Anda di halaman 1dari 11

Sumber : http://indah-mozaeq.blogspot.com/2012/05/elektrolisis.

html
ELEKTROLISIS
PERCOBAAN V
ELEKTROLISIS

A. Tujuan
Mengamati dan menganalisis proses elektrolisis .
B. Dasar Teori
Elektrokimia adalah kajian reaksi redoks yang dilaksanakan sedemikian sehingga di
dalam sistem itu dapat ditentukan potensial listrik yang dapat diukur. Di dalam sebuah sel volta
sebuah reaksi redoks spontan membangkitkan arus listrik yang mengalir lewat rangkaian luar.
Semua sel elektrokimia harus mempunyai rangkaian dalam, ion dapat mengalir dalam bentuk
ionnya berdifusi. Beberapa tipe sel tertentu menggunakan jembatan garam untuk maksud
tertentu. Dalam masing-masing sel oksidasi berlangsung pada anoda dan reduksi berlangsung
pada katoda .
1. Sel dan elektrolisis
Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang
menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Bila potensial diberikan pada sel dalam
arah kebalikan dengan arah potensial sel, reaksi sel yang berkaitan dengan negatif potensial sel
akan diinduksi. Dengan kata lain, reaksi yang tidak berlangsung spontan kini diinduksi dengan
energi listrik. Proses ini disebut elektrolisis. Pengisian baterai timbal adalah contoh elektrolisis.
2. Susunan Sel Elektrolisis

Elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus disebut katoda (-)
sedangkan elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif sumber arus disebut anoda (+). Saat
elektrolisis dilakukan ion-ion yang bermuatan positif (kation) akan teroksidasi dan menempel
pada elektroda yang digunakan pada katoda sehingga apabila dilakukan penimbangan massa
katoda bertambah, sedangkan ion-ion yang bermuatan negatif (anion) akan tereduksi pada anoda
sehingga elektroda yang diletakan pada anoda massannya tidak berubah (tetap). Proses
elektrolisis umunya terdiri dari dua tipe yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis
larutan. Reaksi-Reaksi Elektrolisis.
Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu reduksi, dan reaksi anode, yaitu
oksidasi. Spesi apa yang terlibat dalam reaksi katode dan anode bergantung pada potensial
elektrode dari spesi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut.
a.

Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah spesi yang potensial reduksinya paling besar

b.

Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah spesi yang potensial oksidasinya paling besar
Berdasarkan ketentuan tersebut, kita dapat meramalkan reaksi-reaksi elektrolisis . Namun
demikian perlu juga dipahami bahwa potensial electrode juga dipengaruhi konsentrasi dan jenis
elektrodenya.

a.

Reaksi-Reaksi di Katode (Reduksi)


Reaksi di katode bergantung pada jenis kation dalam larutan. Jika kation berasal dari
logam-logam aktif (logam IA, IIA, Al dan Mn) , yaitu logam-logam yang potensial standar

reduksinya lebih kecil (lebih negative daripada air), maka air yang akan tereduksi. Sebaliknya,
kation selain yang disebutkan di atas akan tereduksi.
b. Reaksi-Reaksi di Anode (Oksidasi)
Elektrode negative (katoda) tidak mungkin ikut bereaksi selama elektrolisis karena logam
tidak ada kecenderungan menyerap electron membentuk ion negatif. Akan tetapi elektrode positif
(anode) mungkin saja ikut bereaksi , melepas elektron dan mengalami oksidasi. Kecuali Pt dan
Au, pada umumnya logam mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada air atau anion sisa
asam. Oleh karena itu , jika anode tidak terbuat dari Pt, Au atau grafit maka anode itu akan
teroksidasi.
Elektroda Pt, Au, dan grafit (C) digolongkan sebagai elektrode inert (sukar bereaksi). Jika
anode terbuat dari elektrode inert maka reaksi anode bergantung pada jenis anion dalam larutan.
Anion sisa asam oksi seperti SO 42, NO3-, PO43- dan F-, mempunyai potensial oksidasi lebih
negatif daripada air . Anion-anion seperti itu sukar dioksidasi sehingga air yang teroksidasi.
2H2O(l) 4H+(aq) + O2(g) + 4e
Jika anion lebih mudah dioksidasi daripada air, seperti Br -, dan I-, maka anion itu yang
teroksidasi .
Elektrolisis merupakan suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda yang
tercelup dalam elektrolit. Ketika tegangan diberikan terhadap elektroda itu. Elektroda yang
bermuatan positif disebut anoda dan elektroda yang bermuatan negatif disebut katoda. Elektroda
seperti platina yang hanya mentransfer elektron dari larutan disebut elektroda inert. Elektroda
reaktif adalah elektroda yang secara kimia memasuki reaksi elektroda selama elektrolisis,
terjadilah reduksi pada katoda dan oksidsi pada anoda. Gambaran umum tipe reaksi elektroda
dapat diringkas sebagai berikut:
a)
b)

