 1800,4834 kgm > Mn perlu = 638,001 kgm .Ok


2. Desain tulangan tumpuan
Asumsi tulangan dengan :
b = 100 cm
d = 12 cm 2 cm = 10 cm
Mu = 883,386 kg.m
Mn = 883,386 kg.m / 0.8 = 1104,2325 kg.m = 11042325 Nmm
1,4 1,4

min
= 0,005833
fy
240
b 0,85

fc '
cu
1
fy
cu y

25
600
0,85
= 0,053757
240
600 240
0,75 b
0,75 x 0,053757
= 0,040318

b 0,85
mak
mak

Koefisien tahanan, Rn Rn = Mn/bd2 =

11042325/(1000 x 1002)

Rn = 1,1042325 N/mm2
.f y

R n .f y 1 0,59.
f c '

f y

Mn
f y 1- 0,59

2
f c '
bd

240

1,1042325 240 1 - 0,59

25

1,1042325 = 240 - 1359,36 2


1359,36 2 240 + 1,1042325 = 0
1 = 0,171826114 dan 2 = 0,004727558
diambil = 0,004727558
min, maka diambil = min = 0,005833
As = .b.d
= 0,005833 1000 mm 100 mm = 583,3 mm2
digunakan tulangan 10-100
Luas tulangan terpasang 785 mm2 > 583,3 mm2

Check Momen Nominal Penampang :

aktual = 785 / (1000 x 100 ) = 0,00785


Lengan momen dalam
785mm 2 .240MPa
a=
= 8,86588 mm
0,85f c 'b 0,85x25MPa .1000mm
Mn = As . fy d a/2 = 785 mm2 x 240 MPa 100 mm 8,86588/2)
= 1800,4834 kgm > Mn perlu = 11042325 kgm .Ok
As .f y

tulangan tumpuan = tulangan lapangan


Desain Tulangan arah Y
1. Desain tulangan tumpuan
Asumsi tulangan dengan :
b = 100 cm
d = 10 cm 2 cm = 10 cm
Mu = 636,4512 kgm
Mn = 636,4512 kgm / 0,8 = 795,564 kgm
= 7955640 Nmm
1,4 1,4

min
= 0,005833
f y 240
b 0,85

fc '
cu
1
fy
cu y

25
600
0,85
= 0,053757
240
600 240
mak 0,75 b
mak 0,75 x 0,053757
= 0,040318
Koefisien tahanan, Rn
Rn = Mn/bd2 = 7955640/(1000 x 1002) Rn = 0,7955640 N/mm2
.f y

R n .f y 1 0,59.
f c '

f y

Mu

f
10,59

y
f c '
bd 2

b 0,85

240

0,7955640 240 1 - 0,59

25

0,7955640 = 240 - 1359,36 2


1359,36 2 240 + 0,7955640 = 0
1 = 0,173174132 dan 2 = 0,00337954
diambil = 0,00337954
min, maka diambil = min = 0,005833
As = .b.d = 0.005833 1000 mm 100 mm = 583,3 mm2
Digunakan tulangan 10-100
Luas tulangan terpasang 785 mm2 > 583,3 mm2

Check Momen Nominal Penampang :


aktual = 785 / (1000 x 100 )
= 0,00785
Lengan momen dalam
As .f y
785mm 2 .240MPa

a=
= 8,86588 mm
0,85f c 'b 0,85x25MPa. 1000mm
Mn = As . fy d a/2
= 785 mm2 x 240 Mpa 100 mm 8,86588/2

= 1800,4834 kgm

> Mn perlu = 795,5640 kgm .Ok

Tulangan tumpuan = tulangan lapangan

6. PENULANGAN ELEMEN BALOK


6.1 Penulangan Balok terhadap Lentur
Penulangan elemen balok terhadap lentur menggunakan penulangan rangkap, dimana
tulangan dipasang pada daerah tarik dan daerah tekan. Disain tulangan balok
menggunakan pembatasan tulangan sebagai berikut :

s mak 0,75 ( b + ) dan smin > 1,4/fy


dimana : b = 0,85 1 fc/fy { 600/(600 + fy)} = rasio tulangan seimbang

= rasio tulangan tekan = As/b.d


s = rasio tulangan tarik = As/b.d
Dalam perencanaan struktur dengan beban gempa, As = 0,5 As.
Rasio tulangan dapat ditentukan sebagai berikut :

