Anda di halaman 1dari 19

REFERAT OSTEOMIELITIS

April 21, 2012 pada 12:12 pm (Uncategorized)


REFERAT
OSTEOMIELITIS

Pembimbing:
dr. Agung P. Sutiyoso Sp.OT, FICS, MARS, MM
Oleh:
Usep Saepul Imam
NIM : 107103001760

KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAH RSUP FATMAWATI JAKARTA


PERIODE 27 FEBRUARI 5 MEI 2012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul Osteomielitis telah diterima dan disetujui


pada tanggal 4 April 2012

oleh pembimbing sebagai salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta, 4 April 2012
dr. Agung P. Sutiyoso, Sp.OT, FICS, MARS, MM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang
telah diberikan, yang telah mengizinkan penulis untuk terus tumbuh dan belajar menjadi
seorang dewasa hingga tepat pada waktunya penulis dapat menyelesaikan referat ini. Penulis
menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk
menyelesaikan referat ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengajar di SMF Bedah Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati khususnya kepada dr. Agung P. Sutiyoso, Sp.OT, FICS, MARS,
MM, yang telah menyediakan waktu dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan referat ini.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga referat ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh
pendidikan dan bagi kelompok-kelompok selanjutnya.

Jakarta, 4 April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.2
Kata Pengantar3
Daftar Isi..4
Bab I
Pendahuluan..5
Bab II
Osteomielitis

Definisi....6
Etiologi..6
Patogenesis.....8
Insiden......9
Klasifikasi....10
Pemeriksaan Radiologi.....16
Diagnosis banding...18
Terapi .......19
Komplikasi.. ..22
Bab III
Kesimpulan23
Daftar
Pustaka.24
BAB I
PENDAHULUAN

Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan struktur
disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik (Randall, 2011).
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat
menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan
mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (8990%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus
influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat patogen. (Robbins 2007)
Infeksi dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau
menyebar dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu
sendiri jika terjadi cedera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk
melalui luka tersebut. (anonym, 2011).
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi
dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang
tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.
(Yuliani 2010). Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi
neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel

sabit adalah sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus
per 100.000 penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas
osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang
mendasari. (Randall, 2011)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan struktur
disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik (Randall, 2011). Dalam kepustakaan
lain dinyatakan bahwa osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organism
piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan
kanselosa dan periosteum. (Dorland, 2002).
1. Gejala
Osteomielitis hematogeneus biasanya memiliki progresivitas gejala yang lambat.osteomielitis
langsung (direct osteomyelitis) umumnya lebih terlokalisasi dengan tanda dan gejala yang
menonjol. Gejala umum dari osteomielitis meliputi :
1. Osteomielitis hematogenus tulang panjang

Demam yang memiliki onset tiba-tiba tinggi (demam hanya terdapat dalam 50% dari
osteomielitis pada neonates)

Kelelahan

Rasa tidak nyaman

Irritabilitas

Keterbatasan gerak (pseudoparalisis anggota badan pada neonates)

Edema lokal, eritema dan nyeri.

1. Osteomielitis hematogenus vertebral

Onset cepat

Adanya riwayat episode bakterimia akut

Diduga berhubungan dengan insufisiensi pembuluh darah disampingnya

Edema lokal, eritema dan nyeri

Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.

1. Osteomielitis kronik

Ulkus yang tidak sembuh

Drainase saluran sinus

Kelelahan kronik

Rasa tidak nyaman

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Demam (terdapat pada 50% dari neonates)

Edema

Teraba hangat

Fluktuasi

Penurunan dalam penggunaan ekstremitas (misalnya ketidakmampuan dalam berjalan


jika tungkai bawah yang terlibat atau terdapat pseudoparalisis anggota badan pada
neonatus).

Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.

Drainase saluran sinus (biasanya ditamukan pada stadium lanjut atau jika terjadi
infeksi kronis). (Randall, 2011)

1. Etiologi
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat
menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan
mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (8990%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus
influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat patogen. (Robbins 2007).
Bakteri penyebab osteomielitis akut dan langsung meliputi:
1. Osteomielitis hematogenus akut

1.

i.
Bayi baru lahir (kurang
dari 4 bulan): S. Aureus, Enterobacter, dan kelompok Streptococcus dan .

2.

ii.
Anak-anak (usia 4 bulan sampai 4
tahun): Streptococcus dan , Haemophilus influenzae, dan Enterobacter.

3.

iii.
Remaja (usia 4 tahun
sampai dewasa): S. aureus (80%), kelompok Streptococcus ,
H influenzae, dan Enterobacter

4.

iv. Dewasa: S. aureus dan kadangkadang Enterobacter dan Streptococcus.

2. Osteomielitis langsung

umumnya disebabkan oleh S. Aureus, spesies enterobacter, dan spesies pseudomonas.

