BAB I
Gagal Jantung
A. Definisi Gagal Jantung
Dalam paradigma lama, gagal jantung dianggap merupakan akibat dari berkurangnya
kontraktilitas dan daya pompa sehingga diperlukan inotropik untuk meningkatkannya dan
diuretik serta vasodilator untuk mengurangi beban (un-load).1 Gagal jantung adalah sindrom
klinis (sekumpulan tanda dan gejala), yang ditandai dengan sesak napas baik pada saat
istirahat maupun beraktivitas yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. 2,3
Pasien dengan gagal jantung harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1,2
1. Gejala - gejala (symptoms) dari gagal jantung berupa sesak napas yang spesifik pada saat
istirahat maupun pada saat beraktivitas dan adanya rasa lemah, tidak bertenaga.
2. Tanda tanda (signs) dari gagal jantung berupa takikardi, takipneu, efusi pleura,
peningkatan jugular venous pressure (JVP), hepatomegali, edema tungkai.
3. Dan objektif ditemukannya abnormalitas dari struktur dan fungsional jantung, seperti
kardiomegali, suara mur-mur jantung, abnormalitas pada EKG.
B. Epidemiologi
Ada sedikitnya 15 juta pasien dengan gagal jantung di 51 negara. Prevalensi gagal
jantung adalah antara 2 dan 3% dan meningkat tajam pada usia 75 tahun. Sehingga prevalensi
pada orang tua adalah antara 10 dan 20%. Dalam kelompok usia yang lebih muda gagal
jantung pada umumnya terjadi pada pria karena hal yang paling umum, yaitu penyakit
jantung koroner yang terjadi sebelumnya. Pada orang tua, prevalensi sama diantara pria dan
wanita. Prevalensi keseluruhan gagal jantung meningkat karena keberhasilan dalam
memperpanjang kelangsungan hidup pada pasein yang menderita penyakit jantung koroner.
Selain itu peningkatan ini juga disebabkan oleh keberhasilan dalam menunda kejadian
koroner dengan pencegahan yang efektif pada mereka yang beresiko tinggi. Usia rata rata
pasien gagal jantung di negara berkembang adalah 75 tahun.4,5
(Sumber: ESC guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure, 2008)
: Tidak ada batasan aktivitas fisik. Aktivitas fisisk biasa tidak menyebabkan
: Ada sedikit batasan aktivitas fisik. Nyaman saat istirahat, tetapi pada aktivitas
(Sumber : ESC guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure, 2008)
(Sumber : Heart Failure Society of America (HFSA), 1999 ; AHA medical/ Scientific Statement ,1994)
Stenosis Mitral (mengakibatkan penurunan aliran balik vena menuju ventrikel kiri)
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardi (>120x/menit)
Page 6
(Sumber : Development and evaluation of the Kansan City Cardiomyopathy Questionnaire, 2000)
BAB II
ACE Inhibitor
A. Definisi ACE-I
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) secara kompetitif menghambat kerja
dari enzim angiotensin converting. ACE adalah enzim non-spesifik yang mengkonversi
angiotensin I (sebuah octapeptide tidak aktif) menjadi angiotensin II. Kininase, enzim yang
Page 7
2.
Karboksil
3.
B. Farmakokinetik
Absorpsi sangat bervariasi antara ACE-I (25-75%), dan tidak dipengaruhi oleh
makanan. Beberapa ACE-I merupakan pro-drug, mereka tetap tidak aktif sampai mereka
diubah menjadi metabolit aktif oleh hidrolisis dalam hati atau di jaringan gastrointestinal.
