PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan suatu fase kehidupan yang sangat dinantikan oleh setiap
wanita untuk dapat menjadi seorang ibu serta meneruskan keturunan. Kehamilan
tersebut tentu saja diharapkan dapat diakhiri dengan proses persalinan yang
berlangsung secara normal.
Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan biasa atau persalinan
normal atau persalinan spontan terjadi apabila bayi lahir dengan presentasi belakang
kepala tanpa memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari ! jam.
"
Proses persalinan ditandai oleh adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
dilatasi serviks dan mendorong fetus keluar melalui jalan lahir. Kontraksi
miometrium selama persalinan akan terasa sangat menyakitkan bagi ibu. #ebelum
timbulnya kontraksi yang menyakitkan ini, uterus harus disiapkan untuk proses
kelahiran. $iometrium tidak akan berespon sampai dengan usia kehamilan %&-%'
minggu, dan setelah periode memanjang ini, fase transisional diperlukan sampai
serviks mengalami penipisan dan perlunakan.
#elama proses persalinan salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
kontraksi miometrium. Kontraksi miometrium yang tidak menyebabkan dilatasi
serviks dapat dirasakan kapanpun selama masa kehamilan. Kontraksi ini timbul
dengan intensitas yang rendah dan durasi yang singkat. (imbul rasa tidak nyaman
yang terbatas di abdomen bawah dan lipatan paha. $enjelang saat-saat akhir
kehamilan, ketika uterus mulai mengalami persiapan untuk persalinan, kontraksi ini
bertambah sering hal ini sering terjadi pada multipara dan kadang disebut persalinan
palsu. )amun, pada beberapa ibu kontraksi kuat dari uterus yang menimbulkan
dilatasi serviks, penurunan janin dan pelahiran konseptus timbul secara mendadak
tanpa peringatan.
"
Pada dan selama persalinan ada tiga faktor penting yang berperan, yaitu
power (kekuatan kontraksi ibu (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma
pelvis atau kekuatan mengejan, ketegangan dan kontraksi ligament rotumdum),
passager (janin dan plasenta), passage (kondisi jalan lahir lunak dan tulang). #ebab
terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks.
(erdapat beberapa teori yang sering dibicarakan antara lain faktor-faktor humoral,
pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf, dan faktor
nutrisi dimana faktor-faktor ini dapat menyebabkan persalinan dimulai.
*alam laporan kasus ini akan dibahas lebih banyak mengenai persalinan
normal baik definisi, faktor penyebab mulainya persalinan, tahapan, mekanisme,
pemantauan persalinan dengan partograf +,- dan memimpin persalinan sehingga
dapat menambah pengetahuan dan pemberian informasi yang benar pada pasien,
keluarganya maupun masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus biasa atau partus normal atau partus
spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-
alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari ! jam.
"
Kehamilan aterm adalah kehamilan yang berusia antara %. sampai ! minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Partus prematur adalah kehamilan yang
berusia ' sampai %& minggu, dimana hasil konsepsi dapat hidup tetapi belum aterm
atau cukup bulan dengan berat janin antara "///-0// gram. Partus postmatur atau
serotinus adalah kehamilan yang melebihi usia ! minggu atau terjadi minggu atau
lebih dari waktu partus yang diperkirakan. Partus immatur terjadi bila usia kehamilan
kurang dari ' minggu namun lebih dari / minggu dengan berat janin antara 0//-
"/// gram, sedangkan abortus adalah penghentian janin sebelum viable dengan berat
janin di bawah 0// gram atau umur kehamilan di bawah / minggu.
",,%
2.2 Faktor-faktor Penyea !"#ainya Persa#inan
#uatu persalinan ditandai dengan peningkatan aktivitas miometrium dari aktivitas
jangka panjang dan frekuensi rendah, menjadi aktivitas tinggi dengan frekuensi yang
lebih tinggi. Kondisi ini menghasilkan suatu keadaan menipis dan membukanya
serviks uterus. Pada persalinan normal terdapat juga hubungan antara waktu dengan
perubahan biokimiawi jaringan ikat serviks yang menyebabkan kontraksi uterus dan
pembukaan serviks. #emua peristiwa tersebut terjadi sebelum pecahnya selaput
ketuban.