Tusukan melalui separtu atletik : s. aureus dan spesies pseudomonas.

Penyakit sel sabit : staphylococcus dan salmonella. (Randall, 2011)

1. Patogenesis
Patogenesis dari osteomielitis telah dieksplorasi pada berbagai hewan percobaan; pada studi
ini ditemukan bahwa tulang yang normal sangat tahan terhadap infeksi, yang hanya bisa
terjadi sebagian besar diakibatkan oleh inokulum, trauma, atau adanya benda asing. (Daniel,
1997).
Kuman bisa masuk tulang dengan berbagai cara, termasuk beberapa cara dibawah ini :

Melalui aliran darah.

Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya, dari pneumonia atau infeksi saluran kemih dapat
masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah di tulang. Pada anakanak, osteomielitis paling umum terjadi di daerah yang lebih lembut, yang
disebut lempeng pertumbuhan,di kedua ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.

Dari infeksi di dekatnya.

Luka tusukan yang parah dapat membawa kuman jauh di dalam tubuh. Jika luka terinfeksi,
kuman dapat menyebar ke tulang di dekatnya.

Kontaminasi langsung

Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung tulang yang fraktur
dengan dunia luar sehingga dapat terjadi kontaminasi langsung. Selain itu juga dapat
terjadi selama operasi untuk mengganti sendi atau memperbaiki fraktur. (anonym, 2011).
Beberapa penyebab utama infeksi, seperti s.aureus, menempel pada tulang dengan
mengekspresikan reseptor (adhesins) untuk komponen tulang matriks (fibronektin, laminin,
kolagen, dan sialoglycoprotein tulang); Ekspresi kolagen- binding adhesin memungkinkan
pelekatan patogen pada tulang rawan. Fibronektin-binding adhesin dari S. Aureus berperan
dalam penempelan bakteri untuk perangkat operasi yang akan dimasukan dalam tulang, barubaru ini telah dijelaskan (Gambar 1). (Daniel, 1997).
S. Aureus yang telah dimasukan ke dalam kultur osteoblas dapat bertahan hidup
secara intraseluler. Bakteri yang dapat bertahan hidup secara intraseluler (kadang-kadang
merubah diri dalam hal metabolisme, di mana mereka muncul sebagai apa yang disebut
varian koloni kecil) dapat menunjukan adanya infeksi tulang persisten. Ketika
mikroorganisme melekat pada tulang pertama kali, mereka akan mengekspresikan fenotip
yang resiten terhadap pengobatan antimikroba, dimana hal ini mungkin dapat menjelaskan
tingginya angka kegagalan dari terapi jangka pendek. (Daniel, 1997).
Remodeling ulang yang normal membutuhkan interaksi koordinasi yang baik antara osteoblas
dan osteoklas. Sitokin (seperti IL-1, IL-6, IL-15, IL 11dan TNF) yang dihasilkan secara lokal
oleh sel inflamasi dan sel tulang merupakan factor osteolitik yang kuat. Peran dari
faktor pertumbuhan tulang pada remodeling tulang normal dan fungsinya sebagai terapi
masih belum jelas. Selama terjadi infeksi, fagosit mencoba menyerang sel yang
mengandung mikroorganisme dan, dalam proses pembentukan radikal oksigen toksik dan
melepaskan enzim proteolitik yang melisiskan jaringan sekitarnya. Beberapa komponen
bakteri secara langsung atau tidak langsung digunakan sebagai factor-faktor yang
memodulasi tulang (bone modulating factors).
(Daniel,1997).
Kehadiran metabolit asam arakidonat, seperti prostaglandin E, yang merupakan agonis
osteoklas kuat dihasilkan sebagai respon terhadap patah tulang, menurunkan jumlah
dari inokulasi bakterial yang dibutuhkan untuk menghasilkan infeksi. (Daniel,1997).
Nanah menyebar ke dalam pembuluh darah, meningkatkan tekanan intraosseus dan
mengganggu aliran darah. Nekrosis iskemik tulang pada hasil pemisahan fragmen yang
mengalami devaskularisasi, disebut sequestra. Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil, dan
congesti atau thrombosis pembuluh darah merupakan temuan histologis utama dalam
osteomielitis akut. Salah satu penampakan yang membedakan dari osteomielitis kronis
adalah tulang yang mengalami nekrotik, yang dapat diketahui dengan tidak
adanya osteosit yang hidup. (Daniel, 1997).

