Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri rumah sakit Indonesia beberapa tahun belakangan ini telah
mengalami perkembangan yang cukup berarti, khususnya pada peningkatan
jumlah rumah sakit swasta. Pada tahun 1998, jumlah rumah sakit pemerintah
589, sedangkan rumah sakit swasta 491 atau selisihnya 98. Namun, pada
2008, jumlah rumah sakit swasta meningkat menjadi 653, sedangkan rumah
sakit pemerintah meningkat menjadi 667. Dengan pertumbuhan rumah sakit
swasta lebih besar, yaitu rata-rata 2,91 persen per tahun, sedangkan rumah
sakit pemerintah rata-rata 1,25 persen per tahun. Dan saat ini jumlahnya kirakira mencapai 1300 sampai 1700 unit rumah sakit. Hal ini tentu membuat
persaingan antar rumah sakit semakin meningkat. Oleh karena itu, setiap
rumah sakit perlu terus memperbaiki kualitasnya untuk dapat bersaing dengan
para kompetitor.
Dalam jurnal yang ditulis Marnis, Magister Manajemen UNRI, tahun
2006 dipaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas rumah sakit
antara lain : kualitas sumber daya manusia, teknologi yang digunakan, obatobatan yang digunakan, disiplin serta motivasi kerja yang tinggi dan tingkat
pelatihan karyawan rumah sakit.

Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia yang sangat


berperan bagi sebuah rumah sakit. Dengan demikian, kinerja perawat perlu
menjadi fokus perhatian rumah sakit dalam upaya menghasilkan pelayanan
yang memuaskan bagi para pasien. Hal ini dikarenakan para perawatlah yang
paling sering berinteraksi dengan pasien selama 24 jam penuh. Kinerja klinis
perawat diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara
nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan
dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Rumah Sakit Jakarta didukung pengetahuan serta pengalaman selama
lebih dari 45 tahun dengan berbekal sarana bangunan dan peralatan
kedokteran yang modern juga ditopang oleh sumber daya manusia yang
profesional di bidangnya, menjadikan kepuasan pelayanan kepada pelanggan
sebagai tujuan utama yang masih diterapkan sampai saat ini.
Dalam menjaga eksistensinya, suatu usaha pasti dihadapkan oleh
berbagai tantangan baik dari internal maupun eksternal . Begitu pula dengan
Rumah Sakit Jakarta yang menghadapi tantangan dari luar seperti persaingan
dalam industri yaitu dengan banyak berdirinya rumah sakit pemerintah dan
swasta, salah satunya adalah Rumah Sakit Siloam. Selain itu, tantangan dari
dalam Rumah Sakit Jakarta seringkali mengalami permasalahan yang
menyangkut tentang kondisi sumber daya manusia yang dimiliki. Satu tahun
terakhir ini terjadi peningkatan jumlah turnover perawat pada Rumah Sakit
Jakarta. Hal tersebut terjadi salah satunya disebabkan oleh keinginan para

perawat untuk bekerja di tempat lain yang dapat memberikan gaji dan
tunjangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan oleh Rumah
Sakit Jakarta. Akibat dari turnover tersebut membuat Rumah Sakit Jakarta
menghadapi kesulitan dimana perawat baru yang masih memiliki sedikit
pengalaman

kerja

perlu

diberikan

pelatihan-pelatihan

untuk

dapat

menghasilkan kinerja yang baik . Selain mengenai keperluan mengadakan


pelatihan untuk para perawat, kurangnya semangat kerja para perawat
dikarenakan gaji yang diterima dirasakan belum sesuai dengan usaha yang
telah dilakukan menjadi suatu hambatan dalam mencapai hasil kerja yang
maksimal.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini agar Rumah Sakit Jakarta
dapat tetap bertahan dan memenangkan persaingan di era globalisasi, SDM
berkualitas harus menjadi modal (capital) penting yang dapat diandalkan
sebagai salah satu keunggulan kompetitif perusahaan. Banyak cara yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan kualitas SDM yang
dipekerjakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pelatihan (training).
Menurut Mathis & Jackson (2006 : 301-302) pelatihan membantu daya
saing organisasional dengan membantu retensi karyawan. Selain itu, pelatihan
dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja yang dapat
mendukung tujuan bisnis.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Agus Suroso, Universitas Jenderal
Soedirman, pada tahun 2008, mengutip dari Gilley dalam Chen et al (2004)