Arus listrik yang membawa ion akan diubah pada elektroda


Ion negatif yang sulit dibebaskan pada katoda menyebabkan pengurangan H2O dan
pembentukan H2 dan OH- dan absorpsi elektron.

c)

Ion negatif yang sulit dibebaskan pada anoda menyebabkanpengurangan H2O dan electron.
Elektrolisis menurut Ashory adalah peristiwa penguraian suatu elektrolit oleh suatu arus
listrik. Jika dalam sel volta energi kimia diubah menjadi energi listrik, maka dalam sel
elektrolisis yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu energi listrik diubah menjadi energi kimia.
Dengan mengalirkan arus listrik ke dalam suatu larutan atau leburan elektrolit, akan diperoleh

reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis. Faktor yang menentukan reaksi kimia
elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan) elektrolit yang berbeda ada yang bersifat inert (tak
aktif) dan elektoda tak inert. Hasil elektrolisis dapat disimpulkan ; reaksi pada katoda (katoda
tidak berperan) ada K+, Ca2+, Na+, H+. Dari asam dan logam lain (Cu2+), reaksi pada anoda, untuk
anoda inert ada OH-, Cl-, Br-, dan I- dan sisa asam lainnya serta anoda tidak inert (bukan Pt dan
C).
Sel galvani (menurut Strjer) dapat menghasilkan arus listrik bila reaksi berlangsung
spontan. Sel elektrolit menggunakan elektrolit untuk menghasilkan perubahan kimia. Proses
elektrolisis meliputi pendorongan arus listrik melalui sel untuk menghasilkan perubahan kimia
dimana potensi potensial sel adalah negatif.
Dalam elektrolisis, sumber aliran listrik digunakan untuk mendesak elektron agar
mengalir dalam arah yang berlawanan denga aliran spontan. Hubungan antara jumlah energi
listrik yang dikonsumsi dan perubahan kimia yang dihasilkan dalam elektrolisis merupakan salah
satu persoalan penting yang dicarikan jawabannya oleh Michael Faraday (1791-1867). Hukum
Faraday pertama tentang tentang elektrolisis menyatakan bahwa jumlah perubahan kimia yang
dihasilkan sebanding dengan besarnya muatan listrik yang melewati suatu elektrolisis. Hukum
kedua tentang elektrolisis menyatakan bahwa : Sejumlah tertentu arus listrik menghasilkan
jumlah ekivalen yang sama dari benda apa saja dalam suatu elektrolisis.
Berikut ini adalah beberapa nilai potensial elektrode standar pada suhu 25 o C dari
beberapa senyawa :
Setengah Reaksi Reduksi
Li+(aq) + e- Li(s)
K+ (aq) + e- K(s)
2H2O(aq) + 2e- 2OH-(aq) + H2(g)
Na+(aq) + e- Na(s)
Mg2+(aq) + 2e- Mg(s)
Al3+(aq) + 3e- Al(s)
Zn2+(aq) + 2e- Zn(s)
Cr3+(aq) + 3e- Cr(s)
Fe2+(aq) + 2e- Fe(s)
Cd2+(aq) + 2e- Cd(s)
Ni2+(aq) + 2e- Ni(s)
Sn2+(aq) + 2e- Sn(s)

Potensial Standar
E2(volt)
-30,4
-2,93
-0,83
-2,71
-2,38
-1,66
-0,76
-0,74
-0,41
-0,40
-0,23
-0,14

Pb2+(aq) + 2e- Pb(s)