1. Insiden
1. Morbiditas
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates adalah sekitar 1
kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel sabit adalah
sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada

pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000
penduduk. (Randall, 2011).
Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal ke jaringan
lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis, dengan rasa nyeri dan
kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi umum; atau sepsis. Sebanyak10-15%
pasien dengan osteomielitis vertebral mengembangkan temuan neurologis
atau kompresi corda spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak dengan osteomielitis tulang
panjang dapat berkembang menjadi trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan DVT
juga dapat menjadi penanda adanya penyebarluasan infeksi. (Randall, 2011).
Komplikasi vaskular tampaknya lebih umum dijumpai dengan Staphylococcus Aureus yang
resiten terhadap methacilin yang didapat dari komunitas (Community-Acquired MethicillinResistant Staphylococcus Aureus / CA-MRSA) dari yang sebelumnya diakui. (Randall, 2011).
1. Mortalitas
Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis atau keberadaan kondisi
medis berat yang mendasari. (Randall, 2011).

1. Ras
Tidak ada peningkatan kejadian osteomielitis dicatat berdasarkan ras. (Randall, 2011).
1. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang meningkatkan melalui masa kanak-kanak,
memuncak pada masa remaja dan jatuh ke rasio rendah pada orang dewasa. (Randall, 2011).
1. Usia
Secara umum, osteomielitis memiliki distribusi usia bimodal. Osteomielitis akut
hematogenous merupakan suatu penyakit primer pada anak. Trauma langsung dan fokus
osteomielitis berdekatan lebih sering terjadi pada orang dewasa dan remaja dari pada
anak. Osteomielitis vertebral lebih sering pada orang tua dari 45 tahun. (Randall, 2011).

1. Klasifikasi
Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan ostemielitis. Sistem
tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi dari timbulnya gejala : akut, subakut, dan
kronik. Osteomielitis akut diidentifikasi dengan adanya onset penyakit dalam 7-14 hari.
Infeksi akut umumnya berhubungan dengan proses hematogen pada anak. Namun, pada
dewasa juga dapat berkembang infeksi hematogen akut khususnya setelah pemasangan
prosthesa dan sebagainya. (David,1987).

Durasi dari osteomielitis subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan. Sedangkan
osteomielitis kronik merupakan infeksi tulang yang perjalanan klinisnya terjadi lebih dari 3
bulan. Kondisi ini berhubungan dengan adanya nekrosis tulang pada episentral yang disebut
sekuester yang dibungkus involukrum. (David,1987).
Sistem klasifikasi lainnya dikembangkan oleh Waldvogel yang mengkategorisasikan infeksi
muskuloskeletal berdasarkan etiologi dan kronisitasnya : hematogen, penyebaran kontinyu
(dengan atau tanpa penyakit vaskular) dan kronik. Penyebaran infeksi hematogen dan
kontinyu dapat bersifat akut meskipun penyebaran kontinyu berhubungan dengan adanya
trauma atau infeksi lokal jaringan lunak yang sudah ada sebelumnya seperti ulkus
diabetikum. (Anonym, 1992)
Cierny-Mader mengembangkan suatu sistem staging untuk osteomielitis yang
diklasifikasikan berdasarkan penyebaran anatomis dari infeksi dan status fisiologis dari
penderitanya. Stadium 1 medular, stadium 2 korteks superfisial, stadium 3 medular dan
kortikal yang terlokalisasi, dan stadium 4 medular dan kortikal difus. (Anonim,1992)
1. A.

Osteomielitis hematogenik akut.

Osteomielitis akut hematogen merupakan infeksi serius yang biasanya terjadi pada tulang
yang sedang tumbuh. Penyakit ini disebut sebagai osteomielitis primer karena kuman
penyebab infeksi masuk ke tubuh secara langsung dari infeksi lokal di daerah orofaring,
telinga, gigi, atau kulit secara hematogen. Berbeda dengan osteomielitis primer, infeksi
osteomielitis sekunder berasal dari infeksi kronik jaringan yang lebih superfisial seperti ulkus
dekubitum, ulkus morbus hensen ulkus tropikum, akibat fraktur terbuka yang mengalami
infeksi berkepanjangan, atau dari infeksi akibat pemasangan protesis sendi. (Adam,2004)
Pada awalnya terjadi fokus inflamasi kecil di daerah metafisis tulang panjang. Jaringan tulang
tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan menyebabkan peningkatan tekanan
intraoseus yang menghalangi aliran darah lebih lanjut. Akibatnya jaringan tulang tersebut
mengalami iskemi dan nekrosis. Bila terapi tidak memadai, osteolisis akan terus berlangsung
sehingga kuman dapat menyebar keluar ke sendi dan sirkulasi sistemik dan menyebabkan
sepsis. Penyebaran ke arah dalam akan menyebabkan infeksi medula dan dapat terjadi abses
yang akan mencari jalan keluar sehingga membentuk fistel. Bagian tulang yang mati akan
terlepas dari tulang yang hidup dan disebut sebagai sekuester. Sekuester meninggalkan
rongga yang secara perlahan membentuk dinding tulang baru yang terus menguat untuk
mempertahankan biomekanika tulang. Rongga ditengah tulang ini disebut involukrum.
(Hidiyaningsih, 2012).
Penderita kebanyakan adalah anak laki-laki. Lokasi infeksi tersering adalah di daerah
metafisis tulang panjang femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula. Daerah metafisis
menjadi daerah sasaran infeksi diperkirakan karena : 1) daerah metafisis merupakan daerah
pertumbuhan sehingga sel-sel mudanya rawan terjangkit infeksi; 2) dan metafisis kaya akan
rongga darah sehingga risiko penyebaran infeksi secara hematogen juga meningkat; 3)
pembuluh darah di metafisis memiliki struktur yang unik dan aliran darah di daerah ini
melambat sehingga kuman akan berhenti di sini dan berproliferasi. (Sjamsuhidajat, 2004).
Secara klinis, penderita memiliki gejala dan tanda dari inflamasi akut. Nyeri biasanya
terlokalisasi meskipun bisa juga menjalar ke bagian tubuh lain di dekatnya. Sebagai contoh,
apabila penderita mengeluhkan nyeri lutut, maka sendi panggul juga harus dievaluasi akan