Rn = Mu/ bd2 = fy (1- 0,59 fc/fy) + fy(1 dc/d)


a. Penulangan Daerah Tumpuan Balok

Bentang 6,15 m , Mu = 72,1956 kNm, Ukuran balok 200/400


Tinggi efektif balok (d) = h p(selimut beton) - tulangan sengkang D tulangan utama
dimana :
h = tinggi balok
= 400 mm
p = penutup beton
= 40 mm (SNI 1991 ayat 3.16.7 butir 1)
= faktor reduksi
= 0,8
(SNI 1991 ayat 3.2.3 butir 2)
= diameter tul. utama
= 19 mm
= diameter tul. sengkang = 10 mm
1 untuk fc = 25 MPa
= 0,85
d
= 400 40 10 (19) = 340,5 mm
Mu
72,1956
Rn
=
= 3891,85 kN/m2
2 =
0,8 x0,20 x0,3405 2
bd

Dari Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (CUR jilid 4) Tabel 5.3.c :
Mutu beton fc= 25 MPa, Mutu baja fy = 390 MPa, d/d= 0,149
Dengan interpolasi didapat = 0,01495

min = 1,4 /fy = 1,4 /390 = 0.00359 ( rasio tulangan minimum untuk balok)
b 0,85

fc '
cu
1
fy
cu y

25

390

0,85 x 0,85

maks

600

600 390

= 0,028069

= 0,75 b = 0,75 x 0,028069 = 0,02105

syarat min < < maks


0,00359 < 0,01495 < 0,02105.OK
Luas tulangan tarik (As)
As
= b d = 0,01495 x 200 x 340,5
= 1018,095 mm2 .. dipakai tulangan 4 D19 ( 1133,54 mm2 )
Luas tulangan tekan ( As)
As = 0,5 . As
= 509,048 mm2 . dipakai tulangan 2 D19 ( 566,77 mm2 )

4 D19

2 D19

12 cm

28 cm

20 cm
Penulangan Daerah Tumpuan Balok
b. Penulangan Daerah Lapangan Balok
Bentang 6,15 meter
Mu = 45,4694 kNm
Ukuran Balok 200/400
Tinggi efektif balok (d)
= h - p - tulangan sengkang tulangan utama
dimana :
h = tinggi balok
= 400 mm
p = penutup beton
= 40 mm (SNI 1991 ayat 3.16.7 butir 1)
= faktor reduksi
= 0,8
(SNI 1991 ayat 3.2.3 butir 2)
= diameter tul. utama
= 19 mm
= diameter tul. sengkang = 8 mm
1 untuk fc = 25 => 0,85

= 400 40 10 (19) = 340,5 mm


Mu
45,4694
=
= 2451,12 kN/m2
2 =
0,8 x0,20 x0,3405 2
bd

Rn

Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (CUR jilid 4) Tabel 5.3.c yaitu :
Mutu beton fc = 25 MPa, Mutu baja fy = 390 MPa, d/d = 0,149
Dengan interpolasi didapat = 0,00931

= 1,4 / fy = 1,4 / 390 = 0.00359

min

b 0,85

fc '
cu
1
fy
cu y

25

390

0,85 x 0,85

600
= 0,028069
600 390

= 0,75 b = 0,75 x 0,028069 = 0,02105


< maks
min <
0,0058 < 0,00931 < 0,02105.OK

maks

syarat

Luas tulangan tarik (As)


As
= b d = 0,00931 x 200 x 340,5
= 634,011 mm2 .. dipakai tulangan 3 D19 ( 850,155 mm2 )
Luas tulangan tekan ( As)
As = 0,5 . As
= 317,001 mm2 .. . dipakai tulangan 2 D19 ( 566,77 mm2 )
.

2 D19

12 cm

28 cm
3 D19

20 cm
Penulangan Daerah Lapangan Balok
6.2 PENULANGAN BALOK TERHADAP GESER
Tulangan geser balok direncanakan berdasarkan gaya geser maksimum yang dialami
balok. Dalam perencanaan, kekuatan geser yang diberikan oleh baja tulangan dan
beton harus lebih besar dari gaya geser yang dialami balok.