Pro-drug mempunyai sifat lebih lipofilik dan mereka memiliki akses yang lebih baik ke
jaringan target di mana mereka akan dikonversi ke senyawa aktif. Kebanyakan ACEI dan
metabolitnya diekskresikan terutama melalui ginjal, tetapi fosinopriL, zofenopriL,
trandolapriL dan spirapriL dieliminasi melalui hati dan ginjal. Captopril cepat dieliminasi dari
Page 8
C. Mekanisme kerja
ACEI memblok secara kompetitif konversi angiotensin I menjadi angiotensin-II
sehingga mengurangi sirkulasi dari angiotensin-II. ACEI juga mengurangi sekresi aldosteron
dan vasopressin dan juga mengurangi aktivitas saraf simpatik serta efek tropik dari
angiotensin-II. Namun, ACEI tidak menghambat aksi dari angiotensin-II mediasi melalui
aktivasi dari reseptor AT1 dan AT2 dan ACEI tidak langsung berhubungan dengan komponen
lain dari sistem renin-angiotensin. Selain itu, ACEI juga dapat menghambat kininase II dan
meningkatkan kadar bradikinin, yang pada akhirnya merangsang reseptor B2 menyebabkan
Page 9
Karena mekanisme kerja dari ACE-I adalah sama maka mereka mempunyai efek yang
dikaitkan dengan kelas secara keseluruhan. Namun demikian, ada perbedaan penting dalam
afinitas pengikatan dengan ACE jaringan dan sifat farmakokinetik obat individu tiap individu,
yang dapat mengakibatkan perbedaan yang dapat ditandai dalam konsentrasi jaringan dan
dalam efek klinis yang diferensial. Namun, relevansi klinis dari perbedaan tersebut belum
pernah ditunjukkan. Bahkan, semua ACE-I yang tersedia saat ini dapat dianggap mempunyai
efektifitas yang sama untuk menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, pilihan dan dosis
ACEI harus didasarkan pada hasil uji klinis di mana manfaatnya telah dibuktikan. 17
D. Efek-efek ACEI
1. Efek hemodinamik
ACEI menurunkan resistensi pembuluh darah perifer keseluruhan dan membuat
natriuresis tapi menyebabkan sedikit perubahan dalam detak jantung. Penghambatan
ACE secara lokal dan penghambat terbentuknya angiotensin-II pada organ target
tertentu, seperti dinding pembuluh darah, terlibat dalam respon ini. 18
Pada pasien normotensif dan hipertensi tanpa gagal jantung kongestif, ACEI
memiliki sedikit efek pada curah jantung atau tekanan kapiler perifer.
Terdapat
perbedaan dengan vasodilator lain, tidak ada refleks takikardia yang diamati, mungkin
karena efek pada sensitivitas baroreseptor, stimulasi vagal dan atau pengurangan
rangsang pada aktivitas saraf simpatik. Tidak terdapat perubahan denyut jantung selama
latihan atau akibat dari perubahan postur tubuh. ACEI dapat mengurangi hipertrofi
jantung pada pasien hipertensi19 dan mengurangi disfungsi endotel pada pasien
normotensi dengan penyakit arteri koroner, hipertensi, non-insulin-dependent diabetes
mellitus dan gagal jantung20. Perbaikan dalam fungsi endotel berhubungan dengan
vasokonstriksi dan peningkatan produksi bradikinin dari endothelium. 21,22
Pada pasien dengan gagal jantung kongestif ACE-I menginduksi vasodilatasi dari
arteri dan vena. Vasodilatasi dari vena meningkatkan kapasitansi vena perifer,
mengurangi tekanan atrium kanan, tekanan arteri paru, tekanan kapiler dan pengisian
volume ventrikel kiri, dan juga menghasilkan penyembuhan yang cepat pada paru
Page 10
lain,
seperti
hiperkalemia,
hypermagnesemia
dan
hormon
adrenokortikotropik. Di sisi lain, ACE-I meningkat kinins, prostasiklin dan tingkat dari
NO, yang mungkin ini menjelaskan efek vasodilator, efek antitrombotik dan
antiproliferatif. 17
3. Efek anti proliferatif
ACE-I juga menunjukkan efek antiproliferatif (pengurangan hipertrofi dari vaskular
dan jantung dan proliferasi dari matriks ekstraseluler) dan juga mengurangi remodeling
ventrikel setelah infark miokard.
24,25
E. Efek Samping
Pada kebanyakan pasien ACE-I ditoleransi dengan baik, Namun, beberapa efek
samping dapat terjadi.