adanya arthritis. Penderita biasanya akan menghindari menggunakan bagian tubuh yang
terkena infeksi.Etiologi tersering adalah kuman gram positif yaitu Staphylococcus aureus. .
(Sjamsuhidajat, 2004).
Gejala klinis osteomielitis akut sangat cepat, diawali dengan nyeri lokal hebat yang terasa
berdenyut. Pada anamnesis sering dikaitkan dengan riwayat jatuh sebelumnya disertai
gangguan gerak yang disebut pseudoparalisis. Dalam 24 jam akan muncul gejala sistemik
berupa seperti demam, malaise, cengeng, dan anoreksia. Nyeri terus menghebat dan disertai
pembengkakan. Setelah beberapa hari, infeksi yang keluar dari tulang dan mencapai subkutan
akan menimbulkan selulitis sehingga kulit akan menjadi kemerahan. Oleh karenanya, setiap
selulitis pada bayi sebaiknya dicurigai dan diterapi sebagai osteomielitis sampai terbukti
sebaliknya. (Hidiyaningsih, 2012)).
Pada pemeriksaan laboratorium darah, dijumpai leukositosis dengan predominasi sel-sel
PMN, peningkatan LED dan protein reaktif-C (CRP). Aspirasi dengan jarum khusus untuk
membor dilakukan untuk memperoleh pus dari subkutan, subperiosteum, atau fokus infeksi di
metafisis. Kelainan tulang baru tampak pada foto rongent akan tampak 2-3 minggu. Pada
awalnya tampak reaksi periosteum yang diikuti dengan gambaran radiolusen ini baru akan
tampak setelah tulang kehilangan 40-50% masa tulang. MRI cukup efektif dalam mendeteksi
osteomielitis dini, sensitivitasnya 90-100%. Skintigrafi tulang tiga fase dengan teknisium
dapat menemukan kelainan tulang pada osteomielitis akut, skintigrafi tulang khusus juga
dapat dibuat dengan menggunakan leukosit yang di beri label galium dan indium.
(Sjamsuhidajat, 2004).
Osteomielitis akut harus diterapi secara agresif agar tidak menjadi osteomielitis kronik.
Diberikan antibiotik parenteral berspektrum luas berdosis tinggi selama 4-6 minggu. Selain
obat-obatan simtomatik untuk nyeri, pasien sebaiknya tirah baring dengan memperhatikan
kelurusan tungkai yang sakit dengan mengenakan bidai atau traksi guna mengurangi nyeri,
mencegah kontraktur, serta penyebaran kuman lebih lanjut. Bila setelah terapi intensif 24 jam
tidak ada perbaikan, dilakukan pengeboran tulang yang sakit di beberapa tempat untuk
mengurangi tekanan intraoseus. Cairan yang keluar dapat dikultur untuk menentukan
antibiotik yang lebih tepat. (Sjamsuhidajat, 2004).
Diagnosis banding pada masa akut yaitu demam reumatik, dan selulitis biasa. Setelah minggu
pertama, terapi antibiotik dan analgetik sudah diberikan sehingga gejala osteomielitis akut
memudar. Gambaran rongent pada masa ini berupa daerah hipodens di daerah metafisis dan
reaksi pembentukan tulang subperiosteal. Gambaran rongent dan klinis yang menyerupai
granuloma eosinofilik, tumor Ewing, dan osteosarkoma. Komplikasi dini osteomielitis akut
yaitu berupa abses, atritis septik, hingga sepsis, sedangkan komplikasi lanjutnya yaitu
osteomielitis kronik, kontraktur sendi, dan gangguan pertumbuhan tulang. (Sjamsuhidajat,
2004)
1. B.