Vu < Vn
dimana : Vn = Vc + Vs
Vc = kuat geser nominal yang dipikul oleh beton, Vc = 0,17
Vs = kuat geser nominal yang dipikul oleh baja tulangan
Tulangan geser dihitung berdasarkan syarat sebagai berikut :

f c '.b.d ( MPa)

a. Jika Vu 0,5 Vc , maka balok tidak memerlukan tulangan geser.


b.s
b. Jika 0,5 Vc < Vu < Vc, maka : Avmin =
dimana Av = luas tulangan geser
3.f y
dan s adalah jarak antar spasi sengkang.
c. Jika 0 < Vu Vc 1/3 ( f c ' ) bw.d, maka Av = (Vu Vc) x s /(fy .d)
dan s 0,5d
d. Untuk 1/3. ( f c ' ) .bw.d Vu Vc 2/3 ( f c ' ) .bw.d
maka Av = (Vu Vc) x s/(fy .d) dan s 0,25d
a. Penulangan Geser Balok
a.1 Untuk L (6150/4 = 1537,5 mm)
Data : Tinggi balok = 400 mm, Lebar balok = 200 mm, Penutup beton = 40 mm
Mutu Beton fc
= 25 MPa ; Mutu Baja fy
= 240 MPa
Faktor Reduksi
= 0,60 ; Panjang Bentang = 6,15 m
Vu = 50,332 kN
Vu pada jarak d

= [(L-d)/L . (Vu Tump. Vu Lap.)] + Vu Lap.


= [{3075 340,5}/3075 . (50,332)] = 44,760 kN

Kapasitas Geser bagian badan balok


Vc
= 0,17 . f c' . b . d = 0,17 . 25 . 200 . 340,5 . 10-3 = 57,885 kN
Gaya Geser Nominal yang bekerja :
Vn = Vu / = 44,760 / 0,6 = 74,60 kN
Vc = 0,6 . 57,885 = 34,731 kN
Check : Vu > Vc
= 44,760 < 34,731 kNm, perlu tulangan untuk menahan sisa
tegangan geser ( Vu f Vc) = Vs
Vu > 0,5 Vc = 44,760 > 17,366 kNm
Disarankan tulangan sengkang minimum, dicoba sengkang 10 ( As = 78,5 mm2 )
Av = 2 . 78,5 = 157 mm2, fy = 240 MPa
Jarak sengkang
3. Av. fy
3.157 .240

s =
= 471 mm
b
200
Jarak sengkang maksimum yang diizinkan adalah :
smaks = d/2 = 340,5 / 2 = 170,25 mm
Periksa daerah tanpa tulangan geser :
Vu < 0,5 Vc
0,5 Vc = 17,366 kN

Check luas tulangan minimum


Av min
= (b . smaks) / 3.fy = (200 . 170,25) / 3.240 = 47,29 mm2
Av > Av min ; 157 mm2 > 47,29 mm2
Jarak sengkang dipasang sepanjang 1,5375 m (L/4) dari tumpuan adalah D10-150 mm.
a.2. Untuk L (6150/2 = 3075 mm)
Vu = 25,166 kN
Kapasitas geser bagian badan balok
Vc
= 0,17 . f c' . b . d = 0,17 . 25 . 200 . 340,5 . 10-3 = 57,885 kN
Gaya geser Nominal yang bekerja :
Vn
= Vu / = 25,166 / 0,6 = 41,943 kN
Vc = 0,6 . 57,885 = 34,731 kN
Check : Vu < Vc
= 25,166 < 34,731 kN
Vu > 0,5 Vc = 25,166 > 17,366 kN
Disarankan tulangan sengkang minimum, dicoba sengkang 10 ( As = 78,5 mm2 )
Av = 2 . 78,5 = 157 mm2, fy = 240 MPa
Jarak sengkang
3. Av. fy
3.157 .240

s =
= 471 mm
b
200
Jarak sengkang maksimum yang diizinkan adalah :
smaks = d/2 = 340,5 / 2 = 170,25 mm
Periksa daerah tanpa tulangan geser :
Vu < 0,5 Vc
0,5 Vc = 26,316
Check luas tulangan minimum
Av min
= (b . smaks) / 3.fy
= (200 . 170,5) / 3.240 = 47,29 mm2
Av > Av min ; 157 mm2 > 47,29 mm2
Dipasang sengkang sepanjang 3,075 m (L/2) ditengah bentang adalah 10-150 mm.