*ata pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
0
=ika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk 2
$encatat kemajuan persalinan
$encatat kondisi ibu dan janinnya
$encatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
$enggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
$enggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu
Partograf harus digunakan 2
>ntuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua
persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik
persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
#elama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain).
#ecara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (#pesialis -bstetri dan Ainekologi,
6idan, *okter >mum, ?esiden dan $ahasiswa Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
2.*.1. Pen/atatan se#a'a Fase Laten Ka#a Sat" Persa#inan
8
Kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif yang diacu
pada pembukaan serviks2
fase laten2 pembukaan serviks kurang dari ! cm
fase aktif0 pembukaan serviks dari ! sampai "/ cm
Kondisi ibu dan bayi harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu2
denyut jantung janin2 setiap B jam
frekuensi dan lamanya kontraksi uterus2 setiap B jam
nadi2 setiap B jam
pembukaan serviks2 setiap ! jam
penurunan bagian terbawah janin2 setiap ! jam
tekanan darah dan temperatur tubuh2 setiap ! jam
produksi urin, aseton dan protein2 setiap sampai ! jam
2.*.2. Pen/atatan Se#a'a Fase Aktif Persa#inan &a+a Parto,raf
,alaman depan partograf (lihat Aambar -!) menginstruksikan observasi dimulai
pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-
hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu2
Infor'asi tentan, i"0
". nama, umurC
. gravida, para, abortus (keguguran)C
%. nomor catatan medik7nomor puskesmasC
!. tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu)C
0. waktu pecahnya selaput ketuban.
Kon+isi 1anin0
". *==C
. warna dan adanya air ketubanC
%. penyusupan (molase) kepala janin.
Ke'a1"an &ersa#inan0
". pembukaan serviksC
. penurunan bagian terbawah atau presentasi janinC
%. garis waspada dan garis bertindak.
Ja' +an 2akt"0
". waktu mulainya fase aktif persalinanC
. waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi "ter"s0
". frekuensi kontraksi dalam waktu "/ menit
. lama kontraksi (dalam detik).
"/
.at-oatan +an /airan yan, +ierikan0
". oksitosinC
. obat-obatan lainnya dan cairan 34 yang diberikan.
Kon+isi i"0
". nadi, tekanan darah dan temperatur tubuhC
. urin (volume, aseton atau protein).
As"%an3 &en,a'atan +an ke&"t"san k#inik #ainnya (dicatat dalam kolom yang
tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
2.4 Pi'&inan Persa#inan
Pimpinan persalinan yang normal juga terbagi dalam ! kala sesuai dengan mekanisme
persalinan normal2
",%,!,0
2.4.1 Ka#a I
*alam kala 3, pekerjaan dokter, bidan, atau penolong persalinan adalah mengawasi
wanita inpartu sebaik-baiknya dan melihat apakah semua persiapan untuk persalinan
sudah dilakukan. Pemberian obat atau tindakan hanya apabila ada indikasi untuk ibu
maupun anak. Pada seorang primigravida aterm umumnya kepala janin sudah masuk
pintu atas panggul pada kehamilan %& minggu, sedangkan pada multigravida baru
pada kehamilan %' minggu. Pada kala 3, apabila kepala janin telah masuk sebagian ke
dalam pintu atas panggul serta ketuban belum pecah, wanita tersebut dapat
dipersilahkan duduk atau berjalan-jalan di sekitar kamar bersalin. ;kan tetapi, pada
umumnya wanita lebih suka berbaring karena sakit yang dirasakan ketika muncul his.