Osteomielitis Subakut.

Infeksi subakut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik. Infeksi ini biasanya
disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah dan tidak memiliki gejala. Osteomielitis
subakut memiliki gambaran radiologis yang merupakan kombinasi dari gambaran akut dan
kronis. Seperti osteomielitis akut, maka ditemukan adanya osteolisis dan elevasi periosteal.
Seperti osteomielitis kronik, maka ditemukan adanya zona sirkumferensial tulang yang
sklerotik. Apabila osteomielitis subakut mengenai diafisis tulang panjang, maka akan sulit

membedakannya dengan Histiositosis Langerhans atau Ewings Sarcoma. (Hidiyaningsih,


2012)

Brodie Abses.

Lesi ini, awalnya ditemukan oleh Brodie pada tahun 1832, merupakan bentuk lokal
osteomielitis subakut, dan sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Insiden tertinggi
(sekitar 40%) pada dekade kedua. Lebih dari 75% kasus terjadi pada pasien laki-laki. Onset
ini sering membahayakan, dan untuk manifestasi sistemik pada umumnya ringan atau tidak
ada. Abses, biasanya terlokalisasi di metaphysis dari tibia atau tulang paha, dan dikelilingi
oleh sclerosis reaktif. Sesuai teori tidak terdapatnya sekuester, namun gambaran radiolusen
mungkin akan terlihat dari lesi ke lempeng epifisis. Abses tulang mungkin menyebrang ke
lempeng epifisis namun jarang terlokalisir.(Adam, 2004)
1. C.

Osteomielitis Kronik.

Osteomielitis kronis merupakan hasil dari osteomielitis akut dan subakut yang tidak diobati.
Kondisi ini dapat terjadi secara hematogen, iatrogenik, atau akibat dari trauma tembus.
Infeksi kronis seringkali berhubungan dengan implan logam ortopedi yang digunakan untuk
mereposisi tulang. Inokulasi langsung intraoperatif atau perkembangan hematogenik dari
logam atau permukaan tulang mati merupakan tempat perkembangan bakteri yang baik
karena dapat melindunginya dari leukosit dan antibiotik. Pada hal ini, pengangkatan implan
dan tulang mati tersebut harus dilakukan untuk mencegah infeksi lebih jauh lagi. Gejala
klinisnya dapat berupa ulkus yang tidak kunjung sembuh, adanya drainase pus atau fistel,
malaise, dan fatigue. Penderita osteomielitis kronik mengeluhkan nyeri lokal yang hilang
timbul disertai demam dan adanya cairan yang keluar dari suatu luka pascaoperasi atau bekas
patah tulang. Pemeriksaan rongent memperlihatkan gambaran sekuester dan penulangan baru.
(Hidiyaningsih, 2012)
Penangan osteomielitis kronik yaitu debridemant untuk mengeluarkan jaringan nekrotik
dalam ruang sekuester, dan penyaliran nanah. Pasien juga diberikan antibiotik yang sesuai
dengan hasil kultur. Involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang telah
hancur menjadi sekuester sehingga ekstrimitas yang sakit harus dilindungi oleh gips untuk
mencegah patah tulang patologik, dan debridement serta sekuesterektomi ditunda sampai
involukrum menjadi kuat. (Hidiyaningsih, 2012)
1.

Chronic Recuiment Multifocal Osteomielitis.

Pada dasarnya hal ini sudah menjadi pembahasan umum bahwa orang yang sudah terkena
penyakit osteomielitis akan sulit untuk sembuh. Walaupun sudah diberikan antibiotik yang
bagus. Hal ini dikaitkan dari pathogenesis osteomielitis itu sendiri. Kuman yang masuk ke
dalam tubuh melalui hematogen menyebabkan suatu kondisi untuk mempredisposisikan
bakteri bermigras melalui celah endotel dan melekat pada matriks tulang. Selain itu
rendahnya tekanan oksigen pada daerah ini juga akan menurunkan aktivitas fagositik dari sel
darah putih. Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya thrombosis pembuluh darah
local yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular yang kemudian akan
menjadi abses. Pada awalnya terjadi inflamasi kecil di daerah metafisi tulang panjang.
Jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan menyebabkan peningkatan
intraoseus yang menghalangi aliran darah lebih lanjut. Akibatnya jaringan tulang tersebut
mengalami nekrosis dan iskemi. Sehingga akan terbentuknya sekuster. Sekuester yang berada

di lingkungan yang avaskular dan nekrotik akan menjadi tempat yang menguntungkan untuk
berkembangbiak bakteri. Dimana tempat avaskular tersebut tidak mampu dijangkau oleh
antibiotik dan sel-sel fagositik. Setelah fase akut terlewati, tidak menutup kemungkinan
untuk muncul sequelae infeksi di tulang dari sequestrumnya yang belum tuntas.Karena orang
yang terkena penyakit osteomielitis biasanya pada orang-orang yang memiliki
immunokompremise. (Song, 2001).