Hipotensi. Dapat terjadi terutama pada dosis pertama, dan juga terutama pada pasien
dengan aktivitas renin plasma yang tinggi (pasien dengan cangestif heart failure).17
Batuk kering muncul dalam 5% sampai 10% dari pasien dan tidak selalu mudah untuk
membedakan yang dihasilkan dari kongesti paru atau penyakit penyerta, misalnya, penyakit
pernapasan. Etiologinya tidak diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan peningkatan
Page 12
keadaan dimana
Page 13
F. Kontraindikasi
Sejarah angioneurotic edema, alergi dan stenosis arteri renalis bilateral merupakan
kontraindikasi mutlak untuk inisiasi pengobatan dari ACEI. Meskipun ACEI tidak
dikontraindikasikan pada wanita usia reproduksi, mereka harus dihentikan sesegera jika
didiagnosa hamil. Tekanan darah rendah (tekanan darah sistolik <90 mmHg) selama ACEI
pengobatan dapat diterima jika pasien asimtomatik. Jika kalium meningkat menjadi > 6,0
atau kreatinin oleh> 50% atau di atas 3 mg / dL (256 mmol / L) pengunaan ACEI harus
dihentikan. insufisiensi ginjal sedang (serum kreatinin 3 mg / dL atau sampai dengan 265
lmol / L), hiperkalemia ringan (66,0 mmol / L) dan relatif rendah tekanan darah (sistolik
tekanan darah serendah 90 mmHg) tidak kontraindikasi ke ACEI pengobatan , tapi terapi
harus dijaga dengan hati-hati dan dipantau fungsi ginjal. Risiko hipotensi dan disfungsi ginjal
meningkat dengan dosis tinggi, pada pasien lanjut usia atau pada pasien dengan gagal jantung
yang parah, yang diobati dengan diuretik dosis tinggi, dengan disfungsi ginjal atau
hiponatremia. 17
G. Interaksi Obat
Antasida dapat mengurangi bioaviabilitas dari ACEI. NSAID dapat mengurangi efek
vasodilator dari ACEI. Diuretik hemat kalium, sumplement kalium dapat menginduksi ACEI
menyebabkan hiperkalemia. Jika kadar urea atau kreatinin meningkat ke tingkat yang
berlebihan, penghentian obat nefrotoksik secara bersamaan (misalnya, NSAIDs, siklosporin)
harus dipertimbangkan. ACEI dapat meningkatkan kadar plasma digoksin dan lithium. Pasien
penguna diuretik mungkin sangat sensitif terhadap efek vasodilator dari ACE-I. 17
Page 14
BAB III
Peranan ACE-I pada Gagal Jantung
A. Indikasi Dan Penggunaan ACE-I Dalam Klinik
ACEI diindikasikan pada kondisi kondisi kardiovaskular seperti gagal jantung
kronik, disfungsi ventrikel kiri asimptomatik, infark miokard akut, hipertensi dan pada pasien
dengan resiko tinggi. Dalam penggunaannya perlu diperhatikan fungsi ginjal dan kadar
kalium dalam darah. Pemberian ACEI dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan bertahap
Page 15
C. Target Dosis
Studi-studi diatas menggunakan dosis tinggi ACEI dan bervariasi pada satu pasien
dengan yang lainnya. Regimen dosis yang digunakan pada percobaan skala besar seharusnya
juga
dapat digunakan pada praktek klinis. Studi yang lain, ATLAS mengeksplore
perbandingan dosis kecil dengan dosis besar ACEI pada pasien dengan NYHA II-IV.
Hasilnya angka kematian tidak berbeda pada kedua kelompok, namun angka hospitalisasi
lebih rendah pada pasien yang menerima pengobatan dosis tinggi. Untuk alasan ini, dosis
tinggi ACEI dipilih sebagai percobaan klinis yang juga direkomendasikan pada praktek
klinis, walaupun bila dibandingkan dengan dosis sedang hanya terdapat sedikit perbedaan.