6erbaring sebaiknya ke sisi, tempat punggung janin berada. Dara ini mempermudah
turunnya kepala dan putaran paksi dalam. ;pabila kepala janin belum turun ke dalam
pintu atas panggul, sebaiknya wanita tersebut berbaring terlentang, karena bila
ketuban pecah, mungkin terjadi komplikasi-komplikasi, seperti prolaps tali pusat,
prolaps tangan, dan sebagainya. ;pabila his sudah sering dan ketuban sudah pecah,
wanita tersebut harus berbaring.
Pemeriksaan luar untuk menentukan letak janin dan turunnya kepala
hendaknya dilakukan untuk memeriksa kemajuan partus, disamping dapat dilakukan
pula pemeriksaan rektal atau pervaginam. ,asil pemeriksaan pervaginam juga disebut
pemeriksaan dalam harus menyokong dan lebih merinci apa yang dihasilkan oleh
""
pemeriksaan luar. ,arus disadari bahwa tiap pemeriksaan dalam pada waktu
persalinan selalu menimbulkan bahaya infeksi dan rasa nyeri pada penderita. ;kan
tetapi hal-hal tersebut jangan sampai menghalangi untuk menjalankan pemeriksaan
dalam yang diperlukan untuk menilai vagina (terutama dindingnya, menyempit atau
tidak), keadaan dan pembukaan serviks, kapasitas panggul, ada tidaknya penghalang
jalan lahir, sifat fluor albus, dan adanya penyakit (bartholinitis, urethritis, sistitis, dan
sebagainya), ketuban, presentasi kepala janin, turunnya kepala dalam ruang panggul,
penilaian besar kepala terhadap panggul, dan menilai kelangsungan partus.
Pemeriksaan per rektum baik untuk menilai turunnya kepala, tetapi kurang
baik untuk menilai ketuban, keadaan serviks, serta posisi dan presentasi kepala.
Pemeriksaan per rektum dapat mengurangi infeksi eksogen (dari luar), tetapi dapat
menimbulkan infeksi endogen (dari dalam) bila pemeriksaan kurang memperhatikan
asepsis dan antisepsis dan menggosok-gosok dengan jari dinding vagina bagian
belakang yang pada umumnya mengandung kuman-kuman ke dalam pembukaan
serviks. Pada pemeriksaan per vaginam kemungkinan infeksi eksogen dapat
diperkecil bila pemeriksa memperhatikan asepsis dan antisepsis dengan memakai
sarung tangan steril dan dapat menggunakan krem dettol atau sejenis. $engingat
adanya kemungkinan menimbulkan infeksi, maka pemeriksaan dalam hendaknya
hanya dilakukan bila ada indikasi ibu maupun janin atau bila akan diadakan tindakan
di samping perlu untuk mengetahui kemajuan partus.
*alam kala 3 wanita dalam keadaan inpartu dilarang mengedan. #ebaiknya
sebelumnya dilakukan dahulu lavement. 5a<imnya dimasukkan / sampai !/ ml
gliserin ke dalam rektum dengan penyemprot klisma atau diberi suppositoria. =ika
tidak diberi klisma, skibala di rektum akan membuat wanita tersebut mengedan
sebelum waktunya. #kibala di rektum juga akan menghalangi rotasi kepala yang baik
pada kala 3.
2.4.2 Ka#a II
Kala 33 dimulai jika pembukaan serviks telah lengkap. >mumnya pada akhir kala 3
atau permulaan kala 33 dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul,
ketuban akan pecah sendiri. 6ila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan.
Kadang-kadang pada permulaan kala 33 ini, wanita tersebut mau muntah disertai
"
timbulnya rasa mengedan yang kuat. *i samping his, wanita tersebut harus dipimpin
untuk mengedan pada waktu ada his. #elain itu, denyut jantung janin juga harus
sering diawasi.
;da dua cara mengedan yang baik, yaitu2
&
". +anita tersebut dalam letak terbaring merangkul kedua pahanya sampai batas
siku. Kepala sedikit diangkat, sehingga dagunya mendekati dadanya dan ia
dapat melihat perutnya.