6.3. PENULANGAN BALOK TERHADAP TORSI


Dalam SK SNI T15-1991-03 pasal 3.4.6.5 menentukan bahwa penampang yang
dibebani torsi harus direncanakan memenuhi :
Tu Tn
Tn = Tc + Ts
dimana :
Tu = momen torsi terfaktor pada penampang yang ditinjau
Tn = kuat momen torsi nominal

Tc = kuat momen torsi yang disumbangkan oleh beton


Ts = kuat momen torsi yang disumbangkan oleh tulangan torsi
= faktor reduksi kekuatan = 0,60
Kuat momen torsi yang disumbangkan oleh beton, Tc untuk penampang segi empat :

fc '

15

Tc =

. b2. h

Kuat momen torsi yang disumbangkan oleh tulangan torsi, ditentukan dengan rumus :
Ts =

At . 1 . b 1 . h 1 . f y

atau

Ts =

At . 1 . b 1 . h 1 . f y

s
s
dimana :
At = luas satu sengkang penahan torsi sejarak s
s = jarak dari pusat ke pusat sengakang ke arah memanjang balok
1 = suatu koefisien sebagai fungsi dari h1(y1) dan b1(x1)
Jumlah tulangan torsi searah tulangan memanjang balok persegi, menurut SK SNI T151991-03 pasal 3.4.6.9 adalah

b1 h1
s
(Tu - Ts ). s
Karena A1
maka, untuk luas tulangan torsi At diperoleh :
1 .b1 .h1 .f y
At 2.A 1 .

At

b1 h1 2.(Tu Tc )
x
b1 . h1
1 . f y

Nilai maksimum dari kuat momen torsi nominal yang disumbangkan oleh tulangan pada
kondisi keruntuhan tarik (Under Reinforce) menurut SK SNI T15-1991-03 pasal 3.4.6.9.4
adalah : Ts < 4.Tc
Penulangan Torsi Balok
Penulangan torsi balok dihitung bedasarkan SK SNI T-15-1991-03. Penulangan torsi
balok direncanakan terhadap torsi maksimum dari hasil kombinasi pembebanan. Nilainilai torsi maksimum dapat dilihat pada analisa struktur.
Data :
Tinggi Balok = 400 mm, Lebar Balok = 200 mm, Penutup Beton = 40 mm
Mutu Beton fc = 25 MPa, Mutu Baja fy= 240 MPa, Faktor Reduksi = 0,6
Panjang Bentang = 6,15 m
Momen Torsi (Tu) = 5,3973 kNm = 5,3973 .106 Nmm
Momen Torsi yang disumbangkan beton

f '
c
2
Tc =
15 . b . h
Tc = 0,6 x 5,333 .106 = 3,2 .106 Nmm

25
2
6
Check : Tc < Tu

=
15 . 200 . 400 = 5,333 . 10 Nmm

3,2 .106 < 5,3973 .106 ; diperlukan tulangan torsi


Momen Torsi yang disumbangkan baja
Ts
= Tu - Tc = 5,3973 .106 3,2 .106 = 2,1973 .106 Nmm
4.Tc = 4 x 3,2 .106 = 12,8 .106 Nmm
Check : Ts < 4.Tc
2,1973 .106 < 12,8 .106 ; memenuhi
Luas Tulangan Torsi
b h1 2.(Tu Tc )
At 1
x
b1 . h1
1 . f y
Untuk sengkang D10 dan penutup beton = 40 mm maka :
b1 = 200 - 2.(40 + 0,5 . 10) = 110 mm
h1 = 400 - 2.(40 + 0,5 . 10) = 310 mm
b1 310

2,818
h1 110
Dari grafik pada gambar 7.8 buku CUR jilid 1 diperoleh nilai 1 = 2,16
At

110 310 2.(2,1973 .10 6 )


x
110 . 310
2,16 . 0,6 . 240

174,02 mm 2

Dipakai tulangan torsi 2 D 12 ( A = 226 mm2)