1. Pemeriksaan penunjang (Randall, 2011) :

Studi laboratorium
Penelitian berikut diindikasikan pada pasien dengan osteomielitis:

1. Pemeriksaan darah lengkap:


Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya pergeseran ke kiri biasanya
disertai dengan peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif protein
biasanya tinggi dan nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih berguna daripada laju endapan
darah (LED) karena menunjukan adanya peningkatan LED pada permulaan. LED biasanya
meningkat (90%), namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED memiliki
peran terbatas dalam menentukan osteomielitis kronis seringkali didapatkan hasil yang
normal.
1. Kultur :
Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi dengan bakteri yang
menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan yang terbatas. Darah hasil
kultur, positif pada sekitar 50% pasien dengan osteomielitis hematogen.
Bagaimanapun, kultur darah positif mungkin menghalangi kebutuhan untuk
prosedur invasif lebih lanjut untuk mengisolasi organisme. Kultur tulang dari biopsi atau
aspirasi memiliki hasil diagnostik sekitar 77% pada semua studi.

Studi pencitraan

1. Radiografi
Bukti radiografi dari osteomielitis akut pertama kali diusulkan oleh adanya edema jaringan
lunak pada 3-5 hari setelah terinfeksi. Perubahan tulang tidak terlihat untuk 14-21 hari dan
pada awalnya bermanifestasi sebagai elevasi periosteal diikuti oleh
lucencies kortikal atau meduler. Dengan 28 hari, 90% pasien menunjukkan
beberapa kelainan. Sekitar 40-50% kehilangan fokus tulang yang menyebabkan terdeteksinya
lucency pada film biasa.
1. MRI
MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomyelitis.
Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan radiografi polos, CT,
dan scanning radionuklida dan dianggap sebagai pencitraan pilihan. Sensitivitas berkisar

antara 90-100%. Tomografi emisi positron (PET) scanning memiliki akurasi yang mirip
dengan MRI.
1. Radionuklida scanning tulang
Tiga fase scan tulang, scan gallium dan scan sel darah putih menjadi pertimbangan pada
pasien yang tidak mampu melakukan pencitraan MRI. Sebuah fase tiga scan tulang memiliki
sensitivitas yang tinggi dan spesifisitas pada orang dewasa dengan temuan normal
pada radiograf. Spesifisitas secara dramatis menurun dalam pengaturan operasi sebelumnya
atau trauma tulang. Dalam keadaan khusus, informasi tambahan dapat diperoleh dari
pemindaian lebih lanjut dengan leukosit berlabel dengan 67 gallium dan / atau indium 111.
1. CT scan
CT scan dapat menggambarkan kalsifikasi abnormal,pengerasan, dan kelainan intracortical.
Hal ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin untuk
mendiagnosis osteomyelitis tetapi sering menjadi pilihan pencitraan ketika MRI tidak
tersedia.
1. Ultrasonografi
Teknik sederhana dan murah telah menjanjikan, terutama pada anak
dengan osteomielitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan sejak 1-2 hari
setelah timbulnya gejala. Kelainan termasuk abses jaringan lunak atau kumpulan cairan
dan elevasi periosteal. Ultrasonografi memungkinkan untuk petunjuk ultrasound aspirasi.
Tidak memungkinkan untuk evaluasi korteks tulang.

1. Diagnosis banding pada osteomielitis


Osteomielitis mudah didiagnosis secara klinis, pemeriksaan radiologis dan tambahan seperti
CT dan MRI jarang diperlukan. Namum demikian, seringkali osteomielitis memiliki gejala
klinis yang hampir sama dengan yang lain. Khususnya dalam keadaan akut, gejala klinis yang
muncul sama seperti pada histiocytosis sel Langerhans atau sarkoma Ewing. Perbedaan pada
setiap masing-masing kondisi dari jaringan lunak. Pada osteomielitis, jaringan lunak terjadi
pembengkakan yang difus. Sedangkan pada sel langerhan histiocytosis tidak terlihat secara
signifikan pembengkakan jaringan lunak atau massa. Sedangkan pada ewing sarkoma pada
jaringan lunaknya terlihat sebuah massa. Durasi gejala pada pasien juga memainkan peranan
penting untuk diagnostik. Untuk sarkoma ewing dibutuhkan 4-6 bulan untuk menghancurkan
tulang sedangkan osteomielitis 4-6 minggu dan histiocytosis sel langerhans hanya 7-10 hari.
(Adam, 2004).