Studi NETWORK menguji 63 pasien dengan NHYA derajat II-IV secara acak menerima
enalapril 2,5 mg dua kali sehari, 5 mg dua kali sehari dan 10 mg dua kali sehari. Hasilnya
tidak ditemukan hasil yang terlalu bermakna setelah 24 minggu diobservasi. Angka kematian
dari setiap kelompok yakni 4,2%, 3,3% dan 2,9%.38
Page 17
(Sumber : European Society of Cardiology. Guidelines for the diagnosis and treatment of chronic heart failure. 2001)
Efisiensi klinis dari ACEI sudah dibandingkan dengan Antagonis Reseptor Blocker
(ARB) pada banyak studi. Hasilnya, angiotensin reseptor bloker tidak lebih superior bila
dibandingkan dengan ACEI. Sebagai contoh, studi ELITE-2 dengan 3152 pasien gagal
jantung kronik menunjukan angka kematian yang sama pada kelompok captopril maupun
losartan. 38
Pada Valsartan in Acute Myocardial Infarction (VALIANT), percobaan ke 67,
sebanyak 15703 pasien dengan infark miokard disertai dengan disfungsi sistolik ventrikel
kiri, gagal jantung atau keduanya secara acak menerima captopril, valsartan atau kombinasi
Page 18
candesartan
pada
penggunaan
ACEI
mengurangi
angka
kejadian
kardiovaskuler, walaupun angka kematian tidak dipengaruhi. Selama tidak ada perbedaan
antara penggunaan ACEI dan ARB, ACEI tetap dijadikan sebagai lini pertama pada pasien
dengan gagal jantung. 39
F. Disfungsi Diastolik
Terdapat banyak perdebatan mengenai terapi farmakologi pasien dengan gagal
jantung diastolik, terutama karena kurangnya studi. ACEI mungkin meningkatkan relaksasi
dan distensibilitas jantung dan mungkin efektif dalam mengurangi aktivasi neuroendokrin
dan regresi hipertrofi ventrikel kiri selama terapi jangka panjang. Sehingga ACEI tetap
direkomendasikan pada pasien ini. Angiotensin reseptor bloker menjadi pilihan alternative
untuk jenis pasien ini. Masih dibutuhkan beberapa studi untuk menemukan pilihan pilihan
pengobatan yg laen pada disfungsi diastolik. 32,33,34
Page 19
(Sumber : Eur Heart J 2003;24:2866, Guidelines for the Management of Patients With Acute Myocardial Infarction American
College of Cardiology; September 1999. Available from:www.acc.org.)
ACEI juga diindikasikan untuk mengobati hipertensi. Tujuan utama pada pengobatan
pasien hipertensi yakni mengontrol nilai tekanan darah, yang dapat dicapai dengan obatobatan yg berbeda yang mengurangi morbiditas kardiovaskular selama terapi jangka panjang,
diantaranya diuretik, beta bloker, ACEI, ARB, CCB. Kontrol tekanan darah mungkin hanya
bisa dicapai dengan kombinasi obat-obatan diatas. 42 Penggunaan antihipertensi konvensional
seperti atenolol, metoprolol, pindolol, hydrochlorotiazide plus amiloride dengan obat-obat
baru seperti enalapril, lisinopril menurunkan tekanan darah dengan perbedaan yang kecil. 42
The Captopril Prevention Project membandingkan efek ACEI dan terapi konvensional
(diuretik, beta bloker) terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada 10985 pasien
hipertensi. Hasilnya captopril dibandingkan terapi konvensional tidak jauh berbeda efisiensi
Page 20
tekanan darah dengan captopril atau atenolol sama efektifnya dalam mengurangi insiden
terjadinya komplikasi diabetes. Pada studi yang lain ditemukan tidak ada hasil yang
bermakna berbeda pada penggunaan ACEI dan beta bloker atau calsium channel bloker.
Namun ACEI tetap sebagai lini pertama pasien hipertensi baik tanpa resiko tinggi atau
dengan gagal jantung.
42
(Sumber : The seventh report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure.
JAMA 2003;289:256072.)
(Sumber : The seventh report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure.
JAMA 2003;289:256072.)
ACEI juga diberikan pada pasien penyakit jantung koroner tanpa adanya gagal
jantung kongestif melalui mekanisme antiaterosklerotik. Penggunaan ACEI
mencegah
kematian mendadak pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung setelah
kejadian infark miokard. Pasien dengan asimptomatik disfungsi ventrikel kiri, gagal jantung
moderat dan gagal jantung tahap lanjut dengan penggunaan ACEI mengurangi mortalitas.
Penurunan tersebut bervariasi dari 20% sampai 54% dan secara statistik bermakna pada
beberapa studi tentang gagal jantung walaupun kejadian kematian mendadak bukan yang
terutama dari studi ini. 34
Page 21
Kesimpulan
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang ditandai
dengan sesak napas baik pada saat beristirahat maupun beraktivitas yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Ada beberapa penyebab umum yang menyebabkan
terjadinya gagal jantung, seperti : penyakit jantung koroner, hipertensi, kardiomiopati, obatobatan (calcium antagonis, anti aritmia, toxin, dsb). Diagnosis gagal jantung harus dilakukan
sesegera mungkin untuk mengetahui penyebab utama dan mencegah perburukan klinis.