Fe3+(aq) + 3e- Fe(s)
2H2(aq) + 2e- H2(s)
Sn4+(aq) + 4e- Sn(s)
Cu2+(aq) + e- Cu+(s)
Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)
ClO4-(aq) + H2O + 2e- ClO3-(aq) + 2 H2O(aq)
AgCl(s) + 2e- Ag(s) + Cl-(aq)
ClO3-(aq) + H2O(l) + 2e- ClO2-(aq) + 2OH-(aq)
IO-(aq) + H2O(l) + 2e- I- (aq) + 2OHI2(aq) + 2e- 2I-(aq)
ClO2-(aq) + H2O(l)+2e- ClO- (aq)+ 2OH-(aq)
Fe3+(aq) + e- Fe2+(aq)
Hg2+(aq) + 2e- Hg(s)
ClO-(aq) + H2O(l)+2e- Cl- (aq)+ 2OH-(aq)
2Hg2+(aq) + 2e- Hg22+(aq)
NO3 (aq) + 4H+ + 3e- NO(g) + 2H2O(l)
Br2(l) + 2e- 2Br(aq)
Cl2(g) + 2e- 2Cl(aq)
Ce4+(aq) + e- Ce3+(aq)
Co3+(aq) + e- Co2+(aq)
S2O82-(aq) + 2e- 2SO42- (aq)
Fe2(g) + 2e- 2F-(s)
H2O2 (aq) + 2H+ (aq)+ 2e- 2H2O(l)
O2(g) + 4H+(aq) + 4e- 2H2O(aq)

-0,13
-0,04
0,00
0,15
0,16
0,34
0,35
0,22
0,35
0,49
0,53
0,59
0,77
0,80
0,90
0,90
0,96
1,07
1,36
1,44
1,82
2,01
2,87
1,78
1,23

3. Hukum elektrolisis Faraday


Di awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang mengalir
dalam sel dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat elektrolisis. Ia merangkumkan hasil
pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833. Bunyi hukum elektrolisis Faraday adalah
sebagai berikut :
a.

Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik yang melalui sel.

b. Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di elektroda adalah
konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk
mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah 96 485 C(Coulomb) tidak bergantung pada jenis
logamnya.

Coulomb adalah satuan muatan listrik, dan 1 C adalah muatan yang dihasilkan bila arus 1
A (Ampere) mengalir selama 1 s. Tetapan fundamental listrik adalah konstanta Faraday F, 9,65
x104 C, yang didefinisikan sebgai kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron.
Dimungkinkan untuk menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran
arus listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu .
4. Penggunaan Elektrolisis
Elektrolisis yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy segera mengikuti
dan dengan sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah. Bahkan hingga kini elektrolisis
digunakan untuk menghasilkan berbagai logam. Elektrolisis khususnya bermanfaat untuk
produksi logam dengan kecenderungan ionisasi tinggi (misalnya aluminum). Produksi aluminum
di industri dengan elektrolisis dicapai pada tahun 1886 secara independen oleh penemu Amerika
Charles Martin Hall (1863-1914) dan penemu Perancis Paul Louis Toussaint Hroult (18631914) pada waktu yang sama. Sukses elektrolisis ini karena penggunaan lelehan Na 3AlF6 sebagai
pelarut bijih
Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda.
Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan menggunakan
larutan dalam air. Namun, dalam kasus elektrolisis alumina, larutan dalam air jelas tidak tepat
sebab air lebih mudah direduksi daripada ion aluminum sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
Al3+ + 3e- Al
2H2O +2e- H2 + 2OH-

Eosel = -1,662 V
Eosel = -0,828 V

Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al 2O3 meleleh pada
suhu sangat tinggi 2050 C, dan elektrolisis pada suhu setinggi ini jelas tidak realistik. Namun,
titik leleh campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah sekitar 1000 C, dan suhu ini mudah dicapai.
Prosedur detailnya adalah: bijih aluminum, bauksit mengandung berbagai oksida logam sebagai
pengotor. Bijih ini diolah dengan alkali, dan hanya oksida aluminum yang amfoter yang larut.
Bahan yang tak larut disaring, dan karbon dioksida dialirkan ke filtratnya untuk menghasilkan
hidrolisis garamnya. Alumina akan diendapkan.
Al2O3(s) + 2OH-(aq) 2AlO2- (aq) + H2O(l)

2CO2 + 2AlO2 -(aq) + (n+1)H2O(l) 2HCO3- (aq) + Al2O3nH2O(s)