. #ikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring ke kiri atau ke kanan,
tergantung pada letak punggung anak. ,anya satu kaki dirangkul, yakni kaki
berada di atas. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum
sempurna. *okter atau penolong persalinan berdiri pada sisi kanan wanita
tersebut.
6ila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai membuka.
?ambut dan kepala janin mulai tampak. Perineum dan anus tampak mulai meregang.
Perineum mulai lebih tinggi, sedangkan anus mulai membuka. ;nus pada awalnya
berbentuk bulat, kemudian berbentuk seperti huruf *. @ang tampak dalam anus
adalah dinding depan rektum. Perineum harus ditahan dan bila tidak, dapat
menyebabkan ruptura perineum, terutama pada primigravida. Perineum ditahan
dengan tangan kanan dan sebaiknya dilapisi dengan kain steril.
Episiotomi dianjurkan untuk dilakukan pada primigravida atau pada wanita
dengan perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis
dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan
mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion,
sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala dengan maksud agar gerakan
defleksi tidak terlalu cepat. *engan demikian, ruptura perineum dapat dihindarkan.
>ntuk mengawasi perineum ini, posisi miring (Sims position) lebih menguntungkan
dibandingkan dengan posisi biasa. ;kan tetapi, bila perineum jelas telah tipis dan
menunjukkan akan timbul ruptura perineum, maka sebaiknya dilakukan episiotomi.
;da beberapa teknik untuk melakukan episiotomi, antara lain episiotomi mediana,
dikerjakan pada garis tengah, episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah
yang dekat muskulus sfingter ani yang diperluas ke sisi, episiotomi lateral dimana
sering menimbulkan perdarahan.
"%
Keuntungan episiotomi mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan banyak
dan penjahitan kembali lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan hampir tidak
berbekas. 6ahaya yang dapat terjadi ialah dapat menimbulkan ruptura perinei totalis.
*alam hal ini muskulus sfingter ani eksternus dan rektum ikut robek pula. Perawatan
ruptura perinei totalis harus dikerjakan serapi-rapinya, agar jangan sampai gagal dan
timbul inkontinensia alvi. >ntuk menghindarkan robekan perineum kadang-kadang
dilakukan perasat menurut ?intgen, yaitu bila perineum meregang dan menipis, tahan
kiri menahan dan menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus. (angan kanan
pada perineum. *engan ujung jari-jari tangan kanan tersebut melalui kulit perineum
dicoba menggait dagu janin dan ditekan ke arah simfisis dengan hati-hati. *engan
demikian, kepala janin dilahirkan perlahan-lahan keluar. #etelah kepala lahir
diselidiki apakah tali pusat mengadakan lilitan pada leher janin. 6ila terdapat lilitan
dilonggarkan, bila sukar dapat dilepaskan dengan cara menjepit tali pusat dengan
cunam Kocher, kemudian diantaranya dipotong dengan gunting yang tumpul
ujungnya. #etelah kepala lahir, kepala akan mengadakan putar paksi luar ke arah letak
punggung janin. >saha selanjutnya ialah melahirkan bahu janin. $ula-mula
dilahirkan bahu depan, dengan kedua telapak tangan pada samping kiri dan kanan
kepala janin. Kepala janin ditarik perlahan-lahan ke arah anus sehingga bahu depan
lahir. (idak dibenarkan penarikan yang terlalu keras dan kasar oleh karena dapat
menimbulkan robekan pada muskulus sternokleidomastoideus. Kemudian, kepala
janin diangkat kearah simfisis untuk melahirkan bahu belakang. #etelah kedua bahu
janin dapat dilahirkan, maka usaha selanutnya ialah melahirkan badan janin, trokanter
anterior disusul oleh trokanter posterior. >saha ini tidak sesukar usaha melahirkan
kepala dan bahu janin oleh karena ukuran-ukurannya lebih kecil. *engan kedua
tangan dibawah ketiak janin dan sebagian di punggung atas, berturut-turut dilahirkan
badan, trokanter anterior, dan trokanter posterior. #etelah janin lahir, bayi sehat dan
normal umumnya segera menarik napas dan menangis keras. Kemudian bayi
diletakkan dengan kepala ke bawah kira-kira membentuk sudut %/ derajat dengan
bidang datar. 5endir pada jalan napas segera dibersihkan atau diisap dengan pengisap
lendir. (ali pusat digunting 0 sampai "/ cm dari umbilikus. *engan cara, tali pusat
"!