Namun, diagnosis awal mungkin sulit dilakukan karena kebanyakan gejala klinis dari gagal
jantung tidak spesifik. Karena itu diperlukan pendekatan sistematik agar dapat meningkatkan
ketepatan diagnosis.
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) secara kompetitif menghambat kerja dari
enzim angiotensin converting. ACEI juga mengurangi sekresi aldosteron dan vasopressin dan
juga mengurangi aktivitas saraf simpatik serta efek tropik dari angiotensin-II. Selain itu,
ACEI juga dapat menghambat kininase II dan meningkatkan kadar bradikinin, yang pada
akhirnya merangsang reseptor B2 menyebabkan pelepasan nitrat oksida (NO) dan
prostaglandin vasoaktif (prostasiklin dan prostaglandin E2).
Efek-efek ACEI antara lain efek hemodinamik, efek neurohormonal, efek anti
proliferatif dan efek pada renal. ACEI menurunkan resistensi pembuluh darah perifer
keseluruhan dan membuat natriuresis tapi menyebabkan sedikit perubahan dalam detak
jantung (efek hemodinamik). Pada pengobatan jangka pendek dengan ACEI terjadi
penurunan angiotensin II, aldosteron dan peningkatan pelepasan renin dan angiotensin I yang
pada akhirnya menghasilkan efek vasodilator (efek neurohormonal). ACEI dapat mengurangi
remodeling ventrikel dengan cara mengurangi preload/afterload ventrikel, mencegah aktivitas
saraf simpatik dengan menghambat aldosteron yang dapat menginduksi hipertrofi jantung dan
fibrosis interstitial (efek antiproliferatif). ACEI menurunkan resistensi vaskular ginjal,
meningkatkan aliran darah ginjal, GFR tetap dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi
penurunan fraksi filtrasi, ini disebabkan karena efek dilatasi postglomerular efferent relatif
lebih besar dibanding arteriol afferent (efek pada renal).
Page 22
Page 23
Daftar Pustaka
1. Lipsky PE. Harrisons Principle of Internal Medicine, 17th edition. McGraw Hill
Companies Inc. 2008. New york.
2. Swedberg K. GuideLines for the diagnosis and treatment of chronic heart faiLure:
executive summary (update 2005): The Task Force for the Diagnosis and Treatment
of Chronic Heart FaiLure of the European Society of CardioLogy. Eur Heart J
2005;26:1115 1140.
3. PooLe-WiLson PA. History, Definition and Classification of Heart Failure. New York:
ChurchiLL Livingstone; 1997. p269 277.
4. Mosterd A, Hoes AW. Clinical epidemiology of heart failure. Heart 2007;93: 1137
1146.
5. Cowie MR, Mosterd A, Wood DA, Deckers JW, Poole-Wilson PA, Sutton GC,
Grobbee DE. The epidemiology of heart failure. Eur Heart J 1997;18:208225.
6. Dickstein, Kenneth et aL. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute
and chronic heart failure 2008. European Heart Journal, 29 hal 2388-2442.
7. McHorney CA, Ware JE Jr., Raczek AE. The MOS 36-Item Short-Form Health
Survey (SF-36): II. Psychometric and clinical tests of validity in measuring physical
and mental health constructs. Med Care 1993;31:247263.
8. Watson RDS. ABC of Heart Failure Clinical Features and Complication. BMJ. 2000;
320 (22) : 236-239
9. Heart Failure Society of America (HFSA) practice guidelines. HFSA guidelines for
management of patients with heart failure caused by left ventricular systolic
dysfunctionpharmacological approaches. J Card Fail 1999;5:357382.
10. AHA medical/scientific statement. 1994 revisions to classification of functional
capacity and objective assessment of patients with diseases of the heart. Circulation
1994;90:644645.
11. Katz AM. Heart Failure: Pathofisiology, molecular biology and clinical management.
Lippincott William and Wilkins.2000.
12. Shamsan F, Michell J. Essentials of the Diagnosis of Heart Failure. Am Fam
Physician. 2000.
Page 24
5):S518.
25. Schiffrin E, Deng L. Comparison of effects of angiotensin I-converting enzyme
inhibition and b-bLockade for 2 years on function of smaLL arteries from
hypertensive patients. Hypertension 1995;25:699703.
Page 25
inhibitor on
Page 27