Anda di halaman 1dari 3

Hal yang perlu dipertimbangkan seperti beberapa sindrom epilepsi dan keadaan kejang

lainnya yang tidak dapat dengan mudah di klasifikasikan dengan tipe kejang umum maupun
kejang parsial biasa
Epilepsi ringan pada anak-anak dengan sentrotemporal spikes (Epilepsi Sylvian)
Epilepsi motorik umum ini unik diantara tipe-tipe epilepsi fokal pada anak lainnya,
besifat self-limitting meskipun memiliki pola EEG yang sangat tidak normal. Biasanya di
transmisi dalam keluarga dengan sifat autosomal dominan dan jinak pada usia 5 dan 9
tahun munculan khasnya berupa kejang tonik klonik nokturna
dengan onset fokal.
Kemudian, kejang berupa kontraksi klonik pada satu sisi wajah, kadang kala salah satu
lengan atau tungkai, dan EEG interiktal menunjukan spikes tegangan tinggi di area rolandik
bawah kontralateral atau area setrotemporal. Kejang dapat dengan mudah di kontrol dengan
obat antikonvulsan tunggal dan secara perlahan menghilang menjelang remaja, hubungan
sindrom ini dengan disleksia masih belum jelas.
Epilepsi dengan oksipital spikes
Sejenis epilepsi; biasanya jinak dalam artian tidak ada kemerosotan intelektual dan
kejang biasanya berhenti pada masa remaja, telah dikaitkan dengan aktivitas spikes pada
lobus oksipital dan diidentifikasi sebagai panayiotopulous. Halusinasi visual, sementara tidak
berubah-ubah, adalah gejala klinis yang sangat umum, berdasarkan review oleh Taryor dkk;
sensasi dari gerakan mata, tinitus, atau vertigo juga dilaporkan pada kasus-kasus epilepsi
oksipital. Para penulis ini mengemukakan bahwa penyebab simptomatik dari sindom
terutama adalah heterotropia kortikal. Dari kedua tipe epilepsi pada anak ini, pada observasi
spikes yang sangat menonjol pada keadaan tidur adalah penanda diagnostik yang baik.
Spasme Infantil (Sindrom West)
Terminologi ini digunakan untuk bentuk epilepsi yang khusus dan sangat dramatik
pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak. West, pada pertengahan abad ke-19,
mendeskripsikan kondisi anaknya secara sangat detail. Kelainan ini, yang pada sebagian
besar kasus muncul selama tahun pertama kehidupan, ditandai dengan rekurensi, tunggal
atau episode singkat ddari gerakan fleksi kasar dari lengan dan tungkai, tidak sering,
kadang-kadang muncul sebagai gerakan ekstensi (maka istilah alternatifnya spasme infantil
atau salaam atau kejang jackknife). Banyak namun tidak semua pasien dengan kelainan ini
menunjukan abnormalitas EEG yag besar terdiri atas spikes multifokal terus-terusan dan
gelombang lambat dari altitud yang besar. Namun, pola ini dinamai oleh Gibbs and Gibbs
sebagar hipsararitmia (mountainous disritmia), bukanlah suatu spasme infantil spesidik,
seringkali dihubungkan dengan dengan kelainan perkembangan atau kelainan didapat lain.
Dengan menjadi dewasanya anak, kejang berkurang dan biasanya menghilang pada tahun
keempat atau kelima. Jika MRI dan CT Scan kurang lebih normal, temuan patologis lainnya
berdasarkan Jellinger adalag disgenesis kortikal. Kejang dan abnormalitas, keduanya dapat
berespon secara dramatis dengan adrenocotricotropin hormone (ACTH), kortikosteroid, atau
obat-obat benzodiazepin dimana clonazepin adalah yang paling banyak digunakan. Salah
satu tipe sindrom west yang disebabkan oleh tuberous sclerosis juga berespon secara
dramatis pada obat-obatan gamma-aminobutyric acid (GABA)-inhibitor seperti vigabatrin,
seperti yang dicatatkan dibawah. Namun, kebanyakan pasien, bahkan mereka yang
tampaknya normal, saat kejang muncul, dapat meninggalkan gangguan mental. Spasme
infantil nantinya dapat menjadi sindrom lennox-gastaut, salah satu kejang pada awal kanakkanak dengan prognosis yang lebih buruk seperti yang didiskusikan di bagian sebelumnya.
.