7. PERENCANAAN TULANGAN KOLOM


Penulangan kolom dihitung dengan perhitungan tulangan menurut SK-SNI T-15-199103. Penulangan kolom direncanakan terhadap gaya aksial maksimum masing-masing
lantai pada setiap kombinasi pembebanan. Gaya aksial maksimum yang digunakan
dapat dilihat pada tabel.
Data yang diketahui :
Gaya Aksial Kolom (Pu) = 2423,427 kN ,
Momen rencana (Mu) = 522,7383 kNm
Tinggi Kolom = 4 m
Mutu Beton (fc) = 25 MPa,
Mutu Baja (fy) = 400 MPa, Faktor Reduksi ()= 0,65 (untuk sengkang ikat)
Luas Penampang = 400 x 600 = 240.000 mm2, Penutup Beton (d) = 50 mm
Gaya Aksial Nominal (Pn) :

Pn= Pu / = 2423,427 kN / 0,65 = 3728,35 kN


Eksentrisitas Momen Lentur (e) :
e = Mu / Pu = 522,7383 kNm / 2423,427 kN = 0,216 m
Menurut SK.SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.3.3 untuk kolom faktor reduksi kekuatan =
0,65, maka :
e / h = 0,216 / 0,600 = 0,3595
Pn
3728,35 .10 3

0,75
. Agr .0,85. f c ' 0,65.360000.0,85.25
Pn
.e / h 0,75 x 0,3595 0,2696
. Agr .0,85. f c '
d/h
= 50 / 600 = 0,083 r = 0,018
= 1,0 ; = r . = 0,018 .1,0 = 0,018 ( tulangan kolom : 1% - 8%)
Luas Tulangan:
As = . Agr = 0,018 . 240.000 mm2 = 4320 mm2 dipakai 14 D 25 ( 6868 mm2)
Untuk sengkang digunakan D10 dengan jarak tidak boleh besar dari (SNI 1991 pasal
3.14.4. butir 4.2):
a. Delapan kali diameter tulangan longitudinal
b. Seperempat ukuran kolom terkecil
c. Lebih kecil atau sama dengan 100 mm
Diambil sengkang D 10 100 mm

8.PERENCANAAN PONDASI
8.1. Daya dukung Pondasi
Dari hasil penyelidikan tanah diketahui data tanah sebagai berikut :
Dari hasil uji sondir dan boring terlihat lapisan tanah keras dijumpai pada kedalaman
3,00 m dibawah muka tanah dengan qc 150 kg/cm2. Dengan pertimbangan terhadap
kondisi tanah dan beban yang dipikul maka dipilih tipe pondasi sumuran sebagai
pondasi dari struktur gedung rumah sakit ini.
Daya dukung untuk pondasi sumuran, diambil daya dukung ujung saja, sedangkan daya
dukung lekatan diabaikan : (Meyerhoff) :
Qu = Ap. qc
dimana : Qu = daya dukung ultimate
Ap = luas penampang sumuran

qc = rata-rata nilai konus hasil test sondir


Daya dukung yang diijinkan : Qa = Qu/FK, dimana FK : factor keamanan, FK = 3
8.2. Penurunan Pondasi ( Settlement )
Penurunan pondasi harus diperhatikan dengan baik pada bangunan. Besarnya
penurunan tergantung dari jenis tanah. Bila tanah terdiri dari lapisan lempung maka
penurunan yang terjadi lebih besar sedangkan pada lapisan pasir penurunan yang
terjadi lebih kecil. Penurunan terbagi atas :
a. Penurunan seketika ( Immediate Settlement )
Penurunan seketika adalah penurunan yang terjadi sesudah beban bekerja, biasanya
terjadi pada tanah jenis pasir. Besarnya penurunan pondasi dapat dihitung dari
persaman Timoshenco dan Godier (1951) sebagai berikut :
H q.B

1 2
Iw
Es

dimana :
H = penurunan seketika (m)
q = gaya yang bekerja
B = ukuran pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung pada bentuk pondasi dan kekuatan
pondasi
Es = modulus elastisitas tanah ( ksf / MPa)
= nilai banding poison.
b.Penurunan konsolidasi ( Consolidation Settlement )
Penurunan konsolidasi adalah penurunan yang terjadi tergantung waktu. Biasanya
terjadi pada tanah lempung dan memakan waktu yang lama.
Rumus penurunan konsolidasi adalah :

