Anda di halaman 1dari 1

Vitamin C

Menurut USP XXX (2007), sifat fisikokimia dari Vitamin C adalah:


Rumus Struktur :
Gambar 3. Struktur kimia Vitamin C
Rumus Molekul : C6H806
Berat Molekul : 176,13
Nama Kimia : L-Asam Ascorbat
Pemerian : hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh karena pengaruh cahaya lambat
laun menjadi bewarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat
teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190.
Vitamin C adalah nutrient dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan
serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin C merupakan suatu zat organik yang merupakan koenzim atau askorbat ko-faktor pada berbagai reaksi biokimia tubuh. Vitamin C berupa suatu
kristal putih dengan zat organik yang relatif sederhana, hampir mendekati bentuk
gula/monosakarida. Dari semua jenis vitamin yang ada, vitamin C merupakan yang palih
mudah rusak dan sangat mudah teroksidasi terutama apabila ada panas, cahaya, alkali dan
adanya enzim-enzim oksidasi. Karena mudah dioksidasi inilah, maka vitamin C merupakan
suatu zat reduktor yang kua (Prawirokusumo, 1991).
Vitamin C merupakan suatu senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses
penting, mulai dari pembuatan kolagen, karnitin pengangkut lemak, hormon adrenalin dan
kortison, pengangkut elektron dalam berbagai reaksi enzimatik, pelindung integritas
pembuluh darah, pemacu gusi yang sehat, pelindung radiasi, pengatur tingkat kolesterol,
pendetoksifikasi radikal bebas, senyawa antibakteria dan antivirus, serta pemacu imunitas
(Goodman, 2000).
Fungsi yang terpenting vitamin C adalah pembentukan kolagen, yakni protein bahan
penunjang utama dalam tulang/rawan dan jaringan ikat. Bila sintesa kolagen terganggu, maka
mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang berakibat pendarahan (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Absorbsinya dari usus cepat dan praktis sempurna (90%) tetapi menurun pada dosis diatas 1
g. Distribusinya ke semua jaringan baik. Persediaan tubuh untuk sebagian besar terdapat
dalam cortex anak ginjal. Dalam darah sangat mudah dioksidasi secara reversibel menjadi
dehidroaskorbat yang hamper sama aktifnya. Sebagian kecil dirombak menjadi asam oksalat
dengan jalan pemecahan ikatan antara C2 dan C3. Ekskresi berlangsung terutama sebagai
metabolit dehidronya dan sedikit sebagai asam oksalat (Tjay dan Rahardja, 2002).
Apabila dosis vitamin yang diberikan berlebihan, maka vitamin C yang berlebih ini akan
diekskresikan melalui urin. Pada manusia sebagian vitamin C akan diubah menjadi garamgaram oksalat, dan keluar bersama urin. Apabila kalsium oksalat yang terbentuk, maka akan
terjadi pengendapan. Kelebihan vitamin C juga dapat menaikkan kadar keasaman darah
khususnya yang mendapat vitamin C dosis tinggi secara intravena. Pada keadaan tertentu,
penurunan pH darah tidak diharapkan. Dapat juga terjadi keasaman urin. Oleh karena itu,
dilihat darii sudut gizi, pemasukan vitamin C itu harus disesuaikan dengan pemasukan zat-zat
gizi lainnya (baik dalam jumlah maupun proporsinya) agar kesehatan tubuh dapat terbina
(Prawirokusumo, 1991).

Anda mungkin juga menyukai