Anda di halaman 1dari 5

13th Block Psychiatry | 2nd Chapter

Anna

ANTIPSYCHOTIC AND
UNWANTED EFFECT
Kamis, 29 September 2011

dr. Akhmad Edi Purwoko

Obat neuroleptic penuh dengan efek samping. Beberapa efek samping terjadi pada
awal terapi, efek tersebut dihasilkan oleh inibisi neuroleptik reseptor pada sistem
saraf pusat dan perifer, efek yang lain muncul kemudian selama perawatan.
Hambatan DA-Ergic di ganglion basalis (jalur nigrostristal) tampaknya
menyebabkan gejala ekstrapiramidal, sedangkan di jalur tuberohypophyseal menginduksi gangguan endokrin, dan di pusat trigger
zone bertanggungjawab atas aksi antiemetic / antimuntah.

Anti Psychotic and Unwanted Effect

44

13th Block Psychiatry | 2nd Chapter

Anna

`
1. Reaksi Ekstrapiramidal meliputi
a. Parkinsonism yang dapat menyerupai penyakit Parkinson idiopatik
tetapi biasanya dalam tingkatan berderajat lemah dan memberikan
respon baik dengan pemberian antikolinergik atau amantadin.
b. Akatisia adalah sensasi subyektif terkait dengan kegelisahan yang
biasanya disertai hiperaktifitas motorik ringan sampai sedang, Efek ini
adalah efek termasuk diantara efek samping yang umum dan biasanya
memberikan respon terhadap pemberian antagonis reseptor-adrenergik,
antikolinergik, antihistamin atau amantadin. Akatisia kadang-kadang
diinterpretasi sebagai peningkatan agitasi. Mengikuti peningkatan dosis
neuroleptik dapat mengakibatkan efek akatisia yang besar.
c. Reaksi Distonik akut adalah gerakan tak sadar (spasme otot,
menjulurkan lidah, tortikolis, dll) biasanya muncul dalam beberapa hari
pada awal terapi neuroleptik dan dapat terlihat sebagai krisis okulogirik
(postur distonik leher, muka dan mata) atau kombinasi distonia fokal.
Efek samping tersebut menakutkan tetapi juga responsive terhadap
injeksi antikolinergik atau antihistamin. Efek samping tersebut tidak
cenderung berulang selama terapi neuroleptik.
Ketiga reaksi tersebut biasanya terjadi pada minggu-minggu awal terapi,
biasanya menurun seiring perjalanan waktu dan reversible dengan
penghentian terapi. Distonia akut terjadi karena adanya hambatan
jaras nigrostriatal dopaminergik.
d. Efek samping berikutnya adalah tardive dyskinesia yang berkembang
setelah beberapa bulan atau tahun pada 20-40% pasien yang diterapi
dengan obat antipsikotik klasik dan merupakan salah satu masalah utama
terapi antipsikotik, ditandai dengan gerakan oral-facial yang berlebihan
dan tanpa sadar. Tardive dyskinesia yang berat dapat menyebabkan
gangguan makan dan bernafas.
Bagaimana mekanisme tardive dyskinesia terjadi ada beberapa teori.
Salah satunya adalah berhubungan dengan peningkatan secara bertahap
jumlah atau hipersensitifitas reseptor D2 pada sisi striatum (upregulation) yang sedikit ditandai dengan penggunaan obat antipsikotik
atipikal. Kemungkinan lain adalah adanya inhibisi kronik reseptor dopamin
D2 yang mengganggu pelepasan katekolamin dan atau glutamate pada
striatum dan mendorong terjadinya neurodegenerasie xitotoxic.
2. Efek endokrin
Dopamin dirilis di median utama oleh neuron jaras tubero-hypophyseal yang
secara fisiologis beraksi pada reseptor Dopamin D2 sebagai inhibitor sekresi
prolaktin. Oleh karenanya penghambatan reseptor D2 dengan obat antipsikotik
akan meningkatkan konsentrasi prolaktin dalam plasma.
Sehingga akan mengakibatkan pembengkakan kelenjar mamae, nyeri
dan laktasi yang bisa terjadi pada laki-laki sebagaimana pada wanita.
Perubahan endokrin yang sedikit nyata termasuk penurunan sekresi growth
hormone tetapi tidak seperti respon prolaktin sehingga secara klinik tidak
penting.
3. Neuroleptik Malignan Sindrom