dijepit cunam Kocher pada jarak 0 dan "/ cm dari umbilikus. 6ial ada
kemungkinan akan diadakan transfusi pertukaran pada bayi maka pemotongan tali
pusat diperpanjang sampai antara "/-"0 cm . *i antara kedua cunam tersebut tali
pusat digunting dengan yang berujung tumpul. >jung tali pusat bagian bayi
didesinfeksi dan diikat dengan kuat. ,al ini harus diperhatikan karena ikatan kurang
kuat dapat terlepas dan perdarahan dari tali pusat masih dapat terjadi yang dapat
membahayakan bayi tersebut. Kemudian diperhatikan kandung kencing, bila penuh
dilakukan pengosongan kandung kencing, jika bisa wanita tersebut kencing sendiri.
Kandung kencing yang penuh dapat menimbulkan atonia uteri dan mengganggu
pelepasan plasenta, yang berarti dapat menimbulkan perdarahan postpartum.
2.4.$ Ka#a III
Partus kala 33 disebut juga kala uri. Kala 333 ini, seperti telah dijelaskan, tidak kalah
pentingnya dengan kala 3 dan kala 33. Ketidakhati-hatian dalam memimpin kala 33
dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak bayi lahir
lengkap sampai plasenta lahir lengkap.
(erdapat dua tingkat kelahiran plasenta, yang pertama ialah melepasnya
plasenta dari implantasinya pada dinding uterus dan dilanjutkan dengan pengeluaran
plasenta dari kavum uteri. #eperti telah disebut diatas, setelah janin lahir uterus masih
mengadakan kontraksi yang mengakibatkan pengecilan permukaan kavum uteri
tempat implantasi plasenta. ,al ini mengakibatkan plasenta akan lepas dari tempat
implantasinya. Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah menurut #chult<e atau dari
pinggir menurut $athews-*uncan atau serempak dari tengah dan pinggir plasenta.
Dara yang pertama ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina,
tanda ini dikemukakan oleh ;hlfield, tanpa adanya perdarahan pervaginam,
sedangkan cara yang kedua ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila
plasenta mulai terlepas. >mumnya perdarahan tidak melebihi !// ml. 6ila lebih,
maka hal ini patologik. ;pabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera
berkontraksi menjepit pembuluh-pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan
segera berhenti.
%
"0
Pada keadaan normal menurut Daldeyro-6arcia, plasenta akan lahir spontan dalam
waktu : & menit setelah anak lahir lengkap.
&
>ntuk mengetahui apakah plasenta telah
lepas dari tempat implantasinya, dipakai beberapa perasat antara lain2
". Perasat Kustner. (angan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat,
tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. 6ila tali pusat ini masuk kembali
dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Perasat ini
hendaknya dilakukan secara hati-hati. ;pabila hanya sebagian plasenta
terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
. Perasat #trassmann. (angan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali
pusat, tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. 6ila terasa ada getaran pada
tali pusat yang diregangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari dinding
uterus. 6ila tidak terasa getaran, berarti plasenta telah lepas dari dinding
uterus.
%. Perasat Klein. +anita tersebut disuruh mengedan dan tali pusat tampak turun
ke bawah. 6ila pengedanannyan dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke
dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Kombinasi dari tiga perasat ini baik dijalankan secara hati-hati setelah
mengawasi wanita yang baru melahirkan bayi selama & sampai "0 menit. 6ila
plasenta telah lepas spontan, maka dapat dilihat bahwa uterus berkontraksi baik dan
terdorong keatas kanan oleh vagina yang berisi plasenta. *engan tekanan ringan pada
fundus uteri plasenta mudah dapat dilahirkan, tanpa menyuruh wanita bersangkutan
mengedan yaitu dengan menggunakan perasat Drede. *engan cara memijat uterus
seperti memeras jeruk agar plasenta lepas dari dinding uterus hanya dapat digunakan
bila terpaksa misalnya perdarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan kecelakaan
perdarahan postpartum. Pada orang yang gemuk, perasat Drede sukar atau tidak dapat
dikerjakan.
#etelah plasenta lahir, harus diteliti apakah kotiledon-kotiledon lengkap atau
masih ada sebagian yang tertinggal dalam kavum uteri. 6egitu pula apakah pada
pinggir plasenta masih didapat hubungan dengan plasenta lain, seperti adanya
plasenta suksenturiata. #elanjutnya harus pula diperhatikan apakah korpus uteri
berkontraksi baik. ,arus dilakukan masase ringan pada korpus uteri untuk
memperbaiki kontraksi uterus. ;pabila diperlukan karena kontaksi uterus kurang
"&
baik, dapat diberikan uterotonika seperti pitosin, metergin, ermetrin, dan sebagainya,
terutama pada partus lama, grande multipara, gemelli, hidroamnion, dan sebagainya.
6ila semuanya telah berjalan dengan lancar dan baik, maka luka episiotomi harus
diteliti, dijahit, dan diperbaiki.
#egera bayi lahir, tinggi fundus uteri dan konsistensinya hendaknya
dipastikan. #elama uterus kencang dan tidak ada perdarahan yang luar biasa,
menunggu dengan waspada sampai plasenta terlepas biasa dilakukan. =angan
dilakukan masaseC tangan hanya diletakkan diatas fundus, untuk memastikan bahwa
organ tersebut tidak menjadi atonik dan berisi darah dibelakang plasenta yang telah
terlepas. (anda-tanda pelepasan plasenta2
". >terus menjadi globular, dan biasanya terlihat lebih kencang. 3ni merupakan
tanda awal.
. #ering ada pancaran darah mendadak.
%. >terus naik di abdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan turun
masuk ke segmen bawah uterus dan vagina, serta massanya mendorong
uterus keatas.
!. (ali pusat keluar lebih panjang dari vagina yang menandakan bahwa plasenta
telah turun.
(anda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu " menit setelah bayi lahir dan
biasanya dalam waktu lima menit. Kalau plasenta sudah lepas, penolong harus
memastikan bahwa uterus telah berkontraksi kuat. 3bu boleh diminta untuk mengejan
dan tekanan intraabdominal yang ditimbulkan mungkin cukup untuk mendorong
plasenta.
!ana1e'en aktif ka#a III.
&
Penatalaksanaan aktif pada kala 333 (pengeluaran aktif plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif kala 333
meliputi2
Penatalaksanaan oksitosin dengan segera
Pengendalian tarikan pada tali pusat
Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
Penanganan tersebut dilakukan dalam tahap sebagai berikut2
&
$emberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta.
".
5akukan Peregangan (ali Pusat (erkendali atau P(( dengan cara2
". #atu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis pubis.
#elama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerkan dorso
kranial ke arah belakang dan ke arah kepala ibu
. (angan yang satu memegang tali pusat dengan klem 0 cm di depan
vulva
%. =aga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat
(-% menit)
!. #elama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus
menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
P(( dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. (angan pada uterus
merasakan kontraksi, ibu dapat juga member tahu petugas ketika ia merasakan
kontraksi. Ketika uterus tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada
pada uterus, tetapi bukan melakukan P((. >langi langkah-langkah P(( pada
setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.
6egitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau
klem tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke
bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang
plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk
mengeluarkan selaput ketuban.
#egera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar
menimbulkan kontraksi. ,al ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan
mencegah perdarahan pascapersalinan.
Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks
atau vagina atau perbaiki episiotomi.
2.4.( Ka#a I)
*ua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Kala ini perlu untuk mengamat-amati apakah ada perdarahan postpartum. ?ata-rata
dalam batas normal, jumlah pada umumnya adalah "//-%// cc. 6ila perdarahan
lebih dari 0// cc ini sudah dianggap abnormal, harus dicari penyebabnya. (ujuh
pokok penting yang harus diperhatikan sebelum meninggalkan ibu yang baru
melahirkan adalah2
"'
". Kontraksi rahim. *apat diketahui denga palpasi fundus uteri. 6ila perlu
dilakukan masase dan berikan uterotonika (methergin, ermetrin, pitogin).
. Perdarahan. ;pakah ada atau tidak serta jumlahnya.
%. Kandung kencing. *iharuskan kosong, jika penuh ibu diminta kencing sendiri
atau menggunakan kateter.
!. 5uka-luka. *ilihat jahitan terdapat perdarahan atau tidak.
0. >ri dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.
&. Keadaan umum ibu. (ekanan darah, nadi, dan pernapasan.
.. 6ayi dalam keadaan baik
BAB III
5IN6KASAN
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus normal adalah bila bayi lahir
dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat bantu, tidak terdapat
komplikasi pada ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung kurang dari ! jam.
Pada dan selama pesalinan ada % faktor penting yang berperan yaitu kekuatan
kontraksi ibu (his) dan kekuatan mengedan, kondisi jalan lahir dan janin itu sendiri.
Partus dibagi menjadi ! kala. Pada kala 3 serviks membuka sampai terjadi pembukaan
"/ cm, kala ini dinamakan pula kala pembukaan. Kala 33 disebut kala pengeluaran
oleh karena dengan kekuatan his dan kekuatan mengedan janin di dorong keluar
sampai lahir. *alam kala 333 atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Kala 34 dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya jam, dalam kala ini
diamati apakah terjadi pendarahan postpartum atau tidak.
Pada laporan ini, pasien dengan persalinan normal yang sesuai dengan
definisi. Pemimpin persalinan melakukan tindakan dan penanganan sesuai standar
+,-. 3bu dan bayi dalam keadaan baik dan dipulangkan satu hari kemudian dengan
K3E ;#3 eksklusif, cara menjaga kebersihan diri dan pemakaian K6 postpartum serta
anjuran kontrol kembali " minggu ke poli klinik setelah pulang rumah sakit.
"8
DAFTA5 PUSTAKA
". +iknjosastro, A.,., saifuddin, ;.6., ?achimhadhi, (. (//'), Ilmu
Kebidanan, ed. ., @ayasan 6ina Pustaka #arwono Prawirohardjo, =akarta
. Aabbe, #.A., )iebyl, =.?., #impson, =.5 (//), Obstetrics Normal and
Problem Pregnancies, ed.!, Dhurchill 5ivingstone,)ew @ork.
%. Dunningham A.E., Aant, ).1., 5eveno, K.=., Ailstrap, 5.D., ,auth, =.D,
(//"), illiams Obstetrics, ed.", $c Araw ,ill, )ew @ork.
!. ;denia,3., Piliang,#., ?oeshadi,?.,., (ala,,$.?.F. ("888), Kehamilan dan
Persalinan Normal, 6agian -bstetri dan Ainekologi 1K >#>7?#>* dr.
Pirngadi ?#>P dr. ;dam $alik, $edan.
0. $adjid,-.;., #oekir,#., +iknjosastro,A.,., dkk. (//'), !suhan Persalinan
Normal, ed.%, =aringan )asional Pelatihan Klinik, =akarta.
&. "u#u Panduan Pra#tis Pelayanan Kesehatan $aternal dan Neonatal, (//).
=akarta.
.. 5lewellyn,*erek-=ones. (//), %asar&dasar Obstetri ' (ine#ologi, ed.&,
,ipokrates, =akarta.
/
'. )orwit<, Erol., =ohn #chorge. (//&), !t a (lance Obstetri ' (ine#ologi,
ed., Erlangga, =akarta.
"