1. Terapi

Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan pemberian antibiotika
intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena Staphylococcus merupakan kuman
penyebab tersering, maka antibiotika yang dipilih harus memiliki spektrum antistafilokokus.
Jika biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi subperiosteum atau aspirasi intramedula
pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan untuk tirah baring, keseimbangan cairan dan
elektrolit dipertahankan, diberikan antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi
dengan gips. Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika.
Jika tidak ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah. (Skinner,2003)
Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan osteomielitis.
LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap minggu untuk memantau keberhasilan
terapi. Pasien dengan peningkatan LED dan CRP yang persisten pada masa akhir pemberian
antibiotik yang direncanakan mungkin memiliki infeksi yang tidak dapat ditatalaksana secara
komplit. C-Reactive Protein (CRP) Adalah suatu protein fase akut yang diproduksi oleh hati
sebagai respon adanya infeksi, inflamasi atau kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan
proses dimana tubuh memberikan respon terhadap injury . Jumlah CRP akan meningkat tajam
beberapa saat setelah terjadinya inflamasi dan selama proses inflamasi sistemik berlangsung.
Sehingga pemeriksaan CRP kuantitatif dapat dijadikan petanda untuk mendeteksi adanya
inflamasi/infeksi akut. Berdasarkan penelitian, pemeriksaan Hs-CRP dapat mendeteksi
adanya inflamasi lebih cepat dibandingkan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). Terutama
pada pasien anak-anak yang sulit untuk mendapatkan jumlah sampel darah yang cukup untuk
pemeriksaan LED. (Hidiyaningsih, 2012)
Sedangkan LED adalah merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses
pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke
dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka
makin tinggi LED-nya. Tinggi ringannya nilai pada LED memang sangat dipengaruhi oleh
keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Nilai LED meningkat pada keadaan seperti
kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan
infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan. Jadi pemeriksaan LED masih
termasuk pemeriksaan penunjang yang tidak spesifik untuk satu penyakit. Bila dilakukan
secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti
tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. LED yang cepat menunjukkan suatu lesi
yang aktif, peningkatan LED dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas,
sedangkan LED yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
(Hidiyaningsih, 2012).
Perbedaan pemeriksaan CRP dan LED:

Hasil pemeriksaan Hs-CRP jauh lebih akurat dan cepat

Dengan range pengukuran yang luas, pemeriksaan Hs-CRP sangat baik dan penting
untuk: Mendeteksi Inflamasi/infeksi akut secara cepat (6-7 jam setelah inflamasi)

Hs-CRP meningkat tajam saat terjadi inflamasi dan menurun jika terjadi perbaikan
sedang LED naik kadarnya setelah 14 hari dan menurun secara lambat sesuai dengan
waktu paruhnya.

Pemeriksaan Hs-CRP dapat memonitor kondisi infeksi pasien dan menilai efikasi
terapi antibiotika.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus
dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara
langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibiotik dianjurkan. Pada osteomielitis
kronik, antibiotika merupakan adjuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan
sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat
sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang
dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang
terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.Pada
beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-satunya tindakan terbaik
adalah amputasi dan pemasangan prothesa. Bila proses akut telah dikendalikan, maka terapi
fisik harian dalam rentang gerakan diberikan. Kapan aktivitas penuh dapat dimulai tergantung
pada jumlah tulang yang terlibat. Pada infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat
mengakibatkan terjadinya fraktur patologis. (Hidiyaningsih, 2012)

Indikasi dilakukannya pembedahan ialah :


1.

Adanaya sequester.

2.

Adanya abses.

3.

Rasa sakit yang hebat.

4.

Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma Epidermoid).

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar
dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang
drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan
irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan
pemberian irigasi ini. (Canale, 2007)
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan
darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan
eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan
stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang. Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan
adalah bila involukrum telah cukup kuat; mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
(Canale, 2007)
Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh (Hidiyaningsih, 2012):
1. Pemberian antibiotik yang tidak cocok dengan mikroorganisme penyebabnya

2. Dosis yang tidak adekuat


3. Lama pemberian tidak cukup
4. Timbulnya resistensi
5. Kesalahan hasil biakan
6. Pemberian pengobatan suportif yang buruk
7. Kesalahan diagnostik
8. Pada pasien yang imunokempremaise

1. Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis antara lain (Anonim, 2012) :
1. Kematian tulang (osteonekrosis)
Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan kematian
tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas, kemungkinan harus diamputasi untuk
mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
1. Arthritis septic
Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias menyebar ke dalam sendi di dekatnya.
1. Gangguan pertumbuhan
Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada daerah yang lembut,
yang disebut lempeng epifisis, di kedua ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.
Pertumbuhan normal dapat terganggu pada tulang yang terinfeksi.
1. Kanker kulit
Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang menyebabkan keluarnya nanah,
maka kulit disekitarnya berisiko tinggi terkeba karsinoma sel skuamosa.
Dalam kepustakaan lain, disebutkan bahwa osteomielitis juga dapat menimbulkan komplikasi
berikut ini (Hidiyaningsih, 2012) :
1. Abses tulang
2. Bakteremia
3. Fraktur