Cc
P P

H log o
1 eo
P
o

dimana :
H = penurunan konsolidasi (m)
P = tambahan tegangan pada tengah-tengah lapisan akan berkonsolidasi
eo = rasio rongga rata-rata
Cc = indeks kompresi
Po = tekanan efektif kolom tanah penutup
H = tebal lapisan
Pada perencanaan pondasi sumuran ini, direncanakan hanya sampai kedalaman
lapisan tanah pasir, maka tidak perlu ditinjau penurunan akibat konsolidasi. Jadi
penurunan elastis pada penurunan langsung terjadi pada waktu bangunan sudah
selesai.
Penurunan terjadi akibat :
1. Penurunan akibat elastisitas tanah digunakan rumus:
1 2
. Iw
St = q . B .
Es

dimana :
St = penurunan yang terjadi akibat elastisitas tanah
q
= tekanan tanah pada tegangan kontak
B
= diameter pondasi

= poisson ratio
Es = modulus elastisitas tanah
Iw = faktor pengaruh bentuk ujung pondasi
2. Penurunan akibat elastisitas beton digunakan rumus :
P.L
Sb =
A.E b b
dimana :
Sb = perpendekan aksial
P
= gaya normal yang bekerja
L
= kedalaman pondasi
A
= luas penampang pondasi
Eb = Modulus elastisitas beton

8.3. Penulangan Pondasi


Penulangan pada perencanaan pondasi ini terdiri dari penulangan Poer/Pilecap dan
penulangan pondasi sumuran.
a. Penulangan Pile Cap (Poer)
1. Perhitungan Tebal Pile Cap
Berat sendiri Pile Cap = 5 % . Pkolom
Tebal poer akan dipilih sedemikian rupa agar memenuhi ketentuan SK-SNI T-15-199103 pasal 3.4.1.1 yaitu Vu < Vc
Vc = (1+2/c) . 1/6 .

f c . bo . d

Dimana :
= faktor reduksi kekuatan untuk geser dan torsi (pasal 3.2.3 ayat 2)
c = perbandingan antara sisi kolom terpanjang dan sisi kolom terpendek
bo = keliling penampang kritis geser.
d = tebal efektif poer
2. Penulangan Pile Cap
Tinggi efektif Poer (d)
d = h p tul. utama
Rn =

Mu

. b . d 2

; =

1
m

min = 1,4 / fy
fc
f
y

b 0,85 x 0,85

maks = 0,75 b
Syarat : min < < maks

Luas tulangan tarik (As)

1 1 2 . m

600
600 f
y

Rn
fy

As

=.b.d

Luas tulangan tekan (As)


As
= 0,5 . As
b. Penulangan Pondasi
Syarat:
H > 4D
(memerlukan tulangan)
H < 4D
(tidak memerlukan tulangan)
Dipakai tulangan minimum (Amin)
Amin = 0,25 % x x D2
dimana :

H = kedalaman Pondasi
D = diameter Pondasi

8.4. PERHITUNGAN PONDASI SUMURAN


Daya dukung ujung dianalisa dengan menggunakan rumus Meyerhoff yaitu :
Qu = Ap. qc
Dicoba Pondasi sumuran dengan diameter (D) = 125 cm, Ap = 12.266 cm2
Pu maksimum
= 439640,58 Kg = 440 ton
Kedalaman Pondasi (h) = 3 m
Ukuran poer
= 150 cm x 150 cm
Pondasi
= 125 cm
Tebal poer
= 50 cm
Nilai konus pada kedalaman 3 m, qc = 150 kg/cm2
Kapasitas daya dukung tanah (Qu)
Qu = 12.266 x 150 = 1.839.844 kg
Daya dukung yang diijinkan : Qa : Qu/FK
Qa = 1.839.844/3= 613.281 kg > Pu maksimum = 440 ton. OK.
Pondasi sumuran dengan D = 125 cm, dapat digunakan.
Penurunan Pondasi
Pada pembebanan sementara :
Pu = Pu + Ws + Wp + Wt = 439,64 + 11,66 + 2,7 + 3,110= 457,11 ton
= 457110 Kg
B = 125 cm
q = Pu / (/4 . B2) = 457110/(/4. 1252) = 37,268 kg/cm2
Dari Bowles edisi 2:
Tabel 2-3 (hal 35 ) Es = 1000 kg/cm
Tabel 2-4(hal 35) .. = 0,4
Tabel 5-4 (hal 157) ..Iw = 0,88
Mutu beton yang dipakai fc = 25 MPa ( K-250) , bk = 250 kg/cm
Eb = 6400250 = 101192,8851 kg/cm2
St
= q . B ((1 )/1000). Iw = 37,268. 125. ((1 0,42)/1000).0,88= 4,447 cm
Sb =
Pu. L/ (/4.B2. Eb) = 0,074 cm
S total = St + Sb = 4,447 + 0,074 = 4,521 cm

Penurunan maksimum yang diizinkan menurut Bowles, Tabel 5 adalah 10 cm.