Alumina yang didapatkan dicampur dengan Na3AlF6 dan kemudian garam lelehnya
dielektrolisis. Reaksi dalam sel elektrolisi rumit. Kemungkinan besar awalnya alumina bereaksi
dengan Na3AlF6 dan kemudian reaksi elektrolisis berlangsung.
Al2O3 + 4AlF63- 3Al2OF62- + 6FReaksi elektrodanya adalah sebagai berikut.
Elektroda negatif: 2Al2OF62- + 12F- + C 4AlF63- + CO2 + 4eElektroda positif: AlF63- + 3e- Al + 6FReaksi total: 2Al2O3 + 3C 4Al + 3CO2 Kemurnian aluminum yang didapatkan dengan
prosedur ini kira-kira 99,55 %. Aluminum digunakan dalam kemurnian ini atau sebagai paduan
dengan logam lain. Sifat aluminum sangat baik dan harganya juga tidak terlalu mahal. Namun,
harus diingat bahwa produksi aluminum membutuhkan listrik dalam jumlah sangat besar.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a.

Adaptor atau batrai 9 volt lengkap dengan kabel jepit buaya, 1 set

b. Botol semprot, 1 buah


c.

Corong saring, 1 buah

d. Elektroda karbon, 2 buah


e.

Papan tetes, 1 buah

f.

Pipet tetes, 1 buah

g. Statif dan klem, 1 set


h. Tabung U, 1 buah
2. Bahan
a.

Larutan kalium iodida, KI 0.5 M

b. Indikator phenoftalin, pp
D. Prosedur Kerja
1. Dimasukkan laritan kalium iodida 0,5 M ke dalam tabung U.

2. Dimasukkan kedua elektroda karbon ke masing-masing permukaan tabung U dengan sumber


arus searah 9 volt, selama beberapa menit. Lalu putuskan arus.
3. Diperhatikan perubahan yang terjadi pada katoda dan anoda.

E. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 elektrolisis larutan kalium iodida dan tembaga (II) sulfat
Larutan
KI

Anoda

Katoda

Karbon :

Karbon :

warna larutan kuning

Warna larutan tetap (bening)

kecoklatan,

Ada gelembung gas


+ Indikator pp

+ Indikator pp

Warna larutan merah muda

Warna larutan tetap

F. Pertanyaan
1. Elektrolisis larutan kalium iodida 0,5 M dengan elektroda karbon
a.

Larutan elektrolit

b. Spesi (unsur, molekul atau ion)

: KI
: K+, I-, C, H2O

dalam sel elektrolisis


c.

Spesi yang tidak bereaksi

: C (carbon)

Jelaskan!
Jawab :
Karena karbon merupakan elektroda inert, elektroda yang sulit atau tidak bereaksi
d. Spesi yang mungkin bereaksi di anoda

: H2O dan I-

e.

Spesi yang mungkin bereaksi di katoda

: H2O dan K+

f.

Tuliskan persamaan reaksi 1.d dan 1.e lengkap dengan potensial reduksi dan oksidasinya!
Jawab :

Anoda (reaksi oksidasi)


-

2I-(aq) I2(s) + 2e-

2H2O(aq)

Eosel = - 0,53 V

O2(g) + 4H+(aq) + 4e-

Eosel = - 1,23 V

Katoda (reaksi reduksi )

K+ (aq) + e-

2H2O(aq) + 2e- 2OH-(aq) + H2(g)

g. Katoda : 2H2O(aq) + 2e-

2OH-(aq) + H2(g)

2I-(aq) I2(s) + 2e-

Anoda :
Sel

Eosel = - 2,93 V

K(s)

Eosel = - 0,83 V
Eosel = - 0,83 V
Eosel = - 0,53 V +

: 2H2O(aq) + 2I-(aq) 2OH-(aq) + H2(g) + I2(s) Eosel = - 1,36 V

h. Jelaskan gejala-gejala yang terjadi dikatoda dan anoda dalam hubungannya dengan reaksi yang
terjadi !
Jawab :
Pada katoda (elektroda karbon), setelah dilakukan elektrolisis tidak terjadi perubahan
warna, namun timbul gelembung gas, ini dikarenakan pada katoda terjadi reaksi reduksi adalah
air yang menghasilkan gas hidrogen serta OH- yang dibuktikan ketika penambahan indikator pp
maka mengubah warna larutan dari bening menjadi merah muda atau ungu yang menunjukkan
bahwa larutan bersifat basa.
Pada anoda (eletroda karbon), setelah elektrolisis dilakukan, terjadi perubahan warna
larutan menjadi kuning kecoklatan dari I2, dikarenakan pada anoda terjadi reaksi oksidasi Imenjadi I2.
i.