4. Selulitis

BAB III
KESIMPULAN
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan struktur
disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik.
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat
menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan
mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (8990%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella. Infeksi dapat mencapai tulang dengan
melakukan perjalanan melalui aliran darah atau menyebar dari jaringan di dekatnya.
Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu sendiri jika terjadi cedera yang
mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk melalui luka tersebut.
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi
dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang
tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.
Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas ost
eomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang
mendasari.
Penatalaksanaannya harus secara komprehensif meliputi pemberian antibiotika, pembedahan,
dan konstruksi jaringan lunak, kulit, dan tulang.

DAFTAR PUSTAKA
Adam, Greenspan. Orthopedic Imaging: A Practical Approach, 4th Edition. Lippincott
Williams & Wilkins. USA. 2004.

Anonym, Osteomyelitis.2011. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/


osteomyelitis/DS00759

Anonym, OSTEOMIELITIS : Perkembangan 10 tahun Terakhir. Available from:


http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_023_sendi_&_tulang.pdf

Daniel, Lew, et al. 2012. Review Article Current Concepts OSTEOMYELITIS


available from : http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/nejm199704033361406

David R, Barron BJ, Madewell JE. Osteomyelitis, acute and chronic. Radio Clin
North Am 1987;25:1171-1201.

David C. Dugdale, 2009. http://www.umm.edu/imagepages/9712.htm

Hidyaningsih, Referat Osteomielitis. Jakarta:2012. h : 10-24.

Randall W King, MD, FACEP; Chief Editor: Rick Kulkarni. Osteomyelitis in


Emergency Medicine. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview#showall

Robin, Cotrans. Pathologic Basis of Disease 7th Edition. 2007

Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi

Song, Kit M ; Sloboda, John F. Journal of the American Academy of Orthopaedic


Surgeons. 2001

Anda mungkin juga menyukai

  • TN Ade
    TN Ade
    Dokumen1 halaman
    TN Ade
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Referensi
    Referensi
    Dokumen2 halaman
    Referensi
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Jtptunimus GDL Ineskaruni 6120 1 Babi PDF
    Jtptunimus GDL Ineskaruni 6120 1 Babi PDF
    Dokumen6 halaman
    Jtptunimus GDL Ineskaruni 6120 1 Babi PDF
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Terima Kasih BBBBBCCC
    Terima Kasih BBBBBCCC
    Dokumen1 halaman
    Terima Kasih BBBBBCCC
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Terima Kasih BB
    Terima Kasih BB
    Dokumen1 halaman
    Terima Kasih BB
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Halaman Pengesahan
    Halaman Pengesahan
    Dokumen6 halaman
    Halaman Pengesahan
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PENYULUHAN Zona
    LAPORAN PENYULUHAN Zona
    Dokumen6 halaman
    LAPORAN PENYULUHAN Zona
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Terima Kasih BBBBBVVCCC
    Terima Kasih BBBBBVVCCC
    Dokumen1 halaman
    Terima Kasih BBBBBVVCCC
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Terima Kasih BBBBBVVCCVC
    Terima Kasih BBBBBVVCCVC
    Dokumen1 halaman
    Terima Kasih BBBBBVVCCVC
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Ilustrasi Kasus
    Ilustrasi Kasus
    Dokumen20 halaman
    Ilustrasi Kasus
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Terima Kasih BBBBB
    Terima Kasih BBBBB
    Dokumen1 halaman
    Terima Kasih BBBBB
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen4 halaman
    Lembar Pengesahan
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Salbutamol
    Salbutamol
    Dokumen2 halaman
    Salbutamol
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Bbnnnterimakasih
    Bbnnnterimakasih
    Dokumen1 halaman
    Bbnnnterimakasih
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Terimakasih BB
    Terimakasih BB
    Dokumen1 halaman
    Terimakasih BB
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Terimakasih BB
    Terimakasih BB
    Dokumen1 halaman
    Terimakasih BB
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Obat Bronkodilator
    Obat Bronkodilator
    Dokumen19 halaman
    Obat Bronkodilator
    Firani Amazona
    100% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Kesuwun
    Kesuwun
    Dokumen1 halaman
    Kesuwun
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Terima Kasih BB
    Terima Kasih BB
    Dokumen1 halaman
    Terima Kasih BB
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Halaman Pengesahan
    Halaman Pengesahan
    Dokumen6 halaman
    Halaman Pengesahan
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Indikasi 1
    Indikasi 1
    Dokumen2 halaman
    Indikasi 1
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Firani Amazona
    Belum ada peringkat