Jadi, S total < 10,0 cm .. OK.

Penulangan Poer
Dimensi Poer = 1,5 m x 1,5 m
Pu kolom
= 439.640 kg
Estimasi tulangan utama = 22 mm, Penutup beton (d c) = 50 mm
Perhitungan tebal poer
Kuat geser beton ( Vc )

fc '

x
b
x
d
o

6
c
Vc =
x
x bo x d .SK-SNI 3.4.11 butir 2
dimana :
Vc = Kuat geser beton
c = Perbandingan antara sisi kolom terpanjang dengan sisi terpendek
= 600/400 = 1,5
d = tebal efektif poer
bo = keliling penampang tegangan geser 2 ( 2 (600 + d ))= 2400 + 4d

2
1 1,5

25

x
Vc =
x ( 2400 + 4d ) x ( d ) = 1,944 x 2400 + 4 d2
2
= 4666,667d + 7,778d
Vu < Vc
Vu = 439640 kg
439,640.104 < 0,6 (4666,667d + 7,778d2)
4,667d2 + 2800d 4396400 > 0, didapat d = 715,989 mm. (Dipakai 720 mm)
tebal poer (h) = d + p + tul. utama = 720 + 50 + 22 = 792 mm 800 mm

Diambil tebal poer = 800 mm


Check tegangan pons :
Bidang geser diperhitungkan sejarak d disekeliling kolom
Pu = 439640 kg
Berat poer
= 1,5 x 1,5 x 0,8 x 2400
=
4320 kg
Berat sloof = 0,6 x 0,3 x 8 x 2400
=
3024 kg
Wtotal
=
7344 kg
Tebal poer
= 800 mm
Penutup beton = 50 mm
tulangan utama
= 22 mm
tinggi efektif poer
(d) = h p tul = 800 50 . 2 = 739 mm
bo = panjang keliling penampang kritis geser pons =2400 + 4 ( 739 ) = 5356 mm
gaya geser yang bekerja pada penampang kritis
check :
Akritis = (1,339)2 = 1,793 m2
Vu
= (4396400 / 4) x (4 1,793) = 2425713,7 N

Vu

Vn

= = 2425713,7 / 0,6 = 4042856,167 N

Vn < 1/3

fc '

.bo.d..SK SNI 3.4.11 butir 1

4042856,167 < 1/3 25 . 4556.539


4042856,167 < 4092906,667 N oke

Penulangan Poer
P = 439,64 ton
M = 15283,12 Kgm
Momen yang terjadi pada titik A :
MA = ( 76,52. .2.0,7 ) + ( 4,22. 2/3.2.0,7 )= 57,502 tm = 575,02 kNm
Tinggi efektif poer ( d )
d = h p tul utama = 600 - 50 ..22 = 539 mm
Mu = 575,02/0,6 KNm
Mu
575.02 / 0,6
2
2
Rn = b.d = 2.0,539
= 164,94 kN/m2
dari tabel didapat = 0,0008

luas tulangan tarik


= . b. d = 0,0008. 2000 . 539 = 948,8 mm2
dipakai tulangan 16 22 ( 6082 mm2 )
luas tulangan tekan
= 0,5 . 5468,6 mm2 = 2734,3 mm2
dipakai tulangan 8 22 ( 3041 mm2 )

Penulangan Pondasi Sumuran


Kedalaman pondasi = 3,0 m, Diameter sumuran D = 1,25 m
Syarat :
H > 4.D maka diperlukan tulangan.
3 > 4 x 1,25
3 > 5 .tak memenuhi, tidak diperlukan tulangan, dipakai tulangan minimum.
Luas tulangan minimum :
As = 0,25 %. .3,14 . D2 = 0,25 % . 3,14 ( 125) 2 = 3067 mm2
maka dipakai 12 22 ( 4560 mm2 ).

Anda mungkin juga menyukai