Apa maksud pengguanaan indikator pp


Jawab :
Maksud dari penggunaan indikator ppadalah untuk membuktikan bahwa pada katode
telah terjadi reaksi reduksi H2O yang menghasilkan ion OH-. Ion OH- merupakan suatu basa,
sehingga diperlukan indikator pp yang merupakan indikator basa dengan perubahan warna dari
bening menjadi merah muda.

G. Pembahasan

Pada percobaan yang berjudul elektrolisis bertujuan untuk mengamati dan menganalisis
proses elektrolisis. Elektrolisis merupakan proses yang berlangsung tak spontan, yakni reaksi
yang memerlukan arus listrik menghasilkan reaksi reduksi oksidasi.
Pada percobaan ini dilakukan elektrolisis larutan KI dengan elektroda karbon. Larutan
kalium iodida merupakan larutan elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik. Karena
larutan kalium iodida merupakan senyawa ion yang bila dilarutkan dengan air akan terurai
menjadi ion-ion positif dan ion negatif yaitu K + dan I-. Dalam reaksi elektrolisis yang tidak akan
terjadi secara spontan, maka energi listrik perlu digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan
kimia, cara yang digunakan yakni, menghubungkan elektrode dengan sumber dari energi luar,
energi ini bisa didapat dari power supply atau sumber arus searah. Kutub negatif sumber arus
mengarah pada katoda karena memerlukan elektron dan kutub positif sumber arus tentunya
mengarah pada anoda, akibatnya katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan
tereduksi. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi
menjadi gas.
Pada sistem elektrolisis ini digunakan elektroda karbon pada anoda dan katoda. Elektroda
karbon bersifat inert, inert yaitu tidak ikut bereaksi. Sehingga spesi yang memungkinkan
bereaksi di katoda adalah K+ dan H2O, sedangkan spesi yang mungkin bereaksi di anoda adalah I dan H2O. Pada percobaan ini spesi yang terjadi di anode adalah I- dan spesi yang terjadi di
katode adalah H2O.
Spesi yang terjadi di anode dan katode dapat diketahui berdasarkan besar kecilnya harga
potensial reduksi. Berdasarkan teori mengenai harga potensial reduksi, spesi yang terjadi di
katoda adalah H2O karena harga potensial reduksi lebih besar daripada K+ yaitu -0,83 volt
sementara harga potensial reduksi K+ adalah -2,92 volt. H2O akan tereduksi menjadi H2
dibuktikan dengan muncul gelembung gas dan OH yang dapat dilihat setelah ditambahkan
indikator pp akan terjadi perubahan warna menjadi pink atau merah muda. Indikator pp berfungsi
untuk mendeteksi kebasaan suatu larutan. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
2H2O

(l)

+ 2e- H2(g) + 2OH-(g)

Eosel = -0,83 volt

Sedangkan pada anoda yang teroksidasi ialah spesi yang memiliki harga potensial
oksidasi tinggi atau potensial reduksi paling kecil yaitu I- (-0,54 volt). I- akan teroksidasi menjadi

I2 dengan ditandai perubahan warna larutan menjadi kuning kecoklatan yang merupakan warna
khas dari iodin atau I2. Ketika ditambahkan indikator pp tidak terjadi perubahan warna.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :
2I- (aq) I2 (s) + 2e-

Eosel = -0,54 volt

H. Kesimpulan
Dari percobaan elektrolisis larutan KI yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Sistem elektrolis berlangsung tak spontan sehingga diperlukan sumber arus searah agar
dapat terjadi perubahan kimia, reaksi kimia ini dilihat dari adanya proses reduksi oksidasi.
Pada proses elektrolisis ini di katoda yang tereduksi adalah air (H 2O), yang dapat diamati
dari perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah ditambahkan indikator pp,
yang artinya larutan ini bersifat basa sebab H 2O tereduksi menjadi OH-. Sedangkan di anoda
yang teroksidasi adalah I- , hal ini dapat dilihat dari adanya warna kuning kecoklatan pada anoda
yang menandakan bahwa I- bereaksi dan menjadi iodium (I2).

Anda mungkin juga menyukai