merekomendasikan perlunya perusahaan melakukan kursus/pelatihan teknis


untuk meyakinkan potensi, mengetahui kemampuan, meningkatkan perilaku
profesional, mengasah pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) para
pekerjanya, sehingga meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan dan
teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk saat ini. (Triton PB, 2005:73).
Pelatihan yang perlu dilaksanakan berupa pelatihan teknis/pekerjaan
yang bertujuan untuk menyesuaikan cara kerja antara perawat lama yang
terkadang masih berfikir konvensional dengan perawat baru dimana mereka
yang masih muda lebih berfikir modern dan praktis sehingga keduanya dapat
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu, Rumah Sakit Jakarta juga perlu
mengadakan pelatihan perkembangan dan inovatif untuk perawat baru dan
perawat lama untuk meningkatkan kapabilitas individual dan organisasional di
masa depan sebagai salah satu upaya untuk dapat menghadapi tuntutan
perkembangan zaman seperti perubahan organisasional, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selanjutnya, Rumah Sakit Jakarta perlu meningkatkan motivasi
kerja para perawatnya dengan memperhatikan faktor-faktor motivasi intrinsik
dan ekstrinsik. Hal ini penting dilakukan karena motivasi merupakan salah
satu hal yang sangat berperan dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan.
Dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya merupakan dorongan terhadap
semangat seseorang, sehingga semakin tinggi motivasi seseorang maka akan
semakin tinggi pula semangat kerja orang tersebut.

Menurut Robbins & Coulter (2010:109) Motivasi mengacu pada proses


dimana usaha seseorang diberi energi, diarahkan, dan berkelanjutan menuju
tercapainya suatu tujuan. Sedangkan menurut F.C. Herzberg dalam teori
motivasi Dua Faktor, faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong
berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri
seseorang, seperti prestasi, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri. Sedangkan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku
seseorang dalam kehidupan seseorang, seperti gaji, tunjangan, kondisi kerja,
dan kebijakan perusahaan.
Sebagai salah satu industri yang menghasilkan jasa pelayanan kesehatan
sebagai produk jualnya, Rumah Sakit Jakarta harus menjadikan SDM sebagai
unsur terpenting di dalam organisasi/perusahaan yaitu dengan implikasi bahwa
pengembangannya

harus

dianggap

sebagai

investasi,

dengan

cara

melaksanakan program pelatihan bagi para perawat secara terencana


berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan sebelumnya serta memberikan
motivasi dalam upaya meningkatkan semangat kerja yang akan berdampak
pada peningkatan kinerja perawat. Jika pelaksanaan pelatihan dan pemberian
motivasi tidak dijalankan dengan baik maka Rumah Sakit Jakarta akan sulit
untuk dapat tetap bertahan dan memenangkan persaingan saat ini dikarenakan
ketidakmampuan dalam menghasilkan pelayanan yang memuaskan bagi
konsumen, padahal perilaku dari konsumen atau pasien merupakan faktor
yang paling mempengaruhi kompetisi antar rumah sakit. Kemajemukan

konsumen ini bagaikan pedang bermata dua dengan multiplier effect-nya. Jika
layanan yang mereka rasakan positif, maka potensi untuk words of mouth
tinggi, demikian juga sebaliknya. Hal ini tentu menjadi salah satu masalah
penting yang perlu diperhatikan agar kondisi ini tidak dimanfaatkan oleh para
pesaing Rumah Sakit Jakarta. Dengan melihat kondisi tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pelatihan dan
Motivasi terhadap Kinerja Perawat pada Rumah Sakit Jakarta.

1.2

Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh pelatihan terhadap kinerja perawat pada
Rumah Sakit Jakarta.
2) Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat pada
Rumah Sakit Jakarta.
3) Bagaimana pengaruh pelatihan dan motivasi terhadap kinerja
perawat pada Rumah Sakit Jakarta.

1.3

Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap kinerja perawat
pada Rumah Sakit Jakarta.
2) Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat
pada Rumah Sakit Jakarta.
3) Untuk mengetahui pengaruh pelatihan dan motivasi terhadap
kinerja perawat pada Rumah Sakit Jakarta.

1.4

Manfaat Penelitian
1)Bagi Perusahaan
(1) Menekankan

pentingnya

pelaksanaan

pelatihan

secara

terencana dan pemberian motivasi bagi para karyawan


khususnya perawat.
(2) Sebagai masukan kepada Rumah Sakit Jakarta faktor-faktor
apa saja yang masih perlu ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan
pelatihan dan pemberian motivasi untuk meningkatkan kinerja
perawat Rumah Sakit Jakarta.
2) Bagi Peneliti
(1) Menambah pengetahuan khususnya dalam bidang Manajemen
Sumber Daya manusia khususnya dalam penerapan pelatihan
dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja dalam upaya
meningkatkan kinerja karyawan yang berdampak pada
keberhasilan suatu usaha.
3) Bagi Pengembang Ilmu
(1) Hasil skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi,
khususnya bagi pihak lain yang ingin mengadakan penelitian
dengan fokus kajian yang sama.
(2) Untuk menambah wawasan pembaca mengenai pelaksaan
pelatihan

dan

motivasi

yang

meningkatkan kinerja karyawan.

tepat

sehingga

dapat

Anda mungkin juga menyukai