Kejang Demam
Kejang demam tanpa komplikasi yang sudah diketahui, khusus pada bayi baru lahir dan
anak-anak antara usia 6 bulan samapi 5 tahun (puncak insiden pada usia 9-20 bulan) dan
kecendrungan untuk diturunkan yang kuat, biasanya dianggap sebagai kondisi yang jinak.
Biasanya berbentuk tinggal, kejang motor umum yang berlangsung dengan meningkatnya
suhu inti tubuh pasien atau mencapai puncaknya. Kejang jarang berlangsung lebih dari
beberapa menit dan selama itu EEG dapat diperoleh, tidak ada kelainan dan rekoveri
sempurna. Suhu biasanya diatas 38C (100.4F). Penyakit virus atau bakteri apapun, atau
kadang-kadang imunisasi dapat menjadi presipitan dari demam; virus herpes 6 adalah salah
satu presipitan tersering, mungkin karena kecenderungannya untuk menyebabkan demam
tinggi. Obat antiepilepsi profilak dapat berguna dalam mencegah kejang demam. Kecuali
sudah dicurigai adanya hubungan genetik dengan epilepsi jinak masa kanak-kanak (luders
et al), dimana ini sendiri sementara, risiko pasien-pasien untuk berkembang menjadi
epilepsi dikemudian hari hanya lebih besar sedikit dibanding populasi umum. Di beberapa
keluarga, seperti dalam penelirian oleh Nab bout dkk, kejang demam sendiri, tanpa epilepsi
umum, telah dihubungkan dengan gen khusus dengn analisis hubungan. Diduga, ketika
produk gen diidentifikasi, beberapa pandangan pada sifat kecacatan yang menurunkan
ambang batas kejang di masa yang akan datang.
Tipe kejang demam jinak ini seharusnya tidak dibingungkan oleh penyakit serius lain seperti
demam akut ensephalitis atau status encephalopathic yang menyebabkan kejang fokal atau
kejang berkepanjangan, kejang umum atau abnormalitas EEF fokal, dan episode berulang
kejang demam selama penyakit demam (kejang demam dengan komplikasi). Pada kasuskasus ini, kejang ini dapat berlangsung tidak hanya oleh karena infeksi namun juga pada
waktu lain. Ketika pasien dengan kedua tipe digabung bersama pada rubrik kejang demam,
hal ini tidak mengejutkan karena persentase besar komplikasi berupa atipikal petit mal,
atonik dan ejaan statik diikuti kejang tonik, retardasi mental, dan epilepsi parsial kompleks.
Pada penelitian dengan 67 pasien dengan epilepsi lobus temporal medial oleh French dkk,
70% punya riwayat kejang demam sengan komplikasi pada 5 tahun awal kehidupannya,
walaupun banyak dari mereka yang tidak mengalami demam selama masa remajanya.
Meningitis bakterial adalah salah satu faktor risiko utama, trauma kepala dan lahiran adalah
faktor lainnya. Studi epidemiologis sudah membuktikan pandangan klinis ini. Annegers dkk
melakukan penelitian observasional kohort pada 687 anak-anak dengan rata-rata usia 18
tahun setelah kejang demam pertama mereka. Secara keseluruhan, anak-anak ini berisiko 5
kali lebih besar untuk mengalami kejang tanpa provokasi di masa yang akan datang.
Diantara anak-anak dengan kejang demam sederhana, risikonya hanya 2.4%. secara
kontras, anak-anak yang Annegers dkk sebut sebagai kejang demam kompleks (fokal,
berkelanjutan, atau kejang demam berulang) mempunyai risiko yang meningkat besar-8, 17
atau 49 persen, bergantung pada hubungan antara satu, dua atau tiga penyulit tambahan.
Epilepsi Refleks
Telah di apresiasi sejak lama bahwa kejang dapat dibangkitkan pada individu tertentu oleh
fisiologi terpisah dan stimulus fisiologis. Istilah refleks epilepsi ditetapkan untuk subgrup
kecil ini. Foster menklasifikasi kejang-kejang ini berdasarkan stimulus yang evokatif atas
lima tipe: (1) kedipan cahaya visual, pola visual, dan warna spesifik (terutama merah), yang
mengarah pada kedipan cepat atau penutupan mata (2) Pendengaran tiba-tiba yang tidak
terduga (startle), suara spesifik, latar musikal dan suara-suara (3) Somatosensoris-dapag
berupa gerakan cepat tidak terduga atau tiba-tiba setelah duduk atau berbaring atau taktil
yang berkepanjagan atau stimulus termal pada bagian tertentu dari tubuh (5) Makan.
Secara visual memicu kejang secara sangat umum. Kejang biasanya mioklonik tapi dapat
berupa kejang umum dan dipicu oleh stimulus photic atau televisi atau suatu pemeriksaan

EEG atau oleh photic atau pola stimulasi dari video game. Pada tipe lain dari refleks epilepsi,
kejang yang dipicu dapat bersifat fokal (permulaan biasanya pada bagian tubuh yang
distimulasi) atau secara umum dan dapat membuat satu serial bentuk kedutan mioklonik
atau suatu absence atau kejang tonik klonik. Kejang dapat dipicu oleh membaca, suarasuara, atau makan, adalah yang paling sering dari tipe parsial kompleks; kejang yang dipicu
oleh musik biasanya mioklonik, sederhana, atau parsial kompleks. Pada beberapa kejadian
refleks epilepsi dapat disebabka oleh kelainan otak fokal, biasanya lesi oksipital.
Clonazepam, valproat, carbamazepin, dan fenitoin (sama seperti banyak obat antiepilepsi
lain) sama efektifnya dalam mengontrol kejadian refleks epilepsi. Beberapa pasien belajar
untuk mencegah kejang dengan melakukan aktivitas contohnya memkirkan beberapa subjek
pengalih, berhitung dll.atau dengan memilai beberapa aktivitas fisik. Foster telah
mendemonstasikannya dalam beberapa tipe refleks epilepsi, munculan berulang dari
stimulus dapat memberikan stimulus berbahaya tapi hal ini membutuhkan waktu yang lama
dan penguatan, yang daoat membatasi nilai terapeutik.
Epilepsi Parsialis Kontinu
Ini merupaka n tipe fokal motor epilepsi yang khusus, ditandai dengan gerakan klonik ritmis yang menetap pada
satu kelompok otot biasanya wajah, lengan, atau tungkai yang berulang dengan interval teratur tiap beberapa detik
dan berlanjut dalam berjam0jam, berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan tanpa meluas ke daerah
tubuh lain. Walaupun demikian epilepsi parsialis kontinua, pada akibatnya, fokal motor status epileptikus yang
terbatas dan menetap. Bagian distal otot dari tungkai dan lengan, terutama fleksor tangan dan jari terpengaruh
lebih sering dibandingkan bagian proksimal. Pada wajah, kontraksi rekuren melibatkan

Anda mungkin juga menyukai