Anti Psychotic and Unwanted Effect

45

13th Block Psychiatry | 2nd Chapter

Anna

`
Jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang serius seperti sindroma
hipertermia malignan terlihat beberapa dengan mati rasa. Efek samping ini
terjadi 1-2% pasien dan 10%nya berakibat fatal.
Kondisi ini awalnya teramati dalam terapi yang ditunjukkan dengan hamper
kolapse sistem saraf autonom yang menyebabkan demam, kekakuan otot,
diaforesis, kebingungan mental, instabilitas kardiovaskuler. Intervensi
medik yang mendesak adalah dengan memberikan bromcriptin (agonis DA) dan
dantrolen bila perlu
Gimana terapinya?
Secara umum, intensive care diperlukan pada kasus ini. Obat neuroleptik
atau antipsikotik harus dihentikan, kemudian demam yang muncul ditangani
segera. Kita juga bisa ngasih relaksan otot. Obat dopaminergik seperti agonis
dopamin terbukti bermanfaat. Intervensi medis segera dengan bromcriptine
(DA agonis) dan dantrolene perlu dilakukan.
Gimanos prognosisnyaaa?
Identifikasi dan terapi dini untuk seseorang yang kena sindrom neuroleptik
malignan bisa meningkatkan hasil terapi. Jika diindikasi secara klinis alias
obatnya emang penting, obat neuroleptiknya bisa dikasih lagi pelan-pelan
ketika si pasien mulai sembuh, meskipun ada kemungkinan sindromnya bisa
kumat lagi. Alternatif lain yaitu dengan mengganti obat neuroleptik itu pake
obat dengan kelas yang lain yang jg bermanfaat untuk neuroleptik. Anestesia
dapat menjadi resiko bagi seseorang yang mengalami sindrom neuroleptik
malignan tersebut.
4. Sedasi
Efek sedasi yang cenderung menurun dengan penghentian obat terjadi
pada penggunaan beberapa obat antipsikotik. Aktivitas antihistamin H1 adalah
efek yang dimiliki phenotiazine dan memberikan kontribusi efek sedative dan
antiemetic tetapi bukan untuk efek antipsikotiknya.
5. Variasi Efek Perifer
Inhibisi reseptor muskarinik menghasilkan efek pandangan kabur dan
peningkatan tekanan intraokuler, mulut dan mata kering, konstipasi
dan retensi urin. Asetilkolin mempunyai mekanisme aksi yang berlawanan
dengan Dopamin pada ganglion basalis dan ini salah satu kemungkinan
mengapa efek ekstrapiramidal relatif lebih rendah pada penggunaan terapi
dengan clozapin dan thioridazine sebagai hasil tingginya potensi antimuscarinic
obat tersebut.
Inhibisi -adrenoreceptors menghasilkan efek samping yang penting
hipotensi ortostatik pada manusia. Penambahan berat badan pada umunya
terjadi dan beberapa masalah efek samping kemungkinan berhubungan dengan
antagonism reseptor 5-HT.
6. Beberapa reaksi idiosinkratik dan hipersensitivitas dapat terjadi, yang
paling penting adalah:
a. Ikterik (kekuningan) yang terjadi dengan peningkatan umur
b. Phenothizines, sebagaimana chlorpromazine kejadian ikterik biasanya
ringan dan terjadi karena ikterus obstruktif. Efek tersebut tidak muncul
secara cepat ketika obat dihentikan dengan pemberian substitusi suatu
antipsikotik dengan kelas yang berbeda.

Anti Psychotic and Unwanted Effect

46

13th Block Psychiatry | 2nd Chapter

Anna

`
Lekopeni dan agranulositosis adalah jarang tetapi
bila terjadi potensial berakibat fatal dan terjadi pada
beberapa minggu pertama perlakuan (treatment).
Insidensi lekopeni (biasanya reversibel) kurang dari 1
kejadian dari 10.000 kebanyakan antipsikotik, tetapi
lebih tinggi (1-2%) dengan clozapin, oleh karenanya
memerlukan
monitoring
yang
teratur,
seperti
pemeriksaan angka lekosit.
Pemberian obat dihentikan pada tanda pertama
adanya lekopeni atau anemi. Olanzapine menunjukkan
bebas dari kondis itidak menguntungkan ini.
Reaksi kulit urtikaria sering terjadi tetapi biasanya
ringan, sensitifitas yang berlebihan terhadap sinar
ultraviolet mungkin juga terjadi

Penggunaan Klinik
Penggunaan utama obat antipsikotik adalah
untuk terapi schizophrenia dan gangguan psikotik
lainnya.
Pencegahan
mual-muntah
yang
berat.
Neuroleptik khususnya prochlor-perazine bermanfaat pada
terapi dengan obat yang menginduksi muntah. Nausea yang
meningkat dari emosi harus diterapi dengan sedative dan
antihistamin daripada obat yang sangat kuat.
Penggunaan
lain:
obat
neuroleptik
mungkin
digunakan sebagai tranquilizer untuk penanganan agitasi
dan tingkah laku kacau. Neuroleptik digunakan secara kombinasi dengan
analgesic narkotik untuk treatment nyeri kronik dengan kecemasan yang berat.
Chlorpromazine digunakan untuk treatment intractable hiccup (cegukan yang
membandel). Droperidol adalah komponen neurolepanestesia. Prometazine
adalah antipsikotik yang tidak baik tetapi agen ini digunakan untuk treatment
pruritus karena sifat efek antihistaminnya.

Penggolongan Lain
1. Antipsikotik Generasi 1 APG I terdiri dari:
a. Neuroleptik Spektrum Luas
Spektrumnya luas.
Efek terapeutik utama blokade terhadap sistem dopaminergik
(reseptor dopamin tipe D2). mengatasi gejala psikotik,
Efek yang lain :
menghambat neuron histaminnergik reseptor H1(sedasi),
menghambat neuron kholinergik reseptor muskarinik tipe M1
menghambat gerakan psikomotor,
menghambat neuron adrenergik reseptor 1 hipotensi dan
sedasi.
Contoh broad spektrum neuroleptik :
- Chlorpromazine
: dosis oral 100 1600 mg, im : 25 500 mg
- Theoridazine : dosis oral 200-800 mg
b. Neuroleptik Jangka Panjang
Bekerja lebih spesifik: broadspectrum neuroleptics
Memblok adeneuron dopaminergik, utamanya receptor dopamin
tipe 2 (D2), sehingga dapat mengatasi gejala psikotik.
Anti Psychotic and Unwanted Effect

47

13th Block Psychiatry | 2nd Chapter

Anna

`
Contoh :
Haloperidol, dosis : 5-20 mg oral, 5-20 mg im
Perphenazin, dosis
: 12 64 mg oral, 15 30 mg im
Trifluoperazin, dosis
: 4 40 mg oral, 4 10 mg im
Fluphenazin, dosis
: 1,5 40 mg oral, 5 20 mg im
Pimozide, dosis
: 0,5-20 mg
Sulpiride, dosis
: 600-1800 mg
2. Antipsikotik Generasi 2.
APG II bekerja antagonis dopaminergik (D2 reseptor) dan serotonergik
(5 HT2 reseptor).
Efek terapeutik mengatasi gejala psikotik :
Gejala positif (waham, halusinasi, kataton, inkoherensi)
Gejala negatif (anhedonia, anergia, social withdrawl, apathy,
alogia),
Terhindar
dari
efek
merugikan
obat,
misalnya
sindrom
ekstrapiramidal.
Contoh APG II:
- Clozapin,
dosis 12,5-25 mg
- Risperidon,
dosis 1-6 mg
- Olanzapin,
dosis 7,5-30 mg
- Quetiapin,
dosis 300 mg
Indikasi APG II
Penderita yang resisten pengobatan
Tardive dyskinesia berat
Penderita dengan ambang EPS rendah
Depresi dengan gejala psikotik
Gangguan neurologik, misal parkinson dengan gejala psikotik
Penderita skizofrenia dengan bunuh diri
Penderita manik yang resisten dengan pengobatan

Anti Psychotic and Unwanted Effect

48

Anda mungkin juga menyukai