Anda di halaman 1dari 3

Pemanfaatan Paitan (Tithonia diversifolia (Hamsley) A.

Gray) dalam
Perspektif LEISA

Tithonia diversifolia merupakan jenis tanaman berbunga dengan warna


kuning keemasanmempesona yang keluar pada akhir musim penghujan dengan
penampilan mirip dengan bunga matahari. Sebagai anggota suku Asteraceae spesies
ini
juga
dijuluki the
tree
marigold, Mexican
tournesol, Mexican
sunflower, Japanese sunflower ataupun Nitobe chrysanthemum. Diduga berasal
dari Meksiko dan kini tersebar hampir di semua belahan dunia. Memiliki berbagai
julukan lokal semisal paitan di daerah Jawa (paitan dari asal kata pait atau pahit).
Tanaman ini dapat bersifat semusim maupun tahunan dengan ketinggian, 23 m
(6.69.8 ft) membentuk semak. Tanaman ini jarang dibudidayakan secara sengaja
sehingga sering dikategorikan sebagai gulma paitan.

Di beberapa Negara tanaman ini digunakan sebagai obat tradisional semisal


sebagai anti-inflamasi pengurang rasa sakit, didukung hasil penelitian yang dimuat
dalam jurnal Ethnopharmacol kandungan asam chlorogenik dalam ekstrak daunnya
patut diteliti lebih lanjut efektivitasnya. Juga ditengarai sebagai obat anti
malaria maupun diare. Mengingat farmakologi diluar kompetensi, seyogyanya
diperiksa ulang pada tautan terkait.

T. diversifolia memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dengan kerapatan


tajuk dan perakaran yang dalam, sehingga titonia dapat dijadikan sebagai tanaman
pengendali erosi dan sekaligus sebagai sumber bahan organik penyubur tanah
pertanian. Batangnya berkayu dengan kandungan lignin yang cukup tinggi sering
dipergunakan sebagai kayu bakar. Tajuknya mudah dipangkas dan rimbun kembali,
hasil pangkasan untuk pakan maupun dikembalikan ke lahan untuk proses daur
ulang menjadi pupuk.
LEISA
LEISA adalah singkatan dari Low External Input for Sustainable Agriculture atau
Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Pendekatan ini sama sekali
tidak menentang pemakaian input luar. LEISA menurut Reijntjes dkk. mengacu
pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut:

Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan


mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman,
hewan, tanah, air, iklim dan manusia sehingga saling melengkapi dan
memberikan
efek
sinergi
yang
paling
besar.
Berusaha mencari cara pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan untuk
melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan
sumberdaya biologi, fisik dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar,
perhatian utama diberikan pada maksimalisasi daur ulang dan minimalisasi
kerusakan lingkungan.
Mengacu prinsip dasar ini pengetahuan serta sumberdaya lokal sangat berperan
dalam pertanian berkelanjutan. Memperhatikan potensi paitan dan mengkaji
pemanfaatannya dalam perspektif LEISA menjadi sangat menarik.
Pemanfaatan paitan dalam LEISA

Hasil kajian menunjukkan aplikasi pangkasan titonia mampu meningkatkan hasil


dari tanaman uji yaitu jagung, jahe, tomat, okra, slada dan caisim. Berbagai cara
pemanfaatan paitan dalam pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah
diantaranya:
1.

Pemanfaatan
pangkasan
paitan
sebagai
mulsa
Pangkasan paitan disebarkan di permukaan tanah untuk menutupi
tanah (mulsa) diantara tanaman yang diusahakan. Fungsi utama mulsa
adalah mengurangi penguapan air tanah dan mengurangi fluktuasi suhu
tanah. Mulsa paitan pada gilirannya akan mengalami dekomposisi daur
ulang hara dan menambah kesuburan tanah.

2.

Pemanfaatan pangkasan paitan sebagai bahan dasar kompos


Hasil pangkasan paitan dikomposkan terlebih dahulu sebelum
diaplikasikan ke lahan pertanian. Pemberian kompos bermakna sangat
penting bagi perbaikan sifat fisik, kesuburan (peningkatan kadar N, P, K
dan Mg tanah) maupun kehidupan biota tanah sebagai
komponen peningkatan kualitas tanah.

3.

Pemanfataan pangkasan paitan sebagai pupuk hijau dan substitusi


input
pupuk
dari
luar.
Dengan pertumbuhan cepatnya, biomasa mencapai 5-8 ton/ha/tahun
(dari 2x pangkasan), pangkasan paitan potensial sebagai pupuk hijau di
Negara Kenya. Hasil penelitian Purwani (2010) paitan mengandung

(2.7-3.59% N, 0.14-0.47% P, 0.25-4.10% K) sehingga aplikasinya


mampu mengurangi sebagian penggunaan pupuk dari luar.
4.

Penanaman paitan sebagai tanaman pagar dalam budidaya lorong


(alley
cropping)
Paitan ditanam sebagai tanaman pagar menurut arah kontur, dan
pangkasannya dimanfaatkan sebagai mulsa maupun kompos pada
tanaman utama yang dibudidayakan di bagian lorong. Hasil
penelitian Alfina (2010) penanaman titonia/paitan mampu mengurangi
tanah tererosi sebesar 0.1 ton/ha (16.67%) 0.3 ton/ha (50%) dan
mengurangi aliran permukaan sebesar 109.65 m3/ha (46.59%) 173.85
m3/ha (73.87%) dan aplikasi pangkasannya mampu meningkatkan
hasil pipilan kering jagung dengan hasil mencapai 5.89 ton/ha.

5.

Paitan
sebagai
bioakumulator
logam
berat
Tanaman paitan ditengarai mampu mengakumulasi beberapa logam
berat, data yang didapat akumulasi Pb tertinggi pada akar, sedangkan
akumulasi Zn tertinggi pada bagian daun. Logam berat lain yang
diserap dalam jumlah banyak adalah Cd, Cu, Ag. Hal ini
mengindikasikan potensi paitan sebagai materi remidiasi lahan
tercemar.

6.

Paitan sebagai penolak hama maupun insektisida nabati.


Belajar dari pengetahuan lokal (local knowledge) tanaman ini berasa
pahit (disebut paitan) tanaman ini jarang diserang hama. Sehingga
dicoba digunakan sebagai repellent(penolak) hama dengan cara
penanaman pada beberapa spot di pinggir lahan budidaya. Beberapa
petani mempergunakan ekstrak daun paitan sebagai insektisida nabati.
Daun
paitan
mengandung
asam
palmirat
yang
bersifat
sebagai repellent dan berpengaruh negatif terhadap sistem saraf serta
metabolism serangga. Konsentrasi 50 60 g/l sudah efektif dalam
mengendalikan serangga hama.

Anda mungkin juga menyukai