Anda di halaman 1dari 2

1.

MRI (Magnetic Resonance Imaging): alat kedokteran di bidang pemeriksaan


diagnostik radiologi yang menghasilkan rekaman gambar otongan penampang
tubuh atau organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan
antara 0,064-1,5 tesla (1 tesla = 1000 gauss) dan resonansi getaran terhadap
inti atom hidrogen. (Toronto (1988) dalam Notosiswoyo (2004)).
2. Plavix
Fungsi: mencegah platelet tidak saling menempel dan membentuk gumpalan
yang dapat memblokir arteri.
Kandungan: clopidogrel bisulfate
Efek samping: dapat menyebabkan pasien menderita Trombocytopenic
Purpura (TTP) yaitu penggumpalan darah di pembuluh darah dengan gejala:
- Bintik keunguan (purpura) pada kulit atau dalam mulut (selaput lendir)

karena pendarahan di bawah kulit


- Kulit atau bagian putih mata berwarna kuning (jaundice).
Sesak napas
IOM: konsumsi bersamaan dengan bahan makanan mengandung antikoagulan dapat meningkatkan resiko perdarahan.
(Sanofi-Aventis, 2013)
Aggrenox
Fungsi: kombinasi antiplatelet untuk mengurangi resiko stroke pada pasien
yang memiliki iskemik otak sementara atau sudah stroke iskemik akibat
trombosis.
Kandungan: dipyridamole dan aspirin
Efek samping: meniingkatkan resiko perdarahan pada otak (intracranial),
lambung, atau usus.
IOM: konsumsi bersamaan dengan alkohol dapat meningkatkan resiko
perdarahan karena mengandung aspirin.
(Boehringer, 2012)

3. Terapi Menelan
a. The Effortful Swallow
Tujuan: meningkatkan kekuatan otot menelan
Cara: menganjurkan pasien menelan dengan kekuatan penuh otot leher
dan faring sewaktu menelan. (Mulyatsih, 2009)
b. The Electromyographic Surface Biofeedback
Cara: menggunakan alat kesehatan untuk menstimulasi gerak otot faring
namun jarang tersedia di rumah sakit di Indonesia. (Mulyatsih, 2009)
4. Tes Menelan:
a. VFSS (Videofluoroskopi Swallow Assessment)
Untuk mengevaluasi disfagia dan aspirasi. (Stroke Association, 2012)
b. FEES
Untuk menilai kemampuan pasien dalam proses menelan. (Stroke
Association, 2012)

c. Tes untuk Oropharyngeal Dysphagia


Pasien diberi air atau cairan dalam gelas kurang lebih 150 ml kemudian
dihitung jumlah volume yang diminum dan waktu minum pasien. (WGO,
2007)
5. MONEV Tes Menelan
Menggunakan form GUSS (Gugging Swallowing Screen)
*(form terlampir ya)
6. Indikasi Enteral Feeding dihentikan
Enteral feeding dengan gastrosnomy dapat digunakan selama 4-6 minggu.
Oleh karena itu diperlukan pemberian transitional feeding, dengan cara:
a. Berhenti diberikan makanan enteral saat waktu makan
Tujuan: untuk meningkatkan nafsu makan pasien dan asupan oral saat
waktu makan.
Cara: enteral feeding dihentikan 1-2 jam sebelum makan utama.
Pemberian enteral feeding dapat dilanjurkan 1-2 jam setelah pasien selesai
makan oral.
b. Nocturnal Feeding
Cara: pemberian enteral feeding selama waktu tidur (8-16 jam) untuk
menurunkan rasa kenyang saat siang hari dan dapat meningkatkan
kemauan pasien untuk konsumsi makanan secara oral.
c. Bolus Feeding
Cara: pemberian bolus pada siang hari dapat digunakan sebagai alternatif
infus malam yang terus-menerus dan diberikan pada waktu yang terpisah
dengan pemberian makanan oral untuk mencegah adanya dampak pada
nafsu makan. Ukuran bolus disesuaikan dengan asupan makan
sebelumnya.
Transitional feeding diberikan hingga pasien dapat mengonsumsi 65-75%
kebutuhan zat gizinya melalui oral, setelah itu enteral feeding dapat
dihentikan. (DAA, 2007)

Anda mungkin